Anda di halaman 1dari 6

RESENSI FILM

Mandela: Long Walk to Freedom

Dosen Pengampu: Agus Santoso, S.Kp., M.Kep

Disusun Oleh:

Nurul Khasanah 22020115120009

Nur Holiza 22020115120011

Riska Putri Pramitasari 22020115120029

Tri Nur Hidayati 22020115120034

Layalia Azka Rahma tina 22020115130090

Singkar Permana Sakti 22020115130104

Qoirina Sukma Widyasari 22020115140076

A.15.2

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2019
KASUS

Pemeran dalam Role Play

Tn. A singkar

Istri Tn. A nurul

Adik Tn. A trinur

Perawat 1 Nur Holiza

Perawat 2 qoirina

Kepala ruang riska

Dokter layalia

Suatu malam di ruang Cempaka kelas satu Rumah Sakit Permata Hati, dirawatlah pasien stroke
bernama Tn.A (56 Tahun). Tn. A sudah dirawat 3 hari di rumah sakit tersebut, kebetulan malam
itu yang berjaga adalah perawat 1, yang baru bekerja 1 bulan di rumah sakit tersebut. Berhubung
malam itu sudah sangat larut dan perawat 1 merasa kelelahan maka terjadilah kejadian yang
tidak di inginkan.

Setelah melakukan tindakan pemberian obat pada seluruh pasien di ruang Cempaka, perawat sari
datang ke ruang utama kamar tersebut yaitu ruang bapak tio untuk membenarkan infus yang
macet, dan disana hanya di tunggu oleh istri pasien yang berusia 30 tahun, karena belum
waktunya jam jenguk dan anggota keluarga yang lain belum datang.

Perawat sari : “(mengetuk pintu) permisi, selamat malam?”

Istri pasien : “iya, selamat malam mbak”

Perawat sari : “dengan bapak tio ya ibu?”

Istri pasien : “iya mbak, ini lo mbak infus suami itu macet, terus tanganya juga bengkak mbak”

Perawat sari : “baik ibuk, saya lepas dulu ya infusnya? Dan saya pindah di tangan yang satu
agar tidak bengkak semakin besar”.
Istri pasien : “ iya mbak, di pindah saja”.

Setelah mendapat persetujuan dari keluarga klien, akhirnya perawat sari mengganti infus pasien
ke tangan satunya, karena kesulitan memasang abokat, perawat sari tidak memperhatikan
adanya udara dalam slang infus klien.

Perawat sari : “(mulai mencari pembuluh darah pasien sambil bersiap menusukan abokat)
sebentar ya bapak, saya masukan jarumnya”.

Pasien : “(mengedipkan mata tanda setuju).

Perawat sari : “sebentar ya bapak, sedikit lagi selesai (sudah memasukan abokat dan
menyambungkan infus set dengan abokat)”.

Istri klien : “ loh mbak, itu ada udaranya lo mbak di dalam selang? Katanya berbahaya mbak?
Apa tidak apa- apa itu tadi mbak?”

Perawat sari : “iya to bu? (merasa bingung),, tidak apa- apalah bu, hanya 3 centi saja,, tidak
masalah”.

Istri klien : “nanti jika ada apa- apa bagaimana mbak?”

Perawat sari : “ tidak- tidak bu, tenang saja (bersikap rada cuek karena keluarga klien
bertanya terus menerus)”

Istri klien : “ ya sudah mbak kalo tidak apa-apa, nanti kalau terjadi sesuatu saya akan
memanggil mbak lagi”

Perawat sari : “ baik ibu, saya permisi dahulu (keluar dari ruang tersbut)”.

Ketika sudah tiba jam jenguknya, datanglah adik pasien yang kebetulan seorang dokter
umum di rumah sakit berbeda, dan istri pasien menceritakan apa yang terjadi selama dia
menemani pasien. Dan saat itu juga pasien mengalami syok anafilaksis.
Adik pasien : “(melakukan tindakan dan menyuruh istri pasien untuk memanggil perawat)
kak tolong cepat panggilkan perawat yang bertugas malam ini, jika perlu semua perawat yang
ada di ners station”.

Istri pasien : “ baik sebentar (berlari menuju ners station). Mbak, mas, suami saya sesak napas
( memanggil perawat jaga dengan panik).

Perawat jamal : “ iya ibu, ada apa? Jangan panik ibu, mohon bicara pelan- pelan”.

Istri pasien : “(panik) itu mas, suami saya kesultan bernafas mas. nafasnya tersengal- sengal”

Perawat jamal : “ baik ibuk, saya akan kesana, sebelumnya saya telfon dokter dulu
(membangunkan perawat sari yang tertidur dan bergegas menelepon dokter)”.

Perawat sari : “ ada apa mas ( kaget)”.

Perawat jamal : “ saya telepone dokter dulu, kamu segera ke ruang bapak tio di ruang utama,
istrinya melaporkan tadi katanya pasien syok”.

Perawat sari : “baik (segera pergi tanpa berfikir panjang)”.

Sesampainya di kamar ruang tio, perawat sari merasa kebingungan dengan kondisi tuan tio
dan berfikir apa yang salah dengan tindakanya. Sebelum perawat sari menyadari kesalahanya,
adik pasien meminta perawat sari untuk menghubungi dokter.

Adik pasien : “mbak, cepet mbak panggilkan dokter spesialis kakak saya, bila tidak segera
di tangani nanti kakak saya semakin parah”.

Perawat sari : “iya mbak, tadi sudah di telfonkan oleh perawat jamal”.

Adik pasien : “ini perlu tindakan cepat lo mbak, kakak saya sudah syok seperti itu”

Perawat sari : “iya mbak, mohon maaf, tapi ini perawat jamal sedang memanggil dokter”.
Lima menit kemudian, dokter dan kepala ruang masuk ke ruangan Tn. A.

Kepala Ruang: “Dengan keluarga Tn.A, sekiranya ada kejadian apa ?”

Adik Tn. A : “Ini lho, perawat masang infus ada gelembungnya tapi gak dikeluarkan, sampai-
sampai pasien sesak nafas, bilangnya di awal gakpapa padahal sudah ditegur sama istri Tn.A.”

Kepala Ruang : “Begitu ya mba, Perawat Dewi apakakah benar seperti itu ?”

Perawat Dewi : “Sejujurnya memang tadi ada sedikit gelembung, saya pikir karena
gelembungnya kecil

Karena keadaan malam hari dan dokter yang bertugas sulit di hubungi, maka pasien tio akhirnya
meninggal dunia. Dan terjadilah konflik yang lebih besar antara perawat sari dan keluarga
pasien tio.

Istri pasien : “(panik) dik, periksa nadi mas tio dik,,, nadi mas tio sudah sulit diraba”

Adik pasien : “(memeriksa nadi dan tanda- tanda vtal pasien tio) ya allahhh mas tiooooo”.

Istri pasien : “ada apa dik? Ada apa dengan mas tio?”

Adik pasien : “ kakak,, mas tio meninggal kak (menangis). Cepat panggilkan dokter
( menyuruh perawat sari).

Perawat sari : “ (masih dengan kondisi panik dan bingung) iy,, iya mbak (bergegas pergi)”.

Perawat sari pergi ke nurse station untuk menelephone dokter pasien tio, namun tetap tidak
dapat di hubungi. Hingga jenazah tuan tio telah di siapkan untuk di pulangkan pagi harinya,
dokter pasien tio belum dapat dihubungi. Dan gugatan untuk perawat sari dari keluarga
pasienpun terjadi pada hari itu juga. Dan keluarga pasien tio datang ke ners station ruang satifa.
Adik pasien : “ (setelah datang ke ruang direktur rumah sakit untuk melaporkan tindakan
perawat sari yang di anggap malpraktek, ) saya tadi sudah melaporkan tindakan malpraktik dari
salah satu perawat ruang ini ke direktur rumah sakit ini, jika hal ni tidak segera di atasi saya akan
melaporkan ke jalur hukum (marah)”

Kepala ruang: “mohon maaf mbak, silahkan duduk dahulu, dan mari kita bicarakan baik- baik
mengenai masalah yangterjadi dengan salah satu anggota saya (menenangkan)”

Adik pasien : “(duduk dengan kasar) begini buk, saya tidak terima dengan tindakan yang
dilakukan oleh anggota ibuk, saya menganggap tindakan anggota anda adalah mal praktek,
karena kakak saya sudah memperingatkan bahwa ada udara di dalam selang infus kakak saya,
tapi perawat itu mengatakan tidak apa- apa,, dan sekarang kakak saya meninggal,, saya meminta
keadilan bu”.

Kepala ruang: “(menenangkan) baik mbak, saya sudah memberi teguran kepada anggota saya,
dan dari pihak rumah sakit juga sudah melakukan tindakan disiplin untuk perawat yang
melakukan kesalahan”.

Adik pasien: “tapi saya menginginkan jalur hukum bu, ini sudah termasuk tindakan mal praktik”.

Kepala ruang: “ (menenangkan) sebagai kepala ruang, saya pribadi memohon maaf sebesar-
besarnya kepada keluarga mbak atas kesalahan yang di lakukakn oleh anggota saya, dan untuk
jalur hukum yang mbak inginkan akan lebih baik jika mbak berbicara sendiri dengan perawat
sari yang malam itu bertugas, yangsaat ini sedang berada di ruang direktur”.

Adik klien : “(masih marah) baik bu, terimakasih”.

Dan akhirnya konflikpun berlanjut ke jalur hukum dan operawat sari mendapat tindakan disiplin
dari rumah sakit dengan pemecatan.

Anda mungkin juga menyukai