Anda di halaman 1dari 26

TUGAS MANDIRI

PEMIKIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI MA’HAD


MAMBAHUL HIKAM
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Umum
Dosen Pengampu : Rohman, M.A.

Disusun Oleh :
Muhamad Abdulah (221210118)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUANUIN SULTAN
MAULANA HASANUDDIN BANTEN
SERANG, 2023 M / 1444 H
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha


Esa, karena atas berkat rahmat-Nyalah tulisan ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan naskah yang
berjudul "Pemikiran Filsfat Pendidikan Di Ma’had Mambahul
Hikam" ini dalam rangka pengembangan salah satu tri darma
perguruan tinggi, yaitu bidang penelitian. Penulis Menyadari
bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang
penulis miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca
akan penulis terima dengan senang hati demi perbaikan naskah
penelitian lebih lanjut.
Tulisan ini dapat penuh selesaikan berkat adanya
bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak.
Akhimya, semoga tulisan yang jauh dari sempurna ini ada
manfaatnya.
Serang, 20 Juni 2023

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................ I


BAB I....................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................ 1
BAB II ..................................................................................... 8
IDENTITAS PESANTREN .................................................. 8
BAB III .................................................................................. 12
SEJARAH PENDIRI .......................................................... 12
BAB IV .................................................................................. 16
PERKEMBANGAN PESANTREN .................................... 16
BAB V ................................................................................... 19
RESPON PONPES TERHADAP ISU AKTUAL ................ 19
BAB VI .................................................................................. 20
PENUTUP .......................................................................... 20

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Dari pengertian sejarah dan pendidikan Islam maka dapat
dirumuskan pengertian tentang sejarah pendidikan Islam (tarikh
altarbiyah al-islamiyah) dalam buku Zuhairini yaitu:
1) Keterangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan
pendidikan Islam dari waktu ke waktu yang lain, sejak zaman
lahirnya Islam sampai dengan masa sekarang; dan
(2) Cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam, baik dari segi
ide dan konsepsi maupun dari segi institusi dan operasionalisasi
sejak zaman Nabi Muhammad saw sampai sekarang.1
Sejarah pendidikan Islam pada hakikatnya tidak terlepas
dari sejarah Islam. Oleh sebab itu periodisasi sejarah pendidikan
Islam dapat dikatakan berada dalam periode-periode sejarah
Islam itu sendiri. Secara garis besar, sejarah Islam terbagi ke
dalam tiga periode, yaitu periode klasik, pertengahan dan modern.

11
Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), 1997,
hlm. 2

1
Kemudian perinciannya dapat dibagi menjadi 5 masa,
yaitu:
1. Masa hidupnya Nabi Muhammad saw (571 – 632 M);
2. Masa khalifah yang empat (Khulafa’ur Rasyidin: Abu Bakar,
Umar, Utsman dan Ali) di Madinah (632 – 661 M);
3. Masa kekuasaan Umawiyah di Damsyik (661 – 750 M);
4. Masa kekuasaan Abbasiyah di Baghdad (750 – 1258 M); dan
5. Masa dari jatuhnya kekuasaan khalifah di Baghdad tahun 1258
M sampai sekarang.
Selanjutnya pembahasan tentang pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan Islam dibagi ke dalam 5 periode, yaitu:
1. Periode pembinaan pendidikan Islam, yang berlangsung pada
zaman Nabi Muhammad saw.
2. Periode pertumbuhan pendidikan Islam, yang berlangsung
sejak Nabi Muhammad saw wafat sampai masa akhir bani
Umaiyah, yang diwarnai dengan berkembangnya ilmu-ilmu
naqliah.
3. Periode kejayaan (puncak perkembangan) pendidikan Islam,
yang berlangsung sejak permulaan daulah Abbasiyah sampai
dengan jatuhnya Baghdad, yang diwarnai oleh berkembangnya
ilmu aqliah dan timbulnya madrasah, serta memuncaknya
perkembangan kebudayaan Islam.

2
4. Periode Kemunduran pendidikan Islam, yaitu sejak jatuhnya
Baghdad sampai lahirnya beberapa tokoh pembaharuan pada abad
18 M, yang ditandai dengan runtuhnya sendi-sendi kebudayaan
Islam dan berpindahnya pusat-pusat pengembangan kebudayaan
ke dunia Barat.
5. Periode pembaharuan pendidikan Islam, yang berlangsung
sejak lahirnya beberapa tokoh pembaharuan pada abad 18 M
sampai masa kini, yang ditandai gejala-gejala kebangkitan
kembali umat dan kebudayaan Islam. 2
Adapun kaitannya dengan kajian pendidikan di Indonesia,
maka cakupan pembahasannya akan berkaitan dengan sejarah
Islam di Indonesia dengan fase-fase sebagai beikut:
1. Fase datangnya Islam ke Indonesia;
2. Fase pengembangan dengan melalui proses adaptasi;
3. Fase berdirinya kerajaan-kerajaan Islam (proses politik);
4. Fase kedatangan orang Barat (zaman penjajahan);
5. Fase penjajahan Jepang;
6. Fase Indonesia merdeka; dan
7. Fase pembangunan.

2
Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), 1997,
hlm. 7

3
B. Pertanyaan Penelitian
Menurut pemikiran salah satu santri alumni pesantren
terkait filsafat pendidikan di pesantrennya, beliau mengemukakan
bahwa filsafat tidak hanya melahirkan pengetahuan baru
melainkan juga melahirkan filsafat pendidikan, karena filsafat
merupakan kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk
mencapai kebijakan dan kearifan. Sedangkan filsafat pendidikan
merupakan ilmu yang pada hakekatnya adalah penerapan dari
suatu analisa filosofis terhadap lapangan pendidikan.
Tujuan filsafat pendidikan dapat ditinjau dari tujuan filsafat dan
pendidikan itu sendiri. Filsafat diantaranya memiliki tujuan untuk
mengkritisi suatu kepercayaan dan sikap yang telah dijunjung
tinggi, mendapatkan gambaran keseluruhan, analisis logis dari
bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. Sementara
itu teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang
kebijakan dan prinsip-prinsip pendidikan yang didasari oleh
filsafat, merumuskan metode praktik pendidikan atau proses
pendidikan yang menerapkan serangkaian kegiatan berupa
implementasi kurikulum dan interaksi antara pendidik dengan
peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.

4
Tujuan pendidikan sendiri tergantung dari kebutuhan. Bisa jadi
tujuan pendidikan adalah tujuan pendidikan nasional (mencetak
generasi penerus bangsa yang baik), instruksional (khusus
terhadap keterampilan tertentu), hingga ke tujuan pendidikan
institusional (pendidikan militer, dokter, akademisi, dsb).
Kiprah dan perkembangan Ma’had Mambahul Hikam
sejak awal berdirinya yang hanya berpacu pada pendidikan agama
saja, melainkan saat ini sudah mengacu pada penndidikan formal
dan umum hingga sudah banyak meluluskan alumni dan banyak
alumni yang berkiprah di masyarakat, terbukti dari makin
banyaknya jumlah santri atausiswa hingga saat ini sampai ribuan
siswa dan santri dengan jumlah 3 lembaga dari tingkat MTs, MA
dan Pesantren.
C. Sistematika Penulisan
Dalam menyusun instrumen penelitian ini, agar dalam
pembahasan terfokus pada pokok permasalahan dan tidak
melebar ke masalah yang lain, maka penulis membuat sistematika
penulisan instrumen penelitian sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis membahas tentang latar belakang
masalah, pertanyaan penelitian, dan sistematika penulisan
.

5
BAB II IDENTITAS PESANTREN
Dalam bab ini penulis membahas tentang nama pesantren,
arti yang terkandung didalamnya, kapan pesantren didirikan, latar
belakang pesantren didirikan, respon masyarakat ketika pesantren
berdiri, bentuk dukungan masyarakat kepada pesantren, serta visi,
misi dan tujuan pesantren.
BAB III SEJARAH PENDIRI
Dalam bab ini penulis membahas tentang nama pendiri
pesantren, tempat tanggal lahir pendiri, silsilah pendiri pesantren,
dimana saja pendiri menimba ilmu, nama istri dan anak- anaknya,
aktivitas pendiri selain mengajar, serta kaya tulis yang dimiliki
oleh pendiri.
BAB IV PERKEMBANGAN PESANTREN
Dalam bab ini penulis membahas tentang sudah berapa
kali pesantren ini berganti kepemimpinan, bagaimana kondisi
pesantren ketika pertama kali didirikan, bagaimana fasilitas
pesantren saat ini, bagaimana kurikulum pesantren, kitab kuning
yang diajarkan dipesantren, bagaimana pemikiran kiyai mengenai
masa depan pesantrennya, dan apa saja karakter yang diharapkan
dari santri/alumninya.
BAB V RESPON PONPES TERHADAP ISU AKTUAL

6
Dalam bab ini penulis membahas terkait isu aktual
bagaimana respon/pandangan kyai terkait peran pemerintah pusat
maupun daerah terhadap perkembangan dunia pesantren saat ini
dan terkait dengan kesahihan nasab Habib di Indonesia.
BAB VI PENUTUP
Dalam bab ini berisi tentang simpulan dan lampiran (foto
wawancara, dokumen pendirian, karya tulis , dll), serta referensi
(buku, jurnal, wawancara).

7
BAB II

IDENTITAS PESANTREN
Ma’had Mambaul Hikam yang lebih dikenal dengan nama
MMH di sekitar wilayah Tebuireng didirikan oleh KH M Zubaidi
Muslich, putra KH Muslich Hanafi asal Banyuwangi pada tahun
1984. Kakaknya yang bernama KH Baidhowi Muslich juga
mendirikan Pesantren Gading di Malang, sedangkan pondok
orang tuanya dilanjutkan oleh saudaranya yang lain, yakni KH
Nizar Muslich. Ma’had Mambaul Hikam memiliki arti yaitu suatu
tempat dari segala sumber hikmah-hikmah. Pondok ini terletak di
Desa Jatirejo, Kecamatan Diwek, Jombang, Jawa Timur, atau
sekitar 1 kilometer dari Pondok Tebuireng.
Pendirian MMH merupakan “perintah” dari guru-gurunya
saat beliaunyantri di Tebuireng, antara lain KH Idris Kamali, KH
Adlan Aly, dan Bu Nyai Hj Choiriyah Hasyim, agar tidak pulang
kembali ke pondok yang diasuh oleh ayahnya di Banyuwangi,
namun berkhidmah di Tebuireng. Selain berkhidmah di Madrasah
Tebuireng dan Madrasah Salafiyah Syafiyah Seblak, Kiai yang
akrab dipanggil Buya Zubaidi ini dikenal sebagai sosok pendidik
yang sangat kharismatik. Di sekitar Tebuireng, beliau adalah
sosok Kyai yang disegani, meski bukan merupakan pengasuh di

8
Pondok Tebuireng. Bahkan dalam setiap kegiatan besar yang
digelar oleh Ponpes Tebuireng dan sekitarnya, Buya Zubaidi
selalu diminta untuk menjadi pembaca doa di hadapan para kiai
yang hadir.3
Pendirian MMH mendapat respon yang baik dari
masyarakat setempat. Dengan demikian masyarakat memiliki
bentuk dukungan terhadap pesantren, seperti ketika
pembangunan masjid pesantren, masyarakat ikut serta bergotong
royong dalam pembangunan masjid tersebut, sebaliknya ketika
masyarakat mengadakan acara, santri pondok pesantren turut
diundang dalam kegiatan acara tersebut.
Adapaun Ma’had Mambahul Hikam memiliki Visi, Misi,
dan Tujuan sebagai berikut.
Visi
Mewujudkan Insan Religius, Cendekia, Terampil, dan Berahlaqul
karimah
Misi
1. Menanamkan pengamalan terhadap ajaran agama dalam
beraktifitas kehidupan sehari-hari.

3
https://www.nu.or.id/pesantren/mengenal-kh-zubaidi-muslich-pendiri-mmh-
jombang-nHB6w

9
2. Melaksanakan pembelajaran serta bimbingan yang
efektif, kreatif dan inovatif yang berbasis ICT.
3. Mengembangkan minat dan bakat santri/siswa secara
optimal sesua dengan potensi yang dimiliki.
4. Mewujudakan siswa yang terampil dalam kompetensi dan
unggul dalam prestasi.
5. Mewujudakan prestasi siswa dalam bidang sains dan
teknologi.
Tujuan
1. Santri memiliki kompetensi penguasaan konsep untuk
seluruh mata pelajaran secara komprehensif dan benar
sehingga mampu berkompetisi ditingkat nasional dan
mampu berkompetisi di tingkat internasional.
2. Santri mampu menggunakan Bahasa Inggris sebagai alat
komunikasi untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih
luas.
3. Santri mampu membangun kebiasaan yang aktif untuk
mencari informasi menggunakan teknologi informasi.
4. Pesantren memiliki sarana dan prasarana penunjang PBM
yang lengkap.
5. Pesantren memiliki guru dan tenaga pendukung yang
handal untuk mendukung seluruh manajemen pesantren.

10
6. Pesantren memiliki hubungan kemitraan yang baik
dengan seluruh santri, stake holders dan instansi serta
institusi pendukung pendidikan lainnya.
7. Santri memiliki, mengaplikasikan dan meningkatkan
nilai-nilai ketuhanan serta nilai-nilai kehidupan yang
bersifat universal dalam kehidupannya. 4

4
http://wiki.laduni.id/PP_Mambaul_Hikam_Jombang

11
BAB III

SEJARAH PENDIRI
Ma’had Mambaul Hikam didirikan oleh KH M Zubaidi
Muslich, lahir pada 1 Juni 1942, di Desa Parijatah Kulon, Dusun
Melik, Kecamatan Serono, Kabupaten Banyuwangi. Beliau
merupakan putra ke empat dari tujuh bersaudara dari pasangan
KH. Muslich dengan HJ. Siti Walijah.
Nasab beliau dari jalur sang ayah ini diawali dari buyut
beliau yang bernama KH. Muhammad, beliau dikenal sebagai
pemuka agama sekaligus pengajar yang dihormati dan ditaati oleh
masyarakat. KH. Muhammad mempunyai anak bernama KH.
Hanafi. Pada perkembangan selanjutnya KH. Hanafi lah yang
kemudian meneruskan estafet perjuangan ayahnya, yaitu dalam
membimbing, membina dan mengarahkan masyarakat pada
kehidupan yang agamis. Kemudian KH Hanafi mempunyai
keturunan bernama KH. Muslich, yaitu ayah dari Dr. KH
Muhammad Zubaidi Muslich. Mengikuti jejak ayah dan
kakeknya, KH. Muslich juga dikenal sebagai orang yang disegani
masyarakat dan pendiri dari Pondok Pesantren Hidayatul
Muta’alimin (tahun 1935).

12
Sedangkan kalau dari jalur ibu, Dr. KH. Muhammad
Zubaidi Muslich memiliki nasab sampai pada Pangeran
Diponegoro bahkan ada percampuran dengan orang bugis. Buyut
beliau dari jalur ibu bernama Sudarso. Buyut beliau adalah orang
yang sangat disegani dan terpandang karena beliau adalah tokoh
dan pengajar di kalangan masyarakat. Beliau mempunyai anak
bernama H. Toyyib. Sebagai seorang anak dari tokoh agama, ia
sangat diperhatikan sekali masalah pendidikan agamanya,
sehingga kelak ia menjadi anak yang sholeh dan menjadi penerus
perjuangan ayahnya.
Dr. KH. Muhammad Zubaidi Muslich memulai
pendidikannya dengan belajar di Sekolah Rakyat (SR), pada
tahun 1952. Setelah lulus dari sekolah rakyat beliau melanjutkan
ke Sekolah Keguruan atau Pendidikan Guru Agama, pada tahun
1957.
Kemudian setelah lulus dari sekolah keguruan, beliau
melanjutkan ke Madrasah Aliyah Tebuireng-Jombang, pada
tahun 1962. Lalu sSetelah lulus dari Madrasah Aliyah, beliau
melanjutkan kuliah di UNHASY (Universitas Hasyim Asy’ari,
sekarang IKAHA atau Institut KeIslaman Hasyim Asy’ari), pada
tahun 1966-1971 dengan menyandang gelar sarjana muda.

13
Beliau kemudian mengikuti program kuliah Doktoral sebagai
kelanjutan untuk mencapai kesarjanaan lengkap, pada tahun 1989
dan berhasil diselesaikan pada tahun 1993
Sebagaimana yang telah dikemukakan, bahwa lingkungan
keluarga Dr. KH. M. Zubaidi Muslich adalah lingkungan
keluarga yang kental dengan nilai-nilai Islam, maka tidak
mengherankan jika pendidikan agama telah diperolehnya sejak
kecil, yaitu di lingkungan keluarga ataupun lembaga-lembaga
pengajian. Setelah beliau mencapai usia sekolah, beliau belajar di
Sekolah Rakyat (SR) dan tamat, sang ayah kemudian
mengirimnya kelembaga-lembaga pendidikan Islam terutama
pondok pesantren. Di antara lembaga pendidikan Islam non-
formal/pondok pesantren tersebut adalah :
1. Pondok Pesantren Pekauman (Banyuwangi Kota), dari
tahun 1957-1960. Beberapa tahun beliau di pondok
pesantren ini, beliau merasa ilmu yang diperolehnya
belum cukup kemudian beliau meneruskan ke pondok
pesantren yang lain.
2. Pondok Pesantren Bustanul Ma’mur (Genteng
Banyuwangi), pada tahun 1961.
3. Pondok Pesantren Tebuireng Jombang pada tahun 1962-
1964.

14
4. Pondok Pesantren Lasem-Rembang (KH. Ma’sum) pada
tahun 1964.
5. Pondok Pesantren Tretek-Pare (Kediri), pada tahun 1965.
Di Pesantren tersebut beliau khusus mengaji dan
mengkhatamkan Kitab Ihyaa Ulumuddin dan Shoheh
Bukhori.
6. Pondok Pesantren Khoiriyah Hasyim, Jombang, pada
tahun 1966-1971.5
KH. M. Zubaidi Muslich memiliki istri yang beranama
HJ. Asma dengan dikarunai anak yang bernama KH M Irfan,
S.Ag., MHI. dan Kyai A Izzuddin, SHI., MHI .
Semasa hidupnya, selain aktif di pesantren beliau pernah
dipercaya juga sebagai Ketua MUI Kecamatan Diwek dan
menjadi salah satu tokoh ulama yang disegani karena keilmuan
fiqihnya. Beliau memiki karya tulis berupa Kitab Al-Hikmah Al-
Kaamilah yang dikarang olehnya.

5
https://www.laduni.id/post/read/58606/biografi-drs-kh-muhammad-
zubaidi-muslich

15
BAB IV

PERKEMBANGAN PESANTREN
KH M Zubaidi Muchlish selaku pendiri pesantren wafat
pada 15 November 2011, kini pesantren dan madrasah dilanjutkan
oleh anak dan mantunya, yakni KH M Irfan, S.Ag., MHI. dan
Kyai A Izzuddin, SHI., MHI.
Kondisi pesantren ketika pertama kali didirikan hanya
sebuah padepokan dan tempat ibadah yang digunakan oleh KH.
Zubaidi Muslich sebagai tempat mengaji dan mengajar agama
untuk masyarakat setempat. Karena hari demi hari, bulan bahkan
tahun demi tahun santri yang mengaji semakin bertambah. KH.
Zubaidi Muslich bertekad dan berusaha mendirikan Pondok
Pesantren untuk menampung santri-santri yang rumahnya jauh
Sebagai tokoh masyarakat dan pengasuh Pondok
Pesantren, beliau mempunyai cita-cita agar Pondok Pesantren
yang didirikannya dapat berkembang dan diteruskan oleh putra
putrinya. Maka beliau memondokkan putra-putrinya agar mereka
dapat menjadi kader-kader penerus perjuangannya dalam
menegakkan dan menyebarkan agama Islam di masyarakat.
Dengan berjalannya waktu hingga saat ini pondok
pesantren sudah memiki perubahan salah satunya sudah memliki

16
sekolah umum dan asrama yakni MTS, dan MA dengan
banyaknya siswa dan santri yang tergabung dalam pondok
tersebut.
Adapaun fasilitas pesantren dan madrasah saat ini sudah
sangat tercukupi demi berlangsungnya kegatan belajar mengajar,
diantaranya.
1.Asrama putra 2. Asrama putri 3. Masjid 4. Internet Wifi 5. Lab.
Komputer 6. Lab. IPA 7. Lab. Bahas 8. Lab. Multimeda dan
Audio Visual 9. Toilet 10. Lapangan Olahraga 11. Koponten 12.
Aula 13. Kantor 14. Koperasi Santri 15. Pokestren 16.
Laboratorium Menjahit 17. Percetakan.
Dengan berjalannya waktu kurikulum pesantren memilki
banyak perubahan, kurikulum yang sebelumnya yaitu Kyai
menjelaskan kitab-kitab besar kepada seluruh santri tanpa
membedakan, berbeda dengan kurikulum saat ini yaitu penjelasan
kitab-kitab besar hanya dijelaskan kepada santri tingkatan umur
dewasa, mengingat kemampuan para santri yang berbeda dan
tingkatan umur yang berbeda pula.
Kitab-kitab yang diajarkan pesantren saat ini antara lain,
Kifayatul Akhyar, Safinatun Najah, Jurumiyah, Imriti, Alfiyah,
Fathul Qarib, Ihya Ulumuddin, dan Hidayatul Hidayah.

17
Pemikiran KH M Zubaidi Muchlish terhadap masa depan
pesantrennya memiliki perubahan dari tujuan awal pesantren
didirikan yang sebelumnya hanya terpaku pada pendirian pondok
pesantren tradisional tanpa didirikannya sekolah umum, karena
setelah beliau wafat dilanjutkan oleh anak dan mantunya meiliki
pemikiran yang berbeda dari orang tuanya yaitu didirikannya
sekolah madrasah untuk mengikuti perkembangan zaman yang
kian modern dan untuk mewadahi para pelajar yang ingin
bersekolah di lingkungan pesantren atau bahkan diluar
lingkungan pesantren.
Karakter yang diharapkan kepada alumni pesantren atau
madrasah yakni berusaha tidak menonjolkan diri dihadapan
masyarakat, akan tetapi ia harus selalu siap ketika dibutuhkan
oleh masyarakat. Dengan sikap tawadhu yang diajarkan tetapi
mereka seringkali terlalu mendalaminya hingga lupa untuk
bersiap diri dihadapan masyarakat kapanpun dan dimanapun.

18
BAB V

RESPON PONPES TERHADAP ISU AKTUAL


Peran pemerintah pusat maupun daerah terhadap dunia
pesantren saat ini berjalan dengan baik, dengan adanya beberapa
bantuan operasional dari Kementerian Agama. Selain itu dengan
diperingati Hari Santri Nasional menandakan bahwa santri tidak
lagi dipandang sebelah mata, mereka memiiki peran dan
kontribusi terhadap negara.
Isu aktual terhadap nasab habaib di Indonesia, bahwa
pendiri pesantren lebih mempercayai kepada Rabithah Alawiyah
yang lebih mengetahui silsilah nasab keturuan Nabi Muhammad
SAW melalui keilmuannya. Sikap kita yang perlu dilakukan ialah
menghormati para habaib meskipun banyak saat ini yang
mengaku sebagai habib karena hal itu diluar kuasa kita, kita hanya
saja menghormatinya atas dasar darah Rasulullah SAW yang
mengalir di tubuhnya.

19
BAB VI

PENUTUP
Kesimpulan
Filsafat tidak hanya melahirkan pengetahuan baru
melainkan juga melahirkan filsafat pendidikan, karena filsafat
merupakan kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk
mencapai kebijakan dan kearifan. Sedangkan filsafat pendidikan
merupakan ilmu yang pada hakekatnya adalah penerapan dari
suatu analisa filosofis terhadap lapangan pendidikan.
Tujuan filsafat pendidikan dapat ditinjau dari tujuan
filsafat dan pendidikan itu sendiri. Filsafat diantaranya memiliki
tujuan untuk mengkritisi suatu kepercayaan dan sikap yang telah
dijunjung tinggi, mendapatkan gambaran keseluruhan, analisis
logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep

20
Lampiran

1. Kondisi pesantren saat ini

2. Kurikulum madrasah saat ini

21
3. Karya tulis pesantren

4. Foto wawancara

22
Referensi

23

Anda mungkin juga menyukai