Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HISAB DAN HARI AKHIR


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Tauhid
Dosen Pengampu: H. Hasbullah, M.Pd.i

Disusun oleh kelompok 11 :

Muhamad Abdulah 221210118


Sendi Permana 221210120
Nuraini Syifaul Rahmah 221210133
Fadli Hanif Fahreza 221210141
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan karunia serta hidayahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Sholawat beserta salam semoga
selalu tercurahkan kepada junjungan alam yakni Nabi Muhammad Saw. Semoga kelak
diakhirat kita mendapatkan syafaatnya, amin.

Makalah dengan judul “Hisab dan Hari Akhir” dibuat dalam rangka menyelesaikan
tugas pada mata kuliah Tauhid. Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada seluruh unsur
unsur yang telah mendukung terbuatnya makalah ini. Pertama, kepada orang tua yang selalu
mensupport saat pelaksanaan belajar dikuliah. Kedua, kepada dosen pengampu yakni bapak
Hasbullah M.pd.i yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama perkuliahan
berlangsung dan tidak lupa kepada rekan rekan mahasiswa seperjuangan yang selalu
mendukung dalam memberikan semangat dan kobtribusinya kepada penulis.

Dalam proses penulisan, penulis sadar akan kekurangan yang terdapat pada makalah
ini. Sehingga kritik dan saran dari para pembaca sangat penulis harapkan sehingga dapat
menunjang penulis untuk membuat makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah nini bisa
bermanfaat dalam segala aspek. Terimakasih.

Serang 19 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

Al-Qur’an ketika mengungkapkan tentang masalah hari akhir dan yang terkait
dengannya selalu mendapat respon dari masyarakat pembacanya. Dalam masyarakat Arab
misalnya, terdapat kelompok pengingkar hari akhir. Mereka menganggap bahwa kehidupan
tidak lain kecuali kehidupan di dunia saja dan mereka percaya bahwa tidak akan dibangkitkan.
Al-Qur’an mengungkap pernyataan mereka tersebut dalam QS al-An’am (6) : 29 . Bahkan
bukan hanya itu mereka bersumpah dengan sumpah yang sungguh-sungguh bahwa Allah tidak
akan membangkitkan orang yang telah mati pada hari akhir, seperti yang dinyatakan oleh al-
Qur’an dalam QS al-Nahl (16) : 38 .

Di kalangan mereka ada juga yang meragukan konsep ini. Mereka berkata : Jika kami
telah menjadi tulang belulang dan bendabenda yang hancur, apakah benar-benar kami masih
akan dibangkitkan dalam bentuk makhluk yang baru ? Keraguan mereka ini diungkapkan
dalam al-Qur’an pada QS al-Isra’ (17) : 49.

Hari Akhir atau hari kiamat adalah hari dibinasakan dan dihancurkan alam semesta
yang merupakan tanda berakhirnya kehidupan dunia menuju kehidupan kekal diakhirat.
Beriman kepada hari akhir adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa akan datangnya hari
berakhirnya kehidupan didunia ini. Alam akhirat tempat manusia mempertanggung jawabkan
segala amal perbuatannya sewaktu didunia dan memperoleh ganjaran sesuai dengan
perbuatannya1.

Keyakinan terhadap adanya hari akhir akan memberikan hikmah atau efek yang sangat
besar dalam kehidupan manusia paling tidak manusia akan merasa takut terhadap azab yang
akan diberikan Allah setelah terjadinya hari akhir, hal ini akan membuat manusia selalu
berhati- hati dalam bertindak dan akan selalu memperbanyak amal ibadah sewaktu didunia.
Menurut Nurhayati Rusdi, “meyakini akan adanya hari pembalasan sebagai rangkaian
peristiwa yang harus dijalani setelah hari kiamat akan menimbulkan kedisiplinan dan
kewaspadaan sebab seluruh amal tidak ada yang luput dari pengawasan Allah”2

1
Susiba dan Yasnel, Akidah Akhlak, (Pekanbaru: CV. Mutiara Pesisir Sumatra, 2014) h.71
2
Nurhayati Rusdi, Aqidah Akhlak, (Pekanbaru: Kreasi Edukasi, 2017) h.142.
Beriman kepada hari Akhir dan kejadian yang ada padanya merupakan salah satu rukun
iman yang wajib diyakini oleh setiap muslim. Untuk mencapai kesempurnaan iman terhadap
hari Akhir, maka semestinya setiap muslim mengetahui peristiwa dan tahapan yang akan dilalui
manusia pada hari tersebut. Di antaranya yaitu masalah hisab (perhitungan) yang merupakan
maksud dari iman kepada hari Akhir. Karena, pengertian dari beriman kepada hari kebangkitan
adalah, beriman dengan hari kembalinya manusia kepada Allah Ta’alla lalu dihisab. Sehingga
hakikat iman kepada hari kebangkitan adalah iman kepada hisab ini.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hari Akhir
Manusia akan mengalami kematian, lalu manusia akan dibangkitkan yang
disebut hari kebangkitan atau al-ba’ts adalah saat mana segala (manusia) hidup
kembali. Mereka dikeluarkan dari alam kubur untuk di-hisab (dihitung seluruh
amalnya). Setelah kehidupan ada kematian. Setelah alam kubur ada kebangkitan, dan
setelah kebangkitan ada perhitungan3.
Saat hari kiamat, Allah mengumpulkan seluruh manusia mulai dari pertama
yang diciptakan hingga manusia terakhir disebuah tempat. Lalu, matahari di dekatkan
ke kepala mereka dan ditambah kadar panasnya. Pada hari itu akan keluar seekor hewan
dari tengah kobaran api sehingga tampak seperti sebuah bayangan yang bisa
meneduhkan mereka. Kemudian terdengar suara, kemudian menyerulah zat penyeru:
“Wahai seluruh makhluk, berteduhlah kalian di bawah bayang-bayang itu”, maka
seluruh makhluk pun berjalan kearah tepat teduh itu. Maka seluruh makhuk pun
berjalan kearah tempat teduh itu. Mereka ini terbagi menjadi tiga kelompok yaitu :
a. Kelompok orang-orang mukmin
b. Kelompok orang-orang munafik
c. Kelompok orang-orang kafir.4

Adapun nama-nama hari kiamat yang disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai berikut:

1. Yaumul- Ba’ts ( hari kebangkitan)

2. Yaumul Qiyamah (hari Kiamat)

3. As-Sa’ah (saat pembeberan amal)

4. Al-Akhirat (Akhir, yang akhir)

5. Yaumuddin (hari pembalasan)

6. Yaumul- Hisab (hari perhitungan amal)

7. Yaumul Fath (hari kemenangan orang Mukmin)

3
Syaikh Ali Abdurrahman, Ekspedisi Alam Akhirat, (Jakarta: Embun Litera, 2010), h, 94.
4
M. Zakkiyunnuha, Pintu-Pintu Akhirat, (Pekanbaru : Zanafa 2014), 128.
8. Yaumul Talaqi ( hari pertemuan dengan Tuhan)

9. Yaumul jam’I Wat Taghabun (hari pengumpulan, dan kelalaian)

10. Yaumul Khulud (hari keabadian).

11. Yaumul Khuruj (hari keluarnya manusia dari kubur)

12. Yaumul Hasrah (hari penyesalan)

13. Yaumul Tanaad (hari saling memanggil)

14. Azifah (yang dekat)

15. Ath-Thaammah (malapetaka)

16. Ash-Shaakhkah (suara yang memekakkan telinga)

17. Al-Haqqah (yang haq, pasti terjadi)

18. Al-Ghasyiyah (yang menutupi)

19. Al-Waqi’ah (yang mesti terjadi)5

Dengan demikian dapat diketahui Bahwa manusia dan kehidupan telah selesai maka
Allah akan memusnahkan alam ini, dan hari akhir ini dimulai dengan perubahan menyeluruh
terhadap alam semesta ini. Serta kehidupan yang abadi yang tidak akan ada kematian yang
sesudahnya, Allah mengukur dan menimbang segala amalan dengan timbangan yang lurus.

2. Hisab
Kata ḥisāb dibagi kepada dua aspek yaitu dari segi bahasa dan istilah. Secara
epistimologi yakni kata dari berasal ḥisāb bahasa membilang. Dalam al-Munjid al-
waashith fi al ‘Arabiyyah al-Mu’ashirah lafal hasaba dan turunan maṣdarnya yang lain
juga bermakna perhitungan, menghitung. Begitupula didalam Lisānal-Arab lafal
bermakna menghitung dan mencari batas6.
Sedangkan menurut istilah ḥisāb adalah peristiwa dimana Allah swt
menampakkan kepada manusia amalan mereka di dunia dan menetapkannya dan
memberitahukan kepada manusia tentang amalan kebaikan dan keburukan yang telah

5
Sayyid Sabiq, Aqidah Islamiyah, (Jakarta: Robbani Press, 2006), 432-437.
6
Ibn Manzūr al-Afriqī al-Miṣrī, Lisān al-‘Arab, Jilid 1 (Beiruet: Dār Ṣādir, t.th), 313.
mereka lakukan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyatakan, Allah swt akan
menghisab seluruh makhluk lalu menetapkan dosa-dosanya. Syaikh Shalih Ali
mengomentari pandangan ini dengan menyatakan, bahwa inilah makna alMuhasabah
(proses ḥisāb). Demikian juga Syaikh Ibnu Utsaimin menyatakan muhasabah adalah
proses manusia melihat amalan mereka pada hari kiamat7.
Hisab menurut istilah aqidah memiliki dua pengertian. Pertama. Al ‘Aradh
(penampakan dosa dan pengakuan), mempunyai dua pengertian yaitu :
a) Pengertian umum, yaitu seluruh makhluk ditampakkan di hadapan Allah
Shubahanhu wa ta’alladalam keadaan menampakkan lembaran amalan mereka.
Ini mencakup orang yang dimunaqasyah hisabnya dan yang tidak dihisab.
b) Pemaparan amalan maksiat kaum Mukminin kepada mereka, penetapannya,
merahasiakan (tidak dibuka dihadapan orang lain) dan pengampunan Allah
Shubahanhu wa ta’allaTa’alla atasnya. Hisab demikian ini dinamakan hisab
yang ringan (hisab yasir).

3. Macam-Macam Hisab
a. Pertanyaan
Setiap orang akan dipanggil kehadapan Allah, dan akan ditanyai segala tingkah
laku, gerak-gerik dan perbuatannya selama hidup di dunia ini. Masingmasing
manusia yang hidup di dunia diberi akal dan pikiran, diajarkan kepadanya agama
sehingga dapat membedakan antara perbuatan-perbuatan yang baik dan yang jelek,
yang menguntungkan dan merugikan, agar mereka mengerjakan yang baik saja,
tidak sampai mengerjakan perbuatan-perbuatan atau tingkah laku yang jelek dan
merugikan. Apabila ada diantara manusia yang mengerjakan kejelekan, maka dia
akan ditanyai dan diminta pertanggungjawaban oleh Allah8. Firman Allah dalam
alQur‟an surah al-Hijr ayat 93 sebagai berikut:

‫َفَ َو َر ِّبكَ لَنَسْـَٔلَنَّ ُه ْم أَجْ َم ِّعين‬

“Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua”

7
Abu Asma Kholid Syamhudi, Hisab Pada Hari Pembalasan (t.tt: Islam House, 2013), 4.
8
Bey Arifin, Hidup Sesudah Mati (Jakarta: Zahirah, 2014), 250.
b. Membaca Kitab Catatan Amal
Disamping kiri dan kanan setiap manusia yang hidup berkeliaran diatas dunia ini,
Allah menugaskan dua malaikat, yaitu Raqib dan Atid untuk mencatat atau
menuliskan setiap gerak-gerik dan tindakan yang dilakukannya selama hidup.
Kedua malaikat ini akan mencatat secara jujur. Sebagaimana Firman Allah swt:
“Bukan hanya durhaka saja, bahkan kamu mendustakan hari pembalasan. Padahal
sesungguhnya bagi kamu ada (malaikatmalaikat) yang mengawasi (pekerjaan-
pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. Sesungguhnya
orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh
kenikmatan, dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benarbenar berada
dalam neraka.” (QS. al-Infithār: 9-14).
Firman Allah swt dalam al-Qur‟an swt sebagai berikut:
“Maka barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, sedang ia beriman, Maka
tidak ada pengingkaran terhadap amalannya itu dan sesungguhnya Kami
menuliskan amalannya itu untuknya.” (QS. alAnbiyā‟:94).

“Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka ia akan
diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah dan dia akan kembali kepada kaumnya
(yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang-orang yang diberikan
kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak, “celakalah aku.” Dan dia akan
masuk kedalam api yang menyala-nyala (neraka). (QS. al-Insyiqāq: 7-12).
Setelah menerima kitab atau buku catatan, masing-masing manusia
dipersilahkan oleh Allah untuk membacanya sendiri. Semua orang ketika itu dapat
membacanya, sekalipun orang-orang yang dimasa hidupnya buta huruf.
Masingmasing catatan dibaca di hadapan Allah, disaksikan oleh seluruh manusia,
malaikat, Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul.
Orang-orang yang kafir dan bersalah akan menyesal dan heran karena segala
gerak-gerik dan perbuatan yang pernah mereka lakukan selama hidup di dunia
tercatat semuanya, tidak ada satupun perkara yang tidak tercatat didalamnya.
Firman Allah:

“Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan
terhadap apa yang (tertulis) didalamnya, dan mereka berkata, “Aduhai selakalah
kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang
besar, melainkan ia mencatat semuanya”. Dan mereka dapati apa yang telah
mereka kerjakan ada (tertulis). Dan tuhanmu tidak menganiaya seorangpun. (QS.
al-Kahfi: 49).
Betapa hebat dan telitinya penghisaban ini, masing-masing orang akan
menerima buku amal (laporannya) dan akan membacanya dari awal sampai akhir
satu persatu.

4. Proses Hisab
a. Yaumul Barzah

Setelah mati, manusia memasuki alam barzah atau alam kubur. Alam kubur
merupakan tempat penantian arwah orang-orang yang sudah meninggal sebelum
dibangkitkan kembali oleh Tuhan dalam bentuk baru. Di situ, roh menunggu alam baru
yang dimulai dengan Kiamat9.

Di alam kubur, arwah orang-orang yang telah meninggal dunia menunggu


datangnya hari kiamat, hari di mana semua ruh akan dibangkitkan dan dikumpulkan di
Padang Mahsyar, untuk selanjutnya di hisab. Dari Hisab inilah akan diketahui apakah
seseorang masuk surga atau neraka. Surga dan neraka adalah alam akhirat, alam akhirat
manusia. Di alam kubur manusia menunggu untuk dibangkitkan pada hari kiamat.
Waktu penantian ini bisa berlangsung jutaan tahun bahkan milyaran tahun. Al-Qur’an
menyebutkan bahwa orang yang sudah meninggal dunia akan menemui suatu
perbatasan antara dunia dan akhirat, antara kematian dan kebangkitan di kemudian hari,
masa itu disebut alam barzah. Allah SWT menjelaskan dalam al-Qur’an:

‫ٱر ِّجعُون‬
ْ ‫ب‬ِّ ‫َ َحت َّ ٰٓى ِّإذَا َجا ٰٓ َء أ َ َحدَ ُه ُم ْٱل َم ْوتُ قَا َل َر‬

‫ََّل ۚ ِّإنَّ َها َك ِّل َمةٌ ه َُو قَا ٰٓ ِّئلُ َها ۖ َو ِّمن َو َرآٰ ِّئ ِّهم َب ْرزَ ٌخ ِّإلَى َي ْو ِّم يُ ْب َعثُون‬ َ ‫َلَ َع ِّل ٰٓى أ َ ْع َم ُل‬
ٰٓ َّ ‫ص ِّل ًحا ِّفي َما ت ََر ْكتُ ۚ ك‬

“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian


kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke
dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-
kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di

9
DR. Rosihon Anwar, M.Ag, Aqidah Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), 180
hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan”.( Q.S. Al-
Mu’minuun: 99-100).

Dengan demikian penulis akan membahas tentang beberapa hal yang menyangkut
tentang alam barzah yakni Ruh dan Hal-ihwal yang Dialami Manusia Sesudah Mati.
Kita akan memulai pembahasan tentang keadaan di dalam kubur dengan menguraikan
ke mana ruh pergi setelah maut mencengkram manusia. Ruh adalah intisari keberadaan
kita selaku manusia. Tidak seperti jasad jelas keberadaannya setelah kematian tiba,
jasad terkubur di dalam tanah, ditempat yang biasa kita sebut kuburan, keberadaan dan
bagaimana keadaan ruh setelah kematian merupakan satu pert anyaan besar bagi
manusia pada umumnya.

Setelah mati, manusia akan menuju kehidupan alam kubur. Inilah tempat manusia
menanti datangnya kiamat dan hari kebangkitan. Didalam kubur, keturunan, pangkat
martabat dan kekayaan seseorang tidaklah berarti. Setiap orang akan diperlakukan
berdasarkan amal perbuatan selama di dunia. Ketika masuk ke dalam kubur, segala hal
yang duniawi ditinggalkan. Di dalam kubur juga akan diperihatkan tempat yang kelak
dihuni seseorang setelah dia dibangkitkan. Jika orang itu membawa amal saleh. Dia
akan melihat tempatnya di surga. Sedangkan yang dibawanya adalah dosa dan amal
buruk, dia akan melihat tempatnya di neraka.Rasulullah, dalam hadis yang disampaikan
Abdullah bin Umar, bersabda: “Ketika salah seorang dari kalian meninggal, akan
diperlihatkan tempatnya pada pagi dan sore hari. Apabila dia termsuk penghun surga,
akan diperlihatkan kepadanya surga. Dan apabila dia termasuk penghuni neraka, akan
diperlihatkan kepadanya neraka. Bersamaan dengan itu ada suara yang berseru,
‘inilah tempatmu kembali di hari kiamat’.”10

Dengan demikian, sewaktu didalam kubur, manusia sudah mengetahui ke mana dia
akan di temapatkan penempatan ini didasrkan pada amalnya saat hidup di dunia.

b. Yaumul Ba’ats
Yaumul Ba’ats adalah suatu saat ketika semua mahluk yang bernyawa dan berakal akan
dibangkitkan setelah mengalami kematian atau kiamat. Semua manusia pasti akan
dihidupkan dan dibangkitkan kembali oleh Allah swt. untuk dimintai
pertanggungjawabannya selama hidup di dunia. Firman Allah swt.

10
M. Zakkiyunnuha, Pintu-Pintu Akhirat, (Yogyakarta: Nusa Media, 2014), 65.
“Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpah yang sungguh-sungguh,
“Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati” (Tidak demikian, bahkan pasti
Allah akan membangkitkannya) sebagai suatu janji yang benar dari Allah. Akan tetapi,
kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S an Nahl/16:38).
Pada hari kebangkitan atau Yaumul Ba’ats, semua manusia yang mati akibat
terjadi kiamat kubra, baik karena kematian biasa, karena musibah kebakaran, karena
pesawat jatuh, atau yang mati dan hancur serta hilang jasadnya, semua akan
dibangkitkan dan tidak akan terlewat meskipun hanya seorang. Sebagaimana firman
Allah Swt. berikut ini.
“Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan dia lupa kepada kejadiannya, ia
berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur
luluh?”Katakanlah, “la akan dihidupkan oleh Tuhan yang menghidupkannya kali yang
pertama. Dan Dia sangat mengetahui tentang segala makhluk.” (QS Yasin/ 36: 78-79)
c. Yaumul Hasyr
Hasyr atau Mahsyar adalah suatu tempat di akhirat yang sangat luas. Yaumul
Hasyr merupakan saat terjadinya peristiwa ketika semua makhluk, terutama
manusia dikumpulkan dan akan dihisab serta diberi keputusan oleh Allah Swt.
tentang semua amalan yang dikerjakan ketika hidup di dunia. Mahsyar terjadi
setelah manusia dibangkitkan dari kematian. Di tempat itulah manusia akan merasa
berat dan lama menanti pengadilan dari Allah swt. yang Mahakuasa. Pada hari itu,
semua manusia dikumpulkan dan diadili oleh Allah swt. dengan seadiladilnya. Hari
itu juga disebut hari pembalasan yang hakiki. Allah swt. Berfirman

“Dan (ingatlah) hari yang di waktu itu Kami menghimpun semuanya, kemudian
Kami berkata kepada orang-orang musyrik,”Di manakah sembahan-sembahan
kamu yang dulu kamu katakan (sekutu-sekutu Kami)?” (Q.S al-An’am/6 : 22).
d. Yaumul Hisab
Yaumul Hisab adalah hari perhitungan semua amal perbuatan baik maupun buruk
manusia selama hidup di dunia. Sekalipun sebesar zarrah amalan manusia tidak
akan lepas dari perhitungan Allah swt, Pada hari itu, manusia tidak akan bisa
mengelak dan berbohong dari segala amal perbuatannya karena semua anggota
badan akan menjadi saksi atas segala perbuatannya. Sekalipun manusia telah lupa,
tetapi Allah swt. Maha Mengetahui atas segala amal perbuatan manusia
sebagaimana firman-Nya.
‫ش ِّهيْد‬ ‫س ْو ۗهُ َو ه‬
َ ‫ّٰللاُ َعلى ُك ِّل‬
َ ٍ‫ش ْيء‬ ‫ّٰللاُ َج ِّم ْي ًعا فَيُن َِّبئ ُ ُه ْم ِّب َما َع ِّملُ ْو ۗا اَحْ صىهُ ه‬
ُ َ‫ّٰللاُ َون‬ ‫ࣖ ٌ َي ْو َم َي ْب َعث ُ ُه ُم ه‬
Pada hari itu mereka semuanya dibangkitkan Allah, lalu diberitakan-Nya kepada
mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah menghitungnya (semua amal
perbuatan itu), meskipun mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha
Menyaksikan segala sesuatu.
Kondisi manusia pada hari itu tergantung pada amal perbuatannya selama di
dunia. Bagi mereka yang selama di dunia terbiasa melakukan amal baik dan ibadah,
mereka akan merasakan bahwa perhitungan itu amat mudah dan cepat. Sebaliknya,
bagi mereka yang terbiasa berbuat maksiat, menipu, korupsi, memakan harta anak
yatim, tidak mendirikan salat, tidak berpuasa, tidak mengeluarkan zakat, dan amal-
amal lainnya, mereka akan diliputi kekecewaan dan penyesalan yang tiada tara.
Sebagai mana yang telah Allah jelasAllah jelaskan dalam Al-quran.
ُ
َ ِّ‫فَأ َ َّما َم ْن أوت‬
‫ى ِّكت َبَ ۥهُ ِّبيَ ِّمينِّ ِّهۦ‬
‫ِّيرا‬
ً ‫سابًا َيس‬
َ ‫سبُ ِّح‬
َ ‫ف يُ َحا‬ َ َ‫ف‬
َ ‫س ْو‬
“Adapun orang yang diberi kitab di sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa
dengan pemeriksaan yang mudah.” (Q.S. alInsyiqaq/ 84: 7-8)
e. Yaumul Mizan
Mizan adalah timbangan amal. Maksudnya adalah setiap amal manusia akan
ditimbang agar diketahui secara yakin dan pasti tentang amal baik dan amal
buruknya. Perhitungan itu dilakukan dengan seadil-adilnya tanpa ditambah atau
dikurangi sedikit pun. Allah swt. berfirman.
‫شيْـًٔ ۗا َوا ِّْن َكانَ ِّمثْ َقا َل َحبَّ ٍة ِّم ْن َخ ْردَ ٍل اَتَ ْينَا ِّب َه ۗا َوكَفى ِّبنَا‬ ْ ُ ‫ط ِّل َي ْو ِّم ْال ِّقي َم ِّة فَ ََّل ت‬
ٌ ‫ظلَ ُم نَ ْف‬
َ ‫س‬ َ ‫ض ُع ْال َم َو ِّازيْنَ ْال ِّق ْس‬ َ َ‫َون‬
‫َ َحا ِّس ِّبيْن‬
Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidak
seorang pun dirugikan walau sedikit; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami
mendatangkannya (pahala). Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan.
Pada Yaumul Mizan itu tidak akan terdapat kecurangan sebagaimana peradilan
yang kita temui dalam kehidupan di dunia ini. Di dunia ini orang pandai dalam
memutar-balikkan fakta, membuat perkara-perkara peradilan dapat memenangkan
pihak yang kuat dan menindas pihak yang lemah. Kecurangan yang dilakukan oleh
manusia di dunia, akan menjadikannya binasa ketika ditegakkan Al Mizan baginya
di akhirat nanti, karena keadilan Allah Swt adalah tidak bisa ditawar sebagaimana
sistem peradilan di dunia ini.
Khalĩfah ‘Umar bin Khoththõb Ra berkata: “Hisablah dirimu sebelum engkau
dihisab, timbanglah dirimu sebelum engkau ditimbang”. Maka hendaknya kita
kaum Muslimin harus berusaha agar selalu sadar akan adanya Perhitungan dan
Timbangan tersebut. Ada suatu riwayat yang dinukil dari Kitab yang ditulis oleh Al
Imãm Al Qurthuby tersebut diatas (Kitab “At Tadzkiroh fi Ahwãlil Mautã wa
‘Umũril Ãkhiroh” Juz 1 halaman 413), dimana beliau meriwayatkan dari Wahab
bin Munabbih tentang tafsir Surat Al-Anbiyã’ ayat 47, bahwa: “yang akan
ditimbang adalah amalan-amalan yang paling akhir”
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hari akhi hari kiamat adalah binasa atau hancurnya alam semesta. Hari ini merupakan
tanda berakhirnya kehidupan dunia menuju kehidupan kekal di akhirat. Hari kiamat
juga merupakan awal dari kehidupan akhirat di mana seluruh manusia dikumpulkan
untuk mempertanggung-jawabkan segala perbuatannya semasa hidup. Hari itu, tidak
ada satu pun planet yang tersisa, semuanya hancur, termasuk Bumi tempat kita tinggal.
Mengetahui kapan hari kiamat tiba merupakan sesuatu yang dirahasiakan oleh Allah
SWT. Dan tak seorang pun mengetahuinya, bahkan para malaikat sekalipun.

Hisab adalah hari diperhitungkannya setiap amal perbuatan manusia. Di yaumul hisab
ini, seluruh manusia akan dimintai pertanggungjawabannya atas apa yang ia lakukan
selama hidup di dunia. Di hari tersebut, manusia tidak dapat berbohong atau membela
diri karena mulut mereka akan dikunci dan anggota tubuhlah yang menjadi saksi.

Berkaitan dengan yaumul hisab ini, salah satu sahabat Rasul yakni Umar bin Khattab
pernah memberikan nasihat, "Hisablah diri kamu sebelum kamu dihisab." Menghisab
diri dalam makna tersebut berarti bahwa seseorang harus berusaha menghitung diri dan
melakukan evaluasi diri sebelum Allah yang nanti akan mengevaluasinya.
DAFTAR PISTAKA

Susiba dan Yasnel, Aqidah Akhlak, (Pekanbaru: CV. Mutiara Pesisir Sumatra, 2014)
Nurhayati Rusdi, Aqidah Akhlak, (Pekanbaru: Kreasi Edukasi, 2017)
Syaikh Ali Abdurrahman, Ekspedisi Alam Akhirat, (Jakarta: Embun Litera, 2010)
M. Zakkiyunnuha, Pintu-Pintu Akhirat, (Pekanbaru : Zanafa 2014).

DR. Rosihon Anwar, M.Ag, Aqidah Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia, 2008).

Abu Asma Kholid Syamhudi, Hisab Pada Hari Pembalasan (t.tt: Islam House, 2013)

Bey Arifin, Hidup Sesudah Mati (Jakarta: Zahirah, 2014).

Anda mungkin juga menyukai