Anda di halaman 1dari 6

MODUL 2

RUANG LINGKUP DRAMATURGI


1. Deskripsi Materi Pembelajaran

R
uang lingkup merupakan batasan banyaknya subjek yang tercakup dari masalah.
Dramaturgi sebagai disiplin keilmuan dapat dijelaskan melalui definisi, obyek
kajian, cabang-cabang keilmua-nya, ruang lingkup, sejarah, dan pendekatan yang
digunakan.

Melalui materi ini mahasiswa dikenalkan ruang lingkup dari dramaturgi sesuai dengan
kaidah ilmunya. Dengan menguasai materi ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui batas
dari wilayah kajian dramaturgi sehingga dapat mengaplikasikan keilmuan dari dramaturgi itu
sendiri.

2. Tujuan Intruksional Umum

Dengan memahami materi kuliah ruang lingkup dramaturgi mahasiswa memiliki


kemampuan untuk mengidentifikasi batasan dari keilmuan dramaturgi.

3. Tujuan Intruksional Khusus

Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa dapat:


1) Mengemukakan formula dramaturgi.
2) Menguraikan wilayah kajian dramaturgi.
3) Mengimplemetasikan hasil kajian dari dramaturgi.

4. Uraian Materi Pembelajaran

Petunjuk Mempelajari Materi


1) Jika Anda membaca materi ini dengan cermat, maka Anda akan dapat menyimpulkan isi materi
pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional yang ditetapkan.
2) Perhatikan setiap contoh dan ilustrasi yang diberikan dalam materi ini, agar Anda lebih
memahami mencermati kesimpulannya.

4.1 Formula Dramaturgi


Harymawan (1988) menyebutkan tahapan dasar untuk mempelajari dramaturgi yang
disebut dengan formula dramaturgi. Formula ini disebut fromula 4 M yang terdiri dari:
menghayalkan, menuliskan, memainkan, dan menyaksikan.

M1 atau menghayal, dapat dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang karena
menemukan sesuatu gagasan yang merangsang daya cipta. Gagasan itu timbul karena perhatian
ditujukan pada suatu persitiwa baik yang disaksikan, didengar maupun dibaca dari literatur
tertentu. Bisa juga gagasan itu timbul karena perhatian ditujukan pada kehidupan seseorang.
Gagasan atau daya cipta tersebut kemudian diwujudkan ke dalam besaran cerita yang pada
akhirnya berkembang menjadi sebuah lakon untuk dipentaskan.

M2 atau menulis, adalah proses seleksi atau pemilihan situasi yang harus dihidupkan begi
keseluruhan lakon oleh pengarang. Dalam sebuah lakon, situasi merupakan kunci aksi. Setelah
menemukan kunci aksi ini, pengarang mulai mengatur dan menyusun kembali situasi dan
peristiwa menjadi pola lakon tertentu. Di sini seorang pengarang memiliki kisah untuk
diceritakan, kesan untuk digambarkan, suasana hati para tokoh untuk diciptakan, dan semua
unsur pembentuk lakon dikomunikasikan.

M3 atau memainkan, merupakan proses para aktor memainkan kisah lakon di atas pentas.
Tugas aktor dalam hal ini adalah mengkomunikasikan ide serta gagasan pengarang secara hidup
kepada penonton. Proses ini melibatkan banyak orang yaitu, sutradara sebagai penafsir pertama
ide dan gagasan pengarang, aktor sebagai komunikator, penata artsitik sebagai orang yang me-
wujudkan ide dan gagasan secara visual serta penonton sebagai komunikan.

M4 atau menyaksikan atau menonton, merupakan proses penerimaan dan penyerapan


informasi atau pesan yang disajikan oleh para pemain di atas pentas oleh para penonton.
Pementasan teater dapat dikatakan berhasil jika pesan yang hendak disampaikan dapat diterima
dengan baik oleh penonton. Penonton pergi menyaksikan pertunjukan dengan maksud pertama
untuk memperoleh kepuasan atas kebutuhan dan keinginannya terhadap tontonan tersebut.

Formula dramaturgi seperti disebutkan di atas merupakan tahap mendasar yang harus
dipahami dan dilakukan oleh para pelaku teater. Jika salah satu tahap dan unsur yang ada dalam
setiap tahapan diabaikan, maka pertunjukan yang digelar bisa dipastikan kurang sempurna.
Oleh karena itu, pemahaman dasar formula dramaturgi dapat dijadikan acuan proses penciptaan
karya seni teater.

Formula dramaturgi tersebut pada dasarnya memberikan pengetahuan dasar bagaimana


sebuah proses berteater itu mesti dilakukan. Pada tahap awal, proses teater selalu diawali dengan
ide atau gagasan. Ide atau gagasan itulah yang mendorong seseorang untuk mengadakan
pembayangan (pengkhayalan) secara imajinatif dan kreatif. Dalam tahap itulah terjadi proses
perenungan, penghayatan, pemikiran, pengimajinasian, dan perasaan tentang ide atau gagasan
tertentu. Dalam proses penciptaan drama, baik sebagai karya sastra maupun sebagai seni
pertunjukan, ide atau gagasan tersebut diungkapkan ke dalam premis.

Ide atau gagasan, yang kemudian dimatangkan melalui proses pengimajinasian (tahap M1),
mesti diungkapkan dalam tulisan (tahap M2). Tahap kedua ini terdapat serangkain proses,
seperti: membuat rencana cerita (treatment) dan pengembangan treatment menjadi naskah lakon
atau drama. Di dalam teater modern naskah lakon atau drama memiliki peranan yang penting,
salah satunya adalah sumber kreasi para pekerja teater.

Pada tahap M3, apa yang ditulis tersebut perlu dimainkan. Naskah lakon atau drama
diciptakan untuk dimainkan di atas panggung. Melalui beberapa latihan dengan manajemen
proses yang tertata, menjamin sebuah pertunjukan teater dapat mencapai harapan dan tujuan.
Dari tahap M3 itulah terjadi proses penerimaan, apresiasi, evaluasi, dan kajian tentang kualitas
dan kegunaan seni drama (tahap M4).

Jika formula dramaturgi tersebut diungkapkan melalui bagan akan tampak sebagaimana
berikut ini.
Ide

M1 : Mengkhayalkan
Ide dikhayalkan

M2 : Menulis
Diungkapkan ke dalam naskah drama

M3 : Memainkan
Dijadikan pedoman dan sumber kreasi
dalam pertunjukan teater

M4 : Menyaksikan
Diapresiasi oleh masyarakat

Bagan 1: Formula Dramaturgi

4.2 Wilayah Kajian Dramaturgi


Ada dua persoalan pokok jika hendak mempelajari dramaturgi. Pertama, sebagai ilmu
bagaimana dramaturgi tersebut menjelaskan landasan ontologis, epistemologis, dan
aksiologisnya. Kedua, sebagai pengetahuan tentang pertunjukan, bagaimana dramaturgi
menjelaskan teknik-teknik mempertunjukan teater atau drama. Persoalan pertama tentu perlu
dikemukakan dalam sebuah tulisan (buku) yang khusus membahas tentang hal itu. Sedangkan
persoalan kedualah yang hendak dijelaskan.

Hal-hal yang dapat dijelaskan untuk menjawab persoalan kedua di atas mencakup aspek-
aspek berikut.

1. Pengertian dramaturgi dan cakupan kajiannya


2. Pengertian drama dan teater
3. Sejarah teater atau drama
4. Penciptaan naskah lakon
5. Analisis naskah lakon
6. Teknik Pemeranan (Akting)
7. Teknik Penyutradaraan
8. Manajemen Pertunjukan Teater atau Drama

Sebagai ilmu, sekaligus pengetahuan tentang drama atau teater, dramaturgi memiliki
cakupan atau wilayah kajian. Bisa disebut, wilayah kajian tersebut adalah cabang-cabang
dramaturgi. Ada empat wilayah kajian yang dapat dipelajari sekaligus menjadi pedoman untuk
mewujudkan sebuah pertunjukan teater/drama.

1. Dramaturgi; membicarakan tentang prinsip-prinsip dasar yang meliputi: pengertian,


sejarah, penulisan, unsur-unsur, dan aliran drama dan teater.
2. Seni Peran atau Akting; praktik-praktik dasar bermain peran, teknik-teknik bermain
peran, kaedah-kaedah pemeranan, dan bentuk-bentuk latihan bermain peran.
3. Penyutradaraan; praktik tentang tugas, tanggung jawab, dan prosedur kerja seorang
sutradara dalam berproses teater atau drama, dari pemilihan naskah, analisis naskah,
proses latihan, hingga pementasan.
4. Manajemen Pementasan Drama/Teater; membicarakan tentang bagaimana
manajemen sebuah pertunjukan drama atau teater itu dibuat dan dilaksanakan.
Bidang ini meliputi: manajemen artistik, manajemen produksi pertunjukan drama
atau teater, dan manajemen panggung.

Meskipun keempat cabang dramaturgi tersebut masing-masing dapat berdiri sendiri, namun
dalam pembahasannya saling bersentuhan. Pembahasan dalam wilayah seni peran misalnya,
sama sekali tak bisa melepaskan dari wilayah penyutradaraan, begitu sebalik-nya. Apalagi
dramaturgi dapat memberikan dasar dan prinsip-prinsip terhadap seni peran, penyutradaraan,
dan manajemen panggung yang baik. Sebaliknya, dramaturgi dapat berkembang berdasarkan
masukan dari ketiganya.

Jika melihat keempat cabang dramaturgi di atas, tampak bahwa dramaturgi merupakan
pengetahuan yang membahas tentang drama atau teater (teoritis), sedang ketiga cabang yang
lain bersifat praktis. Oleh karena itu, seorang aktor, sutradara, dan crew yang lain, mesti
memahami apa yang dikemukakan dalam keempat wilayah kajian dramaturgi itu. Mereka tidak
cukup hanya mengandalkan pengalaman, tetapi juga membutuhkan ilmunya. Perpaduan antara
keduanya dapat menjamin apa yang mereka geluti dapat berkembang dan mencapai kualitas.
5. Tugas dan Latihan
Untuk meningkatkan pemahaman terhadap materi yang telah diuraikan, maka kerjakan
tugas dan latihan berikut.

5.1 Tugas
Pelajari dan pahami dengan baik materi di atas, kemudian buatlah resume tentang materi
yang telah Anda pelajari. Resume hendaknya berisi rincian secara lengkap dan mencerminkan
pemahaman Anda terhadap materi tersebut. Resume ditulis tangan pada kertas folio paling
banyak 1 lembar.

5.2 Latihan
1. Pertanyaan yang diajukan dalam latihan ini bersifat mengembangkan kognitif dan psikomotorik,
karena itu jawaban yang dibutuhkan adalah jawaban analisis, dan argumentatif, serta menunjukan
kreativitas.
2. Jawaban ditulis pada kertas folio, dan dikumpulkan pada akhir perkuliahan ini.
Pahami dengan baik situasi yang digambarkan berikut ini, kemudian jawablah pertanyaan.
1. Sebuah proses teater dimana anda kemudian diberi kesempatan untuk mengomentari bagaimana
menghasilkan pertunjukan yang berkualitas.
Pertanyaan:
Coba rumuskanlah rincian kerja dari 4 wilayah kajian dramaturgi agar dapat
menghasilkan pertunjukan yang berkualitas menurut anda.

2. Wilayah tata artistik adalah wilayah yang termasuk dalam salah satu unsur penunjang.
Pertanyaan:
Bagaimana pendapat anda tentang aritistik jika dihubungkan dengan keempat wilayah
kajian dramaturgi

6. Referensi

Harymawan, RMA. 1988. Dramaturgi. Bandung: Rosda.

Anda mungkin juga menyukai