1. RAMADITIA TOBI
2. AHMAD ARIPIN
1
KATA PENGANTAR
Sungguh, tidak ada kalimat yang lebih tepat dan lebih terpelajar untuk
mengawali kata pengantar ini selain penyampaian puji dan syukur ke
hadirat Allah Swt. Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyanyang.
Dialah Allah Swt.,Tuhan yang tak pilih kasih, dan tak pandang sayang.
Dialah Rabb, pencipta alam semesta, Maha pemberi Rezeki dan Pemilik
ilmu yang Maha Tahu. Dialah Allah Swt., penggaris kebenaran dan
pengawal keseimbangan : serta penentu keadilan dengan Pencipta Kitab
suci AlQur’an dan seluruh alam semesta.
2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................
A. Latar Belakang..................................................................................
B. Rumusan masalah...................................................................................
C.Tujuan................................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN.....................................................................................
A. Pengertian Kritik..........................................................................................
B. Jenis Kritik...................................................................................................
C. Fungsi Kritik................................................................................................
D. Simbol Kritik Teater.....................................................................................
E. Nilai Estetik.................................................................................................
F. Menulis Kritik..............................................................................................
BAB III
PENUTUP...............................................................................................
Kesimpulan...........................................................................................
.......
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................................
3
A. Latar Belakang
4
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
5
A. Pengertian Kritik
Pengertian kritik secara etimogis (asal usul kata) sudah banyak disinggung
pada materi pembelajaran seni sebelumnya. Sekedar untuk menyegarkan
kembali, kritik dapat diartikan dengan ulasan, tulisan, tanggapan, penilaian,
penghargaan, pada objek yang dikritik, yakni; karya seni, karya Teater.
kegiatan Karya Teater sebagai Objek, sumber, bahan kritik, dapat dilakukan
melalui apresiasi langsung dan tidak langsung. Apresiasi langsung, maknanya
menonton, menyaksikan pergelaran Teater di gedung pertunjukan. Adapun,
apresiasi karya teater bersifat tidak langsung, Kalian dapat menonton,
menyaksikan melalui pemutaran, siaran ulang karya Teater dalam bentuk
rekaman video dan jejaring sosial media (internet).
Untuk memahami mengenai kritik, pada bagian awal tepatnya pada pengantar
pembelajaran kritik dapat dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam
menanggapi sesuatu, yakni menilai, menghargai, karya Teater. Kritik pada
karya Teater adalah proses dan produk kreatif dari seseorang melalui
kepekaan; seni dan intelektualnya. Kepekaan inilah, menjadi prasyarat untuk
seseorang menjadi Kritikus. Kritikus adalah orang yang melaksanakan kritik,
ulasan dalam bentuk tulisan dengan objektif, tidak memihak, bijaksana, dan
bertanggujawab pada karya kritiknya.
6
Untuk menjadi kritikus menurut pendapat H.B. Jassin, “untuk menjadi kritikus
wajib ada bakat seniman sedikit banyaknya, sebab jiwa seniman hanya bisa
dimengerti oleh orang yang juga memiliki bakat seni. Syarat kedua ialah jiwa
besar. Kritikus yang besar ialah kritikus berjiwa besar dan sudah bisa
melepaskan diri dari nafsu dengki, iri hati, benci, dan ria dalam hubungan pada
seseorang.
Syarat ketiga ialah pengalaman. seorang kritikus wajib bicara atas pengalaman,
supaya pendapatnya tidak dogmatis, tetap, tidak boleh diubah lagi, tapi seperti
kehidupan penuh dengan serba kemungkinan dan tidak pula segera
menyalahkan , membenarkan tanpa lebih dahulu melihat soal dari segala
sudut.”
7
B. Jenis Kritik
Kritik dalam karya Teater tidak dapat lepas dari sifat subjektif seorang penulis
kritik, sehingga tidak mustahil kritik yang terjadi akan berkembang sikap
menerima atau menolak. Akhirnya terjadilah perbedaan sudut pandang dalam
menilai, kritik antara karya teater yang dikritik seharusnya bersifat membangun,
malah justru terjadi sebaliknya.
Kritik dalam karya seni dapat dibedakan: Kritik yang membangun (konstruktif),
dan kritik yang menjatuhkan (destruktif).
Kritik dibutuhkan untuk membangun iklim kondusif seni teater. Seni tanpa kritik
adalah kemandulan kreativitas. Kritik dilakukan oleh penonton, tetapi tidak
semua penonton dapat menulis kritik, hanya seorang kritikus yang konsisten
pada bidang seni tertentu yang mampu melakukannya.
Kritik seni, kritik karya teater berdasarkan sumber kemunculannya, Saini KM.
mengatakan kritik teater dapat dibagi dalam dua jenis ”kritik akademis dan kritik
jurnalistik”,. Kritik akademis biasanya dilakukan oleh orang-orang akademisi
perguruan tinggi bersifat ilmiah akademik berupa hasil-hasil penelitian; skripsi,
tesis, disertasi, dst. Adapun kritik jurnalistik yakni kritik mass media dilakukan
oleh kritikus seni dan para jurnalis, sebagaimana kita dapat temukan pada
beberapa terbitan surat kabar, majalah, buletin dst.
8
9
C. Fungsi Kritik
Kritik hadir dan diterima di tengah-tengah masyarakat, karena kritik
memberikan manfaat dan memiliki fungsi bagi pihak-pihak yang terlibat di
dalamnya, antara lain; kreator seni, karya seni dan pembaca.
Fungsi sosial, artinya kritik yang ada dan dilakukan kritikus memberikan
dampak pencitraan terhadap kritikus sendiri, terbina, terpeliharanya budaya
menulis dan sekaligus mendorong munculnya kritikus-kritikus Teater.
Fungsi apresiatif, artinya kritik dalam bentuk ulasan yang berbobot dan
komunikatif menjadi media pembelajaran masyarakat dalam mendorong
peningkatan apresiasi Karya seni sebagai objek apresiasi sekaligus subjek bagi
pelakunya
10
D. Simbol Kritik Teater
Nilai bentuk di dalam karya teater bersifat terindra, artinya dapat dirasakan,
dinikmati, diapresiasi melalui indra pendengaran, dan penglihatan dengan
gerak laku para pemain di atas pentas.
Unsur-unsur yang terkandung di dalam seni teater, baik tradisional maupun non
tradisional dengan unsur penting meliputi; naskah, pemeran, tata pentas,
tempat dan penonton terkandung simbol. Simbol-simbol tersebut dapat
dimaknai sebagai simbol yang tidak dapat lepas dari akar, cikal bakal
keberadaan Teater dengan masyarakat pemiliknya.
Simbol dapat dimaknai sebagai sarana yang dipilih, bersifat khusus untuk
menyampaikan gagasan kreator seni dan kemudian diwujudkan dalam bentuk
seni melalui beberapa unsur yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur yang
terkandung di dalamnyapun adalah syarat dengan simbol. Unsur penting
sebagai ciri atau tanda dari ke khasan Teater, antara meliputi; unsur cerita atau
naskah, unsur pelaku seni, unsur pentas artistik perupaan, unsur tempat dan
unsur penonton. Melalui kekhasan dan keunikan simbol dengan pemaknaan
yang ada pada pertunjukan teater, teater dapat dibagi ke dalam jenis teater
tradisional dan non tradisional dengan kekhasan; bentuk pertunjukan, struktur
pertunjukan dan unsur-unsur penting pembentuknya.
11
dan non tradisional keberadaan seninya tumbuh dan berkembang di tengah-
tengah masyarakat pendukungnya dapat di simpulkan sebagai berikut.
4. Teater non tradisional dapat dimaknai melalui simbol yang dihadirkan melalui
unsur-unsurnya lebih mementingkan nilai bentuk, nilai keindahan bersifat
estetis.
Simbol-simbol pada seni tradisi dan non tradisi dapat pula dikenali melalui
penggunaan warna pada busana para pemeran. Kehadiran warna: apakah
warna hitam, putih atau kuning , motif baju dan kain samping memakai payet
atau manik-manik oleh para pemainnya? Atau telah berubah dengan
perubahan warna busana dan memakai manik-manik atau payet dan
pemakaian warna merah jambu atau pink, orange atau coklat menjadi identitas
kelompok teaternya?
Cara memahami simbol seni, khususnya simbol warna pada pertunjukan teater
adalah warna yang dengan warna natural bersifat alami, bukan hasil campuran
warna hitam, putih, kuning dan merah menandatakan atau menyimbolkan
bahwa kesenian tersebut masih bersifat tradisional, unik dan khas.
12
E. Nilai Estestik
Pengertian nilai hubungan dengan seni, karya teater dapat dipahami
sebagai mutu (kualitas) yang terkandung dalam bentuk seni, wujud seni
dengan beberapa unsur penting seni melalui simbol. Nilai seni, termasuk
seni Teater, apakah bernilai atau tidak bernilai seni dapat diketahui
melalui pengamatan, apresiasi, dan mengkritisi terhadap bentuk seni
yang ditampilkan. Nilai bentuk, nilai keindahan di dalam seni
sebagaimana kita bahas di awal kecenderungan dimiliki oleh karya seni,
karya Teater jenis non tradisional.
Nilai bentuk yang dihadirkan karya seni, karya Teater sebagai nilai
keindahan bersifat bebas nilai, subjektif, tergantung dari sudut mana
penikmat, penonton seni, dalam menikmati tontonannya. Namun
demikian, tetap pada prinsipnya bahwa seni apapun, termasuk teater
dengan penjenisannya memiliki nilai keindahan, nilai bentuk dan nilai isi,
makna dibalik simbol yang dihadirkan. Dengan demikian nilai estetis
dalam karya seni, karya teater bersifat bebas nilai dan nilai secara ini
bersifat universal. Yakni mengangkat sisi-sisi nilai tentang kemanusiaan
pada umumnya.
Melalui unsur-unsur yang terkandung di dalam seni, seni teater non
tradisional dengan unsur penting meliputi; naskah, pemeran, tata pentas,
tempat dan penonton merupakan sarana ekspresi estetik seorang
kreator seni melalui simbol-simbol yang dihadirkan.
Dengan kebebasan nilai estetis pada teater non tradisional memberikan
peluang seluas-luasnya untuk berkreativitas seni dengan catatan tidak
mengesampingkan nilai-nilai moral, kesantunan yang tumbuh dan
berkembang di lingkungan sekitar kita, di negara kita tercinta.
13
F. Menulis Kritik
14
KESIMPULAN
Kritik adalah kemampuan seseorangan dalam menanggapi. Kritik dilakukan
oleh seorang kritikus. Kritik Teater merupakan ulasan, tulisan mengenai
tanggapan terhadap karya Teater dengan beberapa unsur penting di dalamnya.
Unsur penting sebagai prasarat dalam kegiatan kritik Teater dikarenakan
adanya; Kreator seni-Karya Teater-Pembaca Kritik. Kritik Teater berdasarkan
jenisnya dapat dibedakan; kritik yang membangun dan kritik yang menjatuhkan.
Berdasarkan sumber kemunculannya kritik pun dapat dikemukan; kritik
akademis dan kritik jurnalisti. Kritik Teater memiliki fungsi: Fungsi sosial, Fungsi
apresiatif, Fungsi edukasi, dan Fungsi prestasi. Kritik terhadap karya teater
merupakan ulasan, tulisan yang tidak dapat dipisahkan dengan unsur
pembentuk seni, simbol dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Menulis
kritik merupakan proses kreatif yang tidaka bisa dipisahkan dengan kegiatan
apresiasi. Kreativitas dalam menulis kritik teater dapat dilakukan dengan
langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut; memilih karya teater sebagai
objek kritik, membaca sumber terkait objek kritik, membuat daftar pertanyaan
terkait objek kritik, melakukan pengamatan dan wawancara dengan subjek
kritik, mengapresiasi objek kritik, analisis data objek kritik, menulis kritik,
presentasi ulasan, karya kritik teater, dan publikasi kritik.
15
Daftar Pustaka
16