Anda di halaman 1dari 3

Tangan Repulsor

Hari itu aku dan kedua orang tua ku pergi ke RSUD Nganjuk untuk memeriksakan
keadaan tanganku yg terkena paku sejak 2 tahun silam. Saya yang menyadari bahwa tangan
ku itu hanya tinggal masa pemulihan luka tapi kok lama tak kunjung hilang nyerinya. Dan
pada waktu aku yang posisi masih di pondok Magetan kemudian langsung laporan ke dokter
pesantren untuk konsultasi masalah lukaku yang aku alami, kemudian dijelaskan panjang
lebar bahwa luka saya ini harus dioperasi karena terinfeksi.

Kemudian saya menuju keasrama untuk mengambil HP untuk mengabari orangtua ku


untuk menjemput untuk kemudian melakukan operasi di tangan ku ini. Tepat 2,5 jam
kemudian mobil ayahku sudah terparkir di halaman pondok yang emang estimasi perjalanan
ayahku dari Nganjuk ke Magetan sekitar 2 - 2,5 ketika itu aku langsung meyiapkan diri
untuk pulang.

Kemudian di perjalanan pulang aku menceritakan kondisi tangan ku yang terkena


paku

“itu kok lama banget sembuhnya, padahal itu tangan mu yang terkena paku saat kelas
6 ketika manjat atas teras rumah.” Ujar ayahku dengan bahasa jawa

Kemudian aku menjawabnya

“Iya ini luka pada waktu itu, tapi bekas luka dan nyerinya kok nggk hilang-hilang,
tadi juga aku konsultasi ke dokter pondok kemudian disarankan untuk di operasi karena
infeksi yang lama.”

“Oooo.... berarti besok kita langsung meuju RSUD untuk registrasi operasasi
tanganmu.” Kata ayahku

“Oke.” Ucapku sambil melihat jalan yang ramai.

Keesokan harinya saya langsun menuju ke RSUD Nganjuk dan langsung mendaftar di
poli bedah, ketika sudah mendapatkan nomer antrian aku menunggu di ruang tunggu untuk
bergantian mendapatkan panggalikan ke poli bedah. Kondisi yang sangat ramai dan suasana
yang sangat membosankan membuat ku keluar sendiri dari ruang tunggu dan pergi ke warung
depan gedung juang timur RSUD untuk mencari makanan. Setekah selesai makan saya
bergegas kembali lagi ke ruang tunggu tadi. Tak lama kemudian aku mendengar suara dari
speaker depan ruang tersebut yang sudah aku tunggu lebih dari 3 jam yang lalu

“Nomer antrian 409 atas nama Ghulam Haidar Hammam Mukyiddin.” Suara speaker
keras itu membuat ku bergegas untuk memasuki ruang poli bedah itu.

Di dalam ruang itu kami ditanyai apa keluhan yang di alami

“Tangannya terkena apa, sudah berapa lama lukanya itu?” kata dokter itu.
“Jadi gini dok, ini tangan ku terkena paku sejak 2 tahun lalu,tapi kok bekas luka sama
nyerinya masih ad, katanya ini infeksi dan harus dioperasi dok! .” Jelaskan ku sambil
menunjukkan lukaku yang berada di posisi tangan sebelah kiri.

“Oh ini, iya ini infeksi tapi untuk operasinya kamu harus nunggu kurang lebih 1
tahunan karena luka mu ini tidak terlalu parah dan darurat, karena kondisi pasien RSUD yang
membludak.” Ucap dokter itu.

Dan ayahku langsung menyaut “Kenapa kok harus menunggu selama itu dok, padahal
kondisi seperti ini tidak seterusnya seperti ini.”

“iya pak, tapi kalo nanti ingin langsung operasi bisa langsung ke rumah praktek
dokter bedahnya pak.” Kata dokter itu.

“terus ini bagaimana menanganan selanjutnya?” kata ayahku

“nanti kita bikinkan resep obat dan salep dari dokter speesialis kulit.” Ucap dokter itu
sambil menulis di atas kertas kosong.

Setelah selesai itu kami keluar dari ruang poli bedah dan menuju di tempat tunggu
obat. Kurang dari setengah jam nama saya diapanggil untuk mengambil obat itu. Kemudian
kami pulang kerumah lalu istirahat. Posisi saya izin dari pondok selama 3 hari untuk
pemulihannya kemudian kembali ke pondok lagi.

Enam bulan kemudian entah kenapa tangan ku yang kiri itu tidak bisa digerakkan dan
ada garis merah membengkak dari letak luka sampai otot biceps. Langsung pihak pondok
menelpon orang tua saya menceritakan kondisi tangan saya dan langsung disuruh menjemput
saya untuk diperiksakan di rumah sakit Nganjuk. Ketika sudah sampai di Nganjuk saya
dibawa ke rumah sakit yang beda, rumah sakit swasta RSI nganjuk.

Disana saya ditangani langsung oleh dokter spesialis bedahnya dr. Dwanda Yuniro,
Sp.B sebuah nama yang saya lihat di name tag sebelah dada kanannya dan kemudian
diberitahu bahwasannya saya besok akan di operasi. Keluar dari ruang itu saya diarahkan di
ruang albortorium untuk pengambilan sampel darah untuk data sebelum di operasi

Keesokanya saya sebelum saya berangkat ke RSI saya melakukan puasa yang emang
sebelum operasi harus puasa dahulu, pukul 07.22 WIB saya sampai di RSI dan langsung
masukm ke ruang IGD. Orang tua saya melakukan administrasi dan saya terbaring di atas
kasur yang keras sambil menatap atap IGD itu sebelum saya di infus. Setelah orang tua saya
menyelesaikan administrasinya saya kemudian diarahkan menuju kamar inapnya. Memasuki
pintu kamar nya saya merasakan suasana yang tidak enak.

“Kok dingin amat kamarnya atau emang mungkin ini keadaan badan saya yang
mengalami gelisah karena operasi nanti yang emang ini adalah pertama kaliny saya operasi
dalam seumur hidup.” Ucap saya dalam hati.

Pukul 10.30 WIB seorang perawat perempuan masuk kekamar saya dan
menginformasikan bahwasanya saya di operasi sekitaran jam 11 an. Lalu saya
mempersiapkan diri saya untuk menuju ke ruang operasi. Pukul 11.50 WIB saya berangkat
menuju ruang operasi dengan menaiki kursi roda yang didorong seorang perawat itu. Setelah
masuk di dalam ruang operasi saya menunggu di ruang tunggu di dalam ruangan itu. Setelah
itu ada dokter yang menuntun saya menuju ruang operasi itu, berjalan lewat lorong yang
emang suhu tempat itu dingin sekali lalu memasuki sebuah bilik 2 lapis pintu dan diakhir
ujung memasuki ruang operasi yang sesungguhnya dimana ada banyak alat-alat dan itu harus
steril semua. Saya kemudian berbaring di atas kasur itu yang entah rasa kasur iru empuk
sekali dibandingkan kasur yang ada di IGD tadi.

Dalam hati saya “Ya ALLAH semoga operasi ini lancar dan tidak ada kendala
sedikitpun.”

Kemudian dokter anestesi masuk ruangan dan membawa jarum suntik di tangan
sebelah kanan, dokter itu berjalan menuju samping kanan saya dan bersiap untuk anestesi
saya .

“Tenang saya berdoa terlebih dahulu agar semuanya lancar.” Ucap dokter anestesi itu.

Sambil mengucapkan Bismillahirohmanirohim dokter itu menusukkan jarumnya di


selang infus saya. Tak lama kemudian saya tidak sadarkan diri. Dokter pun melakukan
operasi di tangan saya.

Kemudian dengan posisi sudah sadar dan sudah berada di kamar langsung aku melihat
jam yang di atas di televisi menunjukkan pukul 16.48 WIB, melihat perban bekas operasi itu
saya merasa kok tangan ku seperti tangan repulsor Iron Man, lalu ada petugas yang masuk
menyodorkan tempat nasi yang terbuat dari bahan stenlis yang bentuknya seperti piring di
penjara.

“Ibu ini ananda Ghulam nanti pukul 17.15 baru boleh minum ya bu, dan untuk makan
beratnya setalah maghrib.” Ucap petugas itu sambil meletakkan tempat nasi itu di atas kulkas
yang ukuran sedang.

“iya mas, terimakasih.” Ucap ibu saya.

“iya bu, sama-sama.” Balas petugas itu dengan cepat.

Setelah makan dan sholat maghrib dilanjut jamak sholat isya para tetangga, kerabat
serta teman-teman datang untuk menjeguk melihat kondisi saya seperti apa dan mendoakan
semoga lekas sembuh.

Anda mungkin juga menyukai