Anda di halaman 1dari 3

SEMUA ADA DI SHOPEE: MENILIK BUDAYA MATA PENCARIAN DAN SISTEM

EKONOMI MASYARAKAT YANG BERUBAH

Oleh: Ahmad Yani (220701204)

Antropologi merupakan sikap dan perilaku yang muncul sebagai budaya masyarakat.
Masyarakat seringkali bersikap dan bertindak dengan tata krama. Tata krama memuat cara
bersikap dan bahasa yang menjadi ciri sebuah peradaban.

Widyaningrum dan Hartarini (dalam buku Pengantar Ilmu Sastra, 2023)


mengidentifikasi antropologi sastra dalam 7 ciri kebudayaan, yakni:

1. Peralatan dan perlengkapan kehidupan manusia


2. Mata pencarian dan sistem ekonomi
3. Sistem kemasyarakatan
4. Bahasa lisan maupun tulisan
5. Kesenian atau karya sastra dengan berbagai mediumnya
6. Sistem pengetahuan
7. Sistem religi atau keagamaan

Berdasarkan hal tersebut, penulis ingin mengidentifikasi contoh daripada bagian


antropologi sastra lewat salah satu aplikasi online yang bernama Shopee dengan motonya,
"Semua Ada di Shopee".

Globalisasi merasuki kehidupan bermasyarakat. Globalisasi memunculkan salah satu


efek lain, yakni digitalisasi. Digitalisasi kemudian menjadi gempuran yang mesti dipelajari
oleh masyarakat, terlebih lagi sejak Pandemi COVID-19. Masyarakat merubah kebiasaannya
baik itu dalam dunia pendidikan, agama, dan transaksi. Pada awalnya, masyarakat yang ingin
belajar, harus datang ke sekolah atau tempat belajar. Masyarakat yang ingin bekerja, harus
datang ke tempat kerja. Masyarakat yang ingin beribadah, harus datang ke tempat ibadah.
Kemudian, sejak COVID-19 merasuki kehidupan masyarakat, sejak itulah kebiasaan atau
budaya masyarakat berubah.

Semua dilakukan dengan secara mandiri. Belajar secara digital, bekerja secara digital,
dan beribadah hanya di rumah saja sebab beribadah di tempat ibadah dibatasi.

Dalam hal mata pencaharian dan sistem ekonomi, sejak COVID-19, masyarakat
dituntut untuk menemukan terobosan baru supaya mereka masih dapat mencari uang demi
melengkapi kebutuhan ekonominya. Biasanya, transaksi jual-beli ataupun bekerja dilakukan
secara langsung. Ada pasar khusus untuk kita menemukan sesuatu yang dibutuhkan. Namun,
sejak COVID-19, semuanya berubah.

Budaya transaksi di Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan. Pertama


sekali, dikenal dengan sistem barter, yakni menukar kebutuhan dengan kebutuhan lainnya.
Lalu, dikenal dengan sistem jual-beli. Masyarakat bisa mendapatkan kebutuhannya dengan
membelinya secara langsung. Sistem jual-beli ini kemudian bertransformasi setelah dunia
telah mengalami globalisasi atau sederhananya kita sebut sebagai perubahan era. Globalisasi
yang memunculkan efek digitalisasi membuat masyarakat mengubah kebiasaannya.
Masyarakat menuntut segala sesuatu yang instan.

Lalu, Shopee, platform dengan moto "Semua Ada di Shopee", hadir.

CEO Shopee adalah Chris Feng, seorang pengusaha muda asal


Singapura. Pria inilah yang pertama kali mencetuskan Shopee. Chris
Feng dulunya merupakan pegiat Rocket Internet yang pernah menjadi
kepala dari marketplace Zalora yang bergerak dalam bidang fashion dan
marketplace Lazada. Jadi artinya, sebelum Shopee, memang sudah ada
platform-platform digital.

Sejak diperkenalkan kepada masyarakat pada


tahun 2015, Shopee tidak terlalu digubris sebab
masyarakat masih suka bertransaksi secara langsung
sesuai kebiasaannya. Shopee kemudian semakin
legendaris sejak COVID-19 muncul. Dengan moto
"Semua Ada di Shopee", aplikasi ini benar-benar
mewujudkannya. Dari hal ini, budaya masyarakat
berbeda. Muncul kepercayaan dalam hati masyarakat,
bahwa segala sesuatu itu ada di Shopee. Di Shopee, siapa
pun bisa membeli atau menjual apa pun. Itulah yang
menjadikan Shopee unik dan menarik.

Sejak banyak masyarakat yang menggunakannya, Shopee memunculkan fitur-fitur


seru seperti games berhadiah kupon diskon, atau kupon diskon yang didapatkan secara
percuma, lalu ada juga gratis ongkos kirim (ongkir). Kupon diskon itu sendiri yang
mengubah budaya masyarakat pada saat ini dari pada awalnya sistem barter, sistem jual-beli
secara langsung, hingga jual-beli secara digital.

Di dalam karya sastra, sudah banyak karya sastra terbaru yang mengangkat latar dunia
modern. Digubris ataupun tidak, sebenarnya sudah banyak karya sastra yang dibuat dengan
menampilkan budaya modern, salah satunya jual-beli secara online ini. Jual-beli online ini
kemudian menjadi budaya baru atau lifestyle.

Anda mungkin juga menyukai