Oleh :
Linda Anadya Tastya
022002202014
II
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam menjalankan kegiatan operasional sehari hari, sebuah rumah sakit membutuhkan
obat yang selalu tersedia pada saat dibutuhkan. Ketersediaan obat di rumah sakit terkait erat
dengan kualitas layanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit tersebut. Keberadaan obat
yang dibutuhkan, akan membantu merawat bahkan memberikan kehidupan bagi sekolompok
pasien.
Perencanaan dan pengadaan obat yakni suatu proses yang memegang kendali dalam
tersedianya obat di rumah sakit. Oleh sebab itu, diperlukan upaya yang efektif dan efisien
dalam perencanaan dan pengadaan kebutuhan obat. Pengendalian obat tidak dapat dipisahkan
dari manajemen logistik obat. Pengendalian obat dapat memberikan dasar untuk perencanaan
selanjutnya sesuai dengan hasil stock opname. Stock opname merupakan wujud dari kendali
fungsi penyimpanan dimana dievaluasi stok yang akan atau kadaluarsa, obat yang rusak, keluar
masuk obat berdasarkan kartu stok, kategori fast moving dan slow moving. Tahap
pendistribusian obat tidak jarang terjadi kekosongan obat sehingga mengganggu jalannya
pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Rumah sakit harus mampu bersaing dalam pelayanan kesehatan di antara seluruh rumah
sakit sebagai lembaga pelayanan kesehatan masyarakat, khususnya di Yogyakarta. Rumah
sakit diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik, salah satunya ialah tersedianya obat
yang dibutuhkan pasien. Salah satu faktor yang dapat menjamin ketersediaan obat yang
bermutu dapat dipantau melalui proses pengadaan obat.
Banyaknya jumlah dan jenis obat serta arus keluar masuknya obat, bisa menjadi sebuah
kendala dalam proses pengadaan obat dikarenakan rumah sakit umum. Sehingga
dibutuhkan suatu implementasi sistem informasi pengadaan obat yang baik serta berkualitas
agar mampu melayani kebutuhan persediaan obat di rumah sakit tersebut.
1.2 Procurement
Implementasi procurement pada instalasi farmasi di rumah sakit memerlukan pendekatan
yang hati-hati untuk memastikan pasokan obat dan bahan farmasi yang tepat, berkualitas, dan
aman. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil dalam mengimplementasikan
procurement di instalasi farmasi rumah sakit:
1. Analisis Kebutuhan:
1
▪ Identifikasi kebutuhan obat dan bahan farmasi berdasarkan populasi pasien, jenis
penyakit yang paling umum, dan kebijakan rumah sakit.
4. Seleksi Pemasok:
▪ Lakukan evaluasi pemasok obat dan bahan farmasi berdasarkan kriteria seperti
keandalan pasokan, sertifikasi kualitas, dan pengalaman sebelumnya.
5. Proses Tender:
▪ Adakan proses tender terbuka atau tertutup untuk mendapatkan tawaran terbaik dari
pemasok obat dan bahan farmasi.
6. Negosiasi Kontrak:
▪ Lakukan negosiasi dengan pemasok terpilih mengenai harga, syarat pembayaran, dan
persyaratan pengiriman.
▪ Pastikan kontrak mencakup ketentuan tentang ketersediaan, keamanan, dan kualitas
obat.
9. Manajemen Risiko:
▪ Identifikasi dan kelola risiko yang terkait dengan kekurangan persediaan, perubahan
harga, atau masalah kualitas.
▪ Pertimbangkan opsi cadangan untuk memitigasi risiko tersebut.
2
▪ Lakukan audit reguler terhadap proses procurement untuk memastikan kepatuhan
terhadap kebijakan dan regulasi.
▪ Evaluasi kinerja pemasok secara berkala untuk memastikan kualitas dan ketersediaan
yang berkelanjutan.
Implementasi yang efektif dari proses procurement di instalasi farmasi rumah sakit
membantu memastikan pasokan obat yang memadai, berkualitas, dan memberikan kontribusi
positif pada pelayanan kesehatan pasien.
1.3 Purchasing
Implementasi purchasing (pembelian) dalam instalasi farmasi di rumah sakit
membutuhkan pendekatan yang terstruktur dan hati-hati untuk memastikan pasokan obat dan
bahan farmasi terpenuhi dengan efisien. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil
dalam mengimplementasikan purchasing di instalasi farmasi rumah sakit:
1. Penetapan Kebutuhan:
▪ Identifikasi kebutuhan obat dan bahan farmasi berdasarkan formularium rumah sakit,
kebijakan klinis, dan tren permintaan.
2. Perencanaan Pembelian:
▪ Tentukan anggaran pembelian untuk kebutuhan farmasi.
▪ Buat rencana pembelian jangka pendek dan jangka panjang.
5. Proses Pembelian:
▪ Ajukan penawaran kepada pemasok atau lakukan proses tender jika diperlukan.
▪ Evaluasi dan bandingkan penawaran pemasok.
7. Pemantauan Pengiriman:
▪ Awasi pengiriman obat dan bahan farmasi sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
3
▪ Pastikan keamanan dan kualitas selama proses pengiriman.
9. Manajemen Persediaan:
▪ Terapkan sistem manajemen persediaan yang efisien untuk mengontrol stok obat dan
bahan farmasi.
▪ Hindari kelebihan persediaan dan minimalkan risiko kadaluarsa.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembahasan
Pentingnya procurement dan purchasing pada instalasi farmasi rumah sakit sangat krusial
karena berkaitan langsung dengan ketersediaan, keamanan, dan kualitas obat serta bahan
farmasi yang digunakan dalam pelayanan kesehatan. Berikut adalah beberapa alasan
mengapa procurement dan purchasing memiliki peran yang sangat penting:
3. Efisiensi Biaya:
▪ Melalui purchasing yang efisien, rumah sakit dapat memperoleh obat dan bahan
farmasi dengan harga yang bersaing. Negosiasi yang baik dan pemilihan pemasok
yang memberikan nilai tambah dapat membantu mengontrol biaya dan
mengoptimalkan anggaran.
6. Keberlanjutan Layanan:
▪ Dengan pengadaan obat yang konsisten dan berkualitas, rumah sakit dapat menjaga
keberlanjutan layanan kesehatan. Ketidaktersediaan obat dapat menghambat
pengobatan pasien dan mempengaruhi reputasi rumah sakit.
7. Manajemen Risiko:
5
▪ Procurement dan purchasing membantu mengelola risiko terkait dengan
ketidaktersediaan, keterlambatan pengiriman, atau masalah kualitas produk farmasi.
Ini termasuk identifikasi dan penanganan masalah dengan cepat.
8. Kepuasan Pasien:
▪ Pasokan obat yang tepat waktu dan berkualitas berkontribusi pada kepuasan pasien.
Pasien yang mendapatkan pengobatan yang baik akan merasakan dampak positif
pada pengalaman mereka di rumah sakit.
9. Keberlanjutan Institusi:
▪ Proses procurement dan purchasing yang baik mendukung keberlanjutan institusi
rumah sakit. Dengan mengelola aspek finansial dan persediaan secara efisien, rumah
sakit dapat membangun fondasi yang kuat untuk beroperasi secara berkelanjutan.
1. Rumah Sakit Pusat Pertamina menerbitkan e-katalog terhadap obat-obatan yang telah
dimiliki. Ketika perusahaan kekurangan bahan baku produksi, maka perusahaan
memberikan Purchase Order terhadap barang yang diperlukan kepada vendor rekanan atau
kepada beberapa vendor yang dapat memenuhi pemesanan tersebut. Dalam penentuan
vendor, terjadi negosiasi harga dari pihak perusahaan kepada pihak vendor atau pihak yang
menerima Purchase Order tersebut.
2. Setelah mendapat vendor yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan negosiasi harga,
maka vendor melakukan proses produksi sesuai dengan Purchase Order yang diberikan
perusahaan. Hal proses ini, pihak vendor melakukan koordinasi dengan pabrik obat-obat
yang berkaitan dengan Purchase Order tersebut.
6
3. Setelah vendor menerima barang dari pihak pabrik, maka vendor melakukan packing
terhadap barang yang telah diterima. Pihak vendor juga bertanggung jawab atas barang
yang diterima dengan melakukan pengecekan kerusakan barang. Vendor juga melakukan
pengecekan Purchase Order terhadap barang yang diterima.
4. Setelah melakukan packing, pihak vendor melakukan pengiriman kepada perusahaan, dan
melakukan tracking terhadap pengiriman barang. Hal ini bertujuan agar barang yang
dikirimkan memenuhi tenggat waktu yang diberikan perusahaan dan agar tidak terjadi
kelalaian dalam pengiriman barang yang berdampak pada keterlambatan pengiriman, ini
merupakan salah satu bentuk pertanggung jawaban vendor terhadap perusahaan.
5. Setelah menerima pengiriman dari pihak vendor, perusahaan diwajibkan untuk mengecek
kondisi barang yang diterima. Hal ini memiliki tujuan untuk mencegah adanya kerusakan
selama masa pengiriman. Dalam proses ini perusahaan melakukan Three-Way Matching
yaitu penyesuain Purchase Order, pengecekan Order Receipt, dan Membuat Invoice
pembayaran. Setelah ketiga hal tersebut dilakukan, perusahaan melakukan pembayaran
atas barang yang diterima, dalam proses ini juga perushaan melakukan pencatatan atas
order yang telah terjadi dan diterima.
7
obat-obatan tersebut. Setelah kebutuhan tersebut dipenuhi, maka pihak administrasi
perusahan diwaibkan untuk meng-update stock obat-obatan kedalam e-katalog perusahaan.
Hal ini bertujuan untuk melakukan pemesanan bahan baku di kemudian hari.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengimplementasian procurement dan purchasing pada instalasi farmasi di rumah sakit
memiliki sejumlah kesimpulan penting yang memperkuat peran kritisnya dalam menjaga
kelancaran operasional dan memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Dengan menggabungkan proses procurement dan purchasing yang baik, instalasi farmasi
di rumah sakit dapat memberikan kontribusi positif pada aspek klinis, operasional, dan
finansial, sehingga meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien
secara keseluruhan.
9
DAFTAR PUSTAKA
https://journal.uii.ac.id/Snati/article/download/1179/1000/1056
https://www.gssrr.org/index.php/JournalOfBasicAndApplied/article/view/12389
https://jurnal.unismuhpalu.ac.id/index.php/MPPKI/article/view/1016
III