Anda di halaman 1dari 10

TOPIK 2

RUANG KOLABORASI
Sebagai Kerangka Kerja Kurikulum

Nama Kelompok :
- Annisa Putri Cahyani - Diah Yardani
- Maissy Risma Manalu - Siti Juleha
- Siti Lufiah Dwi Putri - Tari Panca Putri

Kelompok : 4 (Empat)
Kelas : B – Bandar Lampung
MK : Perancangan dan Pengembangan Kurikulum
Topik : 2. Ruang Kolaborasi
Dosen Pengampu : Dr. Pramudiyanti, S.Si., M.Si
Instruktur : Suryana,. M.Pd

Deskripsi Tugas
Kelompok 3 dan 4 : Silahkan bahas lebih mendalam tentang tahap 2 (tentukan bukti penilaian) serta
bagaimana penerapannya sesuai dengan template yang ditunjukkan sebelumnya

A. Pengertian Understanding by Design (UbD)


Understanding by Design (UbD) dimaknai sebagai sebuah design untuk sebuah
pemahaman. Kurikulum UbD memiliki sebuah alur yang disebut dengan backward design
atau desain mundur.
Understanding by Design (UbD) merupakan salah satu strategi yang dapat diterapkan
sebagai alternative solusi untuk meningkatkan kualitas desain pembelajaran. Implementasi
UbD dalam pembelajaran tidak terlepas dari konsep dan langkah - langkah backward
design, meliputi menentukan hasil yang diinginkan, menentukan bukti penilaian dan
merencanakan pembelajaran.
Menurut Wiggins dan McTighe dibagi menjadi tiga tahap,
tahap pertama Pendidik harus mengidentifikasi kompetensi yang diinginkan dengan
membuat tujuan pembelajaran (Wiggins & McTighe, 2005). Untuk menentukan tujuan
pembelajaran, Pendidik harus memeriksa materi mana yang harus dikuasai oleh peserta
didik termasuk kompetensi yang harus dimiliki berdasarkan standar kurikulum yang ada.
Pada tahap 2, Pendidik menentukan bukti validasi capaian tujuan dengan membuat
instrument evaluasi dalam bentuk tes tertulis, kuis dan asesmen lainnya. Hal ini Pendidik
bertindak sebagai assessor sebelum membuat desain pembelajaran.
Pada tahap 3, Pendidik merencanakan kegiatan pembelajaran dengan strategi yang tepat.
B. Rancangan Pembelajaran UbD dengan metode WHERE TO
• W (wher/what) = Membantu Peserta didik memahami tujuan belajar dan apa yang
diharapkan.
• H (hook/hold) = Menarik perhatian Peserta didik dan mempertahankan perhatian
Peserta didik.
• E (equip/explore) = Membekali Peserta didik dengan dengan pengalaman yang
diperlukan .
• R (rethink/revise) = Memberi kesempatan memikirkan Kembali dan merevisi
pemahaman dan pekerjaan mereka.

D. Contoh Penerapan Metode WHERE TO dalam pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas


4
Tahap 3. Rencana Pembelajaran
Kegiatan Awal
1. Pendidik memberikan salam dan meminta salah satu peserta didik memimpin doa
sebelum pelajaran dimulai (H)
2. Pendidik melakukan presensi (H)
3. Pendidik melakukan apersepsi (R)
Apersepsi :
Peserta didik menyebutkan contoh jenis – jenis teks
4. Pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran (W)
5. Pendidik memberikan motivasi (W)
6. Pendidik memberikan acuan dengan menyampaikan strategi pembelajaran atau
mekanisme pembelajaran sesuai dengan model project based learning. (R)
Kegiatan Inti
Sesi 1
1. Menentukan pertanyaan atau masalah utama (H)
a. Peserta didik mengamati Teks Naratif
b. Pendidik dan peserta didik bertanya jawab tentang Teks Naratif tersebut
1) Apa yang bisa kamu perhatikan dari Teks?
2) Apakah kamu memahami apa isi dari teks tersebut tersebut?
3. Merencanakan proyek (E)
a. Peserta didik berkumpul dengan anggota kelompok yang terdiri dari 5 Peserta didik
secara heterogen
b. Peserta didik mengeluarkan peralatan tulis untuk mengerjakan tugas
c. Peserta didik diberikan LKPD
d. Peserta didik berdiskusi dalam kelompok untuk menjawab soal
1) Bagaimana langkah awal yang akan kamu lakukan dalam menentukan ide pokok ?
e. Pendidik membimbing jalannya diskusi
f. Perwakilan masing-masing kelompok membacakan hasil diskusinya di depan kelas.
Kelompok lain menanggapi
3. Membuat jadwal penyelesaian proyek (R)
1) Pendidik bersama peserta didik bersama-sama menyepakati bahwa pembuatan
proyek di hari pertama yaitu kurang lebih 1 jam

Sumber: Modul ajar kelas 4 semester 2 pelajaran Bahasa Indonesia


Pendapat Kelompok:
1. Nama : Annisa Putri Cahyani
Jurnal : Siti Nurjanah, dkk. 2023. Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik Pada
Mata Pelajaran IPA Melalui Pembelajaran STEM Menggunakan Rancangan UbD Di
Kelas IV SD. Jurnal Ilmiah PGSD FKIP Universitas Mandiri. 9 (01).
Ringkasan Jurnal
Kesimpulan dari Penelitian yang berjudul Peningkatan Motivasi Belajar Peserta Didik
pada Mata Pelajaran IPA Melalui Pembelajaran STEM Menggunakan Rancangan UbD
di Kelas Empat SD yang ditulis oleh Siti Nurjanah, Effy Mulyasari, dan Gunawan
Anggia yang dipublikasikan pada Jurnal Ilmiah PGSD Universitas Mandiri. Peneliti
melakukan penelitian tindakan kelas kolaboratif. Adapun tindakan yang dilakukan
dalam tahap perencanaan yakni menentukan capaian pembelajaran kemudian tujuan
pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik melalui pembelajaran
STEM dan mempersiapkan Modul Ajar menggunakan rancangan Understanding by
Design mulai dari tahap menentukan hasil yang diinginkan, merancang asesmen
pembelajaran, menyusun langkah-langkah pembelajaran. Kemudian, peneliti
mempersiapkan kelengkapan perangkat pembelajaran seperti LKPD, Bahan Ajar,
Media Pembelajaran, dan Instrumen Evaluasi. Berdasarkan hasilnya dengan
menggunakan perencanaan UbD melalui pembelajaran STEM dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran STEM dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

2. Nama : Diah Yardani


Jurnal : As’ari, A. 2016. Penggunaan backward design dalam merancang pembelajaran
matematika yang bernuansa observation-based learning. Journal for Research
Mathematics Education, 28(1): 8–19.
Ringkasan Jurnal
Dalam artikel ini, peneliti menggunakan model Backward Design sebagai desain
kurikulum perancangan pembelajaran. Secara sederhana konsep Backward Design
adalah proses mendefinisikan pengetahuan, keterampilan, dan penetapan tujuan berupa
hasil belajar siswa yang ingin dicapai (Fox & Doherty, 2011), berlanjut ke penetapan
evaluasi (Hosseini et al., 2019), dan diakhiri dengan penentuan kegiatan yang akan
dicapai (Jozwik et al., 2017) Studi yang dilakukan oleh Chaisa dan Chinokul (2021)
menyelidiki efek instruksi membaca menggunakan kerangka Backward Design dan
tema kewarganegaraan untuk meningkatkan pemahaman bacaan dan tanggung jawab
sosial siswa studi ini adalah studi eksperimental yang melibatkan 36 siswa kelas
sepuluh Thailand. Berdasarkan hasil statistik, terdapat peningkatan yang signifikan
pada pemahaman membaca dan tanggung jawab sosial siswa. Secara rinci, Backward
Design and Citizenship Theme (BD&CT) memastikan proses pembelajaran, memupuk
motivasi dan keterlibatan siswa dalam pelajaran, meningkatkan keterampilan berpikir,
dan memotivasi mereka untuk menjadi individu yang lebih sadar dan aktif.

3. Nama : Maissy Risma Manalu


Jurnal : Michael, N. A., & Libarkin, J. C. 2016. Understanding by Design: Mentored
implementation of backward design methodology at the university level. Bioscene:
Journal of College Biology Teaching, 42(2): 44-52.
Ringkasan Jurnal
Backward design menghasilkan kurikulum yang dapat dengan mudah dilaksanakan:
kurikulum ditata dengan cermat melalui perancangan tujuan dan penilaian yang cermat,
sehingga hanya menyisakan tugas yang relatif sederhana untuk mengisi konten yang
selaras dengan pembelajaran tujuan. Mengikuti model desain mundur, setelah tujuan
pembelajaran ditetapkan dan penilaian dibuat, pendidik mengalihkan perhatian ke arah
mengidentifikasi secara spesifik konten kursus dan merancang pelajaran. Gagasan
penyelarasan ini secara implisit memperkenalkan sebuah teori kurikulum dan desain
pelajaran yang tidak selalu dibicarakan secara langsung: backward design. Sama seperti
transisi dari ruang kelas ke dunia nyata, penerapan praktis penerapan desain mundur
jauh lebih banyak lebih intensif daripada model desain mundur disajikan dalam buku
dan lokakarya .

4. Nama : Siti Juleha


Jurnal : Neni Setiyawati, dkk. 2023. Analisis Pengembangan Rancangan Pembelajaran
dengan Pendekatan UbD. Jurnal Penelitian, Pendidikan, dan Pengajaran (JPPP), 4
(3).
Ringkasan Jurnal
Penelitian berjudul Analisis Pengembangan Rancangan Pembelajaran dengan
Pendekatan UbD dipublikasikan pada Jurnal Penelitian, Pendidikan, dan Pengajaran
(JPPP) pada tahun 2023 oleh Neni Setiyawati, Milianti, Uray Rina Septiani, dan Titin.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Backward Design, atau alur mundur,
digunakan dalam pembelajaran. Di Indonesia, pendekatan pemahaman melalui desain
sudah diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas. Dikatakan bahwa metode ini
efektif untuk digunakan dan dapat meningkatkan motivasi siswa serta aktivitas belajar
mereka. Asesmen diperlukan untuk mengukur pemahaman siswa dan
mengidentifikasinya. Peran guru dalam merancang kerangka UbD adalah sebagai
perancang dalam menentukan hasil belajar siswa dengan memanfaatkan evaluasi
formatif, yang mengutamakan penilaian selama proses pembelajaran. Evaluasi formatif
terdiri dari tiga komponen penilaian: feedback (umpan balik), penilaian teman
(penilaian sejawat), dan penilaian diri sendiri. Oleh karena itu, evaluasi formatif cocok
untuk digunakan sebagai penilaian yang diutamakan oleh guru untuk mencapai hasil
belajar yang diinginkan siswa.

5. Nama : Siti Lufiah Dwi Putri


Jurnal: Imaningtyas, Yarmi Gusti dan Taofik. 2023. Strategi Backward Design Pada
Pengembangan Modul Proyek Penguatan Profile Pelajar Pancasila untuk Melatih
Literasi Budaya Siswa Sekolah Dasar. EDUKASI: Jurnal Pendidikan, 15 (2).
Ringkasan Jurnal
Penelitian berjudul Strategi Backward Design Pada Pengembangan Modul Proyek
Penguatan Profile Pelajar Pancasila untuk Melatih Literasi Budaya Siswa Sekolah
Dasar yang dipublikasikan pada Jurnal Pendidikan, 15 (2) tahun 2023 oleh
Imaningtyas, Yarmi Gusti dan Taofik. Hasil penelitian ini pengembangan pada modul
P5 yang mengimplementasikan strategi Backward Design dimana asesmen dan
kegiatan proyek disusun berdasarkan tujuan modul P5 yaitu melatih literasi budaya
siswa Sekolah Dasar. strategi Backward Design diterapkan pada penyusunan Modul P5.
Backward Design terdiri dari 3 kegiatan inti, yaitu: menentukan tujuan yang ingin
dicapai, menentukan indikator keberhasilan, dan mendesain pengalaman belajar.
Backward Design yang dilaksanakan dengan menyesuaikan panduan KUMER,
kegiatan proyek dan asesmen saling terintegrasi dengan tujuan akhir untuk melatih
literasi budaya peserta didik sekolah dasar. Strategi Backward Design memposisikan
pendidik sebagai perancang dengan menerapkan tujuan. Implementasi strategi
Backward Design dalam menyusun modul P5 atau pembelajaran yang harus disiapkan
pendidik adalah berfokus pada tujuan akhir dari pembelajaran. Tujuan dari suatu
pembelajaran dapat diketahui telah tercapai memerlukan asesmen yang selanjutnya
digunakan merancang kegiatan pembelajaran yang bermakna. Selama pendidik
menyusun kegiatan pembelajaran, merancang bahan ajar atau media, menentukan
asesmen harus kembali pada tujuan yang direncanakan. Dengan demikian pembelajaran
yang diterapkan berorientasi pada tujuan dapat melatih peserta didik memaknai
kegiatan yang dilakukan.

6. Nama : Tari Panca Putri


Jurnal : Agustiani Nur Tia, dkk. 2023. Penggunaan Model Teams Games Tournament
(TGT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Kerjasama Peserta Didik Menggunakan
Rancangan Understanding By Design (UbD) Pada Mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Di Kelas IV Sekolah Dasar. Didaktik: Jurnal Ilmiah PGSD FKIP
Universitas Mandiri, 9 (01).
Ringkasan Jurnal
Penelitian ini berjudul penggunaan model teams geams tournament (TGT) untuk
meningkatkan kemempuam kerjasama peserta didik menggunakan rancangan
understanding by design (UbD) pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di
kelas IV sekolah dasar yang dipublikasikan pada Jurnal Penelitian pada tahun 2023 oleh
Tia Nur Agustiani,Suryadi,Gunawan Anggia Rahman. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan kerjasama peserta didik pada mata pelajaran PKn
menggunakan rancangan Understanding by Design (UbD) dengan model Teams Games
Tournament (TGT). Penelitian ini dilakukan pada peserta didik kelas IV SDN 037
Sabang Kota Bandung sebanyak 28 orang pada tahun ajaran 2022/2023. Metode
penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas Kolaboratif (PTKK) yang
terdiri dari dua siklus. Peneliti menggunakan metode pengambilan data kualitatif
dengan teknik pengumpulan data observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan kemampuan kerjasama dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I,
sebanyak 80,76% peserta didik berada pada kategori "Baik". Sedangkan pada siklus II,
peneliti memperoleh hasil sebesar 96,52% dengan kategori "Sangat Baik". Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan rancangan Understanding by Design (UbD)
menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan
kemampuan kerjasama peserta didik di kelas IV Sekolah Dasar.

Kesimpulan
Kurikulum yang efektif yang disusun dengan menggunakan Backward Design dalam jangka
waktu yang panjang agar berhasil mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Melalui proses
desain tiga tahap desain yaitu identify desired results, determine acceptable evidence, and plan
learning experiences and instruction sangat membantu peneliti untuk dapat memprediksi
masalah yang akan terjadi di kelas. Proses ini juga berorientasi pada aktivitas pembelajaran di
mana terdapat prioritas dan tujuan yang jelas. Perencanaan pembelajaran yang peneliti lakukan
merupakan langkah awal proses pembelajaran yang bermakna. Tanpa perencanaan
pembelajaran yang baik (dengan menggunakan Backward Design), mustahil bisa diperoleh
pembelajaran yang sukses yang menghasilkan “manusia pembelajar”. Hal ini dapat dilihat dari
proses pembelajaran yang aktif dan terpola serta dapat terukur sesuai dengan tujuan yang
ditentukan sebelumnya. Pendekatan Backward Design yang dilakukan peneliti mencerminkan
peningkatan pembelajaran yang berkelanjutan terhadap prestasi siswa dan keterampilan guru
itu sendiri. Dari hasil desain yang telah diterapkan, kinerja hasil belajar siswa mencapai hasil
yang maksimal.
CP: Peserta didik dapat memahami informasi dari tayangan
yang dipirsa dari teks cerita pengalaman dan teks
arahan/petunjuk.

Bukti penilai dalam kurikulum UbD


Pada tahap ini menunjukkan bukti bahwa peserta didik telah mencapai hasil yang diinginkan dalam
memenuhi standar. Bukti penilaian yang digunakan berupa penilaian kognitif dengan menggunakan
teks cerita, peserta didik dapat menemukan ide pokok atau inti dari teks yang mereka baca, penilaian
ini menggunakan penskroran tiap masing-masing peserta didik.

Contoh Tes Observasi


Bacalah cerita berikut untuk menjawab soal nomor !
Prabu Tapa Agung menunjuk Purbasari, putri bungsunya sebagai pengganti untuk menduduki tahta
kerajaan. Purbasari memiliki kakak yang bernama Purbararang. Ia tidak setuju adiknya diangkat
menggantikan ayah mereka. Kegeraman Purbararang yang sudah memuncak membuatnya
mempunyai niat mencelakakan adiknya. la menemui seorang penyihir untuk memantrai Purbasari
sehingga saat itu juga tiba-tiba kulit Purbasari menjadi bertotol-totol hitam.

1. Berdasarkan kutipan dongeng Lutung Kasarung di atas, bagaimana watak tokoh Purbararang?
Jawab : ................................................................................................................
............................................................
2. Apa isi penggalan dongeng di atas?
Jawab : ................................................................................................................
............................................................
3. Siapa tokoh antagonis dalam dongeng di atas?
Jawab : ................................................................................................................
............................................................
4. Jelaskan yang dimaksud sudut pandang pada sebuah cerita!
Jawab : ................................................................................................................
............................................................
5. Jelaskan yang dimaksud dengan penokohan!
Jawab : ................................................................................................................
............................................................

Nomor Butir Skor Keterangan


Soal
5 Jika peserta didik tidak menjawab satupun pertanyaan yang diberikan
10 Jika peserta didik menjawab tidak terlalu jelas/kurang tepat dengan
kajian teori yang diberikan
1 15 Jika peserta didik mampu menjawab dengan jelas/mendekati kajian teori
yang diberikan
20 Jika peserta didik mampu menjawab dengan jelas dan tepat sesuai
dengan kajian teori yang diberikan
5 Jika peserta didik tidak menjawab satupun pertanyaan yang diberikan
10 Jika peserta didik menjawab tidak terlalu jelas/kurang tepat dengan
kajian teori yang diberikan
2 15 Jika peserta didik mampu menjawab dengan jelas/mendekati kajian teori
yang diberikan
20 Jika peserta didik mampu menjawab dengan jelas dan tepat sesuai
dengan kajian teori yang diberikan
5 Jika peserta didik tidak menjawab satupun pertanyaan yang diberikan
10 Jika peserta didik menjawab tidak terlalu jelas/kurang tepat dengan
kajian teori yang diberikan
3 15 Jika peserta didik mampu menjawab dengan jelas/mendekati kajian teori
yang diberikan
20 Jika peserta didik mampu menjawab dengan jelas dan tepat sesuai
dengan kajian teori yang diberikan
5 Jika peserta didik tidak menjawab satupun pertanyaan yang diberikan
10 Jika peserta didik menjawab tidak terlalu jelas/kurang tepat dengan kajian
teori yang diberikan
4 15 Jika peserta didik mampu menjawab dengan jelas/mendekati kajian teori
yang diberikan
20 Jika peserta didik mampu menjawab dengan jelas dan tepat sesuai dengan
kajian teori yang diberikan
5 Jika peserta didik tidak menjawab satupun pertanyaan yang diberikan
10 Jika peserta didik menjawab tidak terlalu jelas/kurang tepat dengan
kajian teori yang diberikan
5 15 Jika peserta didik mampu menjawab dengan jelas/mendekati kajian teori
yang diberikan
20 Jika peserta didik mampu menjawab dengan jelas dan tepat sesuai
dengan kajian teori yang diberikan

Anda mungkin juga menyukai