Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

IDENTITAS NASIONA, WARGANEGARA, DAN HUBUNGAN WARGA


NEGARA

DI SUSUN OLEH :
ANGGA MULYA PUTRA
230110502008

PROGRAM STUDI GEOGRAFI SAINS


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENDIDIKAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-
Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan mengenai mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan’

Dengan tulisan ini kami diharapkan mahasiswa mampu untuk memahami makna dari Identitas
Nasional di indonesia. Kami sadar materi kuliah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak,
agar bisa menjadi lebih baik lagi.

Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi yang berguna bagi pembacanya,
terutama mahasiswa, supaya kelak menjadi pribadi yang beridentitas nasional, karena kita adalah
penerus Bangsa Indonesia.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................2

2.1 Identitas Nasional............................................................................................2

2.2 Warganegara....................................................................................................4

2.3 Hubungan Warganegara..................................................................................6

BAB III PENUTUP...............................................................................................9

3.1 Kesimpulan......................................................................................................9

3.2 Saran................................................................................................................9

3.3 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Identitas nasional merupakan konsep abstrak yang mencakup kesadaran bersama akan
karakteristik budaya, sejarah, bahasa, dan nilai-nilai yang membedakan suatu kelompok manusia
dari kelompok lainnya. Identitas nasional dapat memengaruhi perilaku individu dan kelompok
dalam konteks politik, sosial, dan ekonomi, serta membentuk fondasi kesatuan dan kebanggaan
kolektif dalam suatu bangsa.

Warganegara adalah individu yang diakui secara hukum oleh suatu negara sebagai anggota dari
entitas politik tersebut. Status warganegara dapat memengaruhi hak-hak individu, seperti hak
untuk memilih dan dipilih, hak atas perlindungan hukum, dan hak untuk tinggal di negara
tersebut. Sementara itu, kewajiban warganegara mencakup kewajiban untuk mematuhi hukum
negara, membayar pajak, dan melakukan tugas-tugas lain sesuai dengan undang-undang yang
berlaku.

Hubungan antarwarga negara mencakup beragam interaksi dan dinamika dalam masyarakat,
termasuk partisipasi politik, solidaritas sosial, integrasi budaya, serta konflik dan kooperasi
dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan ini membentuk dasar dari struktur sosial dan politik
suatu negara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Konsep dan pengertian identitas nasional serta faktor-faktor pembentuk Identitas Nasional?
2. Pengertian warganegara serta hak dan kewajiban warganegara
3. Bagaimana interaksi sosial antara warga negara memengaruhi solidaritas sosial dan integrasi
masyarakat?

iv
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 IDENTITAS NASIONAL

A. Konsep dan Pengertian Identitas Nasional

Konsep Identitas Nasional yaitu identitas nasional merupakan produk dari interaksi kompleks
antara faktor-faktor sosial, politik, ekonomi, dan budaya dalam suatu masyarakat. Identitas
nasional tidak hanya mencakup pengenalan diri sebagai anggota suatu negara, tetapi juga
memiliki dimensi emosional yang kuat, seperti rasa bangga dan solidaritas terhadap bangsa dan
negara. Konsep ini juga melibatkan proses pembentukan dan pemeliharaan kesadaran bersama
tentang keberadaan suatu entitas nasional yang unik. Identitas nasional merujuk pada kesadaran
bersama dan pengenalan kolektif suatu kelompok manusia terhadap karakteristik budaya,
sejarah, bahasa, dan nilai-nilai yang membedakan mereka sebagai anggota suatu bangsa atau
negara. Konsep ini mencakup pemahaman bersama tentang identitas budaya, sejarah bersama,
simbol-simbol nasional, dan rasa solidaritas di antara anggota masyarakat yang membentuk
entitas nasional.

Identitas sendiri memiliki arti sebagai ciri yang dimiliki setiap pihak yang dimaksud sebagai
suatu pembeda atau pembanding dengan pihak yang lain. Sedangkan nasional atau Nasionalisme
memiliki arti suatu paham, yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus
diserahkan kepada Negara kebangsaan. Identitas nasional adalah kepribadian nasional atau jati
diri nasional yang dimiliki suatu bangsa yang membedakan bangsa satu dengan bangsa yang
lainnya. Identitas nasional merupakan suatu konsep kebangsaan yang tidak pernah ada padanan
sebelumnya. Perlu dirumuskan oleh suku-suku tersebut. Istilah Identitas Nasional secara
terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang secara filosofis membedakan
bangsa tersebut dengan bangsa lain. Eksistensi suatu bangsa pada era globalisasi yang sangat
kuat terutama karena pengaruh kekuasaan internasional.

B. faktor-faktor pembentuk Identitas Nasional

Terdapat dua faktor penting dalam pembentukan identitas nasional yaitu faktor primodial dan
faktor kondisional. Faktor primodial atau faktor objektif adalah faktor bawaan yang bersifat
alamiah yang melekat pada bangsa tersebut seperti geografi, ekologi dan demografi. Kondisi

v
geografis-ekologis yang membentuk Indonesia sebagai wilayah kepulauan yang beriklim tropis
dan terletak di persimpangan jalan komunikasi antar wilayah dunia di Asia Tenggara, ikut
mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis, ekonomis, sosial dan kultural bangsa
Indonesia. Sedangkan faktor kondisional atau faktor subyektif adalah keadaan yang
mempengaruhi terbentuknya identitas nasional. Faktor subyektif meliputi faktor historis, sosial,
politik, dan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia. Faktor historis ini mempengaruhi
proses pembentukan masyarakat dan bangsa Indonesia, beserta identitasnya, melalui interaksi
berbagai faktor yang terlibat di dalamnya. Hasil dari interaksi dari berbagai faktor tersebut.

Selain itu terdapat factor lain yaitu faktor sakral dapat berupa kesamaan agama yang dipeluk
masyarakat atau ideologi doktriner yang diakui oleh masyarakat yang bersangkutan. Agama dan
ideologi merupakan faktor sakral yang dapat membentuk bangsa negara. Faktor sakral ikut
menyumbang terbentuknya satu nasionalitas baru. Negara Indonesia diikat oleh kesamaan
ideologi Pancasila. Tokoh kepemimpinan dari para tokoh yang disegani dan dihormati oleh
masyarakat dapat pula menjadi faktor yang menyatukan bangsa negara. Pemimpin di beberapa
negara dianggap sebagai penyambung lidah rakyat, pemersatu rakyat dan simbol pemersatu
bangsa yang bersangkutan. Contohnya Soekarno di Indonesia, Nelson Mandela di Afrika
Selatan, Mahatma Gandhi di India, dan Tito di Yugoslavia.

Prinsip kesediaan warga bangsa bersatu dalam perbedaan (unity in deversity) juga menjadi
faktor pembentuk identitas nasional. Yang disebut bersatu dalam perbedaan adalah kesediaan
warga bangsa untuk setia pada lembaga yang disebut negara dan pemerintahnya tanpa
menghilangkan keterikatannya pada suku bangsa, adat, ras, agamanya. Sesungguhnya warga
bangsa memiliki kesetiaan ganda (multiloyalities). Warga setia pada identitas primordialnya dan
warga juga memiliki kesetiaan pada pemerintah dan negara, namun mereka menunjukkan
kesetiaan yang lebih besar pada kebersamaan yang terwujud dalam bangsa negara di bawah satu
pemerintah yang sah. Mereka sepakat untuk hidup bersama di bawah satu bangsa meskipun
berbeda latar belakang. Oleh karena itu, setiap warga negara perlu memiliki kesadaran akan arti
pentingnya penghargaan terhadap suatu identitas bersama yang tujuannya adalah menegakkan
Bhinneka Tunggal Ika atau kesatuan dalam perbedaan (unity in deversity) suatu solidaritas yang
didasarkan pada kesantunan (civility).

vi
Faktor yang tak kalah penting yaitu sejarah. Persepsi yang sama diantara warga masyarakat
tentang sejarah mereka dapat menyatukan diri dalam satu bangsa. Persepsi yang sama tentang
pengalaman masa lalu, seperti sama-sama menderita karena penjajahan, tidak hanya melahirkan
solidaritas tetapi juga melahirkan tekad dan tujuan yang sama antar anggota masyarakat itu.

Faktor persamaan turunan, bahasa, daerah, kesatuan politik, adat-istiadat dan tradisi, atau
persamaan agama. Akan tetapi teranglah bahwa tiada satupun di antara faktor – faktor ini bersifat
hakiki untuk menentukan ada - tidaknya atau untuk merumuskan bahwa mereka harus
seketurunan untuk merupakan suatu bangsa. Faktor – faktor obyektif itu penting, namun unsur
yang terpenting ialah kemauan bersama yang hidup nyata. Kemauan inilah yang kita namakan
Nasionalisme.

2.2 WARGANEGARA

Warga negara adalah penduduk sebuah negara atau bangsa yang berdasarkan keturunan,
tempat kelahiran, dan sebagainya mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai seorang warga
dari negara itu. Warga negara adalah orang yang secara hukum merupakan anggota dari suatu
negara. Warga negara yaitu orang-orang sebagai bagian dari suatu penduduk yang menjadi unsur
negara, yang mempunyai hubungan yang tidak terputus dengan tanah airnya, dengan UUD
negaranya, sekalipun yang bersangkutan berada di luar negeri, selama yang bersangkutan tidak
memutuskan hubungannya atau terikat oleh ketentuan hukum internasional. Penduduk yang
bukan warga negara (WNA) hubungannya dengan negara yang dialaminya hanyalah selama
yang bersangkutan bertempat tinggal dalam wilayah negara tersebut.

 Penentuan Kewarganegaraan

1. Unsur Darah Keturunan (ius sanguinis, law of the blood) Kewarganegaraan dari orang tua
yang menurunkannya menentukan kewarganegaraan seseorang, betapapun ia dilahirkan di luar
negaranya.

2. Unsur Daerah Tempat Kelahiran (ius soli, law of the soil) Kewarganegaraan seseorang
ditentukan dimana ia dilahirkan. Misalnya seseorang yang berasal dari negara Indonesia
melahirkan anaknya di negara yang menerapkan system ius soli, maka sekalipun ia anak dari
kedua orang tua yang berkewarganegaraan Indonesia tetapi anak tersebut tetap diakui sebagai
warganegara dari negara dimana ia dilahirkan.

vii
3. Unsur Pewarganegaraan (naturalisasi) Seseorang berkewarganegaraan asing dapat
mengajukan permohonan untuk menjadi warganegara dari suatu negara tertentu setelah dapat
melengkapi beberapa syarat tertentu. Adapun aturan yang berhubungan dengan syarat-syarat dan
prosedur yang harus dipenuhi oleh seseorang yang mengajukan naturalisasi antara satu negara
dengan negara lainnya tidaklah sama.

 Problem Kewarganegaraan

1. Bepatride Kalau seseorang yang berkewarganegaraan dari suatu negara yang menerapkan
sistem ius sanguinis melahirkan anaknya di suatu negara yang menerapkan sistem ius soli maka
anak tersebut tetap dinyatakan sebagai warga negaranya di mana orang tuanya berasal, dan juga
dinyatakan sebagai warga negara dari negara dimana ia dilahirkan.

2. Apatride (stateless) Kalau seorang yang berkewarganegaraan dari suatu negara yang
menerapkan sistem ius soli melahirkan anaknya di suatu negara yang menerapkan ius sanguinis,
maka anak tersebut tidak lagi dianggap sebagai warganegara dari kedua orang tuanya, dan juga
tidak dianggap sebagai warga negara dari negara dimana ia dilahirkan.

 Hak dan Kewajiban Warga Negara Menurut UUD 1945

Hak-Hak Warga Negara Pasal 27 (1, 2,3)

Pasal 28 (A, B, C, D, E, F, G, H, I, J)

Pasal 29 (2) (kebebasan memeluk agama)

Pasal 30 (pembelaan negara)

Pasal 31 (Mendapatkan Pengajaran)

Pasal 34 (fakir miskin dipelihara negara)

 Kewajiban Warga Negara Pasal 27 (1)

 “Segala warga negara (bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan


dan) wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecuali”

viii
 Pasal 30 “Tiap-tiap warga negara (berhak dan) wajib ikut serta dalam pembelaan
negara.”

ix
2.3 HUBUNGAN WARGA NEGARA

Interaksi sosial merujuk pada proses komunikasi, pertukaran informasi, dan saling pengaruh
antara individu atau kelompok dalam masyarakat. Ini mencakup berbagai bentuk komunikasi,
baik verbal maupun non-verbal, serta perilaku yang terjadi saat individu bertemu dan
berinteraksi satu sama lain. Interaksi sosial dalam konteks sosiologi merujuk pada proses saling
bertindak dan berkomunikasi antara individu atau kelompok dalam masyarakat yang tercermin
dalam pola-pola perilaku dan hubungan sosial. Konsep ini menjadi pusat perhatian dalam teori
interaksi sosial dalam sosiologi, terutama dalam paradigma interaksi simbolik.

Interaksi sosial dalam konteks sosiologi merujuk pada proses saling bertindak dan
berkomunikasi antara individu atau kelompok dalam masyarakat yang tercermin dalam pola-pola
perilaku dan hubungan sosial. Konsep ini menjadi pusat perhatian dalam teori interaksi sosial
dalam sosiologi, terutama dalam paradigma interaksi simbolik. Dalam sosiologi, interaksi sosial
dipelajari dengan memperhatikan bagaimana individu saling mempengaruhi melalui tindakan,
perilaku, dan komunikasi simbolis. Hal ini melibatkan analisis terhadap peran, norma, dan
makna yang dimiliki oleh individu dalam situasi interaksi tertentu. Beberapa poin penting dalam
memahami interaksi sosial dalam konteks sosiologi meliputi:

1. Teori Interaksi Simbolik: Paradigma sosiologis yang menekankan pentingnya simbol-simbol


dalam proses interaksi sosial. Teori ini menekankan bahwa makna sosial dibangun melalui
interpretasi simbolis dan dialog antara individu.

2. Peran: Konsep yang mengacu pada pola perilaku dan ekspektasi yang dihubungkan dengan
status atau posisi sosial tertentu dalam masyarakat. Peran membentuk kerangka interaksi sosial
dan mempengaruhi cara individu berperilaku dalam situasi tertentu.

3. Norma Sosial: Aturan atau standar perilaku yang diharapkan atau dianggap pantas dalam suatu
masyarakat. Norma sosial memainkan peran penting dalam mengarahkan interaksi sosial dan
mempertahankan keteraturan sosial.

4. Pemahaman Bersama: Konsep yang menunjukkan bahwa individu dalam suatu masyarakat
berusaha untuk memahami makna yang dimiliki oleh orang lain dalam situasi tertentu, sehingga
memfasilitasi komunikasi dan koordinasi tindakan.

x
5. Ketidakpastian dan Konflik: Meskipun interaksi sosial sering kali berjalan dengan lancar,
namun terdapat juga ketidakpastian dan konflik yang dapat muncul dalam situasi interaksi,
terutama jika terdapat perbedaan dalam interpretasi makna atau kepentingan yang bertentangan.

Dinamika kelompok merujuk pada interaksi dan proses yang terjadi di dalam kelompok, yang
melibatkan hubungan antaranggota kelompok, pembagian peran, komunikasi, pengambilan
keputusan, dan pengaruh sosial. Penjelasan tentang dinamika kelompok meliputi beberapa aspek
kunci:

1. Interaksi Antaranggota: Dinamika kelompok ditentukan oleh interaksi antara anggota


kelompok, yang melibatkan komunikasi verbal dan non-verbal, pertukaran informasi, dukungan,
konflik, dan koordinasi aktivitas.

2. Pembagian Peran: Setiap anggota kelompok memiliki peran yang ditentukan oleh norma dan
ekspektasi kelompok. Pembagian peran ini mencakup peran formal (seperti pemimpin atau
sekretaris) dan peran informal (seperti pelawak atau penengah).

3. Norma Kelompok: Norma-norma adalah aturan tidak tertulis yang mengatur perilaku anggota
kelompok. Norma-norma ini mempengaruhi keputusan dan tindakan anggota kelompok, serta
menciptakan konsistensi dan stabilitas dalam interaksi kelompok.

4. Komunikasi: Komunikasi merupakan fondasi dari dinamika kelompok, yang memungkinkan


anggota kelompok untuk berbagi informasi, menyampaikan ide dan pendapat, serta membangun
hubungan interpersonal. Komunikasi yang efektif mendukung koordinasi tindakan dan
keberhasilan kelompok.

5. Pengambilan Keputusan: Kelompok sering menghadapi situasi di mana keputusan harus


dibuat. Proses pengambilan keputusan melibatkan diskusi, negosiasi, dan pembuatan kompromi
antara anggota kelompok, serta pengaruh dari struktur dan dinamika kekuasaan dalam kelompok.

6. Pengaruh Sosial: Dinamika kelompok dipengaruhi oleh kekuasaan dan pengaruh sosial antara
anggota kelompok. Kekuasaan bisa bersifat formal, seperti kekuasaan pemimpin, atau informal,
seperti kekuatan karisma atau pengetahuan.

Konflik antarwarga merujuk pada ketegangan, perbedaan, atau pertentangan yang terjadi antara
individu atau kelompok dalam masyarakat. Konflik bisa muncul karena perselisihan

xi
kepentingan, nilai-nilai yang bertentangan, atau sumber daya yang terbatas. Penjelasan tentang
konflik antarwarga dapat mencakup beberapa aspek:

1. Sumber Konflik: Penjelasan tentang berbagai faktor yang dapat menjadi sumber konflik,
seperti perbedaan nilai, kepentingan ekonomi, ketidaksetaraan sosial, atau perbedaan budaya dan
identitas.

2. Manifestasi Konflik: Menjelaskan berbagai bentuk manifestasi konflik antarwarga, mulai dari
konflik interpersonal antara individu hingga konflik antarkelompok yang melibatkan ketegangan
antara kelompok yang berbeda dalam masyarakat.

3. Dampak Konflik: Penjelasan tentang dampak negatif dan positif dari konflik antarwarga,
termasuk kerusakan hubungan sosial, kerugian ekonomi, tetapi juga potensi untuk perubahan
sosial dan pembaharuan.

4. Penyelesaian Konflik: Menyampaikan berbagai strategi dan mekanisme untuk menyelesaikan


konflik antarwarga, mulai dari penyelesaian secara damai melalui dialog dan negosiasi hingga
penyelesaian konflik melalui kekuasaan atau penggunaan kekerasan.

Peran institusi dan norma sosial dalam konteks konflik antarwarga adalah:

1. Pengaturan Konflik: Institusi sosial seperti lembaga pemerintah, sistem hukum, dan organisasi
masyarakat sipil memiliki peran dalam mengatur konflik antarwarga melalui pembuatan
kebijakan, penegakan hukum, dan mediasi.

2. Penguatan Norma Sosial: Norma sosial yang mengatur perilaku individu dalam masyarakat
juga dapat mempengaruhi penyelesaian konflik antarwarga. Norma-norma yang menghargai
kerjasama, toleransi, dan dialog dapat membantu mencegah eskalasi konflik dan mendorong
penyelesaian yang damai.

3. Penyelesaian Konflik Berbasis Norma: Penggunaan norma sosial sebagai pedoman dalam
menyelesaikan konflik antarwarga dapat memberikan landasan moral dan etis bagi proses
penyelesaian konflik yang adil dan berkelanjutan.

xii
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Identitas nasional merujuk pada kesadaran individu tentang keanggotaan mereka dalam suatu
negara atau bangsa tertentu. Identitas nasional mencakup faktor-faktor seperti budaya, bahasa,
sejarah, nilai-nilai, simbol, dan tradisi yang bersama-sama membentuk kesatuan nasional.
Identitas nasional dapat memperkuat persatuan, solidaritas, dan identifikasi dengan komunitas
nasional, serta memengaruhi persepsi individu tentang diri mereka sendiri dan orang lain dalam
konteks nasional. Warganegara adalah status hukum yang menetapkan hak-hak, kewajiban, dan
tanggung jawab individu terhadap suatu negara. Seorang warganegara memiliki hak-hak sipil,
politik, dan sosial tertentu, seperti hak untuk memilih dan dipilih, hak untuk mendapatkan
perlindungan dari negara, dan kewajiban untuk mematuhi hukum negara tersebut.
Kewarganegaraan juga dapat menjadi basis identitas nasional seseorang. Hubungan
Warganegara: Hubungan antarwarga negara tersebut dapat berkaitan dengan interaksi, kohesi,
dan dinamika antara individu yang memiliki status warganegara dalam suatu negara. Ini meliputi
aspek-aspek seperti toleransi, saling penghargaan, solidaritas, konflik, dan kolaborasi di antara
warganegara dalam masyarakat. Hubungan warganegara juga mencakup dinamika politik,
ekonomi, sosial, dan budaya di dalam suatu negara, serta interaksi antara warganegara dengan
institusi negara dan sistem hukum.
3.2 Saran

Apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah ini, saya selaku penyusun
menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun agar saya dapat memperbaiki makalah ini
menjadi makalah yang lebih baik lagi.

xiii
DAFTAR ISI

Smith, A. D. (1991). National Identity. University of Nevada Press.

Dr. I Putu Ari Astawa “Identitas Nasional” UNIVERSITAS UDAYANA, 2017

"Group Dynamics" oleh Donelson R. Forsyth

Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd “ WARGA NEGARA” UNIVERSITAS


PENDIDIKAN INDONESIA

"The Dynamics of Conflict Resolution: A Practitioner's Guide" oleh Bernard


Mayer

xiv

Anda mungkin juga menyukai