Anda di halaman 1dari 19

perbedaan kritik dan apresiasi dalam seni rupa

telusuri

APR

10

makalah seni budaya tentang: perbedaan kritik seni dan apresiasi seni rupa

Makalah seni budaya

tentang

Perbedaan apresiasi seni dan kritik dalam seni rupa

Oleh :

Ayu naningsih

Kelas X IPA 3

SMA NEGERI 1 AIKMEL

Jalan pendidikan no.35 Aikmel

Tahun pelajaran 2014/2015


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan malakah ini. Dan juga kami berterima kasih pada
pak Dermawan selaku Guru mata pelajaran seni budaya yang telah memberikan tugas ini kepada kami
semua.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
kita mengenai kritik seni dan apresiasi seni rupa. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu, saya berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Terima kasih

Penulis

10, April 2015

Daftar isi

Cover

Kata pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

Daftar isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

Pendahulaun . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

Latar belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

Rumusan masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

Manfaat/tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

Landasan teori . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14

Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .16
Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .17

Daftar pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18

. PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Aprisiasi seni, kritik seni dan wawasan seni, istilah-istilah yang sering muncul dalam kajian akademis.
Apakah yang dimaksud dengan setiap istilah itu? Kadang orang bertanya-tanya tentang pengertian
setiap istilah itu.

Setiap istilah memiliki pengertian sendiri, apresiasi seni, kritik seni dan wawasan seni memiliki
pengertian berbeda satu sama lain.

Kritik Seni dalam dunia Seni Rupa sangat penting. Malalui Kritik Seni, kita bisa melihat kelebihan dan
kekurangan yang tampak dalam sebuah karya seni. Terjadinya kritik disebabkan adanya ketidaksesuaian,
penyimpangan ataupun lepasnya batas-batas normatif dalam pandangan obyektif pelaku kritik. Tentu
pandangan masing-masing pelaku kritik didasari dari latar belakang ilmu pengetahuan dan
pengalamannya secara menyeluruh.

Artinya kritik pun bisa bermakna subyektif bisa pula bermakna obyektif. namun nilai kritik akan sangat
bisa diterima, tentunya, jika sudah melalui seleksi mayoritas atas pandangan yang obyektif.

Situasi kondisi dalam hal ini sangat mudah kita saksikan, baik itu di wilayah publik, maupun dalam
wilayah-wilayah yang lebih kecil. Misalnya lingkungan sekitar. Atau bisa juga dalam sebuah komunitas
tertentu. Prilaku kritik mengkritik sangat mudah dijumpai di mana saja dalam konteks sesuai dengan
wilayah masing-masing.
Mengkritik sebaiknya dibarengi dengan semangat untuk menciptakan kondisi yang lebih baik dari
sebelumnya, bukan sebaliknya. Jadi jikapun terjadi sebaliknya, berarti ada yang konslet dari proses kritik
mengkritik itu. Dan disitulah yang musti dibenahi.

Dalam kehidupan sosial secara umum, kritik mengkritik kerap terjadi. saya yakin dengan menjaga
prinsip-prinsip saling menghormati, realistis dan menggunakan teknik komunikasi yang cerdas, maka
kritik akan menjadi perbuatan yang menyenangkan.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pengertian kritik seni rupa ?

2. Bagaimana pengertian apresiasi seni rupa ?

3. Apakah kritik dan apresiasi seni itu sama ?

4. Bagaimana perbedaan kritik dan apresiasi dalam seni rupa ?

MANFAAT/TUJUAN

1. Untuk dapat mengetahui pengertian dari kritik seni dan apresiasi seni.

2. Untuk mengetahui manfaat mengkritik maupun mengapresiasikan seni rupa.

3. Untuk mengetahui perbedaan kritik seni dan apresiasi seni

LANDASAN TEORI

Apresiasi seni rupa


Secara umum istilah apresiasi seni atau mengapresiasi karya seni berarti memahami seluk-beluk karya
seni serta menjadi sensitif(peka) terhadap segi-segi estetikanya. Apresiasi juga dapat diartikan berbagai
pengalaman antara seniman(perupa) dan penikmat karya, bahkan ada yang menambahkan, menikmati
karya seni berarti menciptakan kembali. Dalam bahasa sederhana, apresiasi berarti menerima,
menghargai melalui proses yang melibatakan rasa dan fikir.

Mengapresiasi karya seni dapat dilakukan melalui bebarapa cara, diantaranya melalui analisis terhadap
teknik, ide dan kreativitasnya. Pemahaman holistik terhadap karya seni dapat dilakukan melalui
pendekatan subjektif dan objektif. Selain itu konteks sosial, budaya, agama, bahkan ekonomi dan politik
yang melingkupi terciptanya karya seni juga merupakan faktor penting dalam mengapresiasi karya seni.

Mengapresiasi keindahan karya seni dapat bersifat personal, komunal, maupun universal. Keindahan
bagi setiap orang dapat berbeda-beda ketika dipahami secara personal. Keindahan juga dapat berbeda-
beda menurut komunitas, namun ada juga keindahan bersifat universal yaitu keindahan berlaku untuk
semua orang.

Dalam apresiasi seni, pandangan terhadap estetika seni kadangkala tidak bersifat absolut. Pandangan
terhadap estetika seni setiap zaman bahkan bisa berubah, karya seni yang dianggap indah pada suatu
zaman bisa dianggap tidak indah pada zaman yang lain. Pandangan terhadap estetika seni juga dapat
berbeda di antara komunitas yang berbeda wilayah, yang indah bagi komunitas di wilayah tertentu
belum tentu indah bagi komunitas di wilayah lainnya. Pandangan terhadap estetika seni, juga bisa
berbeda pada satu kelompok masyarakat yang berbeda ideologinya. Banyak faktor yang dapat
mempengaruhi pandangan terhadap estetika seni. Mengapresiasi karya seni dengan baik, dapat
dilakukan dengan memperluas cakrawala pengetahuan kita tentang bidang ini, serta bidang-bidang
pendukungnya.

Kegiatan apresiasi meliputi :

a. Persepsi

Kegiatan ini mengenalkan pada kita akan bentuk-bentuk karya seni di Indonesia, misalnya, mengenalkan
tari-tarian, musik, rupa, dan teater yang berkembang di Indonesia, baik tradisi, maupun moderen. Pada
kegiatan persepsi kita dapat mengarahkan dan meningkatkan kemampuan dengan mengidentifikasi
bentuk seni.

b. Pengetahuan

Pada tahap ini pengetahuan sebagai dasar dalam mengapresiasi baik tentang sejarah seni yang
diperkenalkan, maupun istilah-istilah yang biasa digunakan di masing-masing bidang seni.

c. Pengertian
Pada tingkat ini, diharapkan dapat membantu menerjemahkan tema ke dalam berbagai wujud seni,
berdasarkan pengalaman, dalam kemampuannya dalam merasakan musik.

d. Analisis

Pada tahap ini, kita mulai mendeskripsikan salah satu bentuk seni yang sedang dipelajari, menafsir objek
yang diapresiasi.

e. Penilaian

Pada tahap ini, lebih ditekankan pada penilaian tehadap karya-karya seni yang diapresiasi, baik secara
subyektif maupun obyektif.

f. Apresiasi

Apresiasi merupakan bagian dari tujuan pendidikan seni di sekolah yang terdiri dari tiga hal; value (nilai),
empathy dan feeling. Value adalah kegiatan menilai suatu keindahan seni, pengalaman estetis dan
makna / fungsi seni dalam masyarakat. Sedangkan empathy, kegiatan memahami, dan menghargai.
Sementara feeling, lebih pada menghayati karya seni, sehingga dapat merasakan kesenangan pada karya
seni.

Fungsi dan Tujuan Apresiasi Seni

Tujuan pokok penyelenggaran apresiasi seni adalah menjadikan masyarakat “melek seni” sehingga
dapat menerima seni sebagaimana mestinya. Dengan kata-kata yang lebih lengkap, apresiasi adalah
kegiatan mencerap (menangkap dengan pancaindera), menanggapi, menghayati sampai kepada menilai
sesuatu (dalam hal ini karya seni).

Ada dua fungsi dari kegiatan apresiasi seni yaitu :

1. Agar kita dapat meningkatkan dan memupuk kecintaan kepada karya bangsa sendiri dan sekaligus
kecintaan kepada sesama manusia.

2. Sebagai penikmatan, penilaian, empati dan hiburan.

Apresiasi seni juga besar manfaatnya bagi ketahanan budaya Indonesia. Melalui kegiatan apresiasi
kesenian Indonesia, kita dapat lebih mengenal dan menghargai budaya bangsa sendiri.

Tujuan akhir apresiasi karya seni rupa antara lain :

1. untuk mengembangkan kreasi


2. untuk mengembangkan estetis

3. mengembangkan dan penyempurnaan hidup.

Unsur-Unsur Apresiasi

Untuk mengapresiasi suatu karya seni rupa, berikut adalah unsur-unsur yang perlu diperhatikan:

Gaya

Teknik

Tema

Komposisi

Manfaat apresiasi seni

Karena adanya kebutuhan, baik pihak seniman pencipta maupun pihak penikmat/pengamat,
seniman butuh apresiator untuk mengkomunikasikan maksud, tujuan, misi/pesan keindahan dalam jiwa
seniman penciptanya yang dituangkan dalam karya seni itu. Sedangkan apresiator membutuhkan karya
seni untuk dikonsumsi/apresiasi karena mereka juga butuh memahami, memperoleh nilai-nilai tertentu
untuk kemudian keinginan menyatakan, mengomentari, menghargai atau sekedar menunjukkan
kepedulian atau ketertarikan, bahkan kepuasan tertentu dari karya seni tersebut. Semua kebutuhan tadi
adalah kebutuhan jiwa sebagai pemerkaya daya rasa dalam jiwanya.

Manfaat apresiasi seni

1. Sebagai usaha untuk pemberian kesempatan kepada warga masyarakat untuk menjadi kaya
jiwanya.

2. Cinta bangsa dan cinta sesama

3. Peningkatan ketahanan budaya

Kritik seni rupa

Secara umum dapatk diartikan, kritik seni merupakan penyampaian pendapat tentang karya seni. Kritik
seni menguraikan persoalan-persoalan seni dalam kaitannya dengan korelasi antara seniman, karya seni
dan publik seni.

Sejalan dengan perkembangan pemikiran dan kebutuhan masyarakat terhadap dunia seni, kegiatan
kritik lalu berkembang memenuhi berbagai fungsi sosial lainnya. Kritik karya seni tidak hanya
meningkatkan kualitas pemahaman dan apresiasi terhadap sebuah karya seni, tetapi juga dipergunakan
sebagai standar untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil berkarya seni.

Ruang Lingkup kritik seni rupa

Kritik seni kecuali berobjek pada karya seni bisa juga berobjek pada tulisan tentang karya seni dan
seninya sendiri, kritikus dapat membuat penilaian, mempertimbangkan atau penghakiman harus
didasari pada kriteria atau tolak ukur tertentu. Dalam kriteria yang intrinsik, yaitu kriteria yang
berhubungan dengan nilai estetik karya seni rupa yang inheren pada sasaran (objek) kritik, kriterianya
telah melekat pada intraestetik yang terkandung di dalam karya seni. Akan tetapi tidak semua karya
seni bersifat otonomi kedudukannya dalam kehidupan manusia, karena tidak semata-mata “seni untuk
seni” maka disamping kriteria intrinsik ada pula kriteria ekstrinsik atau ekstraintrinsik yang mengacu
pada bidang kehidupan di luar seni, antara lain bidang agama, politik, bisnis, etika, kesehatan,
pendidikan, dan lain sebagainya.

Semula kritik seni dibangun dari konsep filsafat metafisis, dari sisni timbul bermacam-macam
kritik yang bersifat dogmatis. Akan tetapi belakangan ini, tampaknya pendekatan secara empiris lebih
diterima dan dipraktikkan secara luas. Pendekatan yang terakhir memandang karya seni sebagai basis
pengajuan hipotesis dalam menafsirkan nilai seni. Konsep yang menempatkan pentingnya unsur
pembuktian dalam proses penelitian nilai seni sangat diutamakan oleh kritikus. Namun demikian
keberadaan seni masih diperdebatkan. Ada yang berpendirian bahwa kritik seharusnya merupakan
aktivitas evaluasi, karya seni adalah objek atau sasaran pengalaman estetik, kritik tidak perlu sampai
pada kesimpulan nilai penghakiman karena dengan deskripsi atau pembahasan yang lengkap sudah
mencukupi untuk menangkap makna estetis (Dewey, 1971).

Pendirian lain menganggap kritik sebagai usaha pemahaman dan penikmatan karya seni. Kritik
sebagai kajian atau penelitian secara rinci dan apresiatif dengan analisis yang logis dan argumentatif
untuk menafsirkan karya seni sebagai aktivitas evaluasi kritik harus sampai pada pernyataan nilai baik,
ahkan samapai pada penentuan kedudukan karya seni dalam konteks karya yang sejenis (Feldman,
1981).

Sementara dikatakan pula bahwa aktivitas kritik sebagai seni tersendiri artinya seorang kritikus
juga seorang seniman, kritikus adalah seorang individu kreatif yang mengungkapkan makna seni. Maka
dari itu dalam kritik seni ada tiga ansumsi penting, bahwa dalam kritik sebagai apresiasi seni, kritik
sebagai aktivitas penghakiman, kritik sebgai seni tersendiri. Meskipun prinsip kritik seni biasanya kurang
terpuji akan tetapi menurut kenyataannya orang membutuhkan prinsip dasar untuk memperkuat dan
memperkokoh penilaian seni sampai pada kesimpulan penilaian yang baik, lebih baik, dan yang terbaik.

kiranya telah disadari sejak awal bahwa kritik seni adalah memahami dan menikmati karya seni,
maka kritikus akan mendasarkan kritiknya terpusat pada objek atau sasaran kritik yakni karya seni itu
sendiri. Sementara faktor lain yaitu faktor eksternal seperti bakat seni, reputasi biografis, kontekssosial
budaya, dan faktor-faktor lain di luar karya seni itu dipakai sebagai material yang harus dikonfirmasikan
atau disesuaikan dengan hasil pengamatan terhadap karya seni.

Jenis Kritik Karya Seni Rupa

Kritik karya seni memiliki perbedaan tujuan dan kualitas. Karena perbedaan tersebut, maka dapat kita
jumpai empat jenis kritik karya seni rupa berdasarkan pendekatannya seperti yang disampaikan oleh
Feldman (1967) yaitu kritik populer (popular criticism), kritik jurnalistik (journalistic criticism), kritik
keilmuan (scholarly criticism). dan kritik pendidikan (pedagogical criticism). Pemahaman terhadap
keempat tipe kritik seni tersebut dapat mengantar nalar kita untuk menentukan pola pikir dalam
melakukan kritik seni. Setiap tipe mempunyai ciri (kriteria), media (alat: bahasa), cara (metoda), sudut
pandang, sasaran, dan materi yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.

Keempat kritik tersebut memiliki fungsi yang menekankan pada masing-masing keperluannya

1. Kritik pendidikan : Kritik pendidikan bertujuan mengangkat atau meningkatkan kepekaan artistik
serta estetika subjek belajar seni. Jenis kritik pendidikan umumnya digunakan di lembaga-lembaga
pendidikan seni terutama untuk meningkatkan kualitas karya seni yang dihasilkan peserta didiknya.
Kritik jenis ini termasuk yang banyak digunakan oleh guru di sekolah umum dalam penyelenggaraan
mata pelajaran pendidikan seni.

2. Kritik keilmuan : Kritik keilmuan bersifat akademis dengan wawasan pengetahuan, kemampuan dan
kepekaan kritikus yang tinggi untuk menilai/menanggapi sebuah karya seni. Kritik jenis keilmuan ini
umumnya disampaikan oleh seorang kritikus yang sudah teruji kepakarannya dalam bidang seni, atau
kegiatan kritik yang disampaikan mengikuti kaidah-kaidah atau metodologi kritik secara akademis. Hasil
tanggapan melalui kritik keilmuan ini seringkali dijadikan referansi bagi para kolektor atau kurator
institusi seni seperti museum, galeri dan balai lelang.

3. Kritik populer : Kritik seni populer ditujukan untuk konsumsi massa/umum. Tanggapan yang
disampaikan melalui kritik jenis populer ini biasanya bersifat umum saja lebih kepada pengenalan atau
publikasi sebuah karya. Umumnya digunakan gaya bahasa dan istilah-istilah sederhana yang mudah
dipahami oleh orang awam.

4. Kritik jurnalistik : Jenis kritik jurnalistik seni yang hasil tanggapan atau penilaiannya disampaikan
secara terbuka kepada publik melalui media massa khususnya surat kabar. Kritik jenis jurnalistik ini
biasanya sangat cepat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kualitas dari sebuah karya seni,
tertama karena hasil tanggapannya (kritiknya) disampaikan melalui media massa.

Selain jenis kritik yang disampaikan oleh Feldman, berdasarkan titik tolak atau landasan yang digunakan,
dikenal pula beberapa bentuk kritik yaitu: kritik formalistik, kritik ekspresivistik dan instrumentalistik :

1. Kritik Formalistik

Melalui pendekatan formalistik, kajian kritik terutama ditujukan terhadap karya seni sebagai konfigurasi
aspek-aspek formalnya atau berkaitan dengan unsur-unsur pembentukannya. Pada sebuah karya
lukisan, maka sasaran kritik lebih tertuju kepada kualitas penyusunan (komposisi) unsur-unsur visual
seperti warna, garis, tekstur, dan sebagainya yang terdapat dalam karya tersebut. Kritik formalistik
berkaitan juga dengan kualitas teknik dan bahan yang digunakan dalam berkarya seni.

2. Kritik Ekspresivistik

Melalui pendekatan ekspresivistik dalam kritik seni, kritikus cenderung menilai dan menanggapi kualitas
gagasan dan perasaan yang ingin dikomunikasikan oleh seniman melalui sebuah karya seni. Kegiatan
kritik ini umumnya menanggapi kesesuaian atau keterkaitan antara judul, tema, isi dan visualisasi objek-
objek yang ditampilkan dalam sebuah karya.

3. Kritik Instrumentalistik

Melalui pendekatan instrumentalistik sebuah karya seni cenderung dikritisi berdasarkan


kemampuananya dalam upaya mencapai tujuan, moral, religius, politik atau psikologi. Pendekatan kritik
ini tidak terlalu mempersoalkan kualitas formal dari sebuah karya seni tetapi lebih melihat aspek
konteksnya baik saat ini maupun masa lalu. Lukisan berjudul ”Penangkapan Pangeran Diponegoro”
karya Raden Saleh misalnya, dikritisi tidak saja berdasarkan kualitas teknis (formal) nya saja tetapi
keterkaitan antara objek, isi, tema dan tujuan serta pesan moral yang ingin disampaikan pelukisnya atau
interpretasi pengamatnya terhadap konteks ketika karya tersebut dihadirkan.

Pendidikan melalui Kritik dan Apresiasi Seni

Pembelajaran apresiasi dan kritik seni tidak saja berfungsi dalam pembelajaran seni tetapi dapat juga
diimplementasikan untuk pembelajaran lainnya. Implementasi kritik dan apresiasi menumbuhkan sikap
yang mendukung anak dalam: (1) pembelajaran sosial, (2) membangun kemitraan dengan komunitas, (3)
menjadi peneliti yang aktif, (4) menjadi komunikator yang efektif dan (5) partisipasi dalam kehidupan
yang saling berketergantungan.

1. Pembelajaran Sosial

Kompetensi untuk menilai dan menghargai karya seni menumbuhkan sikap untuk menghargai fenomena
sosial lainnya. Ketika para siswa mengambil bagian dalam apresiasi praktek seni yang ada di masyarakat,
mereka mengembangkan suatu pemahaman tentang dinamika masyarakat dalam konteks budaya,
sosial, ekonomi dan historis tertentu dan berbagi makna sosial yang diproduksi dan dihargai oleh
kelompok masyarakat tersebut. Melalui kegiatan dan pengalaman ini, para siswa mengembangkan
keterampilan interaktif, kepercayaan sosial, pemahaman dinamika kelompok dan kemampuan untuk
merundingkan dalam kelompok ketika mereka bekerja ke arah suatu tujuan bersama. Hal ini akan
mendidik mereka untuk memahami perasaan mereka sendiri, tanggapan secara emosional dan orang
lain seperti halnya ketika mereka terlibat dalam, dan merefleksikan, sebuah pengalaman seni. Kondisi ini
membawa mereka ada dalam situasi yang memungkinkan untuk berempati dengan yang lain, berbagi
kegembiraan, mengatur frustrasi dan menghadirkan perasaan ketika menciptakan produk seni.

2. Membangun kemitraan dengan komunitas

Apresiasi seni dapat menciptakan kebersamaan di antara para siswa dan anggota sekolah, masyarakat
sekitar dan komunitas seni. Kemitraan ini melibatkan siswa dalam pendekatan dengan banyak orang,
pengalaman dan konteks. Beberapa siswa dapat mengakses manfaat pribadi melalui pengalaman seni
yang ada di masyarakat ini seperti halnya pengalaman belajar yang diciptakan di sekolah.
Mengembangkan kemitraan dengan pihak yang menawarkan keikutsertaan dalam berbagai program
seni memungkinkan untuk menghubungkan pelajaran di dalam sekolah dengan realitas yang ada
dimasyarakat. Kemitraan juga menyediakan peluang untuk menginformasikan masyarakat tentang
pendidikan di dalam dan melalui aktivitas seni.

Dengan asumsi sumber daya masyarakat dan sekolah berbeda, aktivitas belajar dapat diperkaya dengan
membangun kemitraan dengan orang lain pihak yang terlibat dalam seni. Orang tua, anggota
masyarakat, pengurus seni (arts administrators), seniman lokal, para guru dan para pekerja industri seni
dapat memberi dukungan dengan berbagi kegiatan, pengalaman, keahlian, keterampilan dan cara kerja
mereka menggunakan material serta praktek.

Kemitraan dengan komunitas dapat juga memperkaya aktivitas pelajaran yang ditawarkan ke para siswa
dengan menyediakan akses ke peralatan, fasilitas, musium, dan kegiatan seni di masyarakat. Pengertian
yang mendalam terhadap praktek seni dapat disajikan melalui pengalaman seniman dalam program
sekolah, karya seni yang asli dan “ruang” aktivitas seni di luar kelas, “ruang” publik dan “ruang” virtual.
Kegiatan ini berharga bagi para siswa dan anggota masyarakat karena memiliki peluang untuk
berinteraksi dan berkolaborasi pada proyek seni dalam situasi belajar di kehidupan nyata.
Penghargaan dan pemahaman tentang keaneka ragaman budaya dan sifat alami saling berhubungan
antara seni dan budaya mungkin dieksplorasi dengan jalan yang penuh makna. Hal ini ditingkatkan
melalui representasi praktek seni dan seniman-seniman tradisi yang lahir dari budaya asli yang ada di
masyarakat ke dalam lingkungan sekolah.

Kemitraan dengan masyarakat pedalaman dan penduduk asli, misalnya, menyediakan peluang belajar
yang cukup esensial bagi siswa. Masyarakat semacam ini sering mempunyai kultur dengan suatu
orientasi lisan dan pendekatan holistik kepada transmisi pengetahuan budaya. Ekspresi dari identitas
budaya, sejarah, hukum, hubungan dengan alam dan sistem kekerabatan melalui suatu variasi makna
artistik menyediakan pengalaman belajar yang kaya bagi para siswa. Untuk menciptakan dan
memelihara kemitraan dengan masyarakat pedalaman atau penduduk asli, peserta belajar harus
menghormati protokol dan prosedur yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Efektivitas dari proses
pembelajaran melalui program kemitraan ini, dapat dilakukan dengan mencari pembimbing (guidance)
dari kelompok pribumi, organisasi dan anggota masyarakat yang relevan.

3. Menjadi peneliti yang aktif

Melalui kegiatan apresiasi dan kritik pada dasarnya siswa melakukan kegiatan penelitian. Sebagai
peneliti yang aktif, para siswa membangun makna melalui apresiasi dan kritik apa yang mereka selidiki,
uraikan dan prediksi. Mereka mempelajari dan menemukan sendiri jalan yang efektif untuk mengakui
adanya berbagai perspektif dan untuk menghadapi tantangan perbedaan pandangan, metoda dan
kesimpulan. Para siswa menggunakan berbagai teknik dan teknologi dan menerapkannya dalam
apresiasi dan kritik untuk menyelidiki dan menganalisa secara tekstual maupun kontekstual. Sikap ini
akan membantu kepekaan siswa terhadap aspek gagasan yang bersifat intuitif dan berlangsung sesaat
dari banyak proses dan produk seni sehingga peluang terhadap penemuan dapat segera dikenali dan
diselidiki (dikaji dengan kritis).

4. Menjadi komunikator yang efektif

Mempresentasikan tanggapan dalam pembelajaran kritik dan apresiasi dapat mendorong siswa menjadi
komunikator yang efektif. Kompetensi ini menuntut para siswa mengembangkan kemampuan untuk
berkomunikasi secara efektif dan dengan penuh percaya diri di dalam berbagai konteks dan untuk
komunikan yang berbeda. Mereka belajar untuk menggunakan berbagai sistem simbol, bahasa, bentuk
dan proses seni ketika merumuskan, mengkomunikasikan serta membenarkan pendapat dan gagasan.
Para siswa memahami bahwa karya seni berfungsi juga sebagai media komunikasi yang membawa nilai-
nilai didalamnya sebagai konstruksi kenyataan dan imajinasi, serta mempunyai kapasitas untuk
menimbulkan tanggapan.

5. Partisipan dalam kehidupan yang saling berketergantungan.


Dengan mengambil bagian, mengapresiasi dan mengkritisi pengalaman, produk dan capaian seni, para
siswa mulai untuk mencerminkan, bereaksi dan mengevaluasi peran seni di dalam masyarakat yang
berbeda. Para siswa mengembangkan suatu pemahaman yang meningkatkan kualitas diri mereka
sebagai anggota budaya dan masyarakat masa lampau, hari ini dan masa depan di mana mereka dapat
berkontribusi didalamnya.

Melalui negosiasi dan bekerja sama dalam pengambilan keputusan, serta aktif secara efektif di dalam
kelompok untuk mencapai tujuan bersama, para siswa belajar mengidentifikasi dan menerapkan
keterampilan antar budaya dan antar pribadi yang berbeda. Kemampuan ini dapat mengembangkan
suatu kapasitas untuk mengatasi kerancuan dan kompleksitas di dalam dunia dari perubahan budaya,
sosial, teknologi dan ekonomi yang cepat terutama dalam era globalisasi saat ini (lihat Duncum, 2001)

Manfaat mengkritik karya seni rupa

1. Mengetahui bagus tidaknya sebuah karya seni rupa

2. Membangun sikap menghargai karya orang lain dan memperbaiki kekurangan dan kesalahan dalam
karya tersebut

3. Mengetahui kekurangan dalam sebuah karya seni rupa

ISI

Pengertian kritik dalam seni tidak diartikan sebagai kecaman yang menyudutkan hasil karya atau
penciptanya. Hampir sama dengan apresiasi, kritik seni pada dasarnya merupakan kegiatan menanggapi
karya seni. Perbedaannya hanyalah pada fokus dari kritik yang lebih bertujuan untuk menunjukkan
kekurangan dan kelebihan suatu karya seni.

Perbedaan apresiasi dan kritik dalam seni

1. Dari segi pegertian

Apresiasi adalah memahami seluk-beluk karya seni serta menjadi sensitif(peka) terhadap segi-segi
estetikanya

Kritik seni adalah penyampaian pendapat tentang karya seni


2. Dari segi tujuan

Tujuan pokok penyelenggaran apresiasi seni adalah menjadikan masyarakat “melek seni” sehingga
dapat menerima seni sebagaimana mestinya.

Kritik seni bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kelebihan suatu karya seni.

3. Dari segi fungsi

Apresiasi

1. Agar kita dapat meningkatkan dan memupuk kecintaan kepada karya bangsa sendiri dan sekaligus
kecintaan kepada sesama manusia.

2. Sebagai penikmatan, penilaian, empati dan hiburan.

kritik

1. Untuk menjembatani persepsi dan apresiasi, artistik dan estetik karya seni rupa, antara
pencipta(perupa), karya, dan penikmat karya seni rupa.

2. Bagi perupa, kritik seni berfungsi untuk mendeteksi kelemahan,mengupas kedalaman serta
membangun kekurangan pada karyanya.

3. Bagi penikmat, kritik seni berfumgsi membantu memahami karya, meningkatkan wawasan dan
pengetahuan terhadap seni yangberkualitas

4. Dari sudut pandang

Apresiasi seni lebih cenderung kepada bagaimana apresiator(penikmat) seni dapat memahami seluk-
beluk tentang seni

Kritik seni lebih cenderung kepada bagaimana penikmat dapat menilai dan menunjukkan kekurangan
dan kelebihan suatu karyaseni
KESIMPULAN

Apresiasi seni atau mengapresiasi karya seni berarti memahami seluk-beluk karya seni serta menjadi
sensitif(peka) terhadap segi-segi estetikanya.

Kritik seni merupakan kegiatan menanggapi karya seni untuk mempertumbuhkan kelebihan dan
kekurangan suatu karya seni.

Perbedaan apresiasi dan kritik dalam seni sudah sangat jelas.

Dari segi pengertian saja sudah berbeda

apresiasi seni atau mengapresiasi karya seni berarti memahami seluk-beluk karya seni serta menjadi
sensitif(peka) terhadap segi-segi estetikanya.

Sedangkan kritik seni merupakan menanggapi karya seni untuk mempertumbuhkan kelebihan dan
kekurangan suatu karya seni

Dari segi sudut pandang

Apresiasi seni lebih cenderung kepada bagaimana apresiator(penikmat) seni dapat memahami seluk-
beluk tentang seni.dalam seni. Sedangkan kritik seni lebih cenderung kepada bagaimana penikmat dapat
menilai dan menunjukkan kekurangan dan kelebihan suatu karyaseni

Dari segi fungsi

Apresiasi seni berfungsi

1. Agar kita dapat meningkatkan dan memupuk kecintaan kepada karya bangsa sendiri dan sekaligus
kecintaan kepada sesama manusia.
2. Sebagai penikmatan, penilaian, empati dan hiburan.

Kritik seni berfungsi

1. Untuk menjembatani persepsi dan apresiasi, artistik dan estetik karya seni rupa, antara
pencipta(perupa), karya, dan penikmat karya seni rupa.

2. Bagi perupa, kritik seni berfungsi untuk mendeteksi kelemahan,mengupas kedalaman serta
membangun kekurangan pada karyanya.

3. Bagi penikmat, kritik seni berfumgsi membantu memahami karya, meningkatkan wawasan dan
pengetahuan terhadap seni yangberkualitas.

Dari segi tujuan

Tujuan pokok penyelenggaran apresiasi seni adalah menjadikan masyarakat “melek seni” sehingga
dapat menerima seni sebagaimana mestinya. Sedangkan tujuan kritik seni adalah untuk menunjukkan
kekurangan dan kelebihan suatu karya seni.

SARAN

Penulis hanya bisa menyarankan kepada para pembaca bahwasanya seni dan budaya masih sanatlah
dibutuhkan karena hidup tanpa seni takkan indah dan hidup tanpa budaya sering kali membuat orang
terjerumus kearah yang menjuranhkan kehidupan.

Sebagai seorang pelajar, kita diharuskan untuk mempelajari seni budaya dengan lebih mendalam
lagi, agar kita dapat mengapresiasi, menikmati dan sekaligus lebih mencintaiseni budaya khususnya
budaya sendiri.

Saya menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, kesalahan, maka
dari itu saya meminta maaf yang sebesar-besarnya, tetapi saya berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan kita semua dalam memahami kritik seni rupa maupun apresiasi seni rupa.
DAFTAR PUSTAKA

Ø Abanx-gian.blogspot.in/2012/11/makalah-tentang-seni-budaya-indonesia_4442.html?m=1

Ø Warnetalbarokah.blospot.in/2013/10/makalah-seni-budaya.html?m=1

Ø http://grageetnik.blogspot.com/2010/03/apresiasi-seni-kritik-seni-dan-wawasan.html

Ø ttps://asepsudrajat080.wordpress.com/seni-budaya/

Ø http://sen1budaya.blogspot.com/2012/08/apresiasi-karya-seni-rupa.html, diakses tanggal 16 Mei


2014

Ø http://setyahermawan.blogspot.com/p/apresiasi-seni.html, diakses tanggal 16 Mei 2014

Ø http://ilmipenulis.wordpress.com/2012/04/15/pengertian-apresiasi-menurut-beberapa-referensi/,
diakses tanggal 16 Mei 2014

Ø http://hilman2008.wordpress.com/2009/06/19/apresiasi/, diakses tanggal 16 Mei 2014

Ø http://tjahjo-prabowo.staff.fkip.uns.ac.id/apresiasi-seni/, diakses tanggal 16 Mei 2014

Ø http://www.plengdut.com/2012/12/pengertian-apresiasi-seni.html, diakses tanggal 16 Mei 2014


Ø http://asepsudrajat080.wordpress.com/seni-budaya/, diakses tanggal 16 Mei 2014

Ø http://ilmudanpengetahuangratis.blogspot.com/2013/02/apresiasi-karya-seni-rupa.html, diakses
tanggal 16 Mei 2014

Ø http://sma-senibudaya.blogspot.com/2015/01/pengertian-kritik-karya-seni-rupa.html, diakses
tanggal 16 Februari 2015

Ø http://sen1budaya.blogspot.com/2012/09/kritik-seni.html, diakses tanggal 16 Februari 2015

Ø http://andinibiology.blogspot.com/p/materi.html

Ø https://mawanyustira.wordpress.com/2014/06/20/kritik-seni-rupa/

Ø http://adewinataa.blogspot.com/2014/12/pengertian-ruang-lingkup-dan-jenis.html

Ø Bangun, C.S. (2001). Kritik Seni Rupa. Bandung: Penerbit ITB.

Ø Buku Seni Budaya / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. -- Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2014

Kelas X SMA / MA / SMK / MAK

Diposting 10th April 2015 oleh Anonymous

0 Tambahkan komentar

Memuat

Anda mungkin juga menyukai