Anda di halaman 1dari 12

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK SIKAP

MODERASI BERAGAMA SISWA : PERSPEKTIF SISWA DAN GURU


Muhamad Abdulah
221210118

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan agama merupakan salah satu komponen penting dalam sistem
pendidikan yang bertujuan untuk membentuk sikap, pemahaman, dan perilaku beragama
siswa. Dalam konteks masyarakat yang multikultural dan multireligius, penting bagi
siswa untuk memiliki moderasi beragama yang baik, yaitu kemampuan untuk
menghargai perbedaan agama, menjaga toleransi, dan membangun hubungan harmonis
antara pemeluk agama yang berbeda.
Guru pendidikan agama memiliki peran sentral dalam membentuk moderasi
beragama siswa. Mereka memiliki tanggung jawab untuk mengajar siswa mengenai prinsip-
prinsip dasar agama, memperkenalkan nilai-nilai agama yang mendasari kehidupan
bermasyarakat, dan memfasilitasi refleksi kritis terhadap isu-isu agama kontemporer. Dalam
konteks ini, peran guru pendidikan agama menjadi faktor penentu dalam membentuk sikap
dan pemahaman siswa terhadap agama serta kemampuan mereka dalam berinteraksi dengan
pemeluk agama lain. (Mustaqim Pabbajah dkk, 2021).
Namun, meskipun pentingnya peran guru pendidikan agama dalam
membentuk moderasi beragama siswa diakui secara luas, masih terdapat
kekurangan penelitian yang secara khusus menggali peran mereka dari perspektif siswa
dan guru itu sendiri. Oleh karena itu, penelitian yang mendalam tentang peran guru
pendidikan agama dalam konteks moderasi beragama perlu dilakukan untuk memberikan
wawasan yang lebih komprehensif dan mendalam.
Dalam konteks penelitian ini, penting untuk melihat peran guru pendidikan agama
dalam membentuk moderasi beragama siswa dari perspektif siswa. Perspektif siswa
dapat memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana mereka melihat peran guru dalam
mempengaruhi pemahaman dan sikap mereka terhadap agama serta hubungan mereka
dengan pemeluk agama lain. Melalui pemahaman ini, akan muncul gagasan-gagasan untuk
meningkatkan peran guru pendidikan agama dalam membentuk moderasi beragama siswa
secara lebih efektif. (Achmad Akbar, 2020).
Selain itu, penting juga untuk memperoleh perspektif guru pendidikan agama
tentang peran mereka dalam membentuk moderasi beragama siswa. Guru pendidikan
agama yang bekerja di berbagai sekolah memiliki pengalaman dan pemahaman yang
berbeda dalam menghadapi tantangan dan peluang dalam membentuk moderasi
beragama siswa. Memahami perspektif mereka akan membantu mengidentifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi peran guru dan mendorong pengembangan strategi dan
pendekatan yang lebih efektif dalam pendidikan agama. (Rudi Ahmad & Suryadi Stai Al-
Azhary, 2020).
Melalui penelitian yang fokus pada peran guru pendidikan agama dalam
membentuk moderasi beragama siswa dari perspektif siswa dan guru itu sendiri, kita dapat
menganalisis secara lebih mendalam tentang sejauh mana peran guru pendidikan agama
mempengaruhi pemahaman dan sikap siswa terhadap agama serta kemampuan mereka
dalam membangun hubungan yang harmonis dengan pemeluk agama lain. Hasil penelitian
ini akan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang peran guru pendidikan agama
dan memberikan wawasan yang berharga bagi pengembangan pendidikan agama di masa
depan. (Risma Trisusanti, 2023).
Dalam konteks sosial dan politik yang semakin kompleks dan seringkali
diwarnai oleh konflik antaragama, penting bagi pendidikan agama untuk memainkan
peran yang aktif dalam membentuk sikap toleransi, menghargai perbedaan, dan
membangun perdamaian antara pemeluk agama yang berbeda. Oleh karena itu, penelitian
ini memiliki relevansi yang signifikan dalam konteks pengembangan kurikulum
pendidikan agama, pelatihan guru, dan strategi pembelajaran yang lebih efektif untuk
mencapai tujuan moderasi beragama dalam pendidikan.
2. Identifikasi Masalah
Pada tahap ini, identifikasi masalah dilakukan langsung dengan melakukan kunjungan
pengabdian ke sekolah untuk meninjau langsung terkait wawancara untuk mencari data fakta
yang valid guna memenuhi artikel penulisan ini.
Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi dan wawancara ke SMKN 3 Jakarta
dengan melibatkan beberapa responden seperti guru dan siswa untuk menelaah peran guru PAI
dalam menanamkan sikap moderasi beragama pada peserta didik di SMKN 3 Jakarta.
3. Fokus Penelitian
Persoalan pokok dalam penelitian ini adalah menjelaskan peran guru pendidikan agama Islam
dalam membentuk sikap moderasi beragama siswa di SMKN 3 Jakarta. Mengingat permasalahan
yang penulis ungkap sangat luas maka peneliti hanya fokus terhadap upaya guru pendidikan
agama Islam dalam membentuk sikap moderasi beragama siswa di SMKN 3 Jakarta, peran guru
pendidikan agama Islam dalam membentuk sikap moderasi beragama siswa di SMKN 3 Jakarta,
serta faktor pendukung dan penghambat dalam membentuk sikap moderasi beragama siswa di
SMKN 3 Jakarta.
4. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahu bertujuan untuk mendapatkan bahan perbandingan dan acuan. Selain
itu, untuk menghindari anggapan kesamaan dengan penelitian ini. Maka dalam kajian pustaka ini
peneliti mencantumkan hasil-hasil penelitian terdahulu sebagai berikut:
Hasil Penelitian Nugroho Hari Murti dan Vika Nurul Mufidah, 2022
Penelitian Nugroho Hari Murti dan Vika Nurul Mufidah (2022), berjudul “Peran Guru
Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan Sikap Moderasi Beragama Pada Peserta Didik
Di SMK Kesatuan Rawa Buaya Cengkareng Jakarta Barat”. Penelitian ini merupakan penelitian
yang menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Penelitian ini bertujuan untuk menelaah peran guru PAI dalam menanamkan sikap
moderasi beragama pada peserta didik di SMK Kesatuan Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta
Barat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian yang
dilakukan di SMK Kesatuan Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat ialah bahwasannya Guru
PAI sebagai pengajar dan pendidik, anggota masyarakat, administrator, pengelola pembelajaran
menjalankan peran dan tuganya. sebagai pengajar, guru PAI menyampaikan mata pelajaran PAI
dengan baik dan jelas mudah dipahami. Kemudian, sebagai pendidik yaitu memberikan contoh
pembiasaan yang baik untuk bersikap baik sopan santun kepada siapa pun, saling menghormati
dan menghargai, mengutamakan akhlak dan tidak melupakan ibadah salat dan mengaji. Adapun
sebagai anggota masyarakat, guru PAl menjadi tokoh panutan teladan bagi peserta didik dan
masyarakat sekitarya. Melalui akhlaknya, keilmuannya dan sikap disiplinnya. Juga turut hadir di
hari-hari besar sebagai penceramah atau ustadz. Selanjutnya sebagai administrator, guru PAI
menguasai materi yang akan disampaikan dapat dilihat memakai bermacam metode dan contoh
praktik. Yang terakhir sebagai pengelola pembelajaran, guru PAl menjaga agar kelas kondusif
dan nyaman dengan menasihati secara baik dan tegas, dan tidak lupa mengingatkan pada peserta
didik akan kebersihan kelas. Implementasi moderasi beragama sudah dilaksanakan di kehidupan
sehari-harinya dengan saling menghargai, menghormati perbedaan yang ada, tidak melakukan
kekerasan. Serta menghormati tradisi kebudayaan lokal. Beberapa peserta didik sendiri
mempunyai teman yang non muslim dan tetap respek satu sama lain.

B. KAJIAN PUSTAKA
Guru Pendidikan Agama Islam
Guru pendidikan agama Islam merupakan seseorang yang mengajar dan mendidik agama
Islam dengan membimbing, menuntun, memberi teladan dan membantu mengantarkan peserta
didiknya ke arah kedewasaan jasmani dan rohani. Hal ini senada dengan tujuan pendidikan
agama Islam yang hendak di capai yakni membimbing anak agar menjadi seorang muslim yang
sejati, beriman, teguh, beramal saleh dan berakhlak mulia, serta berguna masyarakat, agama,
bangsa dan negara. (Zuhairini, 1994).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa guru pendidikan agama Islam merupakan seorang
pendidik yang mengajarkan agama Islam dan membimbing peserta didik ke arah pencapaian
kedewasaan dan membentuk kepribadian muslim yang berakhlak baik, sehingga timbul
keseimbangan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Moderasi Beragama
Moderasi berasal dari bahasa latin yaitu moderatio yang berarti sedang tidak belebihan
maupun kekurangan. Sedangkan dalam bahasa inggris berarti moderation yang artinya average
atau rata-rata. Secara umum, kata moderat bermakna mengedepankan keseimbangan dalam hal
keyakinan, moral, watak, baik ketika memperlakukan orang lain sebagai individu, maupun ketika
berhadapan dengan institusi negara. Sedangkan dalam bahasa Arab, moderasi berasal dari kata
wasath atau wasathiyah yang memiliki padanan makna tawassuth yaitu berarti tengah-tengah.
(Kementerian Agama RI, 2019).
Menurut Lukman Hakim Saifuddin tentang moderasi beragama, dalam istilah moderasi
beragama harus dipahami bahwa yang dimoderasi bukan agamanya, melainkan cara kita
beragama. Hal ini karena agama sudah pasti moderat, hanya saja ketika agama membumi, lalu
esensinya menjadi sesuatu yang dipahami oleh manusia yang terbatas dan relatif, agama
kemudian menghasilkan aneka ragam pemahaman dan penafsiran yang berlebihan dan paham
keagamaan yang ekstrem, baik ekstrem kanan maupun yang kiri.
Moderasi beragama seperti istilah moderasi Islam, agama Islam tak perlu dimoderasikan
lagi, namun cara orang berislam, memahami Islam, dan mengamalkan Islam senantiasa harus
dijaga pada koridornya yang moderat. Ada dua poin penting dalam moderasi Islam. Pertama,
senantiasa adil, yaitu memosisikan diri ke tengah tidak condong ke salah satu sisi. Kedua,
keseimbangan. (Nafi & M. Zidni, 2020).
Menurut Azyumardi Azra tentang moderasi beragama, moderasi beragama di Indonesia
sangat terlihat adalah umat Islam. Pengertian moderasi beragama dalam konteks umat Islam
kemudian disebut Wasathiyah, kondisi moderasi beragama di Indonesia saat ini sudah mapan
dengan adanya Islam Wasathiyah. Artinya, dalam memahami agama tidak banyak masyarakat
Indonesia yang ekstrem kanan maupun ekstrem kiri.
Islam sudah dipelajari secara utuh dan kaffah atau menyeluruh, yang memperlihatkan
"jalan tengah" sehingga dapat hidup berdampingan secara damai dengan penganut paham dan
agama lain, bukan secara parsial terputus-putus atau setengah-setengah yang bisa membuat
ekstrem, eksklusif dan intoleransi. (Alam & Mansur, 2017).
Menurut Quraish Shihab moderasi beragama dalam konteks Islam sebenarnya sulit
didefinisikan. Hal itu karena istilah moderasi baru muncul setelah maraknya aksi radikalisme dan
ekstremisme. Definisi moderasi beragama yang paling mendekati dalam istilah Al-Qur' an yaitu
"Wasathiyah".
Wasath bermakna pertengahan dari segala sesuatu. Kata ini juga berarti adil, baik,
terbaik, paling utama. Hal ini diterangkan dalam surat Al-Baqarah ayat 143 (wa kadzalika
ja'alanakum ummatan wasathan) yang dijadikan sebagai titik tolak moderasi beragama.
Ada tiga kunci pokok dalam penerapan wasathiyah ini, yaitu: pengetahuan yang benar,
emosi yang terkendali dan kewaspadaan atau hati-hati. Tanpa ketiga hal ini, wasathiyah akan
sangat susah bahkan mustahil diwujudkan. (Lintang, 2020).
Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah mendeskripsikan bahwasanya umat Islam
dijadikan umat yang wasahtiyah artinya umat yang moderat dan teladan, sehingga umat Islam
berada di jalan peneguh. Posisi tengah itu tidak condong ke kiri dan ke kanan, artinya siapa pun
yang tengah berada di luar dari landasan Al-Qur'an dan As-Sunnah maka Islam maju dalam
memberi teladan yang baik dan mengajaknya kembali kepada tuntutan kita yaitu Al-Qur'an dan
As-Sunnah, dengan cara lembut dan bijak.
Islam mengajarkan kepada penganutnya supaya menghargai dan menjunjung tinggi
keyakinan, disertai menghargai hak pribadi orang lain yang berbeda paham. Dengan demikian
Islam sebagai rahmatan lil alamin, dan wasahtiyah. Mengajarkan dan memberitahu umanya
untuk berperilaku baik, toleran dan menebarkan kedamaian kepada sesama manusia dengan
beragam keyakinan.
Dari pelbagai definisi moderasi beragama menurut bahasa/istilah dan tokoh agama. Maka
kemudian, dapat disimpulkan moderasi beragama merupakan cara pandang, sikap dan perilaku
selalu mengambil posisi di tengah-tengah, selalu bertindak adil, dan tidak ekstrem dalam
beragama.
Prinsip Dasar Moderasi Beragama
Salah satu prinsip dasar dalam moderasi beragama ialah selalu menjaga keseimbangan
antara akal dan wahyu, antara jasmani dan rohani, antara hak dan kewajiban, antara kepentingan
pribadi dan kemaslahatan bersama, antara keharusan dan kesukarelaan, antara teks agama dan
ijihad tokoh agama, antara pandangan ideal dan kenyataan, serta keseimbangan antara masa lalu
dan masa depan.
Adapun prinsip-prinsip dasar moderasi beragama yang harus dipegang oleh umat Islam
ada 4, yaitu sebagai berikut: 1) Tasamuh (Toleran), yang diartikan sebagai sikap toleran terhadap
ragam budaya atau kebudayaan yang ada. 2) Tawazun (Seimbang), artinya seimbang, baik antara
hubungan sesama umat manusia dan juga antara manusia dengan Tuhannya. (Hasan &
Mustaqim, 2021). 3) Tawasuth (Tengah-tengah), sikap moderat yang berpijak pada prinsip
keadilan serta berusaha menghindari segala bentuk pendekatan dengan tatharruf (ekstrem atau
keras). 4) l'tidal (Adil), yaitu merupakan sikap adil atau menempatkan sesuatu pada tempanya,
terhadap sesuatu yang universal tanpa ada rasa pamrih maupun mengharap imbalan. "Keadilan
ini tidak cukup dalam jabatan saja, melainkan adil mencakup seluruh aspek, baik syariah, akidah,
akhlak, dan yang lainnya.
Mohammad Hashim Kamali menjelaskan bahwasanya prinsip keseimbangan (balance)
dan adil (justice) dalam konsep moderasi wasahtiyah bermakna bahwa dalam beragama,
seseorang tidak boleh ekstrem pada pandangannya, melainkan harus selalu mencari titik temu.
Bag Kamal, wasahiyah adalah aspek penting dalam Islam yang sering kali dilupakan oleh
umanya, padahal wasahtiyah merupakan esensi ajaran Islam. (Kamali & Mohammad Hashim,
2015).
Kedua nilai ini, adil dan berimbang, akan lebih mudah terbentuk jika seseorang memiliki
tiga karakter utama dalam dirinya: kebijaksanaan (wisdom), ketulusan (purity), dan keberanian
(courage). Dengan kata lain, sikap moderat dalam beragama, selalu memilih jalan tengah, akan
lebih mudah diwujudkan apabila seseorang mempunyai keluasan pengetahuan agama yang
memadai sehingga dapat bersikap bijak, tahan godaan sehingga bisa bersikap tulus tanpa beban,
serta tidak egois dengan tafsir kebenarannya sendiri sehingga berani membenarkan tafsir
kebenaran orang lain, dan berani memberikan pandangannya yang berdasar pada ilmu.
(Kementerian Agama RI, 2019). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-
prinsip moderasi beragama yang harus dipegang oleh umat islam ada 4 yaitu: Tasamuh
(Toleran), Tawazun (Seimbang), Tawasuth (Tengah-tengah), I'tidal (Adil).
Indikator Moderasi Beragama
Moderasi Beragama merupakan cara pandang, sikap dan perilaku yang mengambil jalan
tengah, untuk mencapai keseimbangan dalam beragama. Yaitu, tidak mengarah ke kanan
maupun ke kiri. Pemahaman ini berupaya agar membentuk kehidupan yang berimbang, saling
menghormati dan menghargai terlebih lagi dalam menjalankan perintah Tuhan.
Adanya Indikator moderasi beragama mampu menuntun kita untuk menyadari dan
memutuskan, cara pandang, sikap dan perilaku beragama tertentu itu tergolong moderat ataupun
sebaliknya, yakni ekstrem. Setidaknya ada 4 hal indikator moderasi beragama yang harus
diketahui, masing-masing. Di antaranya, yakni: 1) Komitmen Kebangsaan, 2) Toleransi, 3) Anti
Kekerasan dan Anti Radikalisme, 4) Akomodatif Terhadap Kebudayaan Lokal.
Dalam realitas kehidupan masyarakat sekarang, perlu dalam melihat suatu masyarakat
dengan merasakan 4 indikator yaitu: Komitmen kebangsaan, toleransi, anti kekerasan dan anti
radikalisme, akomodatif kebudayaan lokal. Di atas, guna menjumpai atau mengetahui bahwa
orang tersebut tergolong moderat atau tidak (ekstrem).

C. METODE PENELITIAN
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti sekelompok manusia, objek, kondisi, sistem
pemikiran ataupun suatu peristiwa yang terjadi di lapangan. Alasan peneliti memilih jenis
penelitian ini bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam berhadapan langsung dengan
kenyataan yang terjadi di lapangan, menghubungkan secara langsung peneliti dan responden,
metode ini juga memiliki pengaruh bersamaan terhadap nilai sosial yang dihadapi peneliti.
Penelitian kualitatif (qualitative research) merupakan suatu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis suatu fenomena sosial, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,
kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Pendekatan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan mengunakan metode penelitian ini maka peneliti
akan memperoleh petunjuk tentang cara kerja dan tata cara pemecahan masalah.
Deskriptif kualitatif merupakan metode yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-
fenomena apa adanya baik yang sedang berlangsung pada saat itu atau sudah lampau.
Pendekatan deskriptif adalah suatu pendekatan dengan proses pengumpulan data secara
sistematis dan intensif. Data yang diperoleh merupakan data sebenarnya bukan dari hasil
manipulasi.
Menurut (Fatihudin Didin, 2015) penelitian kualitatif adalah penelitian yang lebih banyak
menggunakan subjektif, mencakup penelaan dan pengungkapan berdasarkan persepsi untuk
memperoleh pemahaman terhadap fenomena sosial dan kemanusian. Proses penelitian ini
menekankan pada pemikiran, pemahaman dan persepsi terbadap topik atau sub pokok bahasan
yang berkaitan dengan objek penelitian.
2. Subjek Penelitian
Pengertian subjek penelitian menurut Sugiyono (2013) adalah subjek penelitian merupakan
suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel
tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.
Data deskriftif penelitian ini diperoleh dari penjelasan beberapa responden yang ada di
SMKN 3 Jakarta seperti para guru dan para siswa guna menelaah dan menghasilkan informasi
terkait peran guru PAI dalam menanamkan sikap moderasi beragama pada peserta didik di
SMKN 3 Jakarta.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan
data-data penelitian dari sumber data (subyek maupun sampel penelitian). Teknik pengumpulan
data merupakan suatu kewajiban, karena teknik pengumpulan data ini nantinya digunakan
sebagai dasar untuk menyusun instrumen penelitian. Instrument penelitian merupakan
seperangkat peralatan yang akan digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data-data
penelitian (Andri Kristanto, 2018). Pengumpulan data merupakan tahapan yang sangat penting
dalam sebuah penelitian. Teknik pengumpulan data yang benar akan menghasilkan data yang
memiliki kredibilitas tinggi, dan sebaliknya. Oleh karena itu, tahapan ini tidak boleh salah dan
harus dilakukan dengan cermat sesuai prosedur dan ciri-ciri penelitian kualitatif. Sebab,
kesalahan atau ketidaksempurnaan dalam metode pengumpulan data akan berakibat fatal, yakni
berupa data yang tidak credible, sehingga hasil penelitiannya tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Dalam penelitian ini seorang peneliti bertindak sebagai instrument peneliti dan merupakan alat
untuk mengumpulkan data utama baik dari peneliti sendiri maupun bantuan orang lain. Lokasi
penelitian adalah tempat peneliti melaksanakan penelitian. Dalam penelitian ini peneliti memilih
lokasi di SMKN 3 Jakarta.
Data-data yang dapat dikumpulkan dalam penelitian kualitatif berupa data dari hasil wawancara,
observasi atau pengamatan dan dokumentasi. Data dalam penelitian kualitataif bersifat objektif,
karena peneliti yang menggunakan metode kualitataif harus berusaha menghindari sikap
subjektif yang dapat menghilangkan objektivitas data penelitian.Adapun teknik pengumpulan
data yang digunakan peneliti dalam hal ini yaitu menggali dan mecari data, sebagai berikut:
Metode observasi, metode wawancara atau interview, metode dokumentasi.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif.
Analisis data dimulai dengan melakukan wawaneara mendalam dengan informan kunci yaitu
seseorang benar-benar memahami dan mengetahui situasi objek penelitian. Setelah melakukan
wawancara, analisis data dimulai dengan membuat transkrip hasil wawancara dengan cara
memutar kembali rekaman hasil wawancara, mendengarkan dengan seksama, dan menuliskan
kata-kata yang didengar sesual dengan apa yang ada direkaman tersebut.
Setelah peneliti menulis hasil wawancara tersebut kedalam transkrip, selanjutnya peneliti harus
cermat untuk kemudian dilakukan reduksi data. Peneliti membuat reduksi data dengan membuat
abstraksi yaitu mengambil dan mencatat informasi-informasi yang bermanfaat sesuai dengan
konteks penelitian atau mengabaikan kata-kata yang tidak perlu sehingga didapatkan inti
kalimatnya saja, tetapi pembahasannya sesuai dengan bahasan informan.
Teknik analisis data yang digunakan ialah analisis deskriptif, yaitu temuan-temuan dari lapangan
akan disampaikan dengan cara mendeskripsikan temuan tersebut dalam bentuk narasi, dimana
hasilnya sesuai dengan fenomena apa adanya. Kemudian data yang didapatkan dari lapangan
juga akan dilakukan pengecekan atas kebenaran suatu data antara hasil wawancara dan
dokumentasi. Meskipun data diinterpretasikan oleh peneliti, namun dalam hal ini redaksi yang
disampaikan tidak bertentangan dengan data yang diperoleh dari lapangan (John W.Creswell,
2019).

D. REFERENSI
Ahmad, Rudi, dan Suryadi Stai Al-Azhary. "Implementasi Moderasi Beragama Dalam
Pendidikan Agama Islam." Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2020.
Akbar, Achmad. "Peran Guru Pai Dalam Membangun Moderasi Beragama Di SDN Beriwit 4
Dan SDN Danau Usung 1 Kabupaten Murung Raya," November 6, 2020.
Creswell, John, W, Research Design : Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan
Campuran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2019).
Didin, Fatihudin, Metode Penelitian Untuk Ilmu Ekonomi, Manajemen dan Akuntansi, (Sidoarjo:
Zifatama, 2015).
Kamali, Mohammad Hashim, The Middle Path of Moderation in Islam, (The Qur'anic Principle
of Wasatiyyah. London: Oxford University Press, 2015).
Kementerian Agama RI, Moderasi Beragama, (Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama RI, 2019).
Kristanto, Andri, Perancangan Sistem Informasi Dan Aplikasinya, (Yogyakarta: Gava Media,
2018).
Mansur, Alam, “Studi Implementasi Pendidikan Islam Moderat Dalam Mencegah Ancaman
Radikalisme di Kota Sungai Penuh Jambi”, Jurnal Islamika, 2017.
Mustaqim, Hasan, "Prinsip Moderasi Beragama Dalam Kehidupan Berbangsa." Jurnal
Mubtadiin, 2021.
M. Zidni, Nafi, Igraid, 8 Juli 2020, https://igra.id/moderasi-beragama-menurut-para-ahli-
227476/ (diakses Agustus 11, 2022).
Pabbajah, Mustaqim, Ratri Nurina Widyanti, dan Widi Fajar Widyatmoko. "Membangun
Moderasi Beragama: Perspektif Konseling Multikultural Dan Multireligius Di
Indonesia." Jurnal Darussalam: Jurnal Pendidikan, Komunikasi Dan Pemikiran Hukum
Islam, Vol. 13, No. 1 (September 29, 2021).
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2013).
Trisusanti, Risma. "Peran Guru Dalam Membentuk Sikap Moderasi Beragama Peserta Didik
Melalui Pembelajaran Aswaja Di MA Ma'arif Klego”, 2023.
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Aksara, 1994).

E. LAMPIRAN
No. Instrumen Responden
1. Pedoman Wawancara Guru PAI dan Siswa
1. Apa pengertian moderasi beragama menurut
pemahaman Bapak Guru PAI?
2. Bagaimana peran dan upaya Bapak Guru PAI dalam
menanamkan sikap moderasi beragama kepada para
siswa?
3. Apa implementasi para siswa yang sudah di lakukan
dalam kehidupan sehari-harinya terkait sikap
moderasi beragama?
2. Pedoman Observasi Guru PAI dan Siswa
1. Observasi akan dilakukan langsung di SMKN 3
Jakarta.
2. Peneliti akan silaturahmi dan meminta izin terlebih
dahulu kepada kepala sekolah, para guru, dan petugas
sekolah, hal ini agar ketika kita melakukan mencari
informasi dapat disambut dan diterima dengan baik.
3. Penelitili akan membuat perjanjian bahwa akan
datang kembali untuk wawancara.
3. Pedoman Dokumentasi Guru PAI dan Siswa
1. Foto
2. Video

Anda mungkin juga menyukai