Anda di halaman 1dari 15

EI PEMETAAN & INFORMASI GEOGRA

SURV FIS

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
GEO FISIK MANUSIA DI :

Kab. Bandung
Barat
Kelompok 9
Anggota KELOMPOK:
1. Destyani Dwi Nur Haliza (2300300)
2. Uswatun Hasanah (2309052)
3. Salwa Izdihar Jinan (2312132)
4. Nuri Alif Rusyda Fauziah (2311056)
5. Rizki Muhamad Ramdan (2301272)
Permasalahan Geo fisik manusia
yang ada di kab. bandung Barat
1. Tanah Longsor
Sebanyak lima kecamatan di wilayah Kabupaten Bandung Barat
(KBB) memiliki kerawanan cukup tinggi terhadap bencana longsor.
Karena itu, memasuki musim hujan Badan Pennggulangan
Bencana Daerah (BPBD) KBB meminta masyarakat waspada
terutama yang berada di daerah rawan bencana. Seperti dibagian
wilayah selatan yaitu: Lembang, Cisarua, dan Parongpong. Tiga
kecamatan itu rawan terjadi longsor dan pohon tumbang. Serta
hampir semua kecamatan di wilayah selatan, seperti Cililin,
Sindangkerta, Gununghalu, Cipongkor, hingga Rongga daerah juga
kerap rawan terjadi longsor Foto Longsor daerah Lembang
2. Gempa Bumi
Jika patahan atau Sesar Lembang bergeser maka
dapat memicu gempa bumi dengan kekuatan yang
cukup besar bisa mencapai magnutido 6 sampai 7 dan
dapat menyebabkan kerusakan yang cukup parah.
Patahan Lembang membentang sepanjang 29 km dari
Kabupaten Bandung (Lembang) hingga Kabupaten
Bandung Barat (Padalarang). Bandung Barat berada di
daerah yang rentan terhadap gempa bumi. Data BMKG
(Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika)
mencatat sejumlah gempa kecil hingga sedang di
sekitar wilayah ini, dengan potensi ancaman kerusakan
jika gempa yang lebih besar terjadi.
3. Pembangunan yang tidak merata
Banyaknya kaum urban yang datang ke Kota Bandung
menunjukkan belum meratanya pembangunan di Jawa Barat. Kota
Bandung mendapatkan lebih banyak perhatian dan pembangunan
ekonomi bila dibandingkan dengan pedesaan di wilayah Kabupaten
Bandung Barat. Sehingga lapangan kerja menumpuk di perkotaan
dan perdesaan relatif tertinggal. Dalam dua tahun terakhir
pendatang di Kota Bandung kira-kira berjumlah 4.200 orang.
Artinya, penduduk yang datang ke Bandung tersebut mencari Foto Pengerjaan Proyek Jalan Selatan
kesempatan pekerjaan di Bandung. Jika tidak, mereka akan menjadi Bandung Barat Meleset dari Target
penyumbang angka pengangguran. faktor penyebab ketertinggalan
desa di Kabupaten Bandung Barat karena berbagai hal. Mulai dari
kondisi geografi seperti letak/jarak, aksesibilitas, dan bencana alam
hingga kualitas sumber daya manusia dan kegiatan perekonomian.
4. Pengelolaan sampah
26 ton sampah menumpuk di permukiman warga setiap harinya di Kabupaten
Bandung Barat (KBB), Jawa Barat. Sampah yang terpaksa menumpuk itu tak
terangkut armada lantaran truk sampah terjebak antre imbas tersendatnya
operasional di tempat pembuangan akhir (TPA) Sarimukti sejak dua bulan
terakhir. Tersendatnya pengangkutan sampah ini sudah terjadi sejak
Desember 2022. Jalan menuju zona pembuangan sampah yang amblas dan
alat berat yang rusak menjadi kendala melambatnya operasional di TPA
Sarimukti. Padahal rata-rata sampah yang dihasilkan dari masyarakat di 10
kecamatan di Bandung Barat sebanyak 160 ton per hari. Dari jumlah tersebut
sebanyak 26 ton sampah menumpuk di sudut-sudut perkotaan dan tidak
terangkut. Saat ini, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bandung Barat
mengoperasikan semua armada demi bisa mengangkut sampah. Dengan 39
unit truk sampah pada kondisi normal, armada bisa mengangkut 160 ton
sampah per hari dengan perhitungan rata-rata satu unit truk mampu
mengakut sampai 3 ton per hari. Permasalahan sampah termasuk TPA Sarimukti
penumpukan sampah di tempat pembuangan akhir, kurangnya sistem daur
ulang, serta kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan sampah
yang baik.
Analisis permasalahan dengan 10
konsep geografi
1. Longsor
1. Lokasi : Terkait dengan keadaan geografis pada beberapa
wilayah seperti lembang, cisarua, dan parongpong memiliki
wilayah yang berdataran tinggi sehingga rawan terjadinya 6. Aglomerasi : Adanya pemusatan pada penduduk untuk
bencana mengurangi resiko terjadinya longsor.

2. Jarak : Jarak antara permukiman dan wilayah yang rawan 7. Diferensiasi Area : Terjadinya longsor dapat dilihat dari
terjadinya longsor dapat menambah resiko terjadinya korban kondisi geografisnya setiap wilayah memiliki geografis yang
dan kerugian jika terjadinya longsor. berbeda.

3. Keterjangkauan : Jika terjadinya longsor maka dapat 8. Interaksi : Longsor dapat menimbulkan efek pada
mempengaruhi akses jalan yang biasa dilalui, akses memberi transportasi, air, listrik dan merubah ekosistem.
bantuan dapat terhambat karena longsor menutupi akses jalan.
9. Keterkaitan Keruangan : Terjadinya longsor karena erosi
4. Pola : Terjadinya longsor bisa saja karena hujan yang tanah yang disebabkan pepohonan ditebang dan curah hujan
ekstrem, lereng yang semakin curam hal ini dapat dilakukan tinggi sehingga tanah cepat terkikis dan timbullah longsor.
analisis terlebih dahulu.
10. Nilai Kegunaan : Wilayah yang longsor sebaiknya dihindari
5. Morfologi : Tanah yang bergeser menyebabkan erosi tanah untuk daerah wisata.
sehingga dapat terjadi longsor. longsor dapat menyebabkan
tanaman menjadi rusak dan mengganggu ekosistem.
2. Gempa bumi
6. Aglomerasi : Gempa dapat menyebabkan kerusakan
secara lokal di area tertentu, atau dapat mempengaruhi
sejumlah besar area dalam satu waktu. Aglomerasi
kerusakan ini dapat memberikan gambaran tentang
1. Lokasi : Identifikasi lokasi episenter gempa bumi sebaran dan pola kerusakan.
sangat penting untuk memahami wilayah mana yang
terdampak. Informasi ini memberikan dasar penting 7. Nilai Kegunaan: Analisis ini mencakup bagaimana
untuk evaluasi dan respons bencana. dampak gempa bumi memengaruhi infrastruktur, ekonomi,
dan kehidupan sehari-hari di suatu wilayah. Faktor ini
2. Jarak : Jarak antara episenter dan pusat populasi penting dalam menilai kerugian dan pemulihan pasca-
adalah faktor kunci dalam menilai seberapa besar gempa.
dampak yang mungkin terjadi. Jarak ini juga
berhubungan dengan intensitas getaran yang dirasakan 8. Interaksi dan Interdependensi : Gempa seringkali
oleh penduduk. mempengaruhi sistem-sistem vital seperti pasokan air,
listrik, dan transportasi. Analisis mengenai interaksi dan
3. Keterjangkauan : Kemudahan akses ke wilayah interdependensi ini penting untuk mengidentifikasi
terdampak sangat penting dalam penanganan bencana, kerentanan dan mengambil langkah-langkah mitigasi yang
seperti bagaimana layanan darurat bisa mencapai tepat.
daerah terdampak.
9. Diferensiasi Area : Perbedaan geologis, sosial, atau
4. Pola: Pola distribusi kerusakan dan intensitas gempa ekonomi antar wilayah dapat mempengaruhi respons
di wilayah tertentu membantu dalam memahami terhadap gempa. Dalam analisis ini, perbedaan tersebut
sebaran kerusakan yang disebabkan oleh gempa diperhitungkan dalam upaya mitigasi dan pemulihan.
tersebut.
10. Keterkaitan Ruangan : Konsep ini mencakup hubungan
5. Morfologi : Morfologi atau bentuk fisik wilayah dapat spasial antara wilayah yang terdampak dan wilayah lain,
mempengaruhi intensitas gempa dan dampaknya. baik secara geografis maupun sosial-ekonomi. Hal ini
Misalnya, daerah yang berbukit mungkin lebih rentan penting dalam menilai dampak sekunder dan kerentanan
terhadap longsor pasca-gempa. terhadap risiko gempa bumi.
3. pembangunan tidak merata
6. Aglomerasi : kecenderungan pengelompokan tempat
1. Lokasi : Lokasi yang jauh dari kota menyebabkan tinggal di kota bagi masyarakat yang berasal dari daerah
kurangnya perhatian dan pembangunan ekonomi bila yang sama
dibandingkan dengan di wilayah kota
7. Nilai Kegunaan: Daerah dengan sumber daya alam atau
2. Jarak : Jarak antara kabupaten dan kota yang jauh potensi ekonomi tinggi mungkin memiliki potensi
membuat sulitnya atau membutuhkan dalam mengakses penghasilan yang lebih tinggi, tetapi juga dapat mengalami
pemenuhan kebutuhan ketidaksetaraan distribusi pendapatan.
3. Keterjangkauan : Kemudahan akses ke wilaya h yang 8. Interaksi dan Interdependensi : Warga kota
kurang akan pembangunan sehingga mudah diatasi membutuhkan makanan dari desa, sedangkan warga desa
oleh pemerintah membutuhkan teknologi dari kota. Kedua interaksi ini
didasarkan atas pemenuhan kebutuhan warganya.
4. Pola: Pola pembangunan di wilayah tertentu
membantu dalam memahami sebaran adanya 9. Diferensiasi Area : Perbedaan geologis, sosial, atau
ketidakmerataan pembangunan ekonomi antar wilayah dapat mempengaruhi respons
terhadap pembangunan suatu daerah. Dalam analisis ini,
5. Morfologi : bentuk dataran dengan kemiringan tidak perbedaan tersebut dapat terjadi kepadatan disuatu daerah
lebih dari 5 derajat adalah wilayah yang cocok yang pembangunan nya sudah terpenuhi
digunakan untuk permukiman dan usaha pertanian
maupun usaha-usaha yang lain. 10. Keterkaitan Ruangan : Konsep ini mencakup hubungan
spasial antara wilayah yang terdampak dan wilayah lain,
baik secara geografis maupun sosial-ekonomi.
4. Pengelolaan sampah
1. Lokasi : Identifikasi lokasi tempat pembuangan akhir 6. Aglomerasi : Aglomerasi atau konsentrasi fasilitas
(TPA), pabrik pengolahan sampah, dan daerah penghasil pengelolaan sampah dapat menyebabkan masalah
sampah adalah kunci dalam menentukan distribusi lingkungan di area tertentu, seperti polusi udara atau
pengelolaan sampah di suatu wilayah. pencemaran tanah dan air.

2. Jarak : Jarak antara tempat penghasil sampah 7. Nilai Kegunaan : Analisis ini melibatkan dampak sosial,
(misalnya, kota atau industri) dan tempat pembuangan ekonomi, dan lingkungan dari manajemen sampah. Faktor
akhir serta fasilitas pengolahan sampah mempengaruhi ini dapat meliputi keuntungan ekonomi dari daur ulang,
biaya transportasi, efisiensi logistik, dan dampak kerugian akibat pencemaran, atau manfaat sosial dari
lingkungan dari proses transportasi sampah. kebersihan lingkungan.

3. Keterjangkauan : Ketersediaan akses dan fasilitas 8. Interaksi dan Interdependensi : Dalam konteks
pengelolaan sampah yang memadai di wilayah tertentu manajemen sampah, hal ini mencakup bagaimana
sangat penting. Wilayah yang lebih terpencil atau sulit pengelolaan sampah dapat mempengaruhi sistem lain
diakses mungkin memiliki tantangan tersendiri dalam seperti air, tanah, dan udara, serta hubungannya dengan
manajemen sampah. kesehatan masyarakat.

4. Pola : Pola distribusi pengelolaan sampah dan daerah 9. Diferensiasi Area : Perbedaan dalam infrastruktur,
terdampak membantu dalam memahami sebaran fasilitas kebijakan, dan kapasitas antar wilayah dapat
pengelolaan dan dampak lingkungan di suatu wilayah. mempengaruhi cara manajemen sampah dilakukan dan
tingkat keberhasilannya.
5. Morfologi : Bentuk fisik wilayah, seperti topografi dan
geologi, mempengaruhi pilihan lokasi untuk fasilitas 10. Keterkaitan Ruangan : Konsep ini menyoroti hubungan
pengelolaan sampah. Misalnya, wilayah dataran rendah spasial antara wilayah penghasil sampah, fasilitas
mungkin lebih rentan terhadap pencemaran air tanah oleh pengelolaan, dan dampaknya pada wilayah sekitarnya baik
TPA. secara fisik maupun sosial-ekonomi.
sumber daya alam yang ada
di kab. bandung barat

Pertambangan : Sumber daya alam Kabupaten


Bandung Barat memiliki potensi seperti
pertambangan, kapur, marmer, dan pasir. Menurut
pemerintah kabupaten Bandung Barat potensi
pertambangan tersebut tersebar di beberapa
kecamatan yaitu Andesit, padalarang cililitan dll.
Sedangkan pertambangan pasir tersebar di daerah
Padalarang, Cipatat, dan Cikalongwetan. Lalu
marmer di daerah Cipatat. Kapur di Padalarang dan
Cipatat

Foto Tambang Daerah Kab. Bandung Barat


Padalarang, Cipatat, dan Cikalongwetan
sumber daya alam yang ada
di kab. bandung barat

Perkebunan : Di daerah kabupaten bandung barat


banyak perkebunan mulai dari sayuran dan buah
buahan, biasanya hasil panenan akan dijual ke kota
kota hampir semua komoditas sayuran dan buah-
buahan yang ada di Indonesia juga ditanam di
Kabupaten Bandung Barat dengan luas lahan yang
berbeda beda-beda. Selain itu juga diproduksi
tanaman hias seperti anggrek, Kuping gajah, Anyelir,
Heliconia, Krisant, Mawar dan tanaman obat-obatan
seperti Jahe, Laos, kencur, Kunyit, Temulawak,
Kapulaga, Tamukunci, Mengkudu, Sambiloto dan
lempuyang.

foto perkebunanan daerah lembang


sumber daya alam yang ada
di kab. bandung barat

Perternakan : Di beberapa daerah banyak yang


menernak seperti sapi, hasilnya perahan susu
sapi akan dijual sehingga menghasilkan produk
tahu susu, bolu susu, pie susu dan lain lain Di
sub sektor peternakan, sapi perah merupakan
salah satu ternak unggulan Kabupaten Bandung
Barat, yang banyak terdapat di Kecamatan
Lembang, Cisarua dan Parongpong. Selain faktor
ketersediaan pakan, wilayah tersebut juga
merupakan wilayah dataran tinggi dengan suhu
yang sejuk dan cocok bagi perkembangan
optimal sapi perah.

fotoUPT
perkebunanan daerahdilembang
Pembibitan Ternak Kab.
Bandung Barat
sumber daya alam yang ada
di kab. bandung barat

Tempat wisata : Kabupaten bandung ini salah satu


wilayah yang mengsuguhi pemandangan yang
indah, asri dan alami sehingga dijadikan tempat
wisata dan sebagai hasil mata pencaharian bagi
warga yang tinggal di daerah sekitarnya. Terdapat
beberapa obyek wisata yang sudah terkelola oleh
pemerintah beberapa
dikelola oleh pihak lainnya. Wisata merupakan salah
satu kunci pengembangan Kabupaten Bandung
Barat jika merujuk pada Visi yang ada. Oleh karena
itu, pengembangannya menjadi hal yang sangat
penting.

Gunung Tangkuban parahu


Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai