Anda di halaman 1dari 4

DAMPAK DAN SEBAB MELEDAKNYA POPULASI ULAT BULU DI

PROBOLINGGO

Sumber : https://www.mikirbae.com/2016/02/aliran-energi-dalam-
ekosistem.html

Sumber : https://imagesee.biz/siklus-hidup-ulat-bulu/

Ulat bulu (Lymantria Marginata) merupakan spesies kategori serangga di


kenal sebagai caterpillar berbulu atau larva dari beberapa jenis kupu-kupu
memiliki bentuk fisik yang ciri khas tubuh yang di penuhi bulu halus, serangga
yang termasuk famili Lymantriidae berukuran sedang dan serupa dengan
Noctuidae, tetapi tidak mempunyai mata tunggal dan memiliki areola dasar
pada sayap belakang yang lebih besar. Metamorfosis ulat bulu berawal dari
telur, larva kepompong dan kupu-kupu. Pada saat menjadi larva inilah
kemudian disebut sebagai ulat dan akan memakan daun sebanyak banyaknya
sebelum menjadi kepompong lalu berubah menjadi kupu-kupu. Ulat jenis ini
ulat yang menyerang pohon mangga, daun-daun pohonnya habis dimakan
sehingga tidak adanya klorofil dan fotosintesis yang mengakibatkan pohon
tersebut tidak berbuah atau masa berbuah tertunda.Hal ini tentu akan
berdampak pada penghasilan masyarakat menjadi menurun atau gagal sama
sekali. Keberadaan ulat bulu bukanlah hal yang baru di masyarakat umum,
tetapi ketika populasi ulat bulu ini meningkat secara signifikan serta meluas
dimana-mana ini akan menimbulkan sebuah masalah baru pastinya,
menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat khususnya masyakakat
yang tidak memiliki edukasi terkait penanggulangan masalah ini, ulat bulu
memang tidak membahayakan bagi manusia, tetapi ledakan populasi ulat
bulu yang tidak terkendali menyebabkan keresahan masyarakat, juga karena
kemungkinan besar bila mengenai kulit yang peka akan menyebabkan
gatal.Tidak semua kulit manusia tahan terhadap ulat bulu, kulit yang tahan
tidak akan menjadi masalah, tetapi bagi kulit-kulit yang peka terhadap ulat
bulu, maka itulah yang akan menjadi dampak timbul gatal-gatal atau alergi
pada kulit. tetapi jika ulat bulu jumlahnya ribuan berada di sekitar rumah
warga, masuk ke rumah, berada di dinding, jendela, pintu, lantai sampai ke
atap rumah, tentunya hal ini akan menimbulkan keresahan bagi warga. Selain
menyebabkan gatal pada kulit alergi pada jenis kulit tertentu, juga
meresahkan masyarakat. Lingkungan rumah yang biasanya bersih dan
rindang menjadi penuh sesak oleh ulat bulu, apalagi bila ulat bulu tersebut
sampai masuk ke dalam rumah.

Curah hujan yang tinggi menjadi salah satu penyebab wabah ulat bulu. Air
hujan menyebabkan daun-daun yang tidak dibersihkan dan menumpuk di
bawah pohon mangga menjadi membusuk. Hal ini menjadikan tempat di
bawah pohon mangga lembab dan menyebabkan kemunculan larva dan ulat.
Selain di karenakan faktor cuaca yang tidak menentu, kemunculan populasi
ulat bulu yang meningkat pesat di Probolinggo juga disebabkan adanya
ketidakseimbangan ekosistem rantai makanan di wilayah tersebut. Maraknya
perburuan liar yang kian hari semakin menjadi-jadi pada burung menyebabkan
berkurangnya populasi burung-burung yang biasa memakan ulat, selain itu
populasi dari semut rangrang yang kian menyusut atau berkurang memberi
dampak sekaligus memicu meledaknya populasi ulat bulu yang menimbulkan
keresahan warga atau masyarakat setempat. Berkurangnya pemangsa alami
seperti burung, kelelawar, semut rangrang dan musuh alaminya parasitoid
menyebabkan perubahan ekosistem sehingga populasi ulat bulu tidak ada
yang mengendalikan. Perubahan iklim yang menyebabkan berubahnya
kelembaban udara dan suhu merupakan termasuk faktor yang turut serta
dalam kasus meledaknya populasi ulat bulu di wilayah Probolinggo,
penebangan hingga pembalakan pohon di secara liar di hutan serta kegiatan
alih fungsi lahan yang tak masif dan tak terkontrol serta tak memperhatikan
keseimbangan ekosistem menjadikan habitat juga tempat berkembang biak
ulat bulu dan pemangsanya pun akan hilang. Pesatnya jumlah organsme ulat
bulu juga di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ketersediaan nutrisi dan
faktor lingkungan seperti predator, parasit dan suhu lingkungan. Rusaknya
ekosistem menyebabkan ketersediaan makanan dari ulat bulu hilang,
sehingga sayuran dan pohon-pohon di sekitar pemukiman warga menjadi
tembat baru untuk keberlanjutan ekosistem yang hilang, kemudian yang
seharusnya, musuh alami ulat bulu memberikan parasit pada telur ulat yang
menyebabkan dari ribuan telur ulat hanya beberapa telur saja yang berhasil
jadi ulat. Karena musuh alami ulat menghilang maka jumlah telur yang
menetas semakin banyak dan pesat.

DAFTAR PUSTAKA

Baliadi, Y. dan Bedjo. 2011a. Intensitas dan luas serangan, serta jenis ulat
bulu tanaman mangga (Mangifera indica L.) di Probolinggo. Laporan Hasil
Observasi Lapang. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-
umbian, Malang. 20 hlm

BPTP Jawa Timur. 2006. Seminar Nasional Agribisnis Mangga.


http://www.litbang. deptan.go.id: BPTP-Jatim. [29 April 2011].

Badan Litbang Pertanian. 2011. Petunjuk Teknis Pengendalian Ulat Bulu.


http://www.litbang. deptan.go.id [8 Desember 2011]

Dinas Komunikasi dan Informatika Prov. Jatim. 2011. Kementan Teliti


Penyebab Wabah Ulat Bulu di Probolinggo. [Online] Available:
http://www.jatimprov.go.id [2001, Desember 5]

Fadil Abidin. 2011. Wabah Ulat Bulu dan Rusaknya Ekosistem. [Online]
Available: http://www.analisadaily.com [2011, Desember 12]

Jurnal Litbang Pertanian, 31(2), 2012

LPPM IPB. 2011.Tergolong Ulu Bulu Jenis Baru. [Online] Available:


http://lppm.ipb.ac.id [2011, Desember 5]

Mukhammad Fathoni S.Pd.I (2011). Analisis Ilmiah Wabah Ulat Bulu

Yuliantoro Baliadi, Bedjo dan Suharsono (2012) ULAT BULU TANAMAN


MANGGA DI PROBOLINGGO: IDENTIFIKASI, SEBARAN, TINGKAT SERANGAN,
PEMICU, DAN CARA PENGENDALIAN

Anda mungkin juga menyukai