Anda di halaman 1dari 10

FIKIH

SOSIAL
K.H. Ali Yafie dan K.H. Sahal Mahfudz

Pemikiran Hukum Islam Kontemporer


Kelompok 2

Karmila Widyasari (1860102221015)


Moh. Faza Adharul Muttaqin (1860102221063)
Khoirun Nisail Mahluknat (1860102221121)
BIOGRAFI
Nama asli Ali Yafie adalah Muhammad Ali.
Cucu Syekh Abdul Hafidz al-Bugisi salah
seorang ulama besar Melayu-Nusantara
yang menjadi guru besar di ‘Masjidilharam,
Mekah. Kolega sezaman Syekh Abdul
Hafidz al-Bugisi adalah Syekh Nawawi al-
Bantani (ulama besar Banten; 1813-1897
menetap di Mekah) dan Syekh ‘Ahmad
Khatib al Minangkabawi (ulama besar dari
Minangkabau yang menetap di Mekah;
1860- 1916). KH. ALI YAFIE Lahir di
Donggala, Sulawesi Tengah, 1 September K.H. Ali Yafie
1926, anak kelima dari sembilan
bersaudara. Ayahnya Mohammad Yafie,
seorang guru agama.
KIPRAH
K.H Ali Yafie memulai kiprah sosial, politik, dan keagamaan dengan bergabung pada organisasi Nahdlatul
Ulama (NU) cabang Parepare.
- Pada 1945-1960 Aktif di organisasi Masyumi
- 1947 Aktif di Pelajar Islam Indonesia (PII), ia juga aktif di Dar ad-Dakwah wa al-Irsyad (DDI), sebuah
organisasi yang bergerak dalam pendidikan keagamaan yang memiliki cabang di seluruh Sulawesi,
Kalimantan, dan Papua.
- 1953 Aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
- 1953-1958 ia dipercaya menjadi anggota DPRD Tingkat II Kabupaten Parepare pada usia relatif muda
(27 tahun).
- 1959-1962 ia diangkat menjadi hakim Pengadilan Tinggi Agama di Makassar (dulu Ujung pandang)
- 1962-1966 ia dipromosikan menjadi kepala Inspektorat Peradilan Agama Wilayah Indonesia Bagian
Timur.
- Tahun 1963-1961 dipercaya sebagai ketua umum organisasi DDI yang didirikan syekh Abdurrahman
firdaus dan KH Abdurrahman Ambo Dalle, dua ulama Parepare.
- 1983 Guru Besar Universitas Gadjah Mada dalam bidang Fiqih dan Ushul Fiqih sejak 1990 Menulis
buku "Menitih Jalan Baru Islam“
- Pada 1990-2000 Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI)
- 1995 Menulis buku "Menggagas Fiqih Sosial"-Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah periode
1998-2005. -pada 2005 Menerima Bintang Mahaputera Utama dari Pemerintah
- 2006 Mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
- 2007-2014 Menjadi Dewan Pertimbangan Presiden
- Pada 2008 Menulis buku "Teologi Kerukunan"
GAGASAN
Beberapa gagasan pemikiran dalam bidang fikih terkait dengan kehidupan sosial antara lain :

•Hak Asasi Manusia (HAM) adalah persoalan yang juga tidak luput dari perhatian (Yafie, 1994). Yafie
dalam memahami HAM mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang muhtaram, yaitu makhluk
yang dimuliakan eksistensinya. •Pengelolaan Zakat, Fokus yang disoroti oleh Yafie adalah pemanfaatan
dana zakat yang selama ini dilaksanakan sesuai petunjuk fikih. Mengatakan bahwa sistem pemerataan
perlu ditinjau kembali. Menurutnya system lama ini perlu diubah dengan jalan memberikan modal
kepada penerima zakat hingga tidak lagi menjadi penerima zakat tahun berikutnya, melainkan berubah
menjadi pembayar zakat. Dengan cara seperti ini diharapkan jumlah penerima zakat setiap tahunnya
semakin berkurang, di sisi lain pembayar zakat semakin bertambah
•Lingkungan Hidup. Dalam membahas masalah lingkungan hidup, Yafie mengacu pada QS. Al-
A’raf:156 yang menjelaskan tentang rahmat Allah yang meliputi segala sesuatu dan QS. Al-Anbiya’:107
yang menegaskan tujuan pengutusan nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi seluruh alam. Ia
merujuk pada batang tubuh ajaran fikih yang meliputi empat garis besar yaitu
1. Rub’ul ibadat, yaitu bagian yang menata hubungan manusia dengan khaliknya;
2. Rub’ul muamalat, yaitu bagian yang menata hubungan manusia dalam lalu lintas pergaulan dengan
sesamanya untuk memenuhi hajat hidup sehari-hari;
3. Rub’ul munakahat, yaitu bagian yang menata hubungan manusia dengan lingkungan keluarga, dan
4. Rub’ul jinayat, yaitu bagian yang menata pengamanan dalam suatu tertib pergaulan,yang menjamin
keselamatan dan ketentraman dalam kehidupan.
• Pakaian, Yafie mengakui bahwa budaya berpakaian adalah ciri peradaban manusia sebagai makhluk
terhormat. Adapun penalaran fikih dalam persoalan pakaian, menitikberatkan pada fungsinya dalam
etika pergaulan di lingkungan keluarga dan masyarakat ramai, inilah yang merupakan soal pokoknya
(ghayah). Menurutnya, bahkan bentuk dan modelnya merupakan washilah atau sarana untuk
mewujudkan fungsi itu.
BIOGRAFI

K.H. Sahal Mahfudh dilahirkan pada


17 Desember 1937 di desa
Kajen,Margoyoso,Pati,Jawa Tengah.
Beliau merupakan Anak ketiga dari
enam bersaudara yang tumbuh besar
di pusaran keluarga pesantren yang
selama beberapa Generasi memiliki
tradisi "melahirkan" ulama. Kiai
Sahal adalah putra K.H. Mahfud
K.H. Sahal Mahfudz Salam, adik sepupu salah satu pendiri
NU K.H. M. Bisri Syansuri
KIPRAH
Kiai Sahal banyak menyandang jabatan akademik hingga jabatan dari organisasi sosial keagamaan.

1. Pada tahun 1958-1961, Kiai Sahal telah menjadi tenaga pengajar di pesantren Sarang Rembang
2. Tahun 1966-1970 menjadi dosen pada kuliah Takhassus Fiqih di Kajen-Pati
3. Tahun 1966-1970 menjadi dosen di Fakultas Syariah UNCOK Pati.
4. Tahun 1982-1985 menjadi dosen di IAIN Walisongo semarang.
5. Tahun 1989 menjadi dosen terbang di Universitas Islam Malang (UIN) Malang, dan mulai tahun 1989 sampai tahun
2004, Kiai Sahal menjabat sebagai Rektor Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (UNISNU) Jepara
6. Ketua Persatuan Islam Indonesia (PII) cabang Margoyoso, Pati (1947-1952).
7. Sejak tahun 1951 hingga 1953, Kiai Sahal juga dipercaya menjabat sebagai sekretaris Organisasi Persatuan Pesantren di
Margoyoso, Pati.
8. Ketika masih belajar di Pesantren Bendo Pare, Kediri (1954- 1956).
9. Memasuki usia 21 tahun, Kiai Sahal diberi amanah sebagai ketua Forum Diskusi Fikih (1958-1965).
10. Dan pada 1963, setelah pulang belajar dari Makkah, Kiai Sahal memimpin. pesantren Maslakhul Huda (PMH) dan
menjadi direktur Perguruan Islam Mathali'ul Falah (PIM), saat itu Kiai Sahal baru berusia 26 tahun.
11. Menjabat sebagai Katib Syuriah PCNU Pati (1967-1975).
12. Menjabat sebagai Katib Syuriah PCNU Pati (1967-1975),dan juga menjadi ketua II LP Ma'arif Cabang Pati.
13. Wakil Rais Syuriah PCNU Pati (1975- 1985).
14. Wakil ketua Rabithah Ma'ahid Islami (RMI) Jawa Tengah (1977-1978)
15. Katib Syuriah PWNU Jawa Tengah (1980-1982)
16. Rais Syuriah PWNU Jawa Tengah (1982-1985)
17. Koordinator Karesidenan LP Ma'arif Cabnag Pati (1988-1999)
18. Rais Syuriah PBNU (1984-1989, 1989-1994).
19. Wakil Rais "Aam PBNU (1994- 1999).
20. Rais Amm PBNU hingga tiga kali periode mulai periode 1999-2004, 2004-2009, dan periode 2009-wafatnya
21. Wakil Ketua P3M Jakarta (1983-1990).
22. Ketua Dewan Syariah Nasional DSN) periode 2000-2005
GAGASAN
Beberapa permasalahan sosial yang dikaji oleh M.A. Sahal Mahfudh yaitu:
1. Hubungan Tentang Agama dan Negara. Hubungan antara keduanya mengacu pada “symbiosis
mutualisme”. Keduanya saling mempengaruhi dan membutuhkan kemaslahatan bersama. Pada
gagasan selanjutnya, Kyai Sahal memandang pentingnya “kulturasi politik” untuk mewujudkan
masyarakat sipil (civil society) dalam wacana demokrasi modern.
2. Krisis Ekologi, Kyai Sahal memandang penggunaan alam harus didasarkan pada aspek manfaat
dan mafsadat, untuk menunjang kebutuhan dan kehidupan yang terdiri dari tiga kategori, yakni
kebutuhan mendesak (dharuri), kebutuhan dasar (hajji), dan kebutuhan sekunder (tahsinni).
Pemenuhan itu harus sesuai dengan skala.
3. Prostitusi dan Industri Sex, melihat kenyataan yang terjadi, pelarangan terhadap prostitusi dan
bisnis bukan merupakan suatu solusi karena tidak dapat mencegah berkembangnya perdagangan
seksual, maka kyai Sahal berpendapat bahwa perlu adanya sentralisasi lokasi pelacuran untuk
meminimalisir sisi madharat-nya. pendapat itu didasarkan kaidah akhafudz al-dhararain, yang
berarti mengambil resiko yang paling kecil dari dua jenis bahaya yang mengancam
4. Pendidikan Konstektual, Pendidikan yang diharapkan Kyai Sahal adalah suatu pendidikan yang
lebih realistis, dalam artian antara teori-teori yang banyak dikembangkan di lembaga pendidikan
seharusnya bisa diterapkan sebagaimana mestinya. Ranah yang seharusnya dijangkau oleh para
penuntut ilmu juga seharusnya melibatkan keaktifan aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik,
hingga wacana pendidikan itu bias dirasakan sepenuhnya sesuai dengan pikiran dan tindakan
mereka.
5. Ekonomi SosialisDalam hal ekonomi Islam, diterapkan pokok-pokok ekonomi secara umum
yaitu pertanian, perindustrian (termasuk juga kerajinan), dan perdagangan. Dalam
pelaksanaannya, diharuskan mempertimbangkan kepentingan antara penjual dan pembeli, tidak
diperkenankan mengambil keuntungan yang melebihi batas kewajaran dan hal lainnya yang
dapat merugikan salah satu pihak. Jelasnya system ekonomi Islam yang lebih sosialis dihadirkan
untuk mengahadang sistem ekonomi global yang kapitalis, dalam artian sistem ekonomi yang
lebih melihat pada kepentingan pemilik modal untuk mengeruk keuntungan sebesar mungkin,
dan merugikan rakyat kecil
PERBEDAAN
➢ KH. Ali Yafie memandang pentingnya tajdid (pembaharuan) dalam ➢ Kiai Sahal memberikan penjelasan mengenai pentingnya melakukan
kehidupan beragama. Tajdid merupakan upaya penerapan norma-norma pengembangan fiqih baik secara qauli maupun secara manhaji.
agama atas realitas sosial guna memenuhi kebutuhan perkembangan ➢ Kiai Sahal membangun landasan berfikir fiqh sosial dengan
masyarakat dengan berpegang pada dasar-dasar (ushul) yang sudah memberikan lima ciri pokok, yang kemudian lebih dikenal dengan lima
prinsip dasar fiqh sosial (Umdah & Tutik, 2016).
diletakkanagama.
➢ Kiai Sahal memandang maqasid al syariah sebagaimana urutan tujuan
➢ Kiai Ali Yafie melahirkan pemikirannya dengan melakukan kontekstualisasi kemaslahatan dalam al dlaruriyatul al khams, yakni: hifdz al din, hifdz
pemahaman ajaran agama tanpa memberikan ciri pokok tertentu dalam al nafs, hifdz al nasl, hifdz al aql, dan hifdz al mal (KH MA. Sahal
pemikirannya. Mahfudh, 1994).keduanya sama-sama melihat pentingnya ijtihad
➢ Kiai Ali Yafie menyatakan bahwa pemeliharaan dan perlindungan dalam mencari solusi bagi persoalan umat.
lingkungan hidup (hifdz al bi’ah) termasuk dalam kategori komponen utama ➢ Kiai Sahal menawarkan solusi dilakukannya ijtihad jama’i (ijtihad yang
dalam kehidupan manusia (al dlaruriyat al kulliyat)Keduanya sama-sama dilakukan secara kolektif) dalam proses istinbath hokum
melihatpentingnyaijtihaddalammencarisolusibagipersoalanumat. ➢ Kiai Sahal lebih banyak merespons persoalan kesehatan ibu dan anak,
➢ Kiai Ali Yafie memandang pentingnya ijtihad dari dua perspektif. Pertama, kontrasepsi dan kependudukan, HIV/AIDS, pemberdayaan ekonomi,
ijtihad yang merupakan keharusan bagi setiap muslim secara individu (ijtihad zakat produktif, profesionalisme pengelolaan zakat, pendidikan dan
pesantren, NU dan kebangsaan, dllFiqih sosial
yang bersifat fardlu ‘ain). Kedua, ijtihad yang bersifat fardlu kifayah. Yakni
➢ Kiai Sahal tidak hanya lahir dan mewujud dalam gerakan pemikiran.
ijtihad yang mengandung pengertian terbatas, mengacu pada upaya Namun fiqih sosial Kiai Sahal juga menyentuh gerakan sosial dengan
penalaranyangbersifatilmiah. menjadikan pesantren yang diasuhnya sebagai motor penggerak. Hal
➢ Kiai Ali Yafie lebih banyak menuliskan respon beliau mengenai persoalan ini dapat dilihat dari lahirnya Biro Pengembangan Pesantren dan
kontrasepsi dan kependudukan, kesehatan, asuransi, lingkungan, pengelolaan Masyarakat (BPPM) Maslakul Huda hingga proses institusionalisasi
zakat,konseppembangunansosial-ekonomi,danlain-lain. gerakan pemberdayaan masyarakat menjadi lembaga ekonomi,
lembaga pendidikan dan lembaga kesehatan.
ADA YANG DITANYAKAN?😃

SEKIAN TERIMAKASIH!

Selamat dan Semangat Berpuasa


Teman-Teman😇

Anda mungkin juga menyukai