“Kenapa kau tak tinggal di matahari saja? Biar terbakar!” ucap Zeze.
“Kamu kenapa berkata seperti itu? Memangnya salah bila aku punya
mimpi tinggal di bulan?” tanya Donki.
“Jelas salah! Mana bisa kita hidup di bulan. Kamu terlalu sering
berkhayal!” bentak Zeze kesal.
Mendengar temannya marah, Donki pun pergi berjalan-jalan.
“Aku heran, kenapa semua temanku selalu memarahi mimpi-
mimpiku. Emang apa salahnya bermimpi?” tanyanya dalam hati.
“Tak bisakah kau melihat aku sedang minum?” ucap Tata kesal.
Sepertinya Tata sudah tahu bila Donki akan mengatakan sesuatu yang
tak masuk akal.
“Kau tahu tidak, kelak aku akan terbang bebas seperti burung,”
ucapnya.
“Hentikan, Don! Tidak ingatkah kau beberapa hari yang lalu bermimpi
jadi seekor ikan? Mendengarmu membuatku pusing,” ucap Tata yang
kemudian melompat meninggalkan Donki.
Di sisi lain, tinggallah seekor harimau bernama Gega yang berambisi
menjadi pemimpin hutan. Hanya saja, ia selalu kalah dengan seekor
singa bernama Leo.
Meski demikian, ia memiliki pengikut seekor rubah bernama Rubi.
Setiap hari, Rubi selalu mengikuti Gega. Ia juga kerap menjadi mata-
mata yang mengawasi gerak-gerik Leo.
Suatu hari, Donki tak sengaja mendengar ucapan kedua hewan itu.
“Tuanku, Gega, beberapa hari ini aku tak melihat kehadiran Leo.
Tampaknya pemburu berhasil menangkapnya,” ujar Rubi.
“Apa kau yakin?” tanya Gega tegas.
“A…aku pikir benar begitu Tuan,” ucap Rubi sedikit meragu.
"Kau pikir? Itu berarti kau belum tahu kepastiannya! Aku tak bisa
menjadi raja hutan bila singa itu masih hidup. Cepat cari bukti kalau
ia sudah mati! Kalau tidak aku akan memakanmu!” ucap Gega.
“Ba..baiklah, Tuan,” ucap Rubi yang bergegas mencari bukti.
Donki yang sedari tadi menguping pun bertanya-tanya tentang apa yang
sedang mereka rencanakan. Lalu, tiba-tiba sebuah apel jatuh tepat
mengenai kepalanya.
“Aduh!” teriaknya.
Sontak hal itu membuat Gega terkejut. Ia pun menghampiri Donki dengan
tatapan penuh kemurkaan.
“Benar katamu. Lantas apa yang harus kita lakukan sekarang?” ujar
Zeze khawatir.
Lalu, tiba-tiba saja Donki muncul dan menawarkan diri menjadi
seorang pemimpin.
“Teman-teman, aku pernah bermimpi menjadi seorang pemimpin.
Bagaimana kalau saat ini aku yang menggantikan Leo sembari kita
menunggu kabar darinya?” ucapnya yakin.
“Kali ini saja, Don, tak bisakah kau mengatakan hal yang masuk akal?
Kami lelah mendengar ucapanmu,” ucap Tori yang kemudian
meninggalkan rombongan. Diikuti oleh hewan-hewan lainnya.
Tanpa pikir panjang, Donki pun memakai kulit singa itu untuk
menghibur dirinya sendiri. Ia lalu memandangi wajahnya dari
pantulan air.
“Oh, jadi begini rasanya jadi Raja Hutan. Tampak gagah dan
tangguh,” ucapnya pada diri sendiri.
“Tadi aku melihat tuan kita telah kembali. Tuan Leo telah tak mati,”
ucap Keke senang.
“Benarkah itu? Apa kau tak salah lihat?” tanya Tori memastikan.
Karena tak merasa dipanggil, Donki pun tak berhenti atau pun
menoleh. Lalu, Keke berhenti tepat di depan Donki yang berkulit
singa itu.
“Apa kau bilang? Katamu dia sudah mati! Kau membohongiku!” ucap Gega.
“Aku juga tidak tahu, Tuan. Dia tiba-tiba kembali dan tampak sangat
bersemangat untuk menyerangmu,” ucap Rubi.
“Apa? Bagaimana ini!” ucap Gega panik.
“Bagaimana kalau kita pergi saja dari sini, Tuan? Aku takut Leo akan
membunuhmu,” bujuk Rubi.
Karena terlalu takut pada Leo, akhirnya Gega pun memutuskan tuk pergi
meninggalkan hutan. Ia lari dengan sangat cepat diikuti dengan Rubi.
Para hewan mengira jika Leo telah berhasil menyerang harimau.
Mereka pun bersorak sorai pada singa gadungan itu.
“Kau bisa saja menjadi Raja lebih lama jika kau tutup mulut. Tapi
kau justru membuka kedokmu dengan suara bodohmu itu,” ucap si
monyet.