Anda di halaman 1dari 2

Berbagi Kisah dengan Sahabat

Pagi itu, cuaca amat cerah, sinar surya menampar jendela kaca kamarku,
cahayanya menepis pelupuk mata hingga memaksaku untuk membukanya.
Kulihat jam dinding menunjukkan pukul 06.00.

Perlahan berdiri menuju kamar mandi, kulihat ibu sedang menyiapkan


perbekalan yang akan aku bawa ke sekolah.

Selesai mandi dan mempersiapkan diri, tidak lupa berpamitan dengan ibu,
bapak dan adik, sembari meminta doa agar diberi keselamatan serta
kelancaran hingga kembali ke rumah. Terakhir kuucapkan salam setelah
mencium kedua tangan mereka.

Aku menuju rumah Piky , seorang teman baikku yang telah berbagi sejuta
kisah denganku sejak kecil. Jarak antara rumahku dan rumahnya hanya
puluhan meter, kulihat dia telah siap dan kami pun berangkat bersama
dengan naik sepeda ontel sampai di jalan banyak sekali kendala rantainya
copot sampe sampe harus bannya bocor di karenakan paku panjang
menancap di banku Piky pun bertanya
: Ada apa Ndi?. "sontak aku memberi tau banku bocor gimana ini"
tenang saja ayok cari tempat tambal ban dekat sini, engga jauh dari ban
bocor ada tempat tambal ban akhirnya banku pun selesai di tambal langsung
otw ke sekolah, engga lama dari itu gantian rantaiku copot untung saja
sudah dekat dengan sekolah jadi langsung saja masuk.

Namaku Andi , seorang siswa SMA kelas XII asal JANTI. Aku memiliki
sahabat bernama Piky , yang merupakan teman setia dan sekelas sejak di
bangku sekolah dasar.

Hari itu waktu itu adalah hari Sabtu, di mana mata pelajaran hanya tiga
mapel. Pada mapel terakhir, yakni Bahasa Inggris. Semua berjalan seperti
biasa. Hari telah menunjukkan pukul 13.20, tandanya sebentar lagi akan
pulang.

Tiba-tiba pintu kelas diketok oleh seseorang. Ketika Bu Guru membukanya,


ternyata yang datang adalah Pak Slamet "Tok..tok..tok.." suara ketukan
pintu berbunyi.

"Iya, silakan masuk..." sambut Bu Guru.


"Permisi bu, saya izin menjemput Piky untuk membawanya pulang..." ucap
Pak Slamet

"Ada persoalan apa ya Pak…?" Tanya Bu guru.

"Begini bu, keluarga Piky baru saja mengalami musibah, Ibunya meninggal

Tiba-tiba seisi kelas panik bercampur sedih, dan aku melihat wajah Piky
tampak kesedihan yang begitu mendalam. Kemudian Bu Guru mengizinkan
Piky untuk pulang.

Ketika bel pulang berbunyi, aku mengimbau seluruh teman sekelas untuk
jangan pulang dulu. Aku mengajak mereka semua untuk melakukan
penggalangan dana kepada seluruh lapisan guru dan siswa/i di sekolah mulai
besok.

Sepulang dari sekolah besok, aku juga mengajak mereka untuk melakukan
penggalangan di tepi jalan raya. Tanpa pikir panjang, semua teman sekelas
setuju.

Setelah penggalangan di sekolah dan tepi jalan raya selesai. Aku dan teman-
teman sangat bersyukur karena dana yang terkumpul cukup banyak, yakni
16 juta rupiah. Aku dan teman-teman langsung menuju kediaman Piky dan
keluarganya.

Sesampainya di sana, aku melihat kesedihan Piky dan keluarganya begitu


mengiris hati,

Assalamualaikum Bu, Pak, Kyy, aku dan teman-teman mengucapkan bela


sungkawa yang sedalam-dalamnya atas musibah yang kalian hadapi. Ini, ada
sedikit bantuan dari teman-teman dan saudara, semoga bisa meringankan
beban kamu dan keluarga ya, Piky.." ucapku.

Piky tampak sedikit senang dan kemudian langsung memeluk kami semua,
seraya berkata…

"Terima kasih banyak teman-teman atas bantuannya. Terima kasih juga atas
kehadiran dan ucapan belasungkawanya. Semoga Allah Swt. membalas
semua kebaikan kalian dan para penyumbang..." tuntas Piky

Anda mungkin juga menyukai