Anda di halaman 1dari 5

ROLE PLAY

(KOMUNIKASI TERAPEUTIK)

OLEH :
Muhammad Rahmadi (04021381621045)
Jessica Nuryanda Putri (04021381621084)
Holyvia Qoriatun Sutarman (04021381621051)
Suci Rahmadhani (04021381621059)
Fidia Sucia Sari (04021381621070)
Rega Dwi Anugerah (04021381621080)

DOSEN PENGAMPUH :
SRI MARYATUN, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2017
ROLE PLAY
KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN
PERAN
Muhammad Rahmadi : perawat jamal
Jessica nuryanda : pasien ny Y
Holyvia : narator
Suci rahmadhani : Kepala ruangan
Fidia sucia sari : perawat sari
Rega dwi anugerah ; anak pasien

Suatu malam diruang satifa kelas utama RSU X, dirawatlah pasien stroke bernama
nyonya Y yang berusia 47 tahun, kondisi nyonya Y masih termasuk baik, karena meskipun
stroke nyonya Y masih dapat berbicara dan hanya pada ekstremitas atas dan bawah saja yang
mengalami gangguan, nyonya Y dirawat sudah 3 hari dirumah sakit tersebut, kebetulan
malam itu yang berjaga adalah perawat sari yang baru bekerja 1 bulan dirumah sakit tersebut
karena baru lulus dari jenjang pendidikannya. Berhubung malam itu sudah sangat larut dan
perawat sari merasa kelelahan maka terjadilah kejadian yang tidak di inginkan.
Setelah melakukan tindakan pemberian obat pada seluruh pasien di ruang satifa, perawat sari
dipanggil untuk datang ke ruang utama kamar yaitu ruang nyonya Y untuk mengganti infus
yang macet, dan disana hanya ditunggu oleh anak pasien yang berusia 22 tahun yang bekerja
sebagai seorang dokter dirumah sakit lain.
Perawat sari : “ mengetuk pintu) permisi selamat malam?”
Anak pasien : “iya, selamat malam suster“
Perawat sari : “benar dengan Ny Y ya, mbak?
Anak pasien : “ iya suster benar, ini loh sus infus ibu saya itu macet, terus tangannya juga
bengkak sus, diganti ditangan satunya saja ya sus supaya tidak semakin bengkak?”
Perawat sari : “ baik mbak, saya lepas dulu ya infusnya? Dan saya pindah ke tangan yang
lainnya agar bengkak yang ditangan sebelah sini tidak semakin membesar.
Anak pasien : “ iya sus, oh ya sus saya ada kepentingan sebentar, saya tinggal dulu ya (anak
klien keluar dari ruangan)”.
Setelah mendapat persetujuan dari keluarga klien, akhirnya perawat sari mengganti
infus pasien ke tangan satunya, karena kesulitan memasang abokat, perawat sari tidak
memperhatikan adanya udara dalam slang infus klien.
Perawat sari : “(mulai mencari pembuluh darah pasien sambil bersiap menusukan abokat)
sebentar ya ibu, saya masukan jarumnya”.
Pasien : “iya sus”.
Perawat sari : “sebentar ya ibu, sedikit lagi selesai (sudah memasukan abokat dan
menyambungkan infus set dengan abokat)”.
Pasien : “ loh sus, itu ada udaranya lo sus di dalam selang?, katanya itu bahaya lo
sus?”
Perawat sari : “iya to bu? (merasa bingung),, tidak apa- apalah bu, hanya 3 centi saja,, tidak
masalah, lagian ini tadi sudah terlanjur masuk”.
Pasien : “nanti jika ada apa- apa bagaimana sus?”
Perawat sari : “ tidak, tidak bu, tenang saja (bersikap rada cuek karena klien bertanya terus
menerus)”
Pasien : “ ya sudah sus kalo tidak apa-apa, nanti kalau terjadi sesuatu saya akan
memanggil suster lagi”
Perawat sari : “ baik ibu, saya permisi dahulu (keluar dari ruang tersbut)”.
Ketika sudah selesai tndakan yang dilakukan, datanglah anak pasien ke ruang
perawatan nyonya Y, dan pasien menceritakan apa yang terjadi selama proses keperawatan
yang dilakukan perawat sari. Dan beberapa jam kemudian pasien mengalami EMBOLI.
Anak pasien : “ owh ya mi, tadi perawatnya sudah mengganti infusnya ya mi? Gimana
sekarang mi? Gak sakit lagi kan tanganya?
Pasien : “ (berbicara dengan mulut tidak simetris) iya, udah gak sakit kok nak tangan
mami, tapi tadi itu perawatnya waktu masang infus mami gak memperhatikan ada udara
masuk lo nak, padahal mami udah kasih tau kalo ada udara masuk lewat slangnya”.
Anak pasien : “ trus perawatnya gimana mi? Di keluarkan apa tidak mi udaranya? (ekspresi
kaget dan khawatir serta ingin tau)”.
Pasien : “ kata perawatnya gak apa- apa gitu lo nak, padahal mami udah bilang kalau
bahaya”.
Anak pasien : “kira- kira tadi berapa panjang mi udaranya?”
Pasien : “kata perawatnya tadi hanya 3 centi nak, katanya aman”.
Anak pasien : “aduh mi, semoga aja mami gak mengalami emboli ya mi? (khawatir)”
Pasien : “mami baik- baik aja kok nak (menenangkan sang anak)”
Kemudian mereka berdua kembali bercengkrama dan saling bercerita tentang
kegiatan sehari ini yang sang anak lakukan, sampai beberapa jam kemudian kondisi nyonya
Y semakin memburuk, nyonya Y mengalami sesak nafas, sakit pada dada, pusing, detak
jantung semakin cepat , berkeringat berlebihan dan kejang- kejang serta tidak dapat berbicara.
Anak pasien : “mi, mami kenapa mi? (melakukan tindakan : memeriksa ttv dan pupil pasien
serta berteriak memanggil perawat)Ya Allah mami,, sus suster tolong kesini sus!”.
Perawat jamal: “(datang kekamar nyonya Y ) mohon maaf ada apa mbak?”
Anak pasien : “ini sus tolong, mami saya kejang, tanda- tanda vitalnya juga turun, tolong
mas ambilkan spatel lidah dan nasal kanul”.
Perawat jamal: “(kembali ke ners station dan sesampainya di ners station perawat jamal
membangunkan perawat sari yang tertidur) heh bangun cepet kamu ke ruang nyonyaY,
sekalian bawa spatel lidah dan nasal kanul, nyonya Y mengalami kejang, saya mau telfon
dokter dulu”.
Perawat sari : “(bangun dan bergegas ke ruang nyonya Y) permisi mbak, ini spatel
lidahnya (memberikan pada anak pasien kemudian memasang oksigen pada nyonya Y).
Anak pasien : “suster, cepet panggilkan dokter spesialis mami saya, bila tidak segera di
tangani nanti mami saya semakin parah”.
Perawat sari : “iya mbak, tadi sudah di telfonkan oleh perawat jamal”.
Anak pasien : “ini perlu tindakan cepat lo sus, mami saya sudah kejang seperti ini”
Perawat sari : “iya mbak, mohon maaf, tapi ini perawat jamal sedang memanggil
dokter”.
Perawat jamal: “ (kembali ke kamar nyonya Y untuk memberikan injeksi antikoagulan)
permisi mbak, saya beri ibu mbak injeksi dulu ya mbak agar pembekuan darahnya dapat di
cegah”.
Anak pasien : “obatnya apa mas itu?”
Perawat jamal : “dokter memberi anvis untuk memberi injeksi obat aspirin mbak
(melakukan injeksi iv perselang pada nyonya Y)”.
Anak pasien : “baik mas, terima kasih sepertinya tanda- tanda emboli pada mami saya
sudah membaik.”.
Kemudian perawat sari dan perawat jamal kembali ke ners sation. Dan beruntung
sekali, emboli yang terjadi pada nyonyaY sudah dapat di tangani, hanya saja untuk beberapa
waktu nyonya Y tidak dapat berbicara.
Keesokan harinya, anak pasien datang ke ners station untuk melaporkan tindakan perawat
yang bertugas pada sift malam kepada kepala ruang satifa.
Anak pasien : “ (duduk di kursi pengunjung) permisi suster, mohon maaf saya ingin
bertemu dengan kepala ruang ini, apakah kepala ruangannya sudah datang suster?”
Kepala ruang: “iya mbak ada yang bisa saya bantu? Kebetulan saya sendiri kepala ruangan
disini mbak”.
Anak pasien : “begini sus sebelumnya saya mau melaporkan tindakan yang dilakukan salah
satu anggota perawat disini, yang menurut saya itu adalah tindakan mal praktek, beruntung
mami saya dapat segera di tangani”.
Kepala ruang: “mengenai masalah yang terjadi tadi malam, kami sudah melakukan teguran
untuk perawat yang bertugas tadi malam, dan saya pribadi meminta maaf yang sebesar-
besarnya kepada mbak dan keluarga mbak atas tindakan anggota saya”.
Anak pasien : “untuk kali ini, saya dan keluarga belum membawa masalah ini pada jalur
hukum, dan hanya melaporkan kepada pihak direktur rumah sakit, namun apabila terjadi
sesuatu pada mami atau kondisi mami saya memburuk karena emboli, saya tidak segan-
segan membawa kasus ini ke jalur hukum”.
Kepala ruang : “baik mbak, saya akan tegur anggota saya, dan kasus ini pun sudah di tangani
oleh pihak rumah sakit, dan perawat yang bersangkutan hari ini sudah mendapatkan tindakan
disiplin dari rumah sakit mbak, sekali lagi saya minta maaf yang sebesar- besarnya”.
Anak pasien : “baiklah suster, mungkin lebih baik sementara ini saya serahkan kepada
pihak rumah sakit untuk tindakan disiplin pada perawat yang bertugas tadi malam (berdiri
dari kursi dan berniat meninggalkan ners station) kalau begitu saya permisi dulu mbak”.
Kepala ruang : “iya mbak, silahkan,, sebelumnya mohon maaf atas kesalahan yang di
lakukan oleh anggota saya”.
Dan akhirnya konflik pun dapat terselesaikan dengan jalan negosiasi antara pihak
rumah sakit dan keluarga pasien, meskipun tidak sampai pada jalur hukum namun perawat
sari telah mendapat tindakan disiplin dari rumah sakit yaitu pencabutan STR selama satu
tahun yang otomatis untuk sementara waktu perawat sari tidak dapat menjalankan profesinya.

Anda mungkin juga menyukai