Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENGUKURAN VOLUME


PEMBACAAN BEJANA UKUR STANDAR

Nama Mahasiswa : Provi Iwan Rencana


NIM : A022002
Kelompok : 3
Modul Praktikum : 2 (Takaran)
Nama Asisten Praktikum : Yolatri Marsela BR Nainggolan
Tanggal Pelaksanaan Praktikum : 2 Maret 2024

PROGRAM STUDI D3 METROLOGI DAN INSTRUMENTASI


AKADEMI METROLOGI DAN INSTRUMENTASI
KEMENTERIAN PERDAGANGAN
2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu tujuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981
tentang Metrologi Legal adalah untuk melindungi kepentingan umum
melalui jaminan kebenaran pengukuran dan adanya ketertiban dan
kepastian hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan,
metode pengukuran, dan Alatalat Ukur, Takar, Timbang, dan
Perlengkapannya (UTTP). Dalam ketentuan Pasal 12 Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal,
mengamanatkan pengaturan UTTP yang wajib ditera dan ditera
ulang, dibebaskan dari tera atau tera ulang, atau dari kedua-duanya,
serta syaratsyarat yang harus dipenuhi. Dalam melaksanakan
amanat tersebut di atas, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah
Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk Ditera
dan/atau Ditera Ulang Serta Syarat-syarat Bagi Alat-alat Ukur, Takar,
Timbang, dan Perlengkapannya. Adapun UTTP yang wajib ditera
dan ditera ulang adalah UTTP yang dipakai untuk keperluan
menentukan hasil pengukuran, penakaran, atau penimbangan untuk
kepentingan umum, usaha, menyerahkan atau menerima barang,
menentukan pungutan atau upah, menentukan produk akhir dalam
perusahaan, dan melaksanakan peraturan perundang-undangan.
Takaran adalah alat yang digunakan untuk menakar volume suatu
komoditi dalam kegiatan transaksi. Oleh karena itu, takaran harus
dapat memenuhi kriteria tertentu yang ditentukan oleh suatu
peraturan perundangundangan. Hal ini dimaksudkan untuk
menjamin kebenaran hasil pengukuran dan dalam upaya
menciptakan kepastian hukum. Berdasarkan uraian di atas, maka
perlu disusun suatu syarat teknis takaran sebagai pedoman bagi
petugas dalam melaksanakan kegiatan tera dan tera ulang serta
pengawasan takaran.
1.2. Tujuan
1. Praktikan dapat memposisikan takaran dan menggunakan bourje
dengan baik saat digunakan dalam pengujian.
2. Praktikan dapat menggunakan penyipat datar untuk menentukan
kedataran tempat pengujian.
3. Praktikan dapat mengukur kesalahan garis tengah, kesalahan tinggi,
dan kesalahan takaran.

1.3. Alat dan Bahan


1. Takaran bentuk silinder
2. Bourje
3. Waterpass
4. Mistar
5. Spidol
6. Kertas
7. Cerapan
BAB II
TEORI DASAR

2.1. Takaran
Takaran adalah alat yang digunakan untuk menakar volume suatu komoditi
dalam kegiatan transaksi. Takaran adalah alat yang digunakan untuk menakar
volume secara statis.Oleh karena itu, takaran harus dapat memenuhi kriteria
tertentu yang ditentukan oleh suatu peraturan perundang- undangan. Hal ini
dimaksudkan untuk menjamin kebenaran hasil pengukuran dan dalam upaya
menciptakan kepastian hukum. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu disusun
suatu syarat teknis takaran sebagai pedoman bagi petugas dalam melaksanakan
kegiatan tera dan tera ulang serta pengawasan takaranTakaran adalah alat yang
digunakan untuk menakar volume suatu komoditi dalam kegiatan transaksi. Oleh
karena itu, takaran harus dapat memenuhi kriteria tertentu yang ditentukan oleh
suatu peraturan perundang- undangan. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin
kebenaran hasil pengukuran dan dalam upaya menciptakan kepastian hukum.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu disusun suatu syarat teknis
takaran sebagai pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan tera
dan tera ulang serta pengawasan takaran lainnya.

2.2. tabel selisih garis tengah takaran bentuk selinder


Untuk batas kesalahan diizinkan yang diizikan untuk kesalahan tinggi
takaran yaitu:
1) Pada tera dari 0 sampai +1%
2) Pada tera ulang -1 saampai +2%

2.2. Persyaratan teknis


1. Bentuk dan konstruksi takaran bentuk silinder
a. Bentuk dan wujud takaran tidak menyimpang dari bentuk silinder
yang seharusnya.
b. Pada dinding takaran tidak tampak adanya lekukan-lekukan.
c. Pinggir bibir takaran rata dan terlihat bundar berbentuk lingkaran.
d. Bidang takaran tidak tampak dikikir.
e. Ukuran volume takaran memenuhi ketentuan 1 x 10n, 2 x 10n atau
1. 5 x 10n
f. Takaran bentuk silinder dapat berupa:

a. , n adalah bilangan bulat dalam satuan SI atau satuan lain


yang berlaku.
b. Takaran silinder bentuk biasa yang mempunyai perbandingan
antara garis tengah diameternya dan tinggi silinder sama dengan
1 : 1 atau garis tengahnya sama dengan tingginya;
c. Takaran silinder bentuk tinggi yang mempunyai perbandingan
antara garis tengah diameternya dan tinggi silinder 1 : 2;
d. Takaran silinder bentuk rendah yang mempunyai perbandingan
antara garis tengah diameternya dan tinggi silinder 2 :
1.sebelumnya.

2.3 Pengujian Tera dan Tera ulang


1. Pengujian dilaksanakan sesuai dengan maksud penggunaan takaran.
2. Pengujian dilakukan dengan cara geometri.
3. Penentuan garis tengah dan sisi takaran Penentuan panjang garis tengah
pada takaran bentuk silinder, kerucut terpancung dan tong serta
penentuan panjang sisi pada takaran bentuk kubus harus tidak melebihi
selisih yang diperbolehkan.
4. Penentuan tinggi takaran Penentuan tinggi takaran, kecuali takaran bentuk
kerucut terpancung, harus tidak melebihi BKD yang ditentukan untuk
kesalahan tinggi takaran.
5. Penentuan volume takaran Pada takaran bentuk kerucut terpancung, nilai
volume takaran harus tidak melebihi BKD yang ditentukan
BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN DATA
3.1. Data
3.1.1 Identitas takaran
Nama Pemilik : Akmet
Alamat Pemilik : Akmet
Merek : -
Tipe : 2L
No Seri : -
Takaran Bentuk selinder 2L
volume

3.1.2. identitas bourje


Kotak bourje no : k-23-0686-001
Merek : ANKATAMA
tipe : -
No seri : -
Kapasitas bourje : 2L
Koreksi alat ukur diameter 1mm
Koreksi alat ukur tinggi 1mm

3.2. Pengujian
3.2.1. data garis tengah dalam mm
Pengukuran Diameter
ke/pada
bidang
setinggi
1 2 3 4
0,0 h 132 134 135.5 132.5
0,50 h 133.8 135 133.5 134
1,0 h 124 134 134.5 133.5
3.2.2. hasil pengukuran tinggi
pengukuran Tinggi H H
RATA
RATA
1 2 3 4 5 6 7 8
134,7 134,7 134,7 134,7 137.7

3.2.3. hasil tinggi h

pengukuran Tinggi AH H
RATA
RATA
1 2 3 4 5 6 7 8
-1 -1 -1 -1 -1

3.3. Pengolahan data


3.3.1. Perhitungan kesalahan tinggi akibat kesalahan garis tengah

 X= ( )
, ( , ) ( ,
X=1. ( )
.( , )
X=

X = -6,355
 Hasil pengukuran tinggi menghasilkan 𝛥H yang merupakan
rata-rata kesalahan tinggi takaran
𝛥H = rata-rata pengukuran tinggi seharusnya
= 134,7 – 135,7
= -1
 Perhitungan total kesalahan tinggi takaran
Total kesalahan tinggi takaran
dH = 𝛥H + x
= -1 + (-6,355)
= -7,355 mm = -0,07355 dm
 Persen total kesalahan tinggi
𝑑𝐻 −7,355
𝑥100% = 𝑥100% = 5,42%
𝐻 135,7
 Perhitungan volume takaran sebenarnya pada saat
pengamatan

V= ∏ D2 x (H-dH)

= x 3,14 x(1,37)2 x (1,357 – 0.07355)

= x 3,14 x 1,88 x (1,28)

=1.89 L

 Penentuan presentasi → x 100%


,
= 𝑥100%

= 5,5%
BAB IV
ANALISIS
Prosedur yang dilakukan pada pratikum kali ini yaitu yang pertama adalah
meyiapkan alat dan bahan seperti kertas yang telah dibagi dimensinya, kemudian
bourje dan cerapan, kemudian menentukan jenis takaran yang digunakan dalam
pratikum adapun takaran yang dugunakan adalah takran kering dengan kapasitas
2L kemudian menentukan garis tengah takaran caranya yaitu dengan meliahat
pada tebel jika trakaran yang digunakan 2L maka ada tiga bidang yang duikur
garis tengahnya yaitu pada bidang 0 ½ dan 1 H kemudian Menentukan garis
tengah yang diukur dalam tiap bidang dan banyaknya tinggi yang diukur.
Lingkaran dibagi ke dalam beberapa bagian yang sama besar atau setiap garis
tengah dan garis tengah berikutnya membentuk sudut yang sama besar.
Pengukuran tinggi dilakukan pada titik-titik yang letaknya tepat pada ujung garis
tengah yang diukur, takaran dengan kapasitas 2L jumlah minimun pengukuran
gaaris tengah nya adalah garis tengah = 4 dan tinggi = 4, Lakukan pengukuran
garis tengah. Apabila dalam pengujian ditemukan takaran yang selisih
garistengahnya melebihi BKD maka takaran tersebut langsung
dibatalkan.Kemudian lakukan pengukuran tinggi takaran. Apabila dalam pengujian
ditemukan takaran yang selisih tingginya melebihi BKD maka takaran tersebut
langsung dibatalkan.
Persiapan yang dilakukan sebelum pengujian adalah memastikan takaran
dalam keadaan bersih dan siap uji, memeriksa bentuk kontruksi takaran seperti
penyokan, bekas kikir, atau bentuk yang tidak simestris, kemudian memeriksa
identitas takaran seperti tipe, merek no seri, nama pemilik, dan bentuk takaran,
kemudian memeriksa borje yang digunakan seperti no kotak, merek, tipe, no seri,
kapasitas bourje, koreksi alat ukur diameter dan koreksi alat ukur ketinggian borje.
Dan yang terakhir adalah menyiapkan cerapan pengujian
Adapun data yang diperoleh dari pengujian takaran yaitu • Hasil
pengukuran tinggi menghasilkan 𝛥H yang merupakan rata-rata kesalahan tinggi
takaran 𝛥H = rata-rata pengukuran tinggi seharusnya = 134,7 – 135,7 = -1
Kemudia Perhitungan total kesalahan tinggi takaran Total kesalahan tinggi
takaran dH = 𝛥H + x = -1 + (-6,355) = -7,355 mm = -0,07355 dm
,
kemudian Persen total kesalahan tinggi 𝑥100% = ,
𝑥100% = 5,42%
Perhitungan volume takaran sebenarnya pada saat pengamatan
V = 1/4 ∏ D2 x (H-dH) = 1/4 x 3,14 x(1,37)2 x (1,357 – 0.07355)
= 1/4 x 3,14 x 1,88 x (1,28) =1.89 L kemudian data terkhir yaitu Penentuan
presentasi → (hasil uji-hasil standar)/standar x 100%
= (1,89-2)/2 x100% = 5,5% dari hasil akhir presentasi kesalahan dari prngujian
tera ulang takaran, takaran dinyatakan batal kerena kesalahan pengukuranya
melebihi bkd yang mana bkd untuk tera ulang takaran adalah -1% sampai +2%,
sedang dari hasil pengujian persentase kesalahan takaran adalah 5,42% sangat
jauh dari bkd yang ditentukan, maka takaran dinyatakan batal.
Pembubuhan tanda tera pada takaran, baik pada tera maupun tera ulang,
adalah proses yang melibatkan penempelan tanda atau segel yang menunjukkan
bahwa takaran telah lulus pengujian dan memenuhi standar metrologi yang
ditetapkan. Tanda tera menunjukkan bahwa takaran tersebut dapat digunakan
secara sah dalam pengukuran komersial atau legal. Proses pembubuhan tanda tera
biasanya dilakukan oleh otoritas metrologi yang berwenang, Pada takaran ,
pembubuhan tanda tera menunjukkan bahwa takaran tersebut telah disetujui dan
memenuhi persyaratan metrologi yang ditetapkan. Sedangkan pada takaran tera
ulang, pembubuhan tanda tera menunjukkan bahwa takaran tersebut telah diuji
ulang dan tetap memenuhi standar metrologi yang berlaku setelah proses
kalibrasi ulang. Adapun letak tanda tera pada takaran berada pada plat tebal di
bibir atas takaran bagian luar, adapun tanda yang tercantum yaitu tanda sah,
tanda daerah tanda pegawai perhak, dan tanda jaminan, jika pada tera ulang maka
tanda sah di bubuhkan di samping tanda sah tahun sebelumnya
Kendala yang dialami pada saat pratikum yaitu kesulitan membaca skala
bouje karena sangat kecil dan kurangnya pencahayaan sehingga harus dibantu
dengan pencahayaan senter. Kendala selanjutnya adalah kesulitan dalam
menghitung perhitungan yang ada.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1. Praktikan dapat memposisikan takaran dan menggunakan bourje
dengan baik saat digunakan dalam pengujian dengan mengikuti
langkah yang ada pada modul, memposisikan takaran secara datar
kemudian baru di ukur dengan bourje cara menggunakan borje
adalah dengan merapatkan bagian ujung bawah bourje pada
dinding takaran sampai benar benar rapat kemudian baca skala
yang ada pada borje skala yang ada pada borje tergantung dari
kapasitas takaran yang akan digunakan, seperti borje untuk takaran
2L maka skala adalah 136,5

5.1.2. Penyipat datar adalah alat yang digunakan untuk menetukan


kedataran benda, atau alat yang diukur atau mentukan kedataran
tempat pengujian penyipat datar biasanya diletakan dibawah benda
yang akan di uji kedataran nya agar benda atau alat yang diuji
tersebut dalam keadaan datar atau diketahui kedataranya

5.1.3. Mencari Kesalahan garis tengah yang didapat pada pengujian



dengan rumus X = ( )
kemudian didapt

nilai akhir yaitu -6,355 kemudian mencari kesalahan tinggi dengan


rumus ∆H = rata − rata pengukuran tinggi − tinggi seharusnya dan

total kesalahan takaran dicari dengan rumus V = ∏ D2 x (H-dH)

5.2. Saran
5.2.1. Sebelum memulai pratikum sebaiknya membaca mudul dan
instryksi kerja
5.3. Memperhatikan arahan dari asprak
5.4. Agar pratikum lebih kondusif ada baik nya menjaga ketengangan saat
pratikum agar pratikum terlaksana lebih fokus
DAFTAR PUSTAKA

syarat teknis takaran


https://metrologi.kemendag.go.id/uploads/regulasi/1638197409_9c35cd10eb
d87964caff.pdf

Modul pratikum takaran


https://drive.google.com/file/d/179mQmewR5VRB_1688lRHFAr0HnpuaoKX/vi
ew
LAMPIRAN

Pratiakan melakukan
pengukuran dengan borje

Anda mungkin juga menyukai