Anda di halaman 1dari 6

EVALUASI TERHADAP PEMENTASAN DRAMA "Rama Shinta"

OLEH XII MIPA 4


Ditinjau dari aspek aktor “Rama”

Guru pengampu : Dr. Agus Ahmad Wakih M.sn

Di susun oleh :
Nama : Ardi Maulana
Kelas : XII IPS 3
No absen : 06

SMAN 1 SINGAPARNA
Jl.Pahlawan KH.Z Musthafa Kecamatan Singaparna Kabupaten
Tasikmalaya 46416 E-mai: smanespang@yahoo.id
Web: www.sman1spa.sch.id Tlp 0265-54520
1. DRAMA
A. Pengertian Drama
Pentas drama adalah panggung atau tempat di mana pertunjukan teater atau drama diadakan.
Ini adalah ruang di mana para aktor memainkan peran mereka dan mempersembahkan cerita
kepada penonton melalui dialog, gerakan, dan ekspresi. Pentas drama seringkali dilengkapi
dengan dekorasi, pencahayaan, dan efek suara untuk meningkatkan pengalaman teater. Ini
adalah ruang di mana seni pertunjukan berlangsung untuk menghibur, menginspirasi, atau
menyampaikan pesan kepada penonton.
pementasan drama juga meliputi berbagai elemen yang bekerja sama untuk menciptakan
teater yang menyeluruh seperti aktor, panggung, pencahayaan, suara , kostum, tata rias,
sutradara, dan kru produksi.
Ciri ciri pementasan drama mencakup Kohesi yaitu semua elemen drama seperti aktor,
panggung, kostum dan lain lain. Keteraturan yaitu keteraturan penempatan aktor hingga
penggunaan properti. Ketepatan waktu. Ekspresi emosional agar mampu menyampaikan
emosi dan karakter terhadap penonton. Ketepatan teknis seperti pencahayaan, suara dan lain
lain. Interaksi antar penonton yang biasanya menggunakan dialog atau bahasa tubuh.
Konsistensi artistik seperti kostum,tata rias dan set props. Reaksi penonton, dan pengalaman
keseluruhan yang memuaskan.

B. Persiapan Pementasan Drama


Proses pertunjukan drama melibatkan serangkaian langkah yang kompleks dan terkoordinasi,
mulai dari persiapan hingga penampilan di panggung. Berikut adalah rangkaian umum dari
proses pertunjukan drama:
Pemilihan dan Persiapan Naskah : Sutradara dan tim produksi memilih naskah yang akan
dipentaskan. Kemudian, mereka melakukan analisis mendalam terhadap naskah untuk
memahami karakter, tema, dan pesan yang ingin disampaikan.
Pemilihan Pemeran dan Audiensi: Melalui proses audisi, aktor-aktor dipilih untuk
memerankan karakter dalam drama.
Desain Produksi: Tim produksi mulai merancang elemen-elemen produksi seperti set props,
kostum, tata rias, dan pencahayaan berdasarkan visi artistik sutradara.
Rehearsal: Para aktor dan tim produksi mulai berlatih bersama dalam sesi latihan atau
rehearsal. Mereka bekerja untuk mengasah kemampuan akting, memperbaiki blocking (arah
gerakan), dan mengintegrasikan elemen-elemen produksi ke dalam pertunjukan.
Tech Rehearsals: Selama sesi latihan teknis (tech rehearsals), semua aspek teknis seperti
pencahayaan, suara, dan efek khusus diuji dan disinkronkan dengan aksi panggung.
Dress Rehearsals: Dress rehearsals adalah latihan penuh di mana para aktor mengenakan
kostum dan tata rias mereka untuk mensimulasikan pertunjukan sebenarnya. Final
Preparations: Sebelum pertunjukan, semua detail terakhir dipersiapkan, termasuk pengecekan
teknis, latihan terakhir, dan pengaturan panggung.
Performance: Pertunjukan drama dipentaskan di depan audiensi. Para aktor dan kru produksi
bekerja sama untuk memberikan pertunjukan yang memukau dan memenuhi visi artistik
drama.
Evaluation and Reflection: Setelah pertunjukan, sutradara dan tim produksi mengevaluasi
kinerja mereka, mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki, dan merenungkan tentang
kesuksesan dan tantangan dari pertunjukan tersebut.
Proses ini membutuhkan kerja sama tim yang kuat, kreativitas, dan komitmen untuk
mencapai hasil yang memuaskan bagi semua yang terlibat.

C. Tujuan Pementasan Drama


Tujuan pementasan drama untuk hiburan, pendidikan misalnya mengkomunikasikan pesan,
nilai atau tema yang relevan daru narasi drama, pengalaman emosional, ekspresi seni seperti
memberikan platform bagi para senimab untuj mengekspresikan kreativitas mereka dalam
menciptakan dalam melaksanakan karya seni, pelestarian budaya, dan inspirasi aatau refleksi
terhadap penonton.

2. KRITIK

A. Pengertian dan Fungsi Kritik


Kritik adalah suatu bentuk evaluasi atau penilaian terhadap suatu karya, gagasan, atau
tindakan. Ini melibatkan analisis yang mendalam, pemahaman yang cermat, dan seringkali
memberikan umpan balik konstruktif untuk membantu meningkatkan kualitas atau efektivitas
sesuatu. Kritik dapat bersifat positif atau negatif, tergantung pada sudut pandang dan tujuan
dari kritik tersebut.
Fungsi kritik melibatkan beberapa aspek yang penting. Pertama, kritik membantu dalam
memberikan evaluasi yang mendalam terhadap suatu karya, gagasan, atau tindakan. Ini
berarti mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan dengan cermat, memahami bagaimana hal
tersebut dapat diperbaiki, atau menghargai apa yang sudah berhasil dilakukan.
Kedua, kritik memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas atau efektivitas dari
subjek yang dikritik. Dengan menyuarakan masukan yang konstruktif, kritik membantu
mengarahkan perbaikan atau pengembangan lebih lanjut dari karya, gagasan, atau tindakan
tersebut.
Selain itu, fungsi kritik juga berhubungan dengan proses pembelajaran. Melalui kritik,
seseorang atau organisasi dapat memahami perspektif lain, memperluas wawasan, dan
meningkatkan pemahaman terhadap berbagai sudut pandang yang mungkin tidak terpikirkan
sebelumnya.
Terakhir, kritik dapat memicu refleksi dan perbaikan diri. Dengan menerima kritik dengan
sikap terbuka, individu atau organisasi dapat mengidentifikasi area di mana mereka dapat
tumbuh dan berkembang, serta mengambil langkah-langkah konkret untuk meningkatkan
kinerja atau kualitas dalam hal-hal yang dikritik. Dengan demikian, fungsi kritik bukan hanya
tentang menyoroti kelemahan, tetapi juga memberikan dorongan untuk terus berkembang dan
mencapai potensi yang lebih baik.
B. Jenis Kritik
Ada beberapa jenis kritik yang umum, antara lain:
Kritik Konstruktif : Jenis kritik ini bertujuan untuk memberikan umpan balik yang
membangun dengan menyoroti kelebihan dan memberikan saran perbaikan yang jelas.
Kritik Dekonstruktif : Kritik ini melibatkan analisis yang mendalam untuk mengungkapkan
asumsi, bias, atau ketidaksesuaian dalam suatu karya, gagasan, atau tindakan.
Kritik Sosial atau Kultural : Fokus kritik ini adalah pada aspek-aspek sosial atau budaya dari
suatu karya, gagasan, atau tindakan, terutama dalam konteks nilai-nilai dan norma yang
berlaku dalam masyarakat.
Kritik Akademis : Jenis kritik ini digunakan dalam lingkungan akademis, seringkali
melibatkan penilaian terhadap metode, argumen, atau bukti yang digunakan dalam sebuah
karya ilmiah.
Kritik Sastra : Kritik ini berfokus pada analisis sastra, termasuk tema, gaya penulisan,
karakter, dan struktur naratif suatu karya sastra.
Kritik Seni : Jenis kritik ini berkaitan dengan evaluasi estetika, komposisi visual, dan ekspresi
artistik suatu karya seni, baik itu lukisan, musik, film, atau seni pertunjukan lainnya.
Kritik Media : Fokus kritik ini adalah pada konten dan pesan yang disampaikan melalui
media massa, seperti film, televisi, dan media online, serta dampaknya terhadap masyarakat.
Kritik Politik :Jenis kritik ini mengevaluasi keputusan politik, kebijakan publik, atau perilaku
politik dari sudut pandang ideologi, etika, atau efektivitas.

3. KRITIK SASTRA AKTOR PEMENTASAN DRAMA DALAM PERTUNJUKAN


“RAMA SHINTA”

A. Sinopsis Drama Rama Shinta


Dongen Ramayana pada dasarnya menceritakan tentang kisah percintaan antaraRaden Rama
Wijaya dengan seorang puteri raja yang bernama Dewi Shinta. LegendaRama dan Shinta
sejatinya merepresentasikan makna sebuah kesetiaan, kepercayaandan ketulusan cinta
seseorang kepada kekasih atau belahan jiwanya.Tentu bukan sebuah kebetulan, bila Rama
berhasil mempersunting Shinta yang cantiksebagai istrinya. Untuk mendapatkan Shinta, dia
harus melalui ujian sayembara danmengalahkan banyak pesaing, termasuk rival utamanya,
sang raksasa bernamaRahwana.
Legenda percintaan Rama dan Shinta yang penuh batu ujian seakan baru dimulai,ketika
memasuki bagian drama penculikan. Tersebutlah kisah bahwa Rama, Shinta, beserta adik
laki-laki Rama yaitu Lesmana pergi ke hutan Dandaka. Terdapat beberapa versi menyebutkan
alasan mengapa mereka bertiga pergi ke hutan. Adayang mengatakan kepergian mereka
tujuannya untuk berburu dan mengembara.
Rahwana memang mengerahkan dayaupaya untuk bisa merebut Shinta dari pelukan
Rama.Shinta membujuk Rama untuk bisa menangkap kijang tersebut. Demi rasa cintakepada
sang istri, Rama pun melesat pergi memburu kijang dan meninggalkan Shintayang ditemani
Lesmana. Proses pemburuan Rama tak kunjung berhasil. Karena Ramatak kunjung kembali,
Shinta menjadi merasa cemas. Kemudian ia meminta Lesmanauntuk menyusul Rama.
Sebelum meninggalkanShinta, Lesmana membuat lingkaran sakti di atas tanah di sekeliling
Shinta untukmenjaganya dari segala kemungkinan bahaya. Alhasil Shinta menunggu di
tengahhutan Dandaka. Begitu mengetahui Shinta ditinggal sendirian, Rahwana
mencobauntuk menculiknya namun gagal karena setiap mendekati lingkaran, tubuh
Rahwanaterpental menjauh.Rahwana tidak kehabisan akal. Ia kemudian mengubah dirinya
menjadi seorangmusafir tua yang kehausan dan berpura-pura meratap minta minum pada
Shinta.Shinta menjadi kasihan. Ia jadi lupa pesan Lesmana dan keluar dari lingkarang
pelindung untuk memberi si musafir minum. Tidak lama setelah itu, betapaterkejutnya Shinta
begitu melihat si musafir tua berubah menjadi Rahwana.Terlambat sudah, karena rahwana
dengan mudah menangkap Shinta danmemboyongnya ke istana. Dalam perjalanan, Rahwana
sempat dihadang seekor burung raksasa Jatayu – yakni sahabat ayahanda Shinta, yang
mencobamenyelamatkan Shinta namun gagal.Sementara itu, Rama akhirnya berhasil
menahan kijang – yang ternyata berubahmenjadi seorang raksasa yang kemudian berhasil
dibunuh Rama dengan pedangnya.Dia pun kemudian kembali ke tempat Shinta. Betapa
kagetnya rama ketika Shinta tak berada di tempatnya.
Tidak membuang waktu lama, Rama dan Lesmana memutuskanuntuk mencarinya.Dalam
perjalanan mencari Shinta, mereka bertemu dengan Jatayu yang terluka pariah.Saat bertemu
pertama kali tersebut, Rama mengira bahwa Jatayulah yang menculikShinta sehingga ia
berniat mebunuhnya, namun Lesmana mencegahnya. Jatayumenjelaskan apa yang terjadi
pada Shinta sebelum akhirnya ia meninggal.Upaya Rama untuk menemukan kembali Shinta
akhirnya membuahkan hasil. Berkat bantuan pasukan kera – yang dipimpin oleh sang kera
putih bernama Hanoman,Shinta yang dikungkung di istana Rahwana bisa diselamatkan.

B. Pelakonan Rama dalam Pertunjukan Pagelaran “Rama Shinta”


Dalam cerita asli Ramayana, karakter Rama adalah Rama memiliki sifat yang baik hati,
bijaksana, tenang, patuh dan sangat menghormati orang tua, bahkan ketika saat Rama
dibuang ke hutan atas tuntutan dari ibu tirinya yaitu Kaikeyi. Rama juga merupakan sosok
pahlawan yang gagah dan pandai memainkan senjata panah.
Pada pelakonan Rama di pementasan “Rama Shinta” bisa dikatakan memenuhi dan juga bisa
mebawakan karakter Rama yang bijaksana, baik hati, tenang, patuh dan hormat kepada orang
tua. Tetapi ada beberapa hal yang sedikit mengecewakan dari pelakonan ini.
Pertama adalah kurangnya pelakonan Rama yang sangat ahli dalam memanah. Seperti yang
dikatakan, Rama adalah ahli memanah yang dimana sehatusnya ini harus sering ditampikan
pada pementasan ini. Dan yang kedua yaitu cara Rama berdialog yang membuat para audiens
sedikit kebingungan tentang apa yang dia katakan. Pelafalan dan intonasi yang terkesan ‘rata’
meskipun dia sedang marah ataupun sedih, tidak ada gejolak dan tidak ada penjiwaan dialog
baginya. Hal ini sangat merusak jiwa seorang “Rama” dalam pementasan ini, karena
seharusnya “Rama” yang bijaksan terlihat seperti ’Rama’ yang mungkin kurang bijaksana.

Anda mungkin juga menyukai