Anda di halaman 1dari 20

Cerita Dongeng

KELEDAI BERKULIT SINGA


Presented by: Alvira Febriana
Alkisah, pada zaman dahulu kala, hiduplah seekor keledai bernama
Donki yang hidup di hutan belantara. Ia tinggal bersama hewan-hewan
lainnya.

Teman-temannya menganggap ia bodoh karena kerap berkhayal hal-


hal yang tak masuk akal. Kepada Zeze si zebra ia berkata,
“Ze, suatu hari nanti aku ingin tinggal di bulan. Tinggal di sana
sepertinya seru.”

“Kenapa kau tak tinggal di matahari saja? Biar terbakar!” ucap Zeze.

“Kamu kenapa berkata seperti itu? Memangnya salah bila aku punya
mimpi tinggal di bulan?” tanya Donki.

“Jelas salah! Mana bisa kita hidup di bulan. Kamu terlalu sering
berkhayal!” bentak Zeze kesal.
Mendengar temannya marah, Donki pun pergi berjalan-jalan.
“Aku heran, kenapa semua temanku selalu memarahi mimpi-
mimpiku. Emang apa salahnya bermimpi?” tanyanya dalam hati.

Meski demikian, ia tak pernah menyerah untuk bermimpi.


Namun, mimpinya selalu aneh dan berubah-ubah.

Saat sedang berjalan-jalan, ia bertemu dengan seekor katak


bernama Tata. Lagi-lagi, ia menceritakan keinginannya yang tak
masuk akal.
“Hai, Tata. Kau sedang apa?” tanyanya basa-basi.

“Tak bisakah kau melihat aku sedang minum?” ucap Tata kesal.
Sepertinya Tata sudah tahu bila Donki akan mengatakan sesuatu yang
tak masuk akal.

“Kau tahu tidak, kelak aku akan terbang bebas seperti burung,”
ucapnya.

“Hmm,” jawab Tata singkat.

“Lalu, aku akan membawamu di pundakku agar kita bisa terbang


bersama. Lalu…” belum selesai Donki berbicara, Tata pun menyela.

“Hentikan, Don! Tidak ingatkah kau beberapa hari yang lalu bermimpi
jadi seekor ikan? Mendengarmu membuatku pusing,” ucap Tata yang
kemudian melompat meninggalkan Donki.
Di sisi lain, tinggallah seekor harimau bernama Gega yang berambisi
menjadi pemimpin hutan. Hanya saja, ia selalu kalah dengan seekor
singa bernama Leo.
Meski demikian, ia memiliki pengikut seekor rubah bernama Rubi.
Setiap hari, Rubi selalu mengikuti Gega. Ia juga kerap menjadi mata-
mata yang mengawasi gerak-gerik Leo.
Suatu hari, Donki tak sengaja mendengar ucapan kedua hewan itu.
“Tuanku, Gega, beberapa hari ini aku tak melihat kehadiran Leo.
Tampaknya pemburu berhasil menangkapnya,” ujar Rubi.
“Apa kau yakin?” tanya Gega tegas.
“A…aku pikir benar begitu Tuan,” ucap Rubi sedikit meragu.
"Kau pikir? Itu berarti kau belum tahu kepastiannya! Aku tak bisa
menjadi raja hutan bila singa itu masih hidup. Cepat cari bukti kalau
ia sudah mati! Kalau tidak aku akan memakanmu!” ucap Gega.
“Ba..baiklah, Tuan,” ucap Rubi yang bergegas mencari bukti.
Donki yang sedari tadi menguping pun bertanya-tanya tentang apa yang
sedang mereka rencanakan. Lalu, tiba-tiba sebuah apel jatuh tepat
mengenai kepalanya.

“Aduh!” teriaknya.

Sontak hal itu membuat Gega terkejut. Ia pun menghampiri Donki dengan
tatapan penuh kemurkaan.

“Apa yang kau lakukan di sini keledai bodoh!” teriaknya. “Jangan-jangan


kau menguping pembicaraanku dengan si rubah itu ya?” tanyanya lagi
dengan tatapan penuh ancaman.

"A…aku tidak mengupingmu, Tuan. A..aku hanya sedang berjalan-jalan


sambil memikirkan keinginanku menikahi seorang putri,” ucap Donki gugup.
Sangking gugupnya, ia malah menceritakan hal aneh pada Gega.

Mendengar itu, Gega tertawa terbahak-bahak. “Hahaha! Dasar kau


binatang bodoh! Pergi kau dari hadapanku atau aku akan menyantapmu,”
ucapnya.
Mendengar ancaman Gega, Donki pun langsung lari terbirit-birit. Ia
merasa takut dengan ancaman binatang mengerikan itu.

Pelarian Donki terhenti ketika melihat segerombolan hewan sedang


berdiskusi. Ia pun bersembunyai di balik semak-semak dan menguping.

“Sudah beberapa hari aku tak melihat tuan Leo. Jangan-jangan ia


telah mati dibunuh pemburu,” ucap Zeze.

“Jangan berkata demikian! Aku yakin ia masih hidup,” ucap Tori si


kura-kura.

“Tapi, bagaimana jika ia benar-benar sudah mati? Bukankah nyawa


kita terancam oleh Gega jika tuan Leo meninggal,” tanya si rusa
bernama Deri dengan cemas.

“Benar katamu. Lantas apa yang harus kita lakukan sekarang?” ujar
Zeze khawatir.
Lalu, tiba-tiba saja Donki muncul dan menawarkan diri menjadi
seorang pemimpin.
“Teman-teman, aku pernah bermimpi menjadi seorang pemimpin.
Bagaimana kalau saat ini aku yang menggantikan Leo sembari kita
menunggu kabar darinya?” ucapnya yakin.

Hewan-hewan yang lain pun hanya bisa tertawa.


“Kau jadi pemimpin? Hahaha. Melawanku saja kujamin pasti kau kalah.
Apalagi bila harus melawan harimau?” ucap Zeze.

“Kali ini saja, Don, tak bisakah kau mengatakan hal yang masuk akal?
Kami lelah mendengar ucapanmu,” ucap Tori yang kemudian
meninggalkan rombongan. Diikuti oleh hewan-hewan lainnya.

Melihat teman-temannya pergi begitu saja, membuat hati Donki


terluka. Ia tak menyangka teman-temannya sangat menyepelekan
dirinya.
Dengan hati yang sedikit terluka, Donki pun berjalan-jalan untuk
menenangkan diri.
“Inilah aku berjalan sendirian dengan perasaan terluka.
Semuanya menghinaku dan menganggapku bodoh. Padahal, aku
benar-benar ingin jadi Raja,” ucapnya.

Tampaknya, Donki yang bodoh tak menyadari jika menjadi raja


bukanlah hal yang mudah. Butuh keberanian dan ketangguhan tuk
jadi raja yang hebat.

Lalu, langkahnya terhenti ketika ia melihat sesuatu yang sangat


aneh di bawah pohon.
“Apa itu? Tampak seperti kulit singa?” ucapnya terkejut.
Ia lalu mendekati benda aneh itu. Benar saja, benda itu rupanya
kulit Leo si singa.
“Ah, rupanya pemburu benar-benar membunuh Leo. Mereka pasti
cuma mengambil daging dan tulangnya saja. Malang sekali
nasibmu,” ucap Donki.

Tanpa pikir panjang, Donki pun memakai kulit singa itu untuk
menghibur dirinya sendiri. Ia lalu memandangi wajahnya dari
pantulan air.
“Oh, jadi begini rasanya jadi Raja Hutan. Tampak gagah dan
tangguh,” ucapnya pada diri sendiri.

Donki merasa terhibur memakai kulit Leo. Ia pun berjalan sambil


bernyanyi-nyanyi.
“Hahaha, aku Raja Hutan, lihatlah aku!” ucapnya.
Saat keledai berkulit singa itu sedang berjalan-jalan,tiba-tiba ada
seekor kelinci bernama Keke yang melihatnya. Ia pun kegirangan dan
meminta seluruh hewan tuk berkumpul.

“Teman-teman! Aku punya kabar gembira,” ucapnya dengan penuh


semangat.

“Kabar apa itu?” tanya Zeze penasaran.

“Tadi aku melihat tuan kita telah kembali. Tuan Leo telah tak mati,”
ucap Keke senang.

“Benarkah itu? Apa kau tak salah lihat?” tanya Tori memastikan.

“Kenapa kau tak percaya padaku? Aku benar-benar melihatnya dengan


mata kepalaku sendiri,” ujar Keke.
“Bukannya aku tak percaya, Ke. Tapi, tuan Leo lama tak
terlihat. Dari mana saja dia kalau tak mati diserang pemburu?”
ucap Tori.

“Benar kata Tori, Ke. Kalau pun ia benar-benar masih hidup,


seharusnya ia langsung datang menemui kita,” jawab Zeze.

“Karena kalian tak percaya padaku, aku akan datang menemui


tuan Leo dan membawanya kepada kalian!” kata Keke.

Ia pun melompat kesana kemari untuk mencari Leo yang


sebenarnya adalah si Donki. Keledai itu memang tampak sama
persis dengan si singa.
Tak lama kemudian, Keke berhasil menemukan Donki yang sedang
asyik bernyanyi.
“Tuanku, tuanku! Tuan Leo,” teriak Keke.

Karena tak merasa dipanggil, Donki pun tak berhenti atau pun
menoleh. Lalu, Keke berhenti tepat di depan Donki yang berkulit
singa itu.

“Tuan! Aku sedari tadi memanggilmu,” ucap Keke dengan napas


terengal-engal.

“Apa? Kau memanggilku?” tanya Donki.

“Iya benar, Tuan. Para hewan telah menunggumu. Mereka tak


percaya kalau kau telah kembali,” ucap Keke.
Donki hanya bisa melongo mendengar perkataan Keke. Ia pun pergi
mengikuti Keke untuk menemui para hewan. Kemudian, ia berdiri di
sebuah batu besar, tempat di mana Leo selalu menjaga mereka.

Para hewan merasa sangat gembira. Ia tak menyangka bila sang


Raja benar-benar kembali.
“Tuan, maafkan aku yang beranggapan bila dirimu telah tiada,”
ucap Zeze.

“Maafkan aku juga, Tuan, karena telah menganggap dirimu dibunuh


oleh pemburu,” ucap Tori.

Donki terkejut melihat para hewan hormat kepadanya.


“Apa? Bagaimana mungkin mereka tunduk kepadaku?” ucapnya
dalam hati.
“Jadi, ke mana perginya Tuan selama ini? Kami sangat
mengkhawatirkanmu, Tuan,” tanya Keke penasaran.

“Se..sebenarnya aku memutuskan tuk berisitirahat sejenak.


Karena energiku sudah terkumpul, aku pun kembali untuk
menjaga kalian,” ucap Donki berbohong.

“Karena aku telah kembali, kini tugas utamaku adalah mengusir


harimau dari hutan ini,” ucap Donki dengan santainya.

“Hore! Hore! Tuan kita akan mengusir harimau. Hore,” teriak


para hewan gembira.

“Aku akan mendatangimu harimau!” ucap Donki pura-pura berani.


Di satu sisi, Rubi yang tahu rencana singa pun segera melapor pada
Gega. “Tuan! Tuan! Kabar buruk, Tuan,” teriaknya sambil berlari
menghampiri tuannya.
“Ada apa? Apa yang membuatmu berlari?” tanya Gega penasaran.
“Leo, si Raja Hutan telah kembali, Tuan. Ia akan menyerangmu besok,”
kata Rubi panik.

“Apa kau bilang? Katamu dia sudah mati! Kau membohongiku!” ucap Gega.
“Aku juga tidak tahu, Tuan. Dia tiba-tiba kembali dan tampak sangat
bersemangat untuk menyerangmu,” ucap Rubi.
“Apa? Bagaimana ini!” ucap Gega panik.
“Bagaimana kalau kita pergi saja dari sini, Tuan? Aku takut Leo akan
membunuhmu,” bujuk Rubi.
Karena terlalu takut pada Leo, akhirnya Gega pun memutuskan tuk pergi
meninggalkan hutan. Ia lari dengan sangat cepat diikuti dengan Rubi.
Para hewan mengira jika Leo telah berhasil menyerang harimau.
Mereka pun bersorak sorai pada singa gadungan itu.

“Hore! Hore! Raja kami memang hebat. Ia berhasil mengusir


harimau,” ucap para hewan itu.

Donki merasa bangga dan senang karena hewan-hewan mengira


dirinyalah yang mengusir si harimau. Sangking senangnya, ia tak
sengaja berteriak konyol seperti dirinya yang biasa.

“Yiha! Yiha!” teriaknya. Ia pun kehilangan wibawanya. Para hewan


pun tercengang melihatnya.

“Tunggu, kau bukan raja kami si Leo? Harusnya kau mengaung,


bukannya berteriak konyol seperti keledai!” ucap Zeze.

“Wah, sepertinya kau penipu!” teriak Tori.


“Ma…maafkan aku,” ucap Donki dan kulit singa pun terjatuh dari
tubuhnya.

“Benar, kan! Kau ternyata keledai bodoh yang menyamar!” ucap


Zeze geram.

Takut akan serangan para hewan, Donki pun berlari sekencang


mungkin untuk menghindari mereka. Ia berlari hingga ke ujung
hutan dan para hewan sudah tak mengejarnya.

“Wah! Padahal aku telah menyelamatkan hidup mereka dengan


mengusir harimau. Tapi, inikah cara mereka membayarnya?” ucap
Donki sedih sambil napasnya terengal-engal.
Saat meratapi kesedihannya, seekor monyet bijak datang
menghampirinya. Ia datang seakan-akan tahu kejadian yang baru
dialami si Donki.

“Kau bisa saja menjadi Raja lebih lama jika kau tutup mulut. Tapi
kau justru membuka kedokmu dengan suara bodohmu itu,” ucap si
monyet.

“Lantas, apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku harus ke


mana?” tanya Donki bingung.

“Pertama-tama, hentikan mimpi-mimpimu yang tak masuk akal! Lalu,


mulailah jadi dirimu sendiri. Terakhir, penampilan mungkin bisa
membuatmu tampak berwibawa, tapi cara bicara dan cara
berpikirmulah yang menentukan siapa dirimu,” ucap monyet itu.
Donki mengerti apa yang monyet itu katakan. Selama ini, para
hewan menganggapnya bodoh karena perkataannya yang tak
masuk akal.

Sejak saat itu, ia melupakan segala mimpi-mimpi khayalnya dan


mulai bekerja keras. Ia menjadi keledai milik seorang petani
yang setiap hari membantu mengangkut barang berat.

Anda mungkin juga menyukai