Anda di halaman 1dari 21

TUGAS SENI BUDAYA

“KRITIK KARYA SENI RUPA(LUKISAN)”

Oleh:

DARA AMELIA

KELAS X IPA 1

SEKOLAH MENENENGAH ATAS

SMA NEGERI 1 BATIPUH

TAHUN PELAJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur ke-Hadirat Alloh SWT yang telah memberikan hidayah
dan inayahnya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
dengan lancar tanpa halangan suatu apapun. Tanpa hidayah dan inayahnya
mungkin saya tidak akan sanggup dalam menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Kritik Karya Seni Rupa”
Saya membuat makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Seni Rupa.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari rekan-rekan semua agar makalah ini
bisa mendekati sempurna dan bermanfaat bagi para pembaca.

Batipuh, 30 November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1


A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4
A. Pengertian Kritik Seni ............................................................................... 4
B. Jenis-jenis Kritik Seni ............................................................................... 6
C. Fungsi Kritik Seni ..................................................................................... 8
D. Tahap dalam Kritik Seni ........................................................................... 9
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 11
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 16
A. Kesimpulan ............................................................................................. 16
B. Saran ....................................................................................................... 17
DARTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan seni aktivitas manusia terbagi menjadi tiga bentuk, yaitu
aktivitas kreasi, aktivitas penghayatan, dan aktivitas kritik seni. Aktivitas karya
seni yaitu mengacu adanya seniman yang menghadirkan karya. Artinya, dalam
proses seniman bersinggungan dengan kenyataan objektif di luar dirinya atau
kenyataan dalam dirinya sendiri. Persinggungan tersebut menimbulkan respon
atau tanggapan. Tanggapan yang dimilikinya dipresentasikan ke luar dirinya,
maka lahirlah karya seni. Aktivitas penghayatan, yaitu aktivitas seseorang dalam
memahami karya seni untuk mendapatkan suatu pengalaman batin. Artinya,
penghayat merasa puas setelah menghayati karya seni dan memperoleh kepuasan
estetik.
Kepuasan estetik merupakan hasil interaksi antara karya seni dengan
penghayat. Sedangkan aktivitas kritik seni, yakni sebagai usaha pemahaman dan
penikmatan karya seni. Dalam hal ini kritik sebagai kajian rinci dan apresiatif
dengan analisis yang logis dan argumentatif untuk menafsirkan karya seni. Ketiga
aktivitas tersebut, dapat dijelaskan bahwa kreasi seni berkaitan dengan mencipta,
menghayati, dan kritik. Mencipta, yaitu proses mewujudkan suatu karya seni
sesuai dengan ide seniman. Menghayati, yakni proses menikmati suatu karya yang
diciptakan seniman. Kritik, yakni proses evaluasi untuk menentukan baik-
buruknya suatu ciptaan atau memberi penjelasan terhadap suatu karya berdasarkan
norma-norma tertentu. Oleh karena itu, ketiga aktivitas itu, yakni antara seniman,
penghayatan, dan kritik seni (penilaian) merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan. Proses apresiasi memang menjadi satu kebutuhan dan kritik adalah
kebutuhan yang lain. Keduanya dapat berkait ketika kritik berhasil sebagai
pemandu pemahaman dan apresiasi. Kritik selalu diharapkan menjadi pembuka
kemungkinan adanya proses pemahaman antara kerja seniman dan daya apresiasi
masyarakat penikmatnya. Tugas kritik karya seni akan lebih banyak pada prioritas
masalah apresiasi, sehingga seluruh proses pendekatan dan isi paparan kritik dapat
menciptakan iklim apresiasi.

1
Kritik Seni dalam dunia Seni Rupa sangat penting. Malalui Kritik Seni, kita
bisa melihat kelebihan dan kekurangan yang tampak dalam sebuah karya seni.
Terjadinya kritik disebabkan adanya ketidak sesuaian, penyimpangan ataupun
lepasnya batas-batas normatif dalam pandangan obyektif pelaku kritik. Tentu
pandangan masing-masing pelaku kritik didasari dari latar belakang ilmu
pengetahuan dan pengalamannya secara menyeluruh. Artinya kritik pun bisa
bermakna subyektif bisa pula bermakna obyektif. Namun nilai kritik akan sangat
bisa diterima, tentunya, jika sudah melalui seleksi mayoritas atas pandangan yang
obyektif. Situasi kondisi dalam hal ini sangat mudah kita saksikan, baik itu di
wilayah publik, maupun dalam wilayah-wilayah yang lebih kecil. Misalnya
lingkungan sekitar. Atau bisa juga dalam sebuah komunitas tertentu.
Prilaku kritik mengkritik sangat mudah dijumpai di mana saja dalam
konteks sesuai dengan wilayah masing- masing. Mengkritik sebaiknya dibarengi
dengan semangat untuk menciptakan kondisi yang lebih baik dari sebelumnya
bukan sebaliknya. Jadi jikapun terjadi sebaliknya, berarti ada yang konslet dari
proses kritik mengkritik itu. Dan disitulah yang musti dibenahi. Dalam kehidupan
sosial secara umum, kritik mengkritik kerap terjadi. saya yakin dengan menjaga
prinsip-prinsip saling menghormati, realistis dan menggunakan teknik komunikasi
yang cerdas, maka kritik akan menjadi perbuatan yang menyenangkan.

B. Rumusan Masalah
Dari pembahasan diatas yang menjadi perumusan masalah adalah :
1. Apa pengertian dari kritik seni ?
2. Apa saja jenis-jenis dari kritik seni ?
3. Apa manfaat dari kritik seni ?
4. Apa saja tahap-tahap dalam kritik seni ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kritik seni.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari kritik seni.
3. Untuk mengetahui manfaat dari kritik seni.
4. Untuk mengetahui tahap-tahap dalam kritik seni.

2
D. Manfaat Penelitian
Dengan makalah ini, diharapkan dapat memberikan pengetahuan serta
pemahaman yang baik, baik kepada penulis maupun kepada pembaca tentang
“KRITIK SENI”. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan makalah
ini adalah pembaca dapat mengetahui tentang Pengertian, jenis-jenis, manfaat dan
tahapan dalam kritik seni.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kritik Seni


Istilah kritik atau critism (Inggris) berasal dari bahasa Yunani yakni kritikos
yang berhubungan dengan krinein yang berarti memisahkan, mengamati,
membandingkan dan menimbang. Di Yunani ada kata krites yang maksudnya
hakim, dengan kata kerja krinein berarti juga menghakimi. Kritikos berarti juga
hakim kesusasteraan. Istilah ini ada semenjak abad ke IV sebelum kelahiran
kristus. Menurut sejarahnya, seorang bernama Pilatus dari pulau Kos yang pada
tahun 305 Sebelum Masehi didatangkan ke Alexandria untuk menjadi guru raja
Ptolomeus II dan dianugerahi julukan penyair dan kritikos sekaligus (Hardjana,
1981).
Pada abad pertengahan di Eropa, istilah kritik hanya muncul dalam bidang
kedokteran dengan pengertian yang menyatakan suatu keadaan penyakit yang
kritis atau sangat membahayakan jiwa penderitanya. Selanjutnya pada masa
Renaissans arti kata tersebut kembali kepada pengertian lama dan seorang yang
bernama Poliziano pada tahun 1492 mempergunakan istilah-istilah tersebut untuk
membedakannya dengan filsuf. Pada waktu itu, istilah critikus dan gramaticus
dipergunakan untuk menunjuk orang-orang yang menekuni pustaka sastra lama.
Sementara itu seorang pujangga bernama Erasmus mempergunakan istilah art
critic untuk Al-Kitab sebagai alat atau sarana dalam pelayanan hidup. Beberapa
waktu kemudian di kalangan penganut Humanisme berlaku pengertian yang
terbatas pada penyuntingan dan pembetulan teks-teks kuno. Pergeseran arti kritik
sehingga mencakup pembetulan edisi, pernyataan pengarang, sensor dan
penghakiman berlaku pada sekitar tahun 1600. (Wellek, 1971).
Sementara itu, di Perancis dan Amerika Serikat pada awal abad XIX berlaku
kedua pengertian itu secara luas. Istilah critique menunjuk pembicaraan tentang
seniman tertentu, sedangkan criticism menunjuk teorinya. Dalam bahasa Inggris,
istilah Critic diperuntukkan kepada orangnya, yang bahasa Belandanya
Criticus. Menurut Poerwadarminta , kritik berarti kemelut; keadaan genting.

4
Kritik berarti kecaman, celaan, gugatan. Sedangkan menurut Seodjipto (1991),
arti kata kritik adalah suatu cara atau metoda untuk membahas, menimbang,
mengamati, membandingkan, memilah-milah (menyeleksi), mengulas, mengurai,
menafsir, meninjau, komentar, menelaah, menilai, mengevaluasi dan mengkaji.
Lebih lanjut W.H. Hudson mengatakan bahwa istilah kritik dalam arti yang tajam
adalah penghakiman (judgesment). Kritikus pertama kali dipandang sebagai
seorang ahli yang memiliki kepandaian khusus dan mengalami pendidikan untuk
menelaah suatu karya. Memeriksa kebaikan dan cacat, lalu mengatakan pendapat
itu. Selanjutnya Hudson mengatakan adanya kritikan yang mengutamakan memuji
dan mencari kebaikan dan ada yang mengutamakan mencari cacat melulu.
Menurut Gayley dan Scoot dalam Liaw Yock Fang (1970), kritik adalah: mencari
kesalahan (faul- finding), memuji (to praise ), menilai (to judge ),
membandingkan (to compare), dan menikmati (to appreciate ). Dari beberapa
pandangan di atas, ternyata menunjukkan adanya perbedaan dalam
mendefinisikan apa kritik itu. Namun jika dicermati lebih mendalam akan ada
kesamaan, yakni: kritik adalah komentar, biasanya normatif terhadap suatu
prestasi dan seluk beluk dengan tujuan apresiatif.
Oleh karea itu, kritik seni merupakan kegiatan menanggapi karya seni untuk
menunjukkan kelebihan dan kekurangan suatu karya seni. Keterangan mengenai
kelebihan dan kekurangan ini dipergunakan dalam berbagai aspek, terutama
sebagai bahan untuk menunjukkan kualitas dari sebuah karya. Para ahli seni
umumnya beranggapan bahwa kegiatan kritik dimulai dari kebutuhan untuk
memahami kemudian beranjak kepada kebutuhan memperoleh kesenangan dari
kegiatan memperbincangkan berbagai hal yang berkaitan dengan karya seni
tersebut. Sejalan dengan perkembangan pemikiran dan kebutuhan masyarakat
terhadap dunia seni, kegiatan kritik kemudian berkembang memenuhi berbagai
fungsi sosial lainnya. Kritik karya seni tidak hanya meningkatkan kualitas
pemahaman dan apresiasi terhadap sebuah karya seni, tetapi dipergunakan juga
sebagai standar untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil berkarya seni.
Tanggapan dan penilaian yang disampaikan oleh seorang kritikus ternama sangat

5
mempengaruhi persepsi penikmat terhadap kualitas sebuah karya seni bahkan
dapat mempengaruhi penilaian ekonomis (price ) dari karya seni tersebut.

B. Jenis-jenis Kritik Seni


Kritik karya seni memiliki perbedaan tujuan dan kualitas. Karena perbedaan
tersebut, maka dijumpai beberapa jenis karya seni seperti yang disampaikan oleh
Feldman (1967) yaitu kritik populer (popular criticism ), kritik jurnalis
(journalistic criticism ), kritik keilmuan (scholarly criticism). dan kritik
pendidikan (pedagogical criticism ). Pemahaman terhadap keempat tipe kritik seni
dapat mengantar nalar kita untuk menentukan pola pikir dalam melakukan kritik
seni. Setiap tipe mempunyai ciri (kriteria), media (alat : bahasa), cara (metoda),
sudut pandang, sasaran, dan materi yang tidak sama. Keempat kritik tersebut
memiliki fungsi yang menekankan pada masing-masing keperluannya.
1. Kritik Populer
Kritik populer merupakan jenis kritik seni yang ditujukan untuk konsumsi
massa/umum. Tanggapan yang disampaikan melalui kritik jenis ini biasanya
bersifat umum saja lebih kepada pengenalan atau publikasi sebuah karya. Dalam
tulisan kritik populer, umumnya dipergunakan gaya bahasa dan istilah-istilah
sederhana yang mudah dipahami oleh orang awam.

2. Kritik Keilmuan
Kritik keilmuan adalah jenis kritik yang bersifat akademis dengan wawasan
pengetahuan, kemampuan dan kepekaan yang tinggi untuk menilai/menanggapi
sebuah karya seni. Kritik jenis ini umumnya disampaikan oleh seorang kritikus
yang sudah teruji kepakarannya dalam bidang seni, atau kegiatan kritik yang
disampaikan mengikuti kaidah-kaidah atau metodologi kritik secara akademis.
Hasil tanggapan melalui kritik keilmuan seringkali dijadikan referansi bagi para
kolektor atau kurator institusi seni seperti museum, galeri dan balai lelang.

3. Kritik Jurnalis
Kritik jurnalis ialah jenis kritik seni yang hasil tanggapan atau penilaiannya
disampaikan secara terbuka kepada publik melaui media massa khususnya surat
kabar. Kritk ini hampir sama dengan kritik populer, tetapi ulasannya lebih dalam

6
dan tajam. Kritik jurnalistik sangat cepat mempengaruhi persepsi masyarakat
terhadap kualitas dari sebuah karya seni, tertama karena sifat dari media massa
dalam mengkomunikasikan hasil tanggapannya

4. Kritik Kependidikan
Kritik kependidikan merupakan kegiatan kritik yang bertujuan mengangkat
atau meningkatkan kepekaan artistik serta estetika subjek belajar seni. Jenis kritik
ini umumnya digunakan di lembaga- lembaga pendidikan seni terutama untuk
meningkatkan kualitas karya seni yang dihasilkan peserta didiknya. Kritik jenis
ini termasuk yang digunakan oleh guru di sekolah umum dalam penyelenggaraan
mata pelajaran pendidikan seni.

Berdasarkan titik tolak atau landasan yang digunakan, dikenal pula beberapa
bentuk kritik yaitu: kritik instrumentalistik, kritik formalistik dan ekspresivistik :
1. Kritik Instrumentalistik
Melalui pendekatan instrumentalistik sebuah karya seni cenderung dikritisi
berdasarkan kemampuananya dalam upaya mencapai tujuan, moral, religius,
politik atau psikologi. Pendekatan kritik ini tidak terlalu mempersoalkan kualitas
formal dari sebuah karya seni tetapi lebih melihat aspek konteksnya baik saat ini
maupun masa lalu. Lukisan berjudul ”Penangkapan Pangeran Diponegoro” karya
Raden Saleh misalnya, dikritisi tidak saja berdasarkan kualitas teknis (formal) nya
saja tetapi keterkaitan antara objek, isi, tema dan tujuan serta pesan moral yang
ingin disampaikan pelukisnya atau interpretasi pengamatnya terhadap konteks
ketika karya tersebut dihadirkan.

2. Kritik Formalistik
Melalui pendekatan formalistik, kajian kritik terutama ditujukan terhadap
karya seni sebagai konfigurasi aspek-aspek formalnya atau berkaitan dengan
unsur-unsur pembentukannya. Pada sebuah karya lukisan, maka sasaran kritik
lebih tertuju kepada kualitas penyusunan (komposisi) unsur-unsur visual seperti
warna, garis, tekstur, dan sebagainya yang terdapat dalam karya tersebut. Kritik
formalistik berkaitan juga dengan kualitas teknik dan bahan yang digunakan
dalam berkarya seni.

7
3. Kritik Ekspresivistik
Melalui pendekatan ekspresivistik dalam kritik seni, kritikus cenderung
menilai dan menanggapi kualitas gagasan dan perasaan yang ingin
dikomunikasikan oleh seniman melalui sebuah karya seni. Kegiatan kritik ini
umumnya menanggapi kesesuaian atau keterkaitan antara judul, tema, isi dan
visualisasi objek-objek yang ditampilkan dalam sebuah karya.

C. Fungsi Kritik Seni


Kritik seni memiliki fungsi yang sangat strategis dalam dunia kesenirupaan
dan pendidikan seni rupa. Fungsi kritik seni yang pertama dan utama ialah
menjembatani persepsi dan apresiasi artistik dan estetik karya seni rupa, antara
pencipta (seniman, artis), karya, dan penikmat seni. Komunikasi antara karya
yang disajikan kepada penikmat (publik) seni membuahkan interaksi timbal-balik
dan interpenetrasi keduanya.
Fungsi lain ialah menjadi dua mata yang saling dibutuhkan, baik oleh
seniman maupun penikmat. Seniman membutuhkan mata panah tajam untuk
mendeteksi kelemahan, mengupas kedalaman, serta membangun kekurangan.
Seniman memerlukan umpan-balik guna merefleksi komunikasi-ekspresifnya,
sehingga nilai dan apresiasi tergambar dalam realita harapan idealismenya. Publik
seni (masyarakat penikmat) dalam proses apresiasinya terhadap karya seni
membutuhkan tali penghubung guna memberikan bantuan pemahaman terhadap
realita artistik dan estetik dalam karya seni. Proses apresiasi menjadi semakin
terjalin lekat, manakala kritik memberikan media komunikasi persepsi yang
memadai. Kritik dengan gaya bahasa lisan maupun tulisan yang berupaya
mengupas, menganalisis serta menciptakan sudut interpretasi karya seni,
diharapkan memudahkan bagi seniman dan penikmat untuk berkomunikasi
melalui karya seni Menurut Sudarmaji (1970) melihat kritik memiliki dua fungsi,
yakni:
1. Sebagai pemberitahuan bahwa ada penyuguhan hasil seni. Sebagai fungsi tak
langsung, dan
2. Pembicaraan sesuatu gejala, memberikan pengantar, lalu menilai baik
buruknya suatu prestasi, serta memberikan apresiasi.

8
D. Tahap dalam Kritik Seni
Berdasarkan beberapa uraian tentang pendekatan dalam kritik seni, dapat
dirumuskan tahapan-tahapan kritik secara umum sebagai berikut:
1. Deskripsi
Deskripsi ialah tahapan dalam kritik untuk menemukan, mencatat dan
mendeskripsikan segala sesuatu yang dilihat apa adanya dan tidak berusaha
melakukan analisis atau mengambil kesimpulan. Agar dapat mendeskripsikan
dengan baik, seorang pekritik harus mengetahui istilah-istilah tehnis yang umum
digunakan dalam dunia seni rupa. Tanpa pengetahuan tersebut, maka pekritik
akan kesulitan untuk mendeskripsikan fenomena karya yang dilihatnya.

2. Analisis formal
Analisis formal merupakan tahapan dalam kritik karya seni untuk
menelusuri sebuah karya seni berdasarkan struktur formal atau unsur-unsur
pembentuknya. Pada tahap ini seorang kritikus harus memahami unsur-unsur seni
rupa dan prinsip- prinsip penataan atau penempatannya dalam sebuah karya seni.

3. Interpretasi
Interpretasi yaitu tahapan penafsiran makna sebuah karya seni meliputi tema
yang digarap, simbol yang dihadirkan dan masalah- masalah yang dikedepankan.
Penafsiran ini sangat terbuka sifatnya, dipengaruhi sudut pandang dan wawasan
pekritiknya. Semakin luas wawasan seorang pekritik biasanya semakin kaya
interpretasi karya yang dikritisinya.

4. Evaluasi atau penilaian


Apabila tahap 1 sampai 3 ini merupakan tahapan yang juga umum
digunakan dalam apresiasi karya seni, maka tahap ke 4 atau tahap evaluasi
merupakan tahapan yang menjadi ciri dari kritik karya seni. Evaluasi atau
penilaian adalah tahapan dalam kritik untuk menentukan kualitas suatu karya seni
bila dibandingkan dengan karya lain yang sejenis. Perbandingan dilakukan
terhadap berbagai aspek yang terkait dengan karya tersebut baik aspek formal
maupun aspek konteks. Mengevalusi atau menilai secara kritis dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:

9
a. Mengkaitkan sebanyak- banyaknya karya yang dinilai dengan karya yang
sejenis
b. Menetapkan tujuan atau fungsi karya yang ditelaah
c. Menetapkan sejauh mana karya yang ditetapkan “menyimpang” dari yang
telah ada sebelumnya.
d. Menelaah karya yang dimaksud dari segi kebutuhan khusus dan segi pandang
tertentu yang melatarbelakanginya.

10
BAB III
PEMBAHASAN
KRITIK SENI LUKIS 1

Identitas Judul Lukisan : Impian Sarang


Pelukis : Mulyo Gunarso
Tahun : 2012
Media : Akrilik pada kanvas
Ukuran : 130 x 150 cm.
Deskripsi Karya Lukisan karya pelukis Mulyo Gunarso ini
berjudul “Impian Sarang”. Karya ini digarap pada
tahun 2012 dengan ukuran 130x150 cm
menggunakan cat akrilik pada kanvas. Lukisan yang
berjudul “Impian Sarang” tersebut
menampilkan subject matter sebuah sarang burung
dengan keadaan alam yang indah di dalamnya. Alam
yang digambarkan berupa gunung dan persawahan
yang keadaannya masih alami dan indah. Subjek
pendukung pada lukisan berupa pohon kering tau
mati yang terlihat seperti habis dibakar dan awan
pada background yang digarap secara
transparan. Unsur warna yang terdapat pada subject
matter adalah : warna coklat pada sarang, warna
hijau pada pepohonan, kuning pada sawah dan biru
keabu-abuan untuk warna gunung. Sedangkan
untuk background, terdapat warna putih dan abu-abu
yang terlihat transparan.
Dari segi teknik pembuatan karya,
lukisan “Impian Sarang” digarap dengan teknik dry
brush yaitu teknik sapuan kering. Bentuk atau form
dari karya Gunarso ialah realistik dengan gaya

11
surealisme. Proses penciptaannya terlihat penuh
persiapan dan cukup matang tercermin dari hasil
karyanya yang rapi, rumit, dan tertata. Gunarso
sepertinya asyik bermain-main dengan komposisi. Ia
mencoba menyampaikan kegelisahanya dalam
bentuk karya dua dimensi yang menyiratkan segala
kegelisahan melalui torehan kuas di kanvas dengan
pilihan warna- warna yang menjadi karakter dalam
karya lukisnya
Analisis Formal Representasi visual ditampilkan dengan bentuk
realis yang terencana, tertata dan rapi, sesuai dengan
konsep realis yang menyerupai bentuk asli suatu
objek. Penggunaan gelap terang warna juga telah
bisa memvisualisasikan gambar sesuai nyata.
Penggarapan background yang transparan dengan
warna abu-abu kontras dengan warna sarang yang
entah disadarinya atau tidak. Sehingga jika dilihat
dari kejauhan, background itu sendiri malahan lebih
menarik perhatian audien dari pada subjek
utamanya.
Dalam berkarya Gunarso mampu mengemas
karyanya hingga memiliki karakter tersendiri yang
mencerminkan bagian dari kegelisahan, latar
belakang serta konflik yang disampaikan kepada
audien, bagaimana dia mampu menarik dan
memancing audien untuk berinteraksi secara
langsung dan mencoba mengajak berfikir tentang
apa yang dirasakan olehnya tentang issu yang terjadi
di dalam negerinya, kegelisahan tentang kerusakan
yang semakin parah.
Interpretasi Dalam setiap karya seni sudah pasti terdapat
makna dan pesan yang ingin disampaikan oleh
seniman kepada audien atau masyarakat umum.
Agar dapat mengetahui makna dan pesan dalam
karya seni yang ingin disampaikan, kita
membutuhkan intepretasi/ penafsiran untuk
memaknainya yang didahului dengan
mendeskripsikan. Dalam mendeskripsikan suatu
karya seni, setiap orang mungkin saja sama karena
mendeskripsikan adalah berkaitan dengan apa yang
dilihatnya, tetapi dalam menafsirkan akan berbeda
karena adanya perbedaan sudut pandang atau
paradigma dari setiap orang.
Dalam lukisan yang berjudul “Impian
Sarang” ini, sang seniman mencoba menampilkan
keadaan negeri yang telah banyak kerusakan.

12
Kerusakan tersebut digambarkan pada back
ground yaitu pohon-pohon yang kering tak berdaun
dan mati yang seperti terlihat habis dibakar. Selain
itu, seniman juga menampilkan gambar asap atau
awan yang menggambarkan polusi udara yang
dihasilkan dari pabrik, gas buang kendaraan
bermotor, dan juga pembakaran hutan yang sering
terjadi di negeri kita. Sebenarnya kerusakan yang
sudah terjadi di negeri kita bukan hanya pembakaran
hutan yang mengakibatkan polusi udara yang parah,
tetapi masih banyak lagi seperti banjir, tanah lonsor,
kekeringan dan lain sebagainya. Pada lukisan ini
seniman memilih pembakaran hutan sebai gambaran
kerusakakan negeri kita karena setiap tahun hal itu
terjadi dan terus berulang-ulang.
Kemudian pada lukisan ini juga terdapat
sebuah sarang burung dengan keadaan alam yang
indah di dalamnya. Sarang burung ini diibaratkan
oleh seniman sebagai bumi atau negeri kita, yaitu
sebagai tempat tinggal, tempat berlindung dan
tempat beraktivitas sehari-hari. Sedangkan alam
yang indah merupakan impian dari keadaan negeri
kita yaitu tanah yang subur, udara yang segar tanpa
polusi, air yang jernih dan keadaan yang damai.
Keadaan seperti itulah yang sebenarnya diimpikan
oleh seniman pada negeri kita.
Perkembangan zaman yang begitu pesat
mengakibatkan manusia menjadi serakah, egois,
individualis dan acuh tak acuh terhadap sesama juga
terhadap alam. Hal inilah yang mengakibatkan
kerusakan di negeri kita. Gunarso lewat karya
lukisannya ini seolah ingin memberi penyadaran
kepada kita, untuk memulai menyelamatkan dan
melestarikan alam negeri kita.
Penilaian Penialaian keindahan suatu karya seni tidak
hanya berdasar objek yang dilukis tetapi juga
menyangkut isi dan makna. Pada lukisan “Impian
Sarang” ini merupakan karya yang berkualitas,
karena selain unsur visualnya digarap dengan serius,
lukisan ini juga sarat akan pesan moral. Lukisan ini
tidak memesis mutlak tanpa makna, karena dalam
lukisan ini terdapat emosional dan personality
Gunarso untuk menyampaikan gagasan.

13
.
KRITIK SENI LUKIS 1

Identitas Judul Lukisan : Melukis di Taman


Pelukis : Kartono Yudhokusumo
Tahun : 1952
Media : Cat minyak pada kanvas
Ukuran : 90x55cm
Deskripsi Karya Kartono Yudhokusumo merupakan pelopor
untuk genre lukisan dekoratif di Indonesia,
perkembangan genre lukisan dekoratif dimulai dari
lukisan-lukisan realisme dengan penggunaan warna
yang bebas tanpa terikat ketentuan penggunaan
warna, begitu pula dengan karya “Melukis di
Taman” yang di buat pada tahun 1952 oleh Kartono
Yudhokusumo.Media lukisan ini adalah kanvas
dengan ukuran 90x55cm, dan menggunakan cat
minyak sebagai media warna
Analisis Formal Media lukisan ini berupa kanvas dan cat
minyak, membuat lukisan ini menjadi terlihat lebih
solid, dengan warna-warna cerah dan dominan
merah sebagai bentuk penegasan rasa dari pelukis.
Interpretasi Dalam setiap karya seni sudah pasti terdapat
makna dan pesan yang ingin disampaikan oleh
seniman kepada audien atau masyarakat umum.
Agar dapat mengetahui makna dan pesan dalam
karya seni yang ingin disampaikan, kita
membutuhkan intepretasi/ penafsiran untuk
memaknainya yang didahului dengan
mendeskripsikan. Dalam mendeskripsikan suatu
karya seni, setiap orang mungkin saja sama karena

14
mendeskripsikan adalah berkaitan dengan apa yang
dilihatnya, tetapi dalam menafsirkan akan berbeda
karena adanya perbedaan sudut pandang atau
paradigma dari setiap orang.
Pada lukisan ini terlihat sosok laki-laki yang
melukis di alam terbuka dengan model wanita
dengan pakaian yang lebih berbeda dan mencolok
dari wanita lain yang ada di sekelilingnya, hal ini
menunjukan seting sosial yang bercampur dengan
penanggapan gaya hidup pada masanya
Penilaian Walau nyaris sempurna namun ada seikit
kelemahan dalam lukisan ini, diantaranya adanya cat
minyak yang melebur pada satu objek dengan objek
lainnya, ini biasanya terjadi saat pembuatan lukisan
cat minyak terlalu cair sehingga melebur ke media
lainnya atau karena usia lukisan ini yang telah lama.
Kelebihan dari lukisan karya Kartono
Yudhokusumo yang berjudul “Melukis di Taman”
ini diantaranya adalah :
1. Lukisan ini memiliki corak lukisan yang benar-
benar menjadikan lukisan ini memiliki jiwa.
2. Objek-objek yang ada dalam lukisan ini dibuat
dengan detail dan rinci, pada bagain depan
maupun latar belakang dari lukisan ini.
3. Berbagai warna cerah yang diterapkan oleh
pelukis pada setiap objek yang ada dalam lukisan
ini sangat mencerminkan intuisi dari pelukis
daripada keadaan yang ada dialam secara nyata
dan ini merupakan salah satu ciri genre lukisan
yang menggunakan perpektif udara atau “Aerial
Perpective” yang dengan ini memungkinkan
cakrawala terlihat keatas yang berimbas pada
bidang gambar yang menjadi terlihat lebih luas
dan objek yang dilukis bisa lebih banyak sehingga
Lukisan ini penuh dengan corak dan kaya akan
warna.
Adapun kekurangan dari lukisan “Melukis di
Taman” ini adalah:
1. Lukisan ini agak sedikit sulit difahami oleh orang
awam yang kurang faham masalah seni lukis.
2. Ada percampuran warna yang melebur atau
menyatu entah disengaja maupun tidak disengaja
yang mengakibatkan salah satu objek dalam
lukisan menjadi melebur dengan objek lainnya.

15
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kritik seni merupakan kegiatan menanggapi karya seni untuk
mempertumbuhkan kelebihan dan kekurangan suatu karya seni. Kegiatan kritik
berawal dari kebutuhan untuk memahami kemudian beranjak kepada kebutuhan
memperoleh kesenangan dari kegiatan berbincang-bincang tentang karya seni.
Menurut Feldman (1967) terdapat 4 (empat) jenis kritik seni, yaitu kritik
jurnalistik (journalistic criticism), kritik populer (popular criticism), kritik
pedagogik (pedagogical criticism), dan kritik akademik (scholarly criticism).
Pemahaman terhadap keempat tipe kritik seni dapat mengantar nalar kita untuk
menentukan pola pikir dalam melakukan kritik seni. Berdasarkan titik tolak atau
landasan yang digunakan, dikenal beberapa bentuk kritik sebagai berikut :
1. Kritik Formalistik, kajian kritik terhadap karya seni sebagai konfigurasi aspek-
aspek formalnya atau berkaitan dengan unsurunsur pembentukannya.
2. Kritik Espresivistik, menilai dan menanggapi gagasan dan perasaan yang ingin
dikomunikasikan oleh seniman dalam sebuah karya seni.
3. Kritik Instrumentalistik, sebuah karya seni dilihat kemampuananya dalam
upaya mencapai tujuan, moral, religius, politik atau psikologi .

Kegiatan dalam Kritik Karya Seni Rupa secara umum mengikuti tahapan
sebagai berikut: Deskripsi, Analisis formal, Interpretasi, dan Evaluasi atau
penilaian, Fungsi kritik seni yang pertama dan utama ialah menjembatani persepsi
dan apresiasi artistik dan estetik karya seni rupa, antara pencipta (seniman, artis),
karya, dan penikmat seni. Arus komunikasi antara karya yang disajikan kepada
penikmat (publik) seni membuahkan interaksi timbal-balik dan interpenetrasi
keduanya. Fungsi lain ialah menjadi jalan strategis bagi seniman dan penikmat
untuk berkomunikasi.

16
B. Saran
Setelah mengetahui apa saja yang dibahas didalam makalah ini, para
pembaca diharapkan dapat mengetahui dan memahami isi makalah ini yang
berjudul “Kritik Seni Rupa” yang mencakup pengertian, jenis-jenis, manfaat dan
tahapan dalam kritik seni. Selain itu, para pembaca diharapkan dapat memperoleh
pengetahuan tentang seni tidak hanya dari makalah ini saja, akan tetapi para
pembaca juga diharapkan untuk menambah pengetahuannya melalui sumber-
sumber yang lain, sehingga setiap sumber dapat saling melengkapi satu sama lain.

17
DARTAR PUSTAKA

Glewean,Kusuka.2014.Memahami kritik seni pengertian, jenis dan


fungsi,(online),( http://artfiantgel.blogspot.com/2014/11/pentingnya-
memahami-kritik-seni.html?m=1),diakses 30 November 2019

Anonim.2012.Pengertian kritik
seni,(online),( http://kiossahabatbaru.blogspot.com/2012/04/kritik-
seni.html?m=1),diakses 30 November 2015
Soo,Ade.2014.Pengertian,ruang lingkup dan jenis kritik
seni,(online),( http://adewinataa.blogspot.com/2014/12/pengertian-ruang-
lingkup-dan-jenis.html?m=1),diakses 30 November 2015

18

Anda mungkin juga menyukai