Anda di halaman 1dari 10

DAMPAK BURUK KAPITALISME EKONOMI PADA PETANI

PERKEBUNAN JAGUNG RAKYAT DI SAMOSIR

Monika indriani lumbanraja,Maya sabet singarimbun,Asrul Siregar M.Hum,Siti Ayu Nurhidayati

Email : monikaindrianilumbanraja@gmail.com

Abstrak

“Pengaruh ekonomi kapitalis modern telah lama dirasakan oleh para petani
perkebunan kopi di pedesaan Samosir. Kapitalisme seringkali disamarkan sebagai
sesuatu yang menguntungkan dengan berbagai kepentingan. Yang dimaksud dengan
kebaikan di sini adalah bagaimana para kapitalis ekonomi dengan semangat moralnya
berhasil mencapai kesuksesan. memanipulasi petani perkebunan jagung agar patuh.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dampak yang dialami petani perkebunan
jagung akibat adanya kepentingan dan kekuasaan yang sengaja menimbulkan konflik.
Penelitian ini juga berupaya mengkaji peran pemerintah dalam menyelamatkan petani
jagung dari jebakan ketergantungan dan hegemoni negara. kemiskinan.Studi lapangan
dilakukan sebagai respon terhadap perilaku informan dan budaya lokal yang diamati
secara terus menerus.

Data dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif berdasarkan hubungan


semantik antar variabel.Hasil penelitian membuktikan bahwa kemiskinan yang
dialami petani kopi disebabkan oleh berbagai faktor seperti sebagai faktor sejarah
yang berasal dari feodalisme dan kolonialisme, ketergantungan finansial dan
teknologi yang membuat petani miskin tidak berdaya. Pengeluaran petani, yang
dulunya hanya berorientasi pada subsisten, kini telah beralih ke bentuk uang. Oleh
karena itu, konsumerisme telah menyebar luas dan menjadi norma budaya baru di
masyarakat pedesaan.

Meningkatnya tren pinjaman kepada tengkulak bibit jagung disebabkan oleh


tekanan populasi dan tekanan ekonomi yang semakin meningkat, yang disebabkan
oleh ketidakmampuan petani jagung beradaptasi dengan perekonomian jual beli.
Pembayaran hutang dilakukan secara bertahap pada saat panen jagung , dengan
jangka waktu pembayaran yang lebih lama. Terakhir, transformasi kepentingan
berhasil mengawali gagasan pengendalian perekonomian petani jagung melalui ikatan
moral dan nilai etika kesejahteraan mereka, yang mengikat dan menipu mereka dari
generasi ke generasi.”

Kata kunci : Kapitalisme,Pedesaan Samosir, Petani jagung


Abstract

“The influence of the modern capitalist economy has long been felt by coffee
plantation farmers in rural Samosir. Capitalism is often disguised as something
profitable with various interests. What is meant by goodness here is how economic
capitalists with their moral spirit succeed in achieving success. manipulating corn
plantation farmers into compliance. This research aims to understand the impact
experienced by corn plantation farmers due to the existence of interests and power
that deliberately cause conflict. This research also seeks to examine the government's
role in saving corn farmers from the trap of dependency and state hegemony.
poverty.Field studies were carried out in response to informant behavior and local
culture which were continuously observed.

Data were analyzed using a qualitative descriptive method based on semantic


relationships between variables. The research results prove that the poverty
experienced by coffee farmers is caused by various factors such as historical factors
originating from feudalism and colonialism, financial and technological dependence
which makes poor farmers helpless. Farmer expenditures, which were previously only
subsistence-oriented, have now shifted to cash. Therefore, consumerism has spread
widely and become the new cultural norm in rural communities.

The increasing trend of loans to corn seed middlemen is caused by increasing


population pressure and economic pressure, which is caused by the inability of corn
farmers to adapt to the buying and selling economy. Debt payments are made in
stages at the time of corn harvest, with a longer repayment period. Finally, the
transformation of interests succeeded in initiating the idea of controlling the economy
of corn farmers through moral ties and ethical values of their welfare, which bound
and deceived them from generation to generation."

Key words: Capitalism, Rural Samosir, Corn Farmers


Pendahuluan

Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang memberikan kebebasan penuh pada


semua orang untuk melakukan kegiatan ekonomi demi kepentingan ekonomi individu,
faktor produksi, dan sumber daya ekonomi. Kapitalisme telah ada sejak zaman dahulu
kala dan dapat ditemukan dalam berbagai dimensi, dari yang kecil hingga yang
terbesar. Kapitalisme modern memiliki ciri-ciri seperti eksploitasi terhadap
kecakapan-kecakapan dalam mencari laba yang dimiliki oleh organisasi rasional
untuk mekanisme produksi barang dalam jumlah besar yang dibangun dengan tenaga
kerja gratis dan didasarkan pada pasar bebas dan perdamaian. Kapitalisme modern
telah lama melanda kaum lemah seperti petani perkebunan jagung rakyat di pedesaan
Samosir.

Beberapa ciri dari sistem ekonomi kapitalis adalah sebagai berikut:

- Kepemilikan faktor produksi serta proses dan pembagian hasil produksi diserahkan
sepenuhnya ke mekanisme pasar.

- Peran pemerintah hampir tidak ada dalam sistem kapitalis murni.

- Semua faktor produksi, proses produksi, serta distribusi hasil produksi diatur oleh
pemerintah dalam sistem perekonomian terencana.

Desa/Kelurahan Nantindang merupakan salah satu penghasil jagung di


Kabupaten Samosir. Usahatani tersebut sebagai penentu tingkat pendapatan petanu.
Tingkat pendapatan dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya ialah sumber daya
manusia, produksi, luas lahan, pupuk, pendidikan dan pengalaman. Tanpa sumber
daya manusia yang mampu dan handal maka akan menjadi faktor kendala
terwujudnya tujuan dan pencapaian pembangunan dalam mencapai kesejahteraan.
Dalam mengusahakan usaha taninya, petani selalu berusaha menggunakan sumber
daya yang dimilikinya seefisien mungkin (Putra, 2019).

Dampak buruk kapitalime antara lain, kesenjangan Sosial: Terjadinya


kesenjangan sosial dapat disebabkan oleh fakta bahwa hanya masyarakat yang
memiliki modal dan kemampuan untuk mengembangkan usaha mereka yang dapat
mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi. Hal ini terutama terjadi dalam konteks
persaingan bebas, di mana hanya mereka yang mampu bersaing secara efektif yang
akan berhasil dan meningkatkan taraf hidup mereka.

Tingginya Sikap Individualisme: Sistem ekonomi kapitalis cenderung mendorong


sikap individualisme yang tinggi. Hal ini karena dalam sistem ini, terdapat persaingan
bebas di mana individu-individu bersaing satu sama lain untuk mencapai kesuksesan
ekonomi. Akibatnya, sikap individualisme muncul, dan individu-individu dapat
cenderung bersaing keras dan bahkan menjatuhkan satu sama lain demi mencapai
tujuan mereka.

Dalam inti pernyataan tersebut, kesenjangan sosial dan sikap individualisme


tinggi adalah konsekuensi dari sistem ekonomi kapitalis yang mendorong persaingan
bebas di antara individu-individu, yang pada akhirnya dapat menghasilkan
kesenjangan ekonomi dan sosial dalam masyarakat.

Terjalin dalam semua aspek pemikiran manusia dan terus-menerus dipengaruhi


oleh budaya, yang terwujud dalam hubungan sebab-akibat. Lebih lanjut, dalam
konteks lain, Daniel Bell mengamati bahwa “kapitalisme maju” telah bertransisi dari
sistem berbasis budaya menjadi sistem yang berakar pada kesenangan konsumsi.
Prinsip etika kapitalisme yang dulu menekankan kerja keras, individualisme, dan
prestasi dalam produksi kini memudar di tengah konsumerisme, kolusi, dan lain
sebagainya. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dipandu oleh kapitalisme
telah bergeser ke arah fokus pada kepuasan konsumen dan pemanjaan materi.

Meskipun secara sederhana, gambaran tentang kemiskinan struktural di antara


petani perkebunan jagung rakyat di Samosir bisa disusun dengan mengatakan bahwa
sejak lama, pemerintah daerah di Samosir telah mengabaikan potensi perkebunan
jagung rakyat yang kaya, sehingga perekonomian hanya dikuasai oleh sejumlah kecil
orang, termasuk jaringan pedagang yang kebanyakan berhubungan dengan pengusaha
karya raya di hilir Samosir yang memiliki kekuasaan sebagai kepala desa. proses
penghegemonian dan praktek monopoli ini telah menjadi jeratan bagi komunitas
petani perkebunan jagung sejak masa awal imperalisme ekonomi yang pertama kali
memasuki dunia perdagangan di Sumatera. Ini terjadi ketika hasil perkebunan industri
mulai menjadi komoditas perdagangan global.

Penelitian ini berupaya mengungkap permasalahan yang dihadapi oleh para


petani Desa Samosir akibat kapitalisme, serta upaya yang dilakukan oleh komunitas
petani yang berhimpun Pada pemerintah desa untuk keluar dari permasalahannya
tersebut.
KAJIAN TEORITIK

Teori Ketergantungan (Dependency Teory)

Teori Ketergantungan (Dependency Theory) adalah teori yang melihat


permasalahan pembangunan dari sudut Negara Dunia Ketiga. Teori ini berargumen
bahwa keterbelakangan pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh negara-negara dunia
ketiga, dan senyatanya timpang dengan negara-negara industri, karena faktor
“ketergantungannya” atau keikutsertaannya terhadap sistem integrasi ekonomi
kapitalisme global. Teori ini sering dikaitkan dengan Marxisme dan menyatakan
bahwa sejumlah negara inti mengeksploitasi beberapa negara yang lebih lemah demi
kemakmuran mereka.

Teori Ketergantungan juga berupaya untuk memberikan jawaban alternatif dari


pertanyaan, “mengapa negara-negara berkembang atau negara dunia ketiga tidak
kunjung mampu menutup gap dalam pertumbuhan ekonominya dengan negara-negara
industri?”. Teori ini menjadi wakil dari suara-suara negara pinggiran untuk menantang
hegemoni ekonomi, politik, budaya, dan intelektual dari negara maju. Teori
Ketergantungan memiliki fokus pada persoalan keterbelakangan dan pembangunan
negara-negara pinggiran.

Mengenai masalah sosial kemasyarakatan, Marx berteori bahwa dalam kehidupan


masyarakat terjadi dialektika perjuangan kelas, yaitu konflik antara kelas pemilik
modal dengan kelas lebih rendah yang bekerja untuk memproduksi barang. Marx
sangat kritis terhadap sistem ekonomi kapitalisme yang ia sebut ”kediktatoran
burjuaisi” yang dikelola oleh kelas orang-orang kaya yang orientasi dan tujuan
utamanya adalah memenuhi kepentingan dan keuntungan mereka.

Marx meramalkan kapitalisme akan mengalami pengeroposan internal yang pada


akhirnya akan hancur dan akan digantikan oleh sistem baru: sosialisme Karl Marx
berargumen, di bawah payung sosialisme, masyarakat akan diperintah oleh kelas
pekerja (working class), yaitu kelas yang dia namakan kediktatoran proletariat, negara
kaum pekerja (buruh), atau demokrasi kaum pekerja. Marx yakin, bahwa sosialisme
pada gilirannya akan digantikan oleh masyarakat tanpa kelas yang ia namakan
”komunisme.” Masyarakat tanpa kelas, masyarakat komunis, atau masyarakat yang
sama rasa dan sama rata inilah menjadi obsesi dan cita-cita besar Karl Marx. Para
pengkritik Marx mengatakan, masyarakat yang dicita-citakan oleh Marx itu adalah
utopis dan tidak akan terwujud.
PEMBAHASAN

Dampak Kapitalisme Bagi Petani Perkebunan Jagung Rakyat di Samosir.

Dalam pembahasan mengenai dampak kapitalisme bagi petani perkebunan jagung


rakyat di Samosir, terdapat analisis gejala ketergantungan dengan pendekatan
keseluruhan yang memberi tekanan pada sistem perkebunan rakyat di Samosir.
Ketergantungan ini adalah akibat dari proses kapitalisme global, di mana daerah
pinggiran (desa) hanya sebagai pelengkap. Transformasi ekonomi desa yang berubah
semakin kapitalistik dan eksploitatif menjadi penyebab kemiskinan struktural yang
terjadi di masyarakat, khususnya petani perkebunan milik rakyat.

Petani perkebunan jagung rakyat menjadi kelompok yang terpinggirkan dari


aktivitas ekonomi kapitalis secara luas. Dalam hal ini, teori ketergantungan menjadi
penting untuk memahami hubungan antara negara-negara maju dan negara-negara
berkembang serta dampak dari sistem ekonomi global yang ada saat ini Sistem
ekonomi kapitalis mempunyai dampak positif seperti mendorong aktivitas ekonomi
secara maksimal dan menciptakan persaingan bebas yang muncul akan menciptakan
produksi serta harga yang wajar dan rasional Namun, kapitalisme juga memiliki
kelemahan seperti semakin melebarnya jurang sosial dan penentangan dari banyak
orang di dunia.

Transformasi ekonomi desa yang semakin kapitalistik dan eksploitatif menjadi


penyebab kemiskinan struktural yang terjadi di masyarakat, khususnya petani
perkebunan milik rakyat. Petani perkebunan kopi rakyat menjadi kelompok yang
terpinggirkan dari aktivitas ekonomi kapitalis secara luas. Meskipun mereka
menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk bekerja, mereka tetap sulit untuk
meningkatkan taraf penghidupan ekonominya. Hal ini terjadi karena gejala
ketergantungan yang dianalisis dengan pendekatan keseluruhan yang memberi
tekanan pada sistem perkebunan rakyat di Samosir.

Ketergantungan ini adalah akibat dari proses kapitalisme global, di mana daerah
pinggiran (desa) hanya sebagai pelengkap. Teori Ketergantungan menjadi penting
untuk memahami hubungan antara negara-negara maju dan negara-negara
berkembang serta dampak dari sistem ekonomi global yang ada saat ini. Sistem
ekonomi kapitalis mempunyai dampak positif seperti mendorong aktivitas ekonomi
secara maksimal dan menciptakan persaingan bebas yang muncul akan menciptakan
produksi serta harga yang wajar dan rasional. Namun, kapitalisme juga memiliki
kelemahan seperti semakin melebarnya jurang sosial dan penentangan dari banyak
orang di dunia.

Dalam prakteknya, terjadi hegemoni dan monopoli di mana kepala desa bertindak
sebagai bos jaringan yang memborong semua jagung hasil panenan dari petani-petani
yang selesai pulang dari kebunnya. Kepala desa memiliki hak untuk menjual kembali
kopi tersebut kepada pengepul tangan kedua. Petani perkebunan tidak pernah
berhubungan dengan pabrik pengolahan jagung secara langsung karena tugasnya
hanya menanam, memelihara, dan memanen jagung saja. Mereka tidak punya
wewenang dan kebijakan untuk menentukan harga jual yang pasti karena semua hasil
panennya dijual lepas per kilo kepada kepala desa yang sekaligus bertindak mensortir
jenis dan ukuran hasil panenan jagung dengan tingkat harga, jenis, dan ukuran yang
diberlakukan sendiri oleh si kepala desa.

Keuntungan harga per kilo ini memudahkan kepala desa pengepul dalam memilih
hasil panen petani perkebunan jagung berdasarkan kebutuhan dan permintaan pembeli
karena mereka dapat menekan dan mengkondisikan harga ditingkat petani
perkebunan. Harga beli hasil panenan jagung bisa jatuh murah ketika melalui proses
sortir ini, dengan alasan tidak layak jual kembali atau kondisi panenan kopi tidak
memenuhi standar. Petani perkebunan terpaksa menurut saja daripada jagung mereka
tak laku jual atau harus dijual ke bos jaringan (gudang) lain yang jaraknya berjauhan
dan belum tentu harganya pun lebih baik. Hal ini menunjukkan adanya gejala
ketergantungan yang dianalisis dengan pendekatan keseluruhan yang memberi
tekanan pada sistem perkebunan rakyat di Samosir. Ketergantungan ini adalah akibat
dari proses kapitalisme global, di mana daerah pinggiran (desa) hanya sebagai
pelengkap.

Dalam kehidupan petani perkebunan jagung rakyat di Samosir, terjadi


ketergantungan ekonomi dan sosial yang terus mengikat dan menjerat kehidupan
sehingga menciptakan kemiskinan petani perkebunan secara struktural. Dua akibat
pokok dari kegagalan yang selalu diulang-ulang oleh para petani perkebunan rakyat
ini akibat jeratan hegemoni kapitalis adalah meningkatnya kebiasaan berhutang dan
tekanan penduduk yang makin berat. Kebiasaan berhutang di desa tersebut adalah
akibat dari ketidakmampuan komunitas dalam menyesuaikan diri dengan ekonomi
jual beli (orientasi nilai tukar). Akibat masuknya sistem ekonomi pasar, pengeluaran
petani yang semula hidup subsisten ini menjadi semakin banyak dalam bentuk uang.
Ketika mereka memiliki uang hasil panen, mereka cenderung menjadi konsumtif,
royal, dan boros dalam membelanjakan uangnya.
Sementara bila uang hasil panen tersebut habis, mereka sibuk mencari hutangan,
bahkan rela bila harus menggadaikan atau menjual lahannya ke pihak jaringan yang
bertindak sok baik hati dan selalu siap menjadi solusi dari permasalahan para petani
perkebunan rakyat ini. Sistem jaringan secara tidak langsung dapat dipahami bahwa
hierarkis kapitalisme jaringan dibuat agar lingkaran bisnis mereka kuat dan sulit
diruntuhkan, sedangkan kekuatan utama dalam sistem kapitalisme jaringan adalah
kemampuan mereka merekrut pejabat pemerintah penentu kebijakan serta lembaga
dan aparat penegak hukum sebagai bagian dari hierarkis jaringan. Dengan alasan
itulah maka sistem kapitalisme jaringan merupakan bagian penting dari sistem
kapitalisme oligarki.

PENUTUP

Untuk memahami globalisasi di pedesaan, kita harus melihatnya dalam konteks


sejarah, di mana globalisasi saat ini mirip dengan bentuk kolonialisme masa lalu. Ini
penting karena kolonialisme masa lalu berdampak pada keterbelakangan pedesaan.
Desa adalah unit ekonomi mikro, sementara negara kolonial adalah entitas
kapitalisme makro. Keduanya saling terkait dalam hubungan simbiosis parasitisme, di
mana negara berperan sebagai parasit terhadap ekonomi desa dengan bantuan
pedagang dan pengusaha nonpribumi, terutama dari komunitas Tionghoa/Cina.

Namun, untuk memahami perkembangan ekonomi di desa perkebunan kopi di


Sumatera Selatan, kita juga perlu mempertimbangkan karakteristik negara kolonial itu
sendiri. Meskipun ada klaim bahwa negara kolonial mengadopsi ekonomi neoklasik,
sebenarnya lebih cenderung menuju ekonomi pinggiran daripada kapitalisme sejati.
Ini disebabkan oleh semangat moralitas pedagang nonpribumi, terutama dari
komunitas Tionghoa/Cina, yang lebih berorientasi pada keuntungan jangka pendek
dan mengakibatkan proletarisasi serta marginalisasi petani kopi di pedesaan
perkebunan rakyat Sumatera Selatan. Akibatnya, pedesaan ini mengalami
keterbelakangan ekonomi yang berlangsung secara turun-temurun karena
ketimpangan pembangunan yang diakibatkan oleh kebijakan eksploitatif.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Irwan. Tantangan Ekonomi Pembangunan Transformasi Pendekatan

Humaniora. Vol XIV. No. 3. 2002.

Bailey, F.G.. Gift and Poison” dalam Gift and(ed.) (Toronto: The Copp Clark) 2017.

Badan Pusat Statistik OKU Selatan(Katalog: 1102001.1608051), OKU Selatan. (BPS:


OKU Selatan). 2018.

Budiman, Arief. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. (Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama).2013.

Chambers, Robert . Rural Development: Putting the Last Frst. (New York:
Longman).2013.

Collier, William L., (et.al). Pendekatan Baru Dalam Pembangunan Pedesaan di Jawa:
Kajian Pedesaan Selama 25 Tahun. (Jakarta:Yayasan Obor). 2006.

Deliarnov. Ekonomi Politik. (Jakarta: Erlangga). 2010.

Dunn, William N. Analisa Kebijakan Publik: Kerangka Analisa dan Prosedur


Perumusan Masalah. Terjemahan Muhadjir Darwin.

Sosial: Budaya.Suatu Jurnal Raden Ayu Ritawati 159 Cet. Kelima. Hanindia). 2005.
(Yogyakarta:

Marx, Karl. Capital: A Critique of Political Economy. Vol. III. Terj. OEY Hay Djoen.
(Jakarta: Hasta Mitra). 2007.

Neue Evers. H.D. (et.al). The Moral Economy of Trade: Ethnicity and Devloping
Market. (New York: Publisher). 2004.Volume 9, Nomor 18, Juli-Desember 2019

Frank, A. G. 1971. Capitalism and Underdevelopment in Latin America. (London:


Penguin)

Kano,Hiroyoshi. Indonesian Exports,Peasant Agriculture, and the World Economy


1850-2000. (Athens: Ohio University Press). 2008.
Asia Tenggara: Pengantar. (Bantul: Wacana). 2012.Sebuah Kreasi Elson, R.E.
“Peasant Poverty and Prosperity Under the Cultivation System in Java,” Indonesian
Economic History in the Dutch Colonial Era, ed. Anne Booth, etal.(New Haven: Yale
Univer

Anda mungkin juga menyukai