Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN PPOK

Diajukan Oleh :

AGNES PERO SIMAMORA


NIM : 2214001

DOSEN PEMBIMBING:
RICO P SIHOMBING,S,Kep,Ns

PRODI D-III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


KESEHATAN BARU JALAN BUKIT INSPIRASI SIPALAKKI
KABUPATEN HUMBANG
HASUNDUTAN
2024

LEMBAR PENGESAHAN SATUAN ACARA PENYULUHAN


KECAMATAN DOLOK SANGGUL KABUPATEN
HUMBANG HASUNDUTAN
TAHUN 2023

DISUSUN OLEH:

AGNES SIMAMORA
2214001

DIKETAHUI OLEH :

Ka.Prodi D-III Keperawatan DOSEN PEMBIMBING

Lidia E Silaban S.Kep Ns.M.Km Rico P Sihombing, Skep,Ns


NIDN:0109069101

SATUAN ACARA PENYULUHAN PPOK


Pokok Bahasan : PPOK
Sasaran : Tn. M.S

Waktu : 30 Menit

Tanggal : 6 Februari 2024

Tempat : Rawatan 3
Penyuluh/Promotor : Agnes Pero Simamora

A. Tujuan Umum :

Setelah dilakukan penyuluhan selama 45 menit, diharapkan TN. M mampu


memahami tentang penyakit PPOK

B. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan mampu:

1. Pasien mengetahui tentang defenisi PPOK

2. Pasien mengetahui tanda dan gejala PPOK

3. Pasien mengetahui faktor penyebab PPOK

4. Pasien mengetahui Pencegahan PPOK

5. Pasien mengetahui Terapi yang akan digunakan

C. Garis Besar Materi

-PPOK

D. Metode Penyuluhan

-Ceramah

-Diskusi

-Tanya Jawab

E. Media dan Alat


- flipchart
- Leaflet

F. Kegiatan Penyuluhan
No. Tahap Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Sasaran
1. Pembukaan 3 menit - Membuka kegiatan - Menjawab
dengan mengucapkan salam
salam - Mendengarkan
- Memperkenalkan diri - Memperhatikan
- Menjelaskan - Mendengarkan
dan
tujuan dari
memperhatikan
penyuluhan
- Menyebutkan materi
yang akan

disampaikan
2. Penyampaian 10 menit - Menjelaskan tentang - Mendengarkan
materi penyakit PPOK - Memperhatikan

- Menjelaskan tentang
faktor penyebab PPOK
- Menjelaskan tentang
tanda dan gejala PPOK
- Menjelaskan tentang
pencegahan PPOK
- Menjelaskan tentang
komplikasi PPOK
- Menjelaskan tentang
terapi PPOK

3. Evaluasi 7 menit - Mempersilahkan - Mengajukan


Tn.M untuk pertanyaan
mengajukan - Mendengarkan
pertanyaan
- Menjawab
pertanyaan
4. Penutup 2 menit - Menyimpulkan materi - Menjawab salam
yang telah

-disampaikan
bersama Tn.M

5 - Menutup
penyuluhan dengan salam

G. EVALUASI

1. Proses : Selama Penyuluhan Berlansung,diharapkan keluarga dan pasien


mampu

- Menjelaskan tentang penyakit PPOK


- Menjelaskan tentang faktor penyebab PPOK
- Menjelaskan tentang tanda dan gejala PPOK
- Menjelaskan tentang pencegahan PPOK
- Menjelaskan tentang komplikasi PPOK
- Menyebutkan tentang terapi PPOK
MATERI PENYULUHAN
PPOK
A. Latar Belakang

Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah suatu penyakit yang


ditandai dengan adanya obstruksi aliran udara yang disebabkan oleh bronkitis kronis
atau empisema. Obstruksi aliran udara pada umumnya progresif kadang diikuti oleh
hiperaktivitas jalan nafas dan kadangkala parsial reversibel, sekalipun empisema dan
bronkitis kronis harus didiagnosa dan dirawat sebagai penyakit khusus, sebagian
besar pasien PPOK mempunyai tanda dan gejala kedua penyakit tersebut.( Amin,
Hardhi, 2018).

Sekitar 14 juta orang Amerika terserang PPOK dan Asma sekarang menjadi
penyebab kematian keempat di Amerika Serikat. Lebih dari 90.000 kematian
dilaporkan setiap tahunnya. Rata-rata kematian akibat PPOK meningkat cepat,
terutama pada penderita laki-laki lanjut usia. Angka penderita PPOK di Indonesia
sangat tinggi.

Banyak penderita PPOK datang ke dokter saat penyakit itu sudah lanjut.
Padahal, sampai saat ini belum ditemukan cara yang efisien dan efektif untuk
mendeteksi PPOK. Menurut Dr Suradi, penyakit PPOK di Indonesia menempati
urutan ke-5 sebagai penyakit yang menyebabkan kematian. Sementara data dari
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, pada tahun 2010 diperkirakan
penyakit ini akan menempati urutan ke-4 sebagai penyebab kematian. "Pada dekade
mendatang akan meningkat ke peringkat ketiga. Dan kondisi ini tanpa disadari,
angka kematian akibat PPOK ini makin meningkat.

Penyakit PPOK selayaknya mendapatkan pengobatan yang baik dan terutama


perawatan yang komprehensif, semenjak serangan sampai dengan perawatan di
rumah sakit. Dan yang lebih penting dalah perawatan untuk memberikan pengetahuan
dan pendidikan kepada pasien dan keluarga tentang perawatan dan pencegahan
serangan berulang pada pasien PPOK di rumah.
1. Defenisi

Penyakit Paru Obtruktif


Kronis (PPOK) adalah
penyakit atau adalah penyakit
atau sindrom yang
heterogen, dapat dicegah
dan diobati yang ditandai
dengan
gejala pernapasan persisten
dan keterbatasan aliran udara
yang disebabkan oleh
saluran napas dan / atau
kelainan alveolar yang
biasanya disebabkan oleh
paparan
signifikan terhadap partikel
atau gas yang berbahaya.
(Kusumawardani et al., 2017)
Penyakit Paru Obtruktif
Kronis (PPOK) adalah
penyakit atau adalah penyakit
atau sindrom yang
heterogen, dapat dicegah
dan diobati yang ditandai
dengan
gejala pernapasan persisten
dan keterbatasan aliran udara
yang disebabkan oleh
saluran napas dan / atau
kelainan alveolar yang
biasanya disebabkan oleh
paparan
signifikan terhadap partikel
atau gas yang berbahaya.
(Kusumawardani et al., 2017)
PPOK
Penyakit Paru Obtruktif
Kronis (PPOK) adalah
penyakit atau adalah penyakit
atau sindrom yang
heterogen, dapat dicegah
dan diobati yang ditandai
dengan
gejala pernapasan persisten
dan keterbatasan aliran udara
yang disebabkan oleh
saluran napas dan / atau
kelainan alveolar yang
biasanya disebabkan oleh
paparan
signifikan terhadap partikel
atau gas yang berbahaya.
(Kusumawardani et al., 2017)
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan suatu kelainan dengan ciri-ciri
adanya keterbatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversible Pada klien PPOK paru-
paru klien tidak dapat mengembang sepenuhnya dikarenakan adanya sumbatan dikarenakan
sekret yang menumpuk pada paru-paru. (Lyndon Saputra, 2018).
PPOK adalah penyakit paru kronik dengan karakteristik adanya hambatan aliran
udara di saluran napas yang bersifat progresif nonreversibel atau reversibel parsial, serta
adanya respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya (GOLD, 2018 ).

Selain itu menurut Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) merupakan satu
kelompok penyakit paru yang mengakibatkan obstruksi yang menahun dan persisten dari jalan
napas di dalam paru, yang termasuk dalam kelompok ini adalah : bronchitis, emfisema paru,
asma terutama yang menahun, bronkiektasis. Arita Murwani (2018).

2. Penyebab

Faktor – faktor yang menyebabkan timbulnya Penyakit Paru Obstruksi Kronis


menurut Brashers (2007) adalah :
a) Merokok merupakan > 90% resiko untuk PPOK dan sekitar 15% perokok menderita
PPOK. Beberapa perokok dianggap peka dan mengalami penurunan fungsi paru secara
cepat. Pajanan asap rokok dari lingkungan telah dikaitkan dengan penurunan fungsi paru
dan peningkatan resiko penyakit paru obstruksi pada anak.
b) Terdapat peningkatan resiko PPOK bagi saudara tingkat pertama perokok. Pada kurang dari
1% penderita PPOK, terdapat defek gen alfa satu antitripsin yang diturunkan yang
menyebabkan awitan awal emfisema.

c) Infeksi saluran nafas berulang pada masa kanak – kanak berhubungan dengan rendahnya
tingkat fungsi paru maksimal yang bisa dicapai dan peningkatan resiko terkena PPOK saat
dewasa. Infeksi saluran nafas kronis seperti adenovirus dan klamidia mungkin berperan
dalam terjadinya PPOK.
d) Polusi udara dan kehidupan perkotaan berhubungan dengan peningkatan resiko morbiditas
PPOK.

3. Tanda dan gejala

Adapun tanda dan gejala klinik PPOK sebagai berikut:


a. “Smoker Cough” biasanya hanya diawali sepanjang pagi yang dingin kemudian
berkembang menjadi sepanjang tahun.
b. Sputum, biasanya banyak dan lengket berwarna kuning, hijau atau kekunngan
bila terjadi infeki.
c. Dyspnea, terjadi kesulitan ekspirasi pada saluran pernafasan
Gejala ini mungkin terjadi beberapa tahun sebelum kemudia sesak nafas
menjadi semakin nyata yang membuat pasien mencari bantuan medik.
Sedangkan gejala pada eksaserbasi akut adalah :
a. peningkatan volume sputum
b. Perburukan pernafasan secara akut.
c. Dada terasa berat.
d. Peningkatan purulensi sputum
e. Peningkatan kebutuhan bronkodilator
f. Lelah dan lesu
g. Penurunan tolerani terhadap gerakan fisik, cepat lelah dan terengah-engah.
Pada gejala berat dapat terjadi :
a. Sianosis, terjadi kegagalan respirasi
b. Gagal jantung dan oedema perifer.
c. Plethoric complexion, yaitu pasien menunjukkan gejala wajah yang
memerah yang disebabkan (polycythemia), erythrocytosis, jumlah
erythrosit yang meningkat, hal ini merupakan respon fisiologis normal
karena kapasitas pengangkutan O2 yang berlebih ( Ikawati,2016 ).
4. Faktor yang mempengaruhi

1. Pajanan Rokok

Pajanan asap rokok pada perokok aktif maupun pasif merupakan factor utama penyebab
PPOK serta sejumlah penyakit pernafasan lainnya. Diperkirakan sekitar satu dari empat
perokok aktif mengidap PPOK

2. Usia
PPOK akan berkembang secara perlahan selama bertahun-tahun. Gejala penyakit
umumnya muncul pada pengidap yang berusia 35 hingga 40 tahun

3. Pajanan polusi udara


Misalnya asap kendaraan bermotor, debu jalanan, gas buangan industry, briket batu
bara, debu vulkanik gunung meletus, asap kebakaran hutan,asap obat nyamuk bakar,
asap kompor, polusi ditempat kerja ( bahan kimia, debu/zat iritasi, dan gas beracun)

4. Keturunan
Jika memiliki anggota keluarga yang mengidap PPOK, anda juga memiliki resiko lebih
tinggi untuk terkena penyakit yang sama

5 Pencegahan

1. Berhenti Merokok

2. Menghindari paparan polusii udara


3. Berolahraga

4. Konsumsi makanan mengandung antioksidan

6. Terapi Farmakologi

Penatalaksanaan pada pasien dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronis menurut


Mansjoer (2002) adalah :

Pencegahan yaitu mencegah kebiasaan merokok, infeksi, polusi udara. Terapi


eksasebrasi akut dilakukan dengan :
a. Antibiotik, karena eksasebrasi akut biasanya disertai infeksi. Infeksi ini umumnya
disebabkan oleh H. Influenzae dan S. Pneumonia, maka digunakan ampisillin 4 x 0,25-0,5
g/hari atau eritromisin 4 x 0,5 g/hari.
b. Augmentin (amoksisilin dan asam kluvanat) dapat diberikan jika kuman penyebab infeksinya
adalah H. Influenzae dan B. Catarhalis yang memproduksi beta laktamase.
c. Pemberian antibiotik seperti kotrimoksasol, amoksisilin, atau doksisilin pada pasien yang
mengalami eksasebrasi akut terbukti mempercepat penyembuhan dam membantu
mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam 7-10 hari selama periode
eksasebrasi. Bila terdapat infeksi sekunder atau tanda-tanda pneumonia, maka dianjurkan
antibiotic yang lebih kuat.

a. Terapi oksigen diberikan jika terdapat kegagalan pernafasan karena hiperkapnia dan
berkurangnya sensitivitas terhadap CO2.
b. Fisioterapi membantu pasien untuk mengeluarkan sputum dengan baik.

c. Bronkodilator untuk mengatasi, termasuk didalamnya golongan adrenergik. Pada


pasien dapat diberikan salbutamol 5 mg dan atau ipratorium bromide 250 mikrogram
diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25- 0,5 g iv secara perlahan.
1. Terapi jangka panjang dilakukan dengan :

a) Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisillin 4


x0,250,5/hari dapat menurunkan kejadian eksasebrasi akut.
b) Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran nafas tiap
pasien maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan pemeriksaan obyektif
dari fungsi faal paru.
1) Fisioterapi.

2) Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik.

3) Mukolitik dan ekspektoran.

4) Terapi jangka penjang bagi pasien yang mengalami gagal nafas tipe II dengan
PaO2<7,3kPa (55 mmHg).
5) Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa sendiri dan
terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar dari depresi.
Rehabilitasi pada pasien dengan penyakit paru obstruksi kronis adalah
fisioterapi, rehabilitasi psikis dan rehabilitasi pekerjaan.

7. Terapi Non Farmakologi

A. Latihan Pernafasan
Latihan pernafasan dilakukan 20-30 menit/hari (sekaligus 2x sehari ) minimal 3 x seminggu
selama 4-12 minggu
1. Pernafasan pursed lips breathing
penderita duduk dan menghembuskan nafas melalui mulut yang hamper tertutup (seperti bersiul
4-6 detik)
2. Pernafasan Diafragma
Letakkan tangan kanan pada dinding dada dan tangan kiri diatas pusar penderita diminta
inspirasi selama 2 detik, udara dihembuskan secara perlahan selama 10 detik sewaktu ekspirasi
perut ditekan maksimal

B. Obat Tradisional
1. Kulit manggis (2-3) buah sesuai kebutuhan
2. Ambil bagian dalam, jangan ambil bagian luarnya yang keras
3. Aduk Kulit, dapat dicampur dengan susu, alpukat, dan coklat sesuai selera
4. Setelah Halus kulit manggis tersebut sudah dapat di komsumsi
DAFTAR PUSTAKA
Qamila, Barakatul, et al. "Efektivitas Teknik Pursed Lipsbreathing Pada Pasien
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (Ppok): Study Systematic Review." Jurnal
Kesehatan 12.2 (2019): 137-145.

Qamila, B., Azhar, M. U., Risnah, R., & Irwan, M. (2019). Efektivitas Teknik Pursed
Lipsbreathing Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronik (Ppok): Study Systematic
Review. Jurnal Kesehatan, 12(2), 137-14

Suryadinata, R. V. (2018). Pengaruh radikal bebas terhadap proses inflamasi pada


penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Amerta Nutrition, 2(4), 317-423.

Suryadinata RV. Pengaruh radikal bebas terhadap proses inflamasi pada penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK). Amerta Nutrition. 2018;2(4):317-423.

Asyrofy, Ahmad, Triana Arisdiani, and Moch Aspihan. "Karakteristik dan kualitas
hidup pasien Penyakit Paru Obstruksi Konik (PPOK)." NURSCOPE: Jurnal Penelitian
dan Pemikiran Ilmiah Keperawatan 7.1 (2021): 13-21.

Anda mungkin juga menyukai