PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Indonesia yang berada di garis khatulistiwa serta berada di antara 2 benua yaitu
benua Asia dan benua Australia, dan juga diapit oleh 2 samudra yaitu samudra Pasifik
dan samudra Hindia. Dapat dilihat bahwa lokasi Indonesia merupakan lokasi yang
strategis. Lokasi yang strategis tersebut menyebabkan Indonesia tidak terbebas dari
ancaman-ancaman yang dapat memecah belah bangsa. Salah satu ancaman yang tak
dapat terelakkan bagi Indonesia adalah ancaman di bidang politik. Ancaman politik
adalah ancaman yang bersumber dari dalam maupun luar negri yang dapat menimbulkan
dan dianggap berbahaya untuk politik Indonesia. Ancaman ini dapat bersumber baik dari
luar maupun dalam negeri. Contoh tindakan yang mengancam integritas negara di bidang
Ancaman dalam negeri yang merupakan ancaman dari dalam negeri itu sendiri,
salah satunya berupa Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme atau yang kita kenal dengan
politik demi kepentingan pribadi. Sebagai salah bentuk ancaman integritas, tentunya
tindakan KKN sangat merugikan negara karena dana yang seharusnya digunakan untuk
perbaikan negara namun malah digunakan untuk kepentingan pribadi pelaku tindakan
KKN tersebut. Sementara itu, ancaman dari luar negeri salah satu contohnya adalah
percobaan invasi asing. Upaya ini dapat berupa tindakan intimidasi,blokade, dan
provokasi politik, serta kedatangan imigran gelap di Indonesia, dan bahkan terorisme
integritas negara, memecah belah politik negara. Jika ancaman tersebut berhasil maka
akan berdampak ke Indonesia yang akan menjadi negara yang hancur layaknya
Afghanistan dan Suriah yang dikuasai oleh kelompok Islam Radikal. Oleh karena itu,
ancaman di bidang politik memiliki resiko yang sangat besar untuk ditanggung sebab
PEMBAHASAN/ISI
1. Kasus
Kerusuhan Mei 1998 merupakan sejarah kelam bagi perjalanan Indonesia. Peristiwa ini
memakan ribuan korban jiwa, membuat masyarakat Indonesia luka fisik maupun mental,
mengguncang Indonesia, dan bahkan mencoreng keberadaan bangsa Indonesia. Kerusuhan ini
terjadi di 13-15 Mei 1998 di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya.
Peristiwa Mei 1998 ini merupakan kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa. Selain
merusak bangunan bangunan, kerusuhan Mei 1998 ini menjarah toko etnis Tionghoa dan
terjadinya pelanggaran HAM yaitu pemerkosaan terhadap wanita etnis Tionghoa. Penyebab lain
dari peristiwa Mei 1998 ini adalah terjadinya krisis ekonomi akibat turunnya nilai tukar rupiah
terhadap dollar AS pada 8 Juli 1997. Turunnya nilai tukar ini menyebabkan beberapa perusahaan
bangkrut dan jutaan orang kehilangan pekerjaan. Krisis ekonomi ini sangat berdampak terhadap
naiknya bahan-bahan pokok makanan. Kondisi ini banyak dimanfaatkan oleh pihak-pihak tidak
bertanggung jawab, baik dari dalam maupun luar yang membuat terjadinya kerusuhan di
berbagai daerah.
bantuan kepada Dana Moneter Indonesia (DMI) pada Oktober 1997. Namun AS meminta IMF
untuk menunda mencairkan dana agar perusahan-perusahan AS yang berada di Indonesia dapat
selamat. AS berharap dengan adanya pengangkatan isu seperti pelanggaran HAM, penculikan,
dan operasi militer, AS berharap Indonesia dapat lebih transparan terhadap sistem ekonomi dan
politik.
Peran dari mahasiswa sangatlah berpengaruh terhadap penggulingan orde baru. Puncak
dari aksi mahasiswa ini terjadi pada 18 Mei 1998, para mahasiswa berhasil menduduki Gedung
MPR/DPR. Awalnya gerakan mahasiswa ini sempat diragukan, mereka menilai jika para
mahasiswa kurang peka terhadap krisis ekonomi. Namun sebenarnya telah tercatat bahwa adanya
gerakan mahasiswa sejak pertengahan 1997. Jauh sebelum terdapat isu tersebut, mahasiswa ITB
sudah menggelar beberapa aksi seperti pidato hingga teatrikal. Dan aksi mereka yang paling
fenomena terjadi pada 10 Maret 1998. Mereka mengadakan “sidang umum tadingan” yang berisi
Puncak dari kerusuhan ini yaitu saat 21 Mei 1998 dimana melalui menteri penerangan
Alwi Dahlan, Presiden Soeharto menyatakan jika ia tidak pernah menyatakan mundur, namun
jika rakyat tidak percaya lagi, ia akan lengser keprabon. Saat mahasiswa menduduki gedung
MPR/DPR Soeharto sempat berdialog jika ia akan menjabat sampai pemilu dipercepat. Namun
pada 21 Mei 1998 pukul 09.00 WIB, Soeharto menyatakan mundur. Pernyataan ini telah
menutup era Orde Baru dan telah membuka era reformasi melalui masa pemerintahan transisi.
2. Analisis
Kasus reformasi Mei 1998 ini merupakan bentuk ancaman politik dalam negeri, karena
kasus ini menggunakan kekuatan politik demi kepentingan pribadi. Dalam kasus ini,
pemerintahan Orde Baru dinilai melakukan praktik KKN, sehingga menjadi ancaman di bidang
politik dalam negeri, yang akhirnya mengancam di bidang politik dalam bentuk demokrasi untuk
menumbangkan pemerintah yang berkuasa. Adanya krisis moneter yang mengakibatkan terjadi
sebuah demonstrasi yang menuntut pengunduran diri Presiden Soeharto hingga membuat tentara
Angkatan Darat menembaki para demonstran yang tidak bersenjata. Karena adanya penembakan
PENUTUP
1. Kesimpulan
Tragedi Mei 1998 adalah momen yang memilukan dalam sejarah Indonesia yang
ekonomi, dan ketidakstabilan politik. Dampaknya terasa luas, dengan ribuan korban jiwa,
kerugian materi yang besar, dan citra negara yang tercoreng di mata dunia. Peristiwa ini
menggarisbawahi pentingnya penanganan krisis ekonomi dengan kebijakan yang adil dan
inklusif, serta perlunya upaya konkret untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan politik yang
Maka dari itu, Indonesia harus mengambil pelajaran berharga untuk memperkuat fondasi
sosial, ekonomi, dan politiknya. Perlunya komitmen yang kuat dari pemerintah dan masyarakat
dan mempromosikan perdamaian antar-etnis serta dialog yang lebih terbuka antar-masyarakat.
Reformasi politik yang mendalam juga diperlukan untuk memastikan bahwa kekuasaan politik
tidak disalahgunakan dan agar pemimpin negara bertanggung jawab secara transparan kepada
rakyat.
Tragedi ini sendiri mengingatkan kita bahwa perdamaian dan stabilitas bukanlah hal yang
dapat dianggap remeh, melainkan merupakan hasil dari upaya bersama dalam membangun
fondasi yang kokoh bagi masyarakat yang inklusif dan adil. Oleh karena itu, perlu terus
diperjuangkan untuk mewujudkan nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia, dan keadilan sosial
agar tragedi serupa tidak terulang di masa depan, serta untuk memastikan bahwa Indonesia dapat
2. Saran
Tentu saja kerentanan sebuah negara bukan suatu hal yang permanen, untuk menjaga
kedaulatan negara itu sendiri dibutuhkan rasa nasionalisme yang tinggi. Tak hanya itu, untuk
mencegah hal serupa terjadi adalah para masyarakat Indonesia bersama-sama memperkuat
ketimpangan ekonomi, dan memperkuat kepercayaan pada sistem hukum untuk menjamin
keadilan bagi semua warga negara. Tak hanya masyarakat yang ikut berkontribusi besar dalam
pencegahan keretakan sebuah negara, pemerintah juga memiliki kewajiban untuk mengambil
peran dalam hal ini. Pemerintah tentunya harus selalu mendahulukan kepentingan masyarakat,
mengayomi masyarakat, serta menjadi jembatan pemersatu perbedaan. Penting juga bagi seluruh
warga Indonesia untuk mengembangkan sikap dan sifat toleransi, penghormatan terhadap
sosial.
Dalam sebuah negara, perpecahan merupakan salah satu hal tujuan yang harus dihindari
dan dilawan demi keutuhan suatu negara. Tentu saja peran masyarakat sangat dibutuhkan demi
Tunggal Ika" dalam kehidupan sehari-hari kian menjadi wujud pertahanan bangsa. Tak hanya itu,
untuk mencegah hal-hal yang dapat menimbulkan perpecahan adalah memperkuat keamanan
masyarakat dan membekali diri dengan memilah pergaulan agar tidak mengikuti sesuatu yang
tidak baik, meningkatkan dialog antar-etnis dengan perasaan dan hati yang saling menerima dan
Parandaru, Inggra. 2021. Sejarah Peristiwa Mei 1998: Titik Nol Reformasi Indonesia.
https://www.kompas.id/baca/paparan-topik/2021/05/12/sejarah-peristiwa-mei-1998-titik-
nol-reformasi-indonesia diakses pada 12 Maret 2024
Frishka, Sondang. Kerusuhan Mei 1998 Fakta, Data & Analisa : Mengungkap Kerusuhan Mei
1998 Sebagai Kejahatan Terhadap Kemanusiaan.https://perpustakaan.komnasperempuan
go.id/web/index.php?p=show_detail&id=3576 diakses pada 12 Maret 2024
Farisa, Fitria Chusna. 2023. Mei 1998, Saat Jakarta Dilanda Kerusuhan Mencekam dan
Ditinggal Para Penghuninya.https://nasional.kompas.com/read/2023/05/1314033171/mei
-1998-saat-jakarta-dilanda-kerusuhan-mencekam-dan-ditinggal-para?page=all diakses
pada 12 Maret 2024