Anda di halaman 1dari 3

Patah Ulet (Ductile Fracture):

a. Definisi
Patah ulet terjadi akibat beban statis yang diterapkan pada suatu material, dan
pemberhentian beban tersebut akan menghentikan penyebaran retak. Karakteristik utama dari
jenis patahan ini adalah penyerapan energi yang signifikan, bersamaan dengan terjadinya
deformasi plastis yang besar di area patahan, menyebabkan permukaan patahan tampak kasar,
berbentuk serabut, dan berwarna abu-abu. (SUARSANA, 2016)
Komposisi dari material yang digunakan juga berperan penting dalam menentukan
jenis patahan yang terjadi, tidak hanya tergantung pada beban yang diterapkan. Patah ulet
biasanya terjadi pada material yang memiliki struktur bainit, yaitu jenis baja dengan
kandungan karbon rendah. Bainit adalah struktur mikro yang serupa dengan pelat, terbentuk
pada baja yang didinginkan pada suhu antara 125 sampai 550 °C, tergantung komposisi
paduannya. Struktur ini pertama kali dideskripsikan oleh ES Davenport dan Edgar Bain.
Bainit merupakan salah satu struktur yang terbentuk saat austenit (struktur kristal kubik yang
terpusat di besi) didinginkan melewati suhu dimana struktur ini tidak stabil secara
termodinamika, dibandingkan dengan ferit, sementit, atau kombinasi dari keduanya.
Davenport dan Bain awalnya mendeskripsikan bainit memiliki kesamaan dengan struktur
martensit temper. (PERDANA, 2020)
b. Ciri Patahan :
Patahan ini menunjukkan penyusutan di area penampang patahan, yang terjadi karena
adanya tekanan satu arah. Waktu yang dibutuhkan untuk patahan terjadi cenderung lebih
panjang. Pertumbuhan retak berlangsung secara perlahan, sangat dipengaruhi oleh beban
yang diterapkan. Di permukaan patahan, terlihat adanya pola garis yang menyerupai serabut
atau fibrosa, yang memiliki tekstur berserat, kapabilitas dalam menyerap cahaya, dan
tampilan yang kurang jernih atau buram.

Patah Getas (Brittle Fracture):


a. Definisi :
Ini adalah suatu fenomena patahan pada bahan yang ditandai dengan munculnya retak
secara mendadak dan lebih cepat daripada patah ulet, tanpa mengalami deformasi plastis
terlebih dahulu dan terjadi dalam jangka waktu yang singkat. Dalam praktik sehari-hari,
kejadian patah getas dianggap lebih riskan dibandingkan patah ulet karena terjadi secara tiba-
tiba tanpa peringatan.
Patah getas umumnya terjadi pada bahan dengan struktur martensitik, atau bahan yang
memiliki komposisi karbon sangat tinggi, membuatnya sangat kuat namun juga rapuh.
Martensit adalah jenis struktur kristal baja yang sangat keras, yang dinamakan menurut Adolf
Martens, seorang pakar metalurgi dari Jerman. Istilah ini juga digunakan secara lebih luas
untuk merujuk pada setiap struktur kristal yang terbentuk melalui transformasi yang tidak
melibatkan perpindahan massa atau difusi. (Suprapto, 2010)
b. Ciri-Ciri Patahannya :
Permukaan patahan ini memiliki karakteristik berbentuk granular dengan kilauan
yang mencolok, serta dapat memantulkan cahaya. Patahan ini terjadi secara mendadak, tanpa
adanya deformasi plastis sebelumnya, yang berarti tidak ada tanda-tanda awal yang
menunjukkan bahwa material akan patah. Proses patahannya terjadi dengan sangat cepat.
Bidang patahan biasanya tegak lurus terhadap arah tegangan tarik. Selain itu, tidak terdapat
penyusutan luas penampang pada patahan, yang merupakan hasil dari adanya tegangan
multiaksial. (Suprapto, 2010)
c. Perbedaan dengan Patah Ulet :
Patah getas berbeda dari patah ulet karena menyebabkan pemisahan total. Sifat
patahannya lebih tiba-tiba dan biasanya disebabkan oleh satu trauma berat, bukan oleh
tekanan atau trauma berulang seperti pada patah ulet. (Suprapto, 2010)

Daftar Pustaka
Kementerian PUPR. (2014). Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Tingkat Dasar. Jakarta:
Kementerian PUPR.
PERDANA, W. E. (2020). PEMBUATAN SPESIMEN UJI IMPACT BERBAHAN
ALUMINIUM DENGAN TEKNIK METALURGI SERBUK. Medan: Universitas
Muhammadiyah Sumatra Utara.
Suprapto, A. (2010). Mekanisme Kegagalan ROda Gigi. Transmisi, 529-538.

Anda mungkin juga menyukai