NIM : 202051106
MATA UJIAN : FARMAKOEKONOMI
1. . Mencari dan membahas jurnal penelitian (Publish jurnal minimal tahun 2020) terkait
Metode Farmakoekonomi Analisis Minimalisasi Biaya/Cost Minimization Analysis.
Pembahasan mencakup:
a Latar belakang penelitian !
b Tujuan penelitian !
c Metode Penelitian !
d Hasil dan Kesimpulan !
Jawab :
Judul penelitian : COST MINIMALYZATION ANALYSIST PENGGUNAAN
ANTIDIABETIK METFORMIN DAN GLIMEPIRID PADA PASIEN DIABETES
MELITUS DI PUSKESMAS CIMANGGU 1
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang sering terjadi ketika pankreas
tidak dapat menghasilkan cukup insulin. Diabetes melitus dapat diatasi dengan obat
oabtan. Pengobatan DM di Indonesia sering menggunakan Metformin dan Glimepiride
yang mana kedua obat ini memiliki mekanisme kerja yang berbeda dan dapat membantu
mengontrol kadar gula darah pasien. Biaya pengobatan dan jumlah penderita DM yang
terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan ini disebabkan karena populasi
pasien yang semakin banyak mengakibatkan meningkatnya penggunaan obat dan
adanya obat-obat baru yang lebih mahal. Peningkatan harga ini menyebabkan
masyarakat harus mempertimbangkan obat yang akan digunakan selain dari
efektivitasnya karena pertimbangan biaya juga menjadi faktor penting dalam
pengambilan keputusan pengobatan alternatif pemilihan obat yang beragam, untuk
itu perlu adanya suatu kebijakan guna menentukan terapi mana yang efesien dan
memiliki biaya yang terendah dengan salah satu metode yaitu cost minimization analysis
(CMA) atau analisis minimalisasi biaya.
Tujuan penelitian
menganalisis Cost Minimization Analysis (CMA) penggunaan antidiabetik Metformin
dan Glimepiride pada pasien diabetes melitus di Puskesmas Cimanggu 1. Populasi
dalam penelitian ini adalah pasien dengan diagnosisdiabetes melitus di Puskesmas
Cimanggu 1 periode Januari-Desember 2021, sedangkan pengambilan sampel dengan
cara total sampling yang mana data dikumpulkan melalui catatan tertulis. Hasilnya
diketahui bahwa biaya total rata-rata antidiabetik metformin adalah Rp. 194.218/
pasien, biaya total total rata-rata antidiabetik glimepiride adalah Rp. 196.303/ pasien
dan antidiabetik yang memiliki biaya paling minimal pada pasien prolanis diabetes
melitus di Puskemas Cimanggu 1 Majenang Kabupaten Cilacap adalah metformin.
Metode Penelitian
Hasil pembahasaan
Berdasarkan tabel 2 menyatakan bahwa dari 520 pasien prolanis diabetes melitus di
Puskemas Cimanggu 1 Majenang Kabupaten Cilacap menunjukkan bahwa
penggunaan obat antidiabetik metformin sebanyak 498 orang. Biaya pengobatan
antidiabetik metformin sebanyak 498 orang sebesar Rp.2.300.760. Biaya pemeriksaan
sebanyak 498 orang sebesar Rp. 32.620.000. Biaya pemeriksaan sebanyak 498
orang sebesar Rp.7.470.000. Sehingga biaya total yang digunakan dari 498
pasien adalah Rp. 42.390.760 dengan biaya total total rata-rata yang digunakan
adalah Rp. 85.122/ pasien.
berdasarkan hasil penelitian yang di peroleh di atas, antidiabetik yang memiliki biaya
paling minimal yaitu glimepiride dengan biaya total rata-rata sebesar Rp. 83.427/pasien.
Perbedaan rata-rata total biaya medik langsung dari masing-masing pengobatan
kemungkinan besar dikarenakan oleh biaya pemeriksaan dan konsultasi yang berbeda
serta lama konsumsi obat yang berbeda. Biaya pemeriksaan, konsultasi dan lama
konsumsi obat yang berbeda akan mempengaruhi total biaya.
Kesimpulan
2. Mencari dan membahas Jurnal penelitian (Publish jurnal minimal tahun 2020) terkait
Metode Farmakoekonomi Analisis Efektifitas Biaya/Cost Effectiveness Analysis.
Pembahasan mencakup:
a. Latar belakang penelitian !
b. Tujuan penelitian !
c. Metode Penelitian !
d. Hasil dan Kesimpulan !
Jawab :
Judul :
Analisis Efektivitas Biaya Pengobatan Demam Berdarah Pada Pasien Riwayat Inap
Tujuan penelitian
untuk mengetahui kualitas dan kuantitas dari penggunaan obat. Metode untuk
mengukur konsumsi obat di sarana pelayanan kesehatan yaitu dengan
menggunakan sistem Analisis efektivitas biaya adalah suatu metode
farmakoekonomi yang dapat digunakan untuk menilai serta memilih program atau
pengobatan yang terbaik pada beberapa pilihan terapi dengan tujuan yang
sama.
Metode Penelitian
Hasil pembahasaan
Berdasarkan hasil artikel didapatkan bahwa hasil dengan karakteristik dengan jenis
kelamin lakilaki dan perempuan memiliki hasil yang berbeda dan lebih banyak
pada pasien perempuan. Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) tidak
dipengaruh jenis kelamin, dengan rentang usia 6-12 tahun memiliki hasil
terbanyak yang terkena DBD karena banyaknya aktivitas diluar rumah sehingga
kekebalan tubuh yang masih rendah dengan dibandingkan usia dewasa. Pada hasil
artikel, memiliki golongan obat yang banyak digunakan Elektrolit infus RL. Pada
pasien DBD penggunaan infus Elektrolit ini untuk pengganti cairan yang
diakibatkan kebocoran plasma yang terjadi saat cairan dalam pembuluh darah
keluar di antara sel.Diberikannya obat Antipiretik bertujuan untuk menurunkan
suhu tubuh karena DBD dengan gejala utamanya mengalami demam. Hasil dari
artikel terdapat penderita DBD seperti anoreksia, mual, muntah, diare, konstripasi
dan hilangnya nafsu makan sehingga menyebabkan asam lambung. Tentunya
tidak semua penderita DBD pemberian obat sama semua. Ada beberapa golongan
obat diberikan seperti antiulcer, laksatif, pemberian antibiotik, diuretik dan beberapa
sumplemen vitamin karena pada umumnya penderita DBD kurangnya nafsu makan
maka diperlukannya vitamin. Penggunaan obat pada tiap golongan, seperti pada
golongan antiulcer diberikannya obat ranitidin, omeprazole dan sukralfat. Pada
golongan laksatif atau pencahar diberikannya obat Microlax dan Lactulosa. Pada
artikel pemberian golongan antibiotik pada pengobatan DBD tidak diperlukannya
dengan kecuali adanya infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan terjadinya DSS
(Dengue Syok Sydrome). Hasil dari artikel terdapat pemberian antibiotik diantara
lainnya Cefixime, Cefriaxone, Ampisilin, Cefotaxime dan Meropenem.
Golongan obat diuretik yaitu Dexamethasone dan Furosemid. Pada pemberian
suplemen vitamin yaitu Imunos, Albuforce, Curliv, Imboost, Liprolac, Zink, Likurmin
dan obat herbal Psidii.
Kesimpulan
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus DEN-1, DEN-2, DEN-3 atau DEN-4. DBD merupakan penyakit
yang disebabkan olevirus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
aegypti. Dari berbagai buku dan jurnal yang telah dikaji ada berbagai macam metode
yang digunakan di Indonesia untuk pengobatan demam berdarah. Ada yang
menggunakan metode observasional dengan pengambilan data Cara retrospektif,
data diproleh dari rekam medis pasien DBD (bpjs) rawat inap pada tahun 2014
dan 2015. Ada juga yang menggunakan metode penelitiaan observasional yang
bersifat analitik dengan rancangan cross sectional. Pada artikel pemberian golongan
antibiotik pada pengobatan DBD tidak diperlukannya dengan kecuali adanya infeksi
yang disebabkan oleh bakteri dan terjadinya DSS (Dengue Syok Sydrome). Hasil
dari artikel terdapat pemberian antibiotik diantara lainnya Cefixime, Cefriaxone,
Ampisilin, Cefotaxime dan Meropenem. Golongan obat diuretik yaitu
Dexamethasone dan Furosemid. Pada pemberian suplemen vitamin yaitu Imunos,
Albuforce, Curliv, Imboost, Liprolac, Zink, Likurmin dan obat herbal Psidii.
Menurut KemenkesRI (2011) keuntungan menggunakan antibiotik dalam bentuk
kombinasi yaitu dapat meningkatkan aktivitas antibiotik pada infeksi spesifik
(efek sinergis), dan memperlambat serta mengurangi risiko timbulnya bakteri
resiten.
3. Mencari dan membahas Jurnal penelitian (Publish jurnal minimal tahun 2020) terkait
Metode Farmakoekonomi Analisis Biaya dan Kualitas Hidup/Cost Utility Analysis
Pembahasan mencakup:
a Latar belakang penelitian !
b Tujuan penelitian !
c Metode Penelitian !
d Hasil dan Kesimpulan !
Jawab :
Latar belakang
Penyakit Diabetes Melitus tipe 2 merupakan penyakit degeneratif yang diderita oleh
pasien seumur hidup. WHO memperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia
sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Pengontrolan gula darah yang buruk pada pasien DM
berdampak pada penurunan kualitas hidup dan peningkatan biaya kesehatan
Tujuan penelitian
ntuk menganalisis biaya terapi gliquidone dibandingkan dengan glimepiride dan kualitas
hidup pasien DM tipe 2 rawat jalan di RSUD Surakarta pada tahun 2021. Penelitian
dilakukan dengan menggunakan desain studi cross sectional. Sampel dalam penelitian ini
didapat melalui metode purposive sampling dengan pasien yang memenuhi kriteria
inklusi. Analisis biaya menggunakan metode CUA (Cost Utility Analysis) dilakukan
dengan cara menghitung biaya medik dan non medik langsung diikuti dengan
menghitung nilai RUB (Rasio Utilitas Biaya) untuk mengetahui terapi yang paling cost
utility. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2021. Data biaya meliputi
total biaya langsung dan biaya transportasi. Kualitas hidup dalam penelitian ini diukur
menggunakan kuesioner DQOL (Diabetes Quality Of Life). Hasil menunjukkan nilai
RUB gliquidone Rp. 5.389.203; U = 0,749 sedangkan glimepiride Rp. 4.117.949; U =
0,754. Hasil uji sensitivitas menunjukkan biaya obat non ADO memiliki rentang yang
paling panjang sehingga menjadi faktor yang paling berpengaruh. Penggunaan glimepirid
lebih cost utility dibandingkan dengan gliquidone.
Metode penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional.
Waktu pengambilan data pada bulan Agustus-September 2021. Data yang diambil
merupakan data primer berupa jawaban kuesioner pasien, data sekunder dari data rekam
medik dan data billing pasien DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan di RSUD Surakarta
pada tahun 2021. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling.
Penelitian ini sudah memperoleh persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan
RSUD Dr. Moewardi dengan nomor 819/VIII/HREC/2021
Hasil
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional.
Waktu pengambilan data pada bulan Agustus-September 2021. Data yang diambil
merupakan data primer berupa jawaban kuesioner pasien, data sekunder dari data rekam
medik dan data billing pasien DM tipe 2 yang menjalani rawat jalan di RSUD Surakarta
pada tahun 2021. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling.
Penelitian ini sudah memperoleh persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan
RSUD Dr. Moewardi dengan nomor 819/VIII/HREC/2021. Angka kejadian DM tipe 2
meningkat dengan bertambahnya usia juga karena salah satu faktor yakni penuaan.
Penuaan dapat mempengaruhi berbagai hormon yang mengatur proses metabolisme
tubuh serta terjadinya penurunan fungsi organ tubuh, terutama pada fungsi sel pankreas
terhadap glukosa yang sensitivitasnya menurun (Muliyani, 2019).
Rata-rata total score pada penggunaan terapi gliquidone adalah 48,037 dengan score
utilitas 0,739 dan memiliki persentase sebesar 73,9%. Rata-rata total score pada terapi
glimepiride adalah 49,033 dengan score utililas 0,754 yakni lebih tinggi dibandingkan
terapi gliquidone dengan persentase sebesar 75,4%, dari hasil data tersebut disimpulkan
bahwa kedua obat yang dibandingkan memiliki selisih yakni 1,02%. Pasien DM tipe 2
yang menjalani penggobatan menggunakan glimepiride memiliki kualitas hidup yang
lebih baik dibandingkan yang menggunakan gliquidone walaupun pada pasien yang
menggunakan gliquidone juga memiliki kualitas hidup yang baik.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penggunaan terapi gliquidone maupun
glimepiride mampu memberikan kualitas hidup yang baik, namun terapi glimepiride
memiliki nilai RUB yang lebih tinggi yaitu Rp. 4.117.949 dengan persentase utilitas
sebesar 75,4%. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan terapi glimepiride lebih cost
utility dibandingkan dengan penggunaan terapi gliquidone.
4. Mencari dan membahas Jurnal penelitian (Publish jurnal minimal tahun 2020) terkait
Metode Farmakoekonomi Analisis Biaya dan Manfaat/Cost Benefit Analysis.
Pembahasan mencakup:
A Latar belakang penelitian !
b Tujuan penelitian !
c Metode Penelitian !
d Hasil dan Kesimpulan !
Jawab :
Latar belakang
Farmakoekonomi merupakan multidisiplin ilmu yang mencakup ilmu ekonomi dan
kesehatan yang bertujuan meningkatkan taraf kesehatan dengan meningkatkan efektivitas
perawatan kesehatan. Pemahaman tentang konsep farmakoekonomi sangat dibutuhkan
oleh banyak pihak seperti industri farmasi, farmasi klinik, pembuat kebijakan.
Pemahaman mengenai farmakoekonomi dapat membantu apoteker membandingkan input
(biaya untuk produk dan layanan farmasi) dan output (hasil pengobatan). Analisis
farmakoekonomi memungkinkan apoteker untuk membuat keputusan penting tentang
penentuan formularium, manajemen penyakit, dan penilaian pengobatan(2) .
Farmakoekonomi juga dapat menbantu pembuat kebijakan dan penyedia pelayanan
kesehatan dalam membuat keputusan dan mengevaluasi keterjangkauan dan akses
pengunaan obat yang rasional. Kunci utama dari kajian farmakoekonomi adalah efisiensi
dengan berbagai strategi yang dapat dilakukan untuk mendapatkan manfaat semaksimal
mungkin dengan sumber daya yang digunakan. Terdapat empat jenis utama analisis
farmakoekonomi yaitu Cost Effectiveness Analysis (CEA); Cost Minimization Analysis
(CMA); Cost Utility Analysis (CUA) dan Cost Benefit Analysis (CBA (3) .
Tujuan penelitian
untuk memberikan kajian farmakoekonomi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
pertimbangan pemilihan pengobatan di Indonesia. Metode yang digunakan dalam
pengerjaan literatur review ini adalah studi literatur yang bersumber dari jurnal nasional
dan internasional dengan tahun terbit maksimal 5 tahun terakhir. Kajian farmakoekonomi
menjadi salah satu hal sangat diperlukan dalam pemilihan pengobatan di Indonesia
karena memberikan informasi mengenai pengobatan yang paling efektif, efisien, utilitas
dan bermanfaat diantara banyak pengobatan.
Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penulisan literatur review ini adalah studi literatur dengan
sumber yang digunakan berupa data primer yaitu jurnal penelitian yang telah
dipublikasikan yang dapat diunduh secara online di website jurnal nasional dan
Internasional. Sumberdata lainnya yang digunakan adalah e-book. Pemilihan jurnal
didasarkan pada kriteria tertentu. Kriteria inklusi yaitu jurnal yang memuat informasi
mengenai kajian farmakoekonomi dalam pemilihan pengobatan dengan tahun terbit 5
tahun terakhir. Kriteria eksklusi berupa jurnal dengan tahun terbit sebelum tahun 2013.
Hasil pembahasaan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hadning dkk (2015) menyatakan bahwa komponen
biaya terbesar dalam suatu pengobatan adalah biaya obat dan biaya alat kesehatan yang
memakan biaya hingga 44%(15). Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan Baroroh
dan Fauzi (2017) menyatakan setelah biaya obat komponen terbesar kedua merupakan
biaya akomodasi rawat inap dan komponen ketiga merupakan biaya alat kesehatan(16) .
Pada CEA rata-rata biaya didapat dari jumlah biaya pengobatan dibagi dengan jumlah
kasus atau jumlah pasien(14) .
Efektivitas mengacu pada kemampuan suatu pengobatan atau program kesehatan
memberikan peningkatan kesehatan(4) . indikator yang menyatakan efektivitas suatu
pengobatan seperti lama perawatan(1) dan waktu yang dibutuhkan untuk menghilangkan
gejala (contoh: demam)(9) . Lama perawatan (Length of Stay) yang dimaksud merupakan
lama rawat inap pasien mulai dari pasien masuk rumah sakit dan jumlah malam yang
dihabiskan untuk perawatan di rumah sakit(1) .
Kesimpulan
ABSTRACT
Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease that often occurs when the pancreas cannot produce
enough insulin. Diabetes mellitus can be treated with medication. DM treatment in Indonesia often
uses Metformin and Glimepiride, both of which have different mechanisms of action and can help
control the patient's blood sugar levels. Treatment costs and the number of DM sufferers continue
to increase from year to year. This increase is due to the increasing patient population resulting in
increased drug use and the emergence of new, more expensive drugs. This increase in prices
causes people to have to consider the drugs they will use apart from their effectiveness because
consideration of cost is also an important factor in making alternative treatment decisions in
selecting various drugs, for this reason there is a need for a policy to determine which therapy is
efficient and has the lowest cost. One method is cost minimization analysis (CMA) or cost
minimization analysis. The aim of this study is to analyze the Cost Minimization Analysis (CMA) of
the use of the antidiabetik Metformin and Glimepiride in diabetes mellitus patients at Cimanggu 1
Community Health Center. The population in this study were patients diagnosed with diabetes
mellitus at Cimanggu 1 Community Health Center for the period January-December 2021, while
sampling was carried out using total sampling method in which data is collected through written
notes. The results show that the average total cost of antidiabetik metformin is Rp. 194,218/ patient,
the average total cost of antidiabetik glimepiride is Rp. 196,303/patient and the antidiabetik that
has the lowest cost for diabetes mellitus prolanis patients at the Cimanggu 1 Majenang Community
Health Center, Cilacap Regency is metformin.
ABSTRAK
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang sering terjadi ketika pankreas tidak dapat
menghasilkan cukup insulin. Diabetes melitus dapat diatasi dengan obat-oabtan. Pengobatan DM
di Indonesia sering menggunakan Metformin dan Glimepiride yang mana kedua obat ini memiliki
mekanisme kerja yang berbeda dan dapat membantu mengontrol kadar gula darah pasien. Biaya
pengobatan dan jumlah penderita DM yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan ini
disebabkan karena populasi pasien yang semakin banyak mengakibatkan meningkatnya
* Diana Fika Sari This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Share Alike 4.0
Email: dianafika216@gmail.com
penggunaan obat dan adanya obat-obat baru yang lebih mahal. Peningkatan harga ini
menyebabkan masyarakat harus mempertimbangkan obat yang akan digunakan selain dari
efektivitasnya karena pertimbangan biaya juga menjadi faktor penting dalam pengambilan
keputusan pengobatan alternatif pemilihan obat yang beragam, untuk itu perlu adanya suatu
kebijakan guna menentukan terapi mana yang efesien dan memiliki biaya yang terendah dengan
salah satu metode yaitu cost minimization analysis (CMA) atau analisis minimalisasi biaya. Tujuan
dari penelitian ini adalah menganalisis Cost Minimization Analysis (CMA) penggunaan antidiabetik
Metformin dan Glimepiride pada pasien diabetes melitus di Puskesmas Cimanggu 1. Populasi
dalam penelitian ini adalah pasien dengan diagnosis diabetes melitus di Puskesmas Cimanggu 1
periode Januari-Desember 2021, sedangkan pengambilan sampel dengan cara total sampling
yang mana data dikumpulkan melalui catatan tertulis. Hasilnya diketahui bahwa biaya total rata-
rata antidiabetik metformin adalah Rp. 194.218/ pasien, biaya total total rata-rata antidiabetik
glimepiride adalah Rp. 196.303/ pasien dan antidiabetik yang memiliki biaya paling minimal pada
pasien prolanis diabetes melitus di Puskemas Cimanggu 1 Majenang Kabupaten Cilacap adalah
metformin.
Gu, S., Tang, Z., Shi, L., Sawhney, M., Hu, H., Lestari, L., Zulkarnain, Z., & Sijid, S. A. (2021).
& Dong, H. (2015). Cost-Minimization Diabetes Melitus: Review etiologi,
Analysis of Metformin and Acarbose in patofisiologi, gejala, penyebab, cara
Treatment of Type 2 Diabetes. Value in pemeriksaan, cara pengobatan dan cara
Health Regional Issues, 6, 84–88. pencegahan. Prosiding Seminar Nasional
https://doi.org/10.1016/j.vhri.2015.03.012 Biologi, 7(1), 237–241.
Analisis Efektivitas Biaya Pengobatan Demam Berdarah Pada Pasien Riwayat Inap
Di Indonesia : Literature Review Article
Dedy Frianto1, Dila Afrina2, Fidya Syahfitri3, Irdiyani Fariha4, Kokom Gunawarman
🖂
Permatasari5, Lola Pitaloka6, Tasya Putri Pratiwi7
Prodi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Buana Perjuangan Karawang
6🖂
Email: fm20.lolapitaloka@mhs.ubpkarawang.ac.id
Abstrak
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus DEN-
1, DEN-2, DEN-3 atau DEN-4. DBD merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Kunci keberhasilan terapi pada penyakit demam
berdarah adalah pemberian cairan termasuk jenis dan jumlahnya . Penderita penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Indonesia mencapai 129.650 orang dengan jumlah kematian 1.071 orang pada tahun
2015. Perkembangan kasus DBD yang cenderung meningkat dan penyebarannya yang semakin luas
merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian di Indonesia. Penyakit DBD
memberikan beban ekonomi bagi pemerintah dan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis efektivitas biaya pengobatan DBD pada pasien rawat inap di indonesia
Kata Kunci: Analisis Efektivitas Biaya, Terapi, Demam Berdarah Dengue
PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat Kesehatan masyarakat
yang setinggitingginya, sebagai investasi bagi Pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan Nasional harus berwawasan
kesehatan, yaitu setiap kebijakan publik selalu memperhatikan dampak pada Kesehatan
(Kemenkes RI, 2013).
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat Kesehatan masyarakat
yang setinggitingginya, sebagai investasi bagi Pembangunan sumber daya manusia yang
produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan Nasional harus berwawasan
kesehatan, yaitu setiap kebijakan publik selalu memperhatikan dampak pada Kesehatan
(Kemenkes RI, 2013).
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebarkan oleh
vektor nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albopictus yang membawa virus dengue.1
Penderita DBD di Indonesia dari 34 provinsi pada tahun 2015 sebanyak 129.650 dengan
jumlah pasien yang meninggal 1.071 orang.2 Di Provinsi Banten, jumlah pasien DBD
terdapat sebanyak 4.291 orang (angka kejadian 37,9 per 100.000) pada tahun 2013, dengan
Ela Dewi Puspita Sari1 , Samuel Budi Harsono1 dan Inaratul Rizkhy Hanifah1
1 Program Studi S1 Farmasi, Universitas Setia Budi, Surakarta, 57127
Abstract— Diabetes Mellitus type 2 is a degenerative disease suffered by patients for life. WHO estimates that Indonesia’s number of
people with diabetes will be around 21.3 million in 2030. Poor blood sugar control in DM patients impacts the decreasing quality of life
and increasing health costs. The aim of this study was to analyze the cost of gliquidone therapy compared to glimepiride and the quality
of life of outpatients with type 2 DM at the Surakarta Hospital in 2021. The research was conducted using a cross-sectional study design.
The sample in this study was obtained through the purposive sampling method with patients who met the inclusion criteria. Cost analysis
using the CUA (Cost Utility Analysis) was carried out by calculating direct medical and non-medical costs, followed by calculating the
RUB (Cost Utility Ratio) value to determine which therapy had the most cost-utility. This study was conducted in August-September 2021.
Cost data includes total medical costs from hospitals and transportation costs. Quality of life value in this study was measured using the
D-QOL (Diabetes Quality Of Life) questionnaire. The results showed that the RUB value was Rp. 5,389,203; U = 0.749 while glimepiride
was Rp. 4,117.949; U = 0.754. The sensitivity test results showed that the cost of non-ADO drugs had the longest range, so it became the
most influential factor. More cost-utility compared to gliquidone.
Keywords—Oral antidiabetic, CUA (Cost Utility Analysis), Diabetes Mellitus, Quality of life
Abstrak— Penyakit Diabetes Melitus tipe 2 merupakan penyakit degeneratif yang diderita oleh pasien seumur hidup. WHO memper-
kirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Pengontrolan gula darah yang buruk pada pasien DM
berdampak pada penurunan kualitas hidup dan peningkatan biaya kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis biaya terapi
gliquidone dibandingkan dengan glimepiride dan kualitas hidup pasien DM tipe 2 rawat jalan di RSUD Surakarta pada tahun 2021. Peneli-
tian dilakukan dengan menggunakan desain studi cross sectional. Sampel dalam penelitian ini didapat melalui metode purposive sampling
dengan pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis biaya menggunakan metode CUA (Cost Utility Analysis) dilakukan dengan cara
menghitung biaya medik dan non medik langsung diikuti dengan menghitung nilai RUB (Rasio Utilitas Biaya) untuk mengetahui terapi
yang paling cost utility. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2021. Data biaya meliputi total biaya langsung dan biaya
transportasi. Kualitas hidup dalam penelitian ini diukur menggunakan kuesioner DQOL (Diabetes Quality Of Life). Hasil menunjukkan
nilai RUB gliquidone Rp. 5.389.203; U = 0,749 sedangkan glimepiride Rp. 4.117.949; U = 0,754. Hasil uji sensitivitas menunjukkan biaya
obat non ADO memiliki rentang yang paling panjang sehingga menjadi faktor yang paling berpengaruh. Penggunaan glimepirid lebih cost
utility dibandingkan dengan gliquidone.
Kata Kunci—Antidiabetik oral, CUA, Cost Utility Analysis, Diabetes Mellitus, Kualitas hidup
SARI DKK. 49
JURNAL FARMASI UDAYANA | pISSN: 2301-7716; eISSN: 2622-4607 | VOL. 11, NO. 2, 2023
https://doi.org/10.24843/JFU.2022.v11.i02.p03
SARI DKK. 50
JURNAL FARMASI UDAYANA | pISSN: 2301-7716; eISSN: 2622-4607 | VOL. 11, NO. 2, 2023
https://doi.org/10.24843/JFU.2022.v11.i02.p03
TABEL 1: D ISTRIBUSI PASIEN DM TIPE 2 RAWAT JALAN DI RSUD S URAKARTA TAHUN 2021 BERDASARKAN UMUR
TABEL 2: D ISTRIBUSI PASIEN DM TIPE 2 RAWAT JALAN DI RSUD S URAKARTA TAHUN 2021 BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Jenis Kelamin Jumlah pasien Terapi Gliquidone Persentase ( %) Terapi Glimepiride Persentase ( %)
Laki-laki 29 14 51,85 15 50
Perempuan 28 13 48,15 15 50
TABEL 3: H ASIL PENGUKURAN KUALITAS HIDUP PASIEN DM TIPE 2 RAWAT JALAN DI RSUD S URAKARTA TAHUN 2021
MENGGUNAKAN KUESIOER DQOL
Jenis Terapi Rata-rata total score Rata-rata Utilitas Rata-rata time preference Persentase ( %)
Terapi Gliquidone 48,037 0,739 2,8 73,9
Terapi Glimepiride 49,033 0,754 3 75,4
TABEL 4: P ENGGUNAAN JENIS TERAPI PADA PASIEN DM TIPE 2 RAWAT JALAN DI RSUD S URAKARTA TAHUN 2021
TABEL 5: B IAYA MEDIK DAN NON MEDIK LANGSUNG PASIEN DM TIPE 2 RAWAT JALAN DI RSUD S URAKARTA TAHUN 2021
Jenis Terapi Rata-rata total biaya medik langsung (Rp) Rata-rata total biaya non medik langsung (Rp)
Terapi Gliquidone 8.247.474 2.897.778
Terapi Glimepiride 6.734.563 2.572.000
TABEL 6: H ASIL PERHITUNGAN NILAI RUB PADA PASIEN DM TIPE 2 RAWAT JALAN DI RSUD S URAKARTA TAHUN 2021
TABEL 7: A NALISIS SENSITIVITAS PENGGUNAAN TERAPI GLIMEPIRIDE PADA PASIEN DM TIPE 2 DI RSUD S URAKARTA TAHUN
2021
4.4. Penggunaan jenis terapi biaya rata-rata pada setiap jenis terapi. Dari data tersebut, ter-
dapat biaya tetap dari segi pandang rumah sakit, yaitu biaya
Dari data yang didapatkan distribusi penggunaan gliqui-
registrasi Rp. 3.500, biaya pemeriksaan sebesar Rp. 30.000
done pada pasien DM tipe 2 di RSUD Surakarta pada bulan
setiap kunjungan, dan biaya rata-rata laboraturium sebesar
Agustus hingga September yang memenuhi kriteria seban-
Rp. 30.133 pada setiap kunjungan.
yak 27 pasien dengan persentase 47,37 %, sedangkan peng-
gunaan glimepiride sebanyak 30 pasien dengan persentase Biaya terapi rata – rata pasien DM tipe 2 pada tabel 5 me-
sebesar 52,63 %. nunjukkan bahwa pasien yang menggunakan terapi A men-
geluarkan biaya lebih besar dibandingkan dengan biaya tera-
4.5. Perhitungan total biaya pi rata – rata pasien DM tpe 2 yang menggunakan terapi B,
Berdasarkan tabel 5 komponen biaya medik langsung pada dimana total biaya rata – rata penggunaan terapi gliquidone
pasien DM tipe 2 rawat jalan di RSUD Surakarta tahun 2021 sebesar Rp. 8.247.474 dan total biaya rata – rata penggunaan
dengan jenis pembiayaan BPJS. Pada tabel 5, terdapat total glimepiride adalah Rp. 6.734.563. Tingginya total rata-rata
SARI DKK. 51
JURNAL FARMASI UDAYANA | pISSN: 2301-7716; eISSN: 2622-4607 | VOL. 11, NO. 2, 2023
https://doi.org/10.24843/JFU.2022.v11.i02.p03
Gambar. 1: Diagram tornado berdasarkan analisis sensitivitas penggunaan terapi glimepiride pada pasien DM tipe 2 di RSUD Surakarta
tahun 2021
biaya pengobatan penggunaan terapi gliquidone dapat terja- yang menunjukkan rentang paling panjang merupakan faktor
di karena salah satu faktor yakni komponen biaya non ADO. biaya yang paling berpengaruh.
Total rata-rata biaya non medik langsung pada penggunaan Berdasarkan diagram tornado yang ditunjukkan pada gam-
terapi gliquidone sebesar Rp. 2.897.778 dan pada penggu- bar 3 dapat diketahui parameter yang paling sensitif mem-
naan terapi glimepiride sebesar Rp. 2.572.000, biaya ini me- pengaruhi total biaya yang dikeluarkan oleh pasien adalah
rupakan biaya transportasi yang dikeluarkan oleh pasien se- biaya obat non antidiabetik oral dikarenakan biaya obat non
lama menjalani pengobatan ke rumah sakit hingga penelitian antidiabetik oral menunjukkan diagram yang memiliki bar
ini dilakukan. dengan rentang yang paling panjang dibandingkan dengan
parameter yang lainnya. Urutan parameter dari yang paling
4.6. Analisis perhitungan RUB
sensitif secara berturut-berturut adalah biaya obat non anti-
Pada penelitian ini nilai RUB diperoleh dengan memban- diabetik oral, biaya transportasi, biaya pemeriksaan, biaya
dingkan total biaya rata-rata medik langsung dan non me- laboraturium dan biaya obat antidiabetik oral.
dik langsung pasien dengan skor Quality Adjusted Life Years
(QALY). Pada tabel 5 terdapat hasil perhitungan RUB terha- 5. KESIMPULAN
dap penggunaan terapi gliquidone dan penggunaan terapi gli- Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penggunaan
mepiride pada pasien DM tipe 2 rawat jalan di RSUD Sura- terapi gliquidone maupun glimepiride mampu memberikan
karta tahun 2021. kualitas hidup yang baik, namun terapi glimepiride memili-
Nilai Rasio Utilitas Baya diperoleh dari perhitungan rata- ki nilai RUB yang lebih tinggi yaitu Rp. 4.117.949 dengan
rata biaya medik dan non medik langsung yang dikeluar- persentase utilitas sebesar 75,4 %. Maka dapat disimpulkan
kan oleh pasien dibagi dengan QALY. QALY didapat dari bahwa penggunaan terapi glimepiride lebih cost utility diban-
perhitungan rata-rata score utilitas yang kemudian dikalikan dingkan dengan penggunaan terapi gliquidone.
dengan time preferance. Nilai RUB paling rendah dipero-
leh pada penggunaan terapi glimepiride dibandingkan den- 6. UCAPAN TERIMAKASIH
gan penggunaan terapi gliquidone, nilai RUB (glimepiride =
Terimakasih kepada Seluruh dosen beserta staf di Jurusan
Rp. 4.117.949; U = 0,754) dengan nilai QALY 2,26. Nilai
Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi Surakarta,
RUB (gliquidone = Rp. 5.389.203; U = 0,749) dengan nilai
Seluruh staf/karyawan di IFRS RSUD Surakarta, serta ke-
QALY 2,07 maka dari data tersebut penggunaan terapi gli-
luarga dan sahabat penulis atas kritik, saran, serta dukungan
mepiride mempunyai nilai RUB yang lebih rendah yaitu Rp.
yang selalu diberikan.
4.136.250 dengan kualitas hidup baik (U = 0,754) dan den-
gan nilai QALY 2,26. 7. DAFTAR P USTAKA
4.7. Analisis Sensitivitas Adikusuma, W., Perwitasari, D. A., Supadmi, W. 2016. Pen-
Analisis sensitivitas merupakan suatu teknik analisis yang gukuran Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
dapat digunakan untuk mengukur ketidakpastian dari data yang Mendapat Antidiabetik Oral di Rumah Sakit PKU
yang digunakan maupun data yang dihasilkan dalam kajian Muhammadiyah Bantul Yogyakarta. Jurnal Ilmiah Ibnu
farmakoekonomi (KEMENKES, 2013). Tahap analisa sensi- Sina, 1(1), 1-8.
tivitas dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari parameter- American Diabetes Association (ADA). 2014. Diagnosis
parameter biaya yang diperhitungkan terhadap total biaya And Classification Of Diabetes Mellitus. Diabetes Care,
secara keseluruhan. Dengan melakukan analisa sensitivitas 37(1), 81–90
diharapkan akibat yang mungkin saja terjadi akibat dari pe- Baroroh, F., Solikah, W. Y. 2016. Analisis biaya terapi Dia-
rubahan parameter-parameter tersebut dapat diketahui. Hasil betes Melitus tipe 2 di Rumah Sakit PKU Muhammadi-
analisis sensitivitas ini sering direpresentasikan sebagai dia- yah Bantul Yogyakarta. Jurnal Farmasi Sains dan Prak-
gram tornado, pada diagram tornado hasil uji sensitivitas bar tis, 1(2), 11-21.
SARI DKK. 52
JURNAL FARMASI UDAYANA | pISSN: 2301-7716; eISSN: 2622-4607 | VOL. 11, NO. 2, 2023
https://doi.org/10.24843/JFU.2022.v11.i02.p03
SARI DKK. 53
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 3 134
ABSTRAK
Biaya pelayanan kesehatan di Indonesia terus mengalami peningkatan sehingga perlu adanya
kajian farmakoekonomi yang dapat dijadikan dasar dalam pemilihan pengobatan di Indonesia.
Pemahaman mengenai farmakoekonomi sangat diperlukan oleh banyak pihak terutama oleh
seorang apoteker untuk menentukan pengobatan terbaik yang akan diberikan kepada pasien.
Kajian farmakoekonomi bertujuan untuk memberikan pengobatan yang efektif dengan
peningkatan kualitas kesehatan. Kajian farmakoekonomi yang dilakukan meliputi Analisis
Efektivitas Biaya (AEB); Analisis Minimalisasi Biaya (AMiB); Analisis Utilitas Biaya (AUB)
dan Analisis Manfaat Biaya. Tujuan dari literatur review ini adalah untuk memberikan kajian
farmakoekonomi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk pertimbangan pemilihan
pengobatan di Indonesia. Metode yang digunakan dalam pengerjaan literatur review ini
adalah studi literatur yang bersumber dari jurnal nasional dan internasional dengan tahun
terbit maksimal 5 tahun terakhir. Kajian farmakoekonomi menjadi salah satu hal sangat
diperlukan dalam pemilihan pengobatan di Indonesia karena memberikan informasi mengenai
pengobatan yang paling efektif, efisien, utilitas dan bermanfaat diantara banyak pengobatan.
Kata Kunci: Farmakoekonomi, Analisis Efektivitas Biaya, Analisis Minimalisasi Biaya,
Analisis Utilitas Biaya, Analisis Manfaat Biaya
ABSTRACT
The cost of health services in Indonesia continuous increase so that there is a need for a
pharmacoeconomic study that can be used as a basis in the selection of treatment in
Indonesia. Understanding of pharmacoeconomics is needed by many parties, especially by a
pharmacist to determine the best treatment that will be given to the patient. The
pharmacoeconomic study aims to provide effective treatment with improved quality of health.
The pharmacoeconomic studies include the Cost Effectiveness Analysis (CEA); Cost
Minimization Analysis (CMA); Cost Utility Analysis (CUA) and Cost Benefit Analysis (CBA).
The purpose of this review literature is to provide a pharmacoeconomic review that can be
used as a basis for consideration of treatment options in Indonesia. The method used in this
literature review is literature study which is sourced from national and international journals
with the maximum 5 years published. The pharmacoeconomic review is one of the most
important issues in the selection of medication in Indonesia because it provides information
on the most effective, efficient, utility and useful treatment among many treatments.
Keywords: Pharmacoeconomic, Cost Effectiveness Analysis, Cost Minimization Analysis,
Cost Utility Analysis, Cost Benefit Analysis
Diserahkan: 30 Agustus 2018, Diterima 1 September 2018
apoteker untuk membuat keputusan penulisan literatur review ini adalah studi
manajemen penyakit, dan penilaian berupa data primer yaitu jurnal penelitian
HASIL
Kajian
Kriteria Kekurangan Kelebihan
Farmakoekonomi
Biaya dinyatakan dalam - Pengobatan atau - Efek pengobatan
nilai moneter (rupiah). program kesehatan tidah dinyatakan
Efek dari salah satu yang dibandingkan dalam nilai
pengobatan atau harus memiliki hasil moneter(4).
program kesehatan lebih yang sama atau
Cost tinggi dibandingkan berkaitan(5).
Effectiveness dengan pengobatan atau - Pengobatan atau
Analysis (CEA) program kesehatan program kesehatan
lainnya. Efek yang dibandingkan
pengobatan dinyatakan dapat diukur dengan
dalam unit ilmiah atau unit kesehatan yang
indikator kesehatan sama(4).
lainnya(4).
Biaya dinyatakan dalam - Jika Outcome yang - Metode
nilai moneter (rupiah)(4), diasumsikan sama farmakoekonomi
efek dari pengobatan ternyata memiliki paling
atau program kesehatan outcome yang sederhana(6).
yang dibandingkan berbeda dapat
sama atau dianggap menyebabkan hasil
Cost
sama(6). analisis yg tidak
Minimization
akurat dan tidak
Analysis (CMA)
bernilai(6).
- Kenaikan harga obat,
penurunan daya beli
pasien dan diskon
tidak
diperhitungkan(7,8).
Biaya dinyatakan dalam - Tidak adanya - Satu-satunya
nilai moneter (rupiah). standarisasi, memicu metode
Cost Utility
Efek dari salah satu inkonsistensian pada farmakoekonomi
Analysis (CUA)
pengobatan atau penyajian data(5). yang
program kesehatan lebih memperhatikan
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 3 137
Kajian
Kriteria Kekurangan Kelebihan
Farmakoekonomi
tinggi dibandingkan kualitas hidup
dengan pengobatan atau dalam metode
program kesehatan analisisnya(5).
lainnya. Efek
pengobatan dinyatakan
dalam quality adjusted
life years (QALY (4).
Biaya dinyatakan dalam - Sulitnya - Dapat digunakan
nilai moneter (rupiah). mengkonversi untuk
Efek dari salah satu manfaat dari suatu pembandingkan
pengobatan atau pengobatan dalam pengobatan yang
program kesehatan lebih nilai moneter(5). tidak saling
tinggi dibandingkan - Sulitnya berhubungan dan
Cost Benefit
dengan pengobatan atau kenguantifikasi nilai outcome
Analysis
program kesehatan kesehatan dan hidup berbeda(5).
lainnya. Efek manusia maka
pengobatan dinyatakan metode ini memicu
dalam rupiah(4). kontroversi sehingga
metode ini jarang
dilakukan(4).
Efektivitas Biaya Biaya Lebih Rendah Biaya Sama Biaya Lebih Tinggi
Efektivitas Lebih A B C
Rendah (Perlu Perhitungan ACER) (Didominasi)
Efektivitas Sama D E F
Efektivitas Lebih G H I
Tinggi (Dominan)
dicari life years (LY) dan utilitas untuk Cost Effectiveness Analysis (CEA)
mendapatkan nilai quality adjusted life
CEA merupakan suatu analisis yang
years (QALY). Hasil CUA digambarkan
digunakan untuk memilih dan menilai
dalam Cost Utility Ratio dan Incremental
suatu program kesehatan atau pengobatan
Cost Utility Ratio (ICUR).
yang terbaik dari beberapa pilihan
(11)
𝑄𝐴𝐿𝑌 = 𝐿𝑌 x utilitas pengobatan yang memiliki tujuan
Biaya (12) pengobatan yang sama. CEA mengonversi
𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑈𝑡𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = QALY
biaya dan efektivitas dalam bentuk
∆ Biaya (12) rasio(13). Pengobatan yang dibandingkan
𝐼𝐶𝑈𝑅 = ∆ QALY
dengan CEA merupakan alternatif
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 3 139
pengobatan dan palliative care adanya data manfaat dan biaya dari
pengobatan dan tenofovir sebagai obat manfaat yang diberikan dapat berupa
tambahan yang diberikan ketika terjadi pendapatan yang didapat oleh pemberi
resisten pengobatan pada pasien HbeAg- pelayanan kesehatan dari suatu intervensi.
pendapatan Rumah Sakit yang didapat dari non medis(4). Biaya langsung medis
pemakaian alat kesehatan sebagai nilai merupakan biaya yang berkaitan secara
manfaat(17). langsung dengan proses pengobatan,
pendeteksian dan pencegahan suatu
Pada CBA untuk mengetahui
penyakit. Contoh biaya langsung adalah
besaran bersih dari manfaat dalam nilai
biaya obat, biaya jasa tenaga kesehatan,
moneter perlu dilakukan perhitungan
biaya uji laboratorium dan sebagainya.
manfaat bersih (net benefit) yang didapat
Biaya langsung non medis merupakan
dengan cara biaya dikurangi dengan
biaya langsung yang berkaitan dengan
manfaat dalam nilai moneter. Hasil
penerimaan suatu jasa atau produk. Contoh
perhitungan CBA disajikan dalam Cost
biaya langsung non medis seperti biaya
Benefit Ratio, dimana Cost Benefit Ratio
ambulans dan pelayanan(5) informal
didapat dengan membagi biaya dengan
(tambahan)(4). Biaya tidak langsung adalah
nilan manfaat dalam nilai moneter(5).
biaya yang ada karena hilangnya
Jika hasil dari perhitungan Cost produktivitas dari pasien dikarenakan suatu
Benefit Ratio >1 maka manfaat yang penyakit. Contoh dari pengobatan tidak
didapat dari suatu pengobatan lebih besar langsung seperti biaya pedampingan
dari biaya yang dibutuhkan. Jika Cost pasien(5). Biaya akibat sakit (Cost of ilness)
Benefit Ratio = 1 maka manfaat yang merupakan biaya yang harus dikeluarkan
dihasilkan dengan biaya yang dibutuhkan karena proses sakit, dimana biaya akibat
sama besar. Jika Cost Benefit Ratio <1 sakit ini meliputi biaya langsung dan biaya
maka biaya yang dibutuhkan lebih besar tidak langsung. Jenis-jenis biaya yang
daripada manfaat yang didapat. Maka diapakai pada kajian farmakoekonomi
pengobatan dengan nilai Cost Benefit Ratio akan tergantung pada hasil yang diinginkan
paling besar merupakan pengobatan paling dari setiap kajian farmakoekonomi. Biaya
(5)
Cost Benefit . dapat dihitung berdasarkan 3 perseptif
12. Adibe MO, Aguwa CN, Ukwe CV. 15. Hadning I, Ikawati Z, Andayani TM.
Cost Utility Analysis of Stroke Treatment Cost Analysis for
Pharmaceutical Care Intervention Consideration on Health Cost
Versus Usual Care in Management of Determination Using INA- CBGs. Int J
Nigeria Patient with Type 2 Diabetes. Public Health Sci. 2015;4(4):288–93.
13. Faridah N, Machlaurin A, Subagijo P. 16. Baroroh F, Fauzi LA. Analisis Biaya
Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Terapi Stroke pada Pasien Rawat Inap
Antibiotik terhadap Pasien Sepsis di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Pediatrik di Rawat Inap RSD dr. Bantul Yogyakarta. J Ilm Ibnu Sina.
Soebandi Kabupaten Jember pada 2017;2(1):93–101.
Tahun 2014. E-J Pustaka Kesehat.
2016;4(2):255–62. 17. Nuryadi, Herawati YT, Triswardhani
R. Cost Benefit Analysis antara
14. Laumba F, Citraningtyas G, Yudistira Pembelian Alat CT-Scan dengan Alat
A. Analisis Efektivitas Biaya (Cost Laser Dioda Photocoagulator di RSUD
Effectiveness Analysis) pada Pasien Balung Jember. J Ilmu Kesehat Masy.
Gastritis Kronik Rawat Inap di RSU 2014;10(1):49–58.