Anda di halaman 1dari 45

Soal Patokan Ganti Oli Mesin, Baiknya Berdasarkan Waktu atau

Jarak?

Oli pada mesin mobil memiliki peran yang krusial dan tak bisa diabaikan. Karena itu,
penting untuk memperhatikan kondisi dan serta waktu pergantiannya. Sayangnya, masalah
soal pergantian oli mesin sampai saat ini masih menjadi perdebatan bagi sebagaian orang. Ada
yang menganggap lebih baik mengganti berdasarkan jarak tempuh mobil, ada juga yang
memilih sesuai waktu.
Lantas dari kedua patokan tersebut, sebenarnya mana yang paling baik digunakan?
Bambang Supriyadi, Executive Coordinator Technical Service Division Astra Daihatsu Motor
(ADM) pernah menjelaskan pada dasarnya kedua patokan tersebut memang menjadi hal yang
harus diperhatikan untuk mengganti pelumas.
Namun demikian, dari keduanya interval tersebut bisa dipilih lagi sebagai patokan
utamanya, yakni mana yang tercapai lebih dulu. "Tinggal ambil mana yang lebih dulu tercapai.
Apakah waktunya atau jarak, jadi misal jarak belum terpenuhi tapi waktunya sudah, berarti
baiknya diganti, begitu juga sebaliknya," kata Bambang kepada Kompas.com, beberapa waktu
lalu.
Penggunaan mobil di dalam kota, lanjut Bambang, memang rata-rata memiliki jarak
tempuh yang lebih sedikit dibanding mobil yang kerap digunakan perjalanan jarak jauh.
Meski demikian, bukan berarti kondisi pelumas di dalamnya masih bagus. Pasalnya,
ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, seperti kemacetan di dalam kota, kondisi jalan
yang stop n go, dan lain hal yang memberikan dampak pada penurunan kualitas oli mesin.
Perlu diingat, mesin tetap bekerja saat mobil berada di posisi diam karena kemacetan. Hal ini
juga ikut berkontribusi memberikan efek pada kualitas oli, belum lagi ditambah dengan udara
yang panas saat ini.
"Agar kualitas oli tetap terjaga baiknya yang rutin diganti, karena di dalam oli itu
terdapat kandungan adiktif juga yang mungkin kualitasnya sudah menurun seiring berjalannya
waktu dan pemakaian. Jadi tinggal disesuaikan dari kedua patokannya tadi mana yang lebih
dulu terpenuhi," ujar Bambang.

www.alternatifa.com
Mitologi Yunani: Kisah Actaeon Melihat Dewi Artemis Mandi
Telanjang

Nasib buruk memang tidak bisa dihindari, bahkan dalam mitologi Yunani sekali pun.
Seperti yang terjadi pada protagonis muda Actaeon dalam mitologi Yunani, ia tidak sengaja
melihat Dewi Artemis mandi telanjang di hutan. Seperti diketahui, banyak hal buruk yang
terjadi selama pandemi. Muncul pertanyaan, mengapa hal-hal buruk terjadi pada orang baik?
Ini adalah pertanyaan yang tampaknya sangat relevan pada masa pandemi. Penyakit tidak
membedakan kebajikan. Kemungkinan besar menjatuhkan orang suci sama besarnya dengan
menjatuhkan orang berdosa.
Namun bahkan di masa-masa yang lebih normal, masalah ini sering kali kita hadapi.
Terlalu mudahnya seseorang berpikir tentang hidup yang terlalu singkat, tentang tindakan
kebaikan dan kemurahan hati yang tidak membuahkan hasil. Dunia bisa menjadi tempat yang
dingin dan suram. Mengapa ini terjadi? Setiap budaya mengembangkan jawabannya sendiri
terhadap pertanyaan ini. Bagi orang-orang Yunani dan Romawi kuno, solusi mereka adalah
tragedi itu terjadi karena para dewa. Paling tidak, kita tahu bahwa dewa tidak peduli terhadap
umat manusia. Yang paling buruk, dewa ternyata benar-benar kejam.
Sama halnya dengan kisah yang secara sempurna terekam dalam salah satu harta
karun Galeri Nasional di London, yaitu “The Death of Actaeon” karya Titian. Kisah Actaeon
adalah salah satu mitologi Yunani-Romawi yang paling populer. Penceritaan kembali yang
paling terkenal dilakukan oleh penyair Romawi Ovid dalam epiknya “Metamorphoses.” Titian
hanya memiliki sedikit bahasa Latin. Jadi dia hampir pasti membaca tentang mitologi Yunani
ini di salah satu dari banyak terjemahan dan versi ringkasan Ovid yang beredar pada abad ke-
16. Ini adalah mitos yang menunjukkan dengan baik kesadisan para dewa. Actaeon tidak
melakukan kejahatan, tapi dia mendapatkan nasib buruk.
Suatu kebetulan yang sangat disayangkan, pada suatu hari saat berburu, dia kebetulan
bertemu dengan dewi kuno Diana, yang nama mitologi Yunaninya adalah Dewi Artemis. Saat
itu, Dewi Artemis dan rombongan nimfanya sedang mandi telanjang di kolam hutan. Sebenarya
Actaeon sama sekali tidak sengaja melihat mereka, hanya sebuah kebetulan. Dewi Artemis,
yang menghargai keperawanannya di atas segalanya, tidak senang jika ketahuan telanjang oleh
orang asing. Sehingga dia mengatur hukuman yang mengerikan untuk Actaeon. Dengan
lambaian tangannya, dia mengubah Actaeon menjadi rusa jantan. Sekarang, Actaeon sang
pemburu malah menjadi mangsa.
Untuk memperbesar kekejaman Dewi Artemis ini, Actaeon masih sadar sepenuhnya,
seorang pria yang terperangkap dalam tubuh binatang. Air mata menetes di pipinya yang kini
berbulu. Seketika, Actaeon menyadari bahayanya yang akan dia hadapi. Dia telah bertemu
dengan kawanan anjing pemburu miliknya dan mereka tidak membuang waktu untuk
menyerang mantan majikan mereka. Anjing-anjing itu menangkap kakinya dan menyeretnya
ke tanah. Rahang mereka menggigit jauh ke bahu, punggung, dan tenggorokan.
Actaeon meninggal dalam kesakitan, terkoyak oleh hewan-hewan yang dibesarkannya
dengan penuh pengabdian. Kisah versi Titian ini menunjukkan momen-momen terakhir
kehidupan Actaeon. Sungguh lukisan yang luar biasa dari akhir karir Titian. Kebanyakan

www.alternatifa.com
lukisan cerita ini lebih memilih fokus pada momen ketika Actaeon bertemu dengan Dewi
Artemis yang sedang mandi. Tidak dapat menahan potensi voyeuristik dari adegan tersebut,
mereka menikmati pemandangan tubuh perempuan telanjang.
Terdapat karya Titian sebelumnya pada momen ini yang dilukisnya untuk Philip II dari
Spanyol. Namun dalam The Death of Actaeon, voyeurisme terbatas pada satu puting yang
terbuka, sebuah singgungan visual terhadap kesalahan Actaeon. Dewi Artemis mendominasi
latar depan, namun garis lengannya menarik perhatian pemirsa ke sosok di sebelah kanan
lukisan. Di sini kita melihat Actaeon terjebak di tengah transformasi. Dia masih
mempertahankan bentuk manusianya, tapi kepalanya sekarang seperti rusa jantan. Ini cukup
bagi anjing-anjing yang telah mengalahkan Actaeon. Manusia, rusa, dan anjing menyatu
menjadi satu tumpukan yang kotor dan kacau.
Sangking begitu kacaunya bentuk-bentuk yang begitu campur aduk, sehingga banyak
orang bertanya-tanya apakah lukisan itu benar-benar sudah selesai. Namun dalam kekacauan
itu, lukisan itu dengan sempurna menangkap vitalitas yang kejam dari tindakan tersebut.
Melawan kekacauan ini, Dewi Artemis berdiri di samping dan siap melakukan kudeta, satu-
satunya bentuk kebaikan yang siap dia berikan. Bagaimana orang-orang Yunani dan Romawi
kuno bisa tahan hidup di dunia yang kebiadabannya tidak adil dan bahkan dilakukan oleh dewa
sendiri?
Nasib malang Actaeon
Kematian Actaeon merupakan simbol dari banyaknya ketidakadilan. Orang-orang
Yunani dan Romawi kuno mungkin tidak perlu khawatir tentang etiket yang benar dalam
menghadapi dewi telanjang. Akan tetapi, mereka juga perlu khawatir tentang kekuatan yang
tidak dapat diprediksi. Dunia mereka dilanda kelaparan, penyakit, perang, dan bencana alam.
Namun dalam menghadapi ketidakteraturan nasib itulah orang-orang zaman dahulu
menemukan makna di dunia. Ketika Ovid memperkenalkan kisah Actaeon, dia mengingatkan
pembacanya bahwa tidak ada orang yang dianggap bahagia sampai dia mati. Harta yang kita
miliki saat ini dapat dengan cepat dan mudah diambil besok. Dalam hal ini kita melihat nilai
sebenarnya dari kisah Actaeon.
Pelajaran yang bisa kita ambil bukanlah bahwa dunia ini kejam, namun bahwa
pemberian yang kita miliki perlu dihargai karena kita telah mendapatkan pemberian yang
diperoleh dengan susah payah dan luar biasa. Ketidakhadiran dan kekurangan atas pemberian
yang kita miliki, telah memberi nilai pada kehidupan kita. Hanya orang yang laparlah yang bisa
mengetahui apa artinya kenyang. Anak yang terlahir dalam kekayaan tidak akan pernah
menghargai kekayaan yang dinikmatinya.

www.alternatifa.com
Sejarah Dunia: Menara London, Benteng Perkasa Hingga Penjara
Terkenal

Meski usianya hampir seribu tahun, Menara London masih tetap memesona namun
juga menakutkan di sisi lain. Saat ini, ia telah menjelma menjadi ikon situs sejarah dunia yang
paling dikenal oleh banyak orang. Bahkan, menjadi salah satu tempat wisata terkemuka di
dunia dan situs warisan dunia, serta menarik pengunjung dari seluruh dunia. Lebih dari tiga
juta pengunjung setiap tahunnya. Tidak hanya menjadi latar belakang, Menara London juga
pemeran utama dalam beberapa peristiwa penting dalam sejarah Inggris.
Menara London adalah istana, benteng, dan penjara tertua di Eropa. Asal-usul Menara
dimulai dengan invasi Norman ke Inggris. Menjelang akhir tahun 1066, sebagai bagian dari
Penaklukan Norman, William Sang Penakluk membangun menara batu besar di pusat benteng
London. William adalah orang asing di negeri yang belum ia kendalikan dengan kuat. Dia
membutuhkan benteng untuk menjaga agar warga London yang memberontak tetap sejalan.
Lokasi yang dipilih William untuk kastilnya adalah lokasi yang sama dengan tempat Claudius,
Kaisar Romawi, membangun benteng lebih dari seribu tahun sebelumnya.
Dengan menggunakan bagian dari tembok pertahanan Romawi yang besar itu, yang
dikenal sebagai Tembok London, anak buah William mulai membangun benteng yang kokoh
untuk menaklukkan penduduk London. Menara yang ia bangun, merupakan bagian tertua dari
seluruh kastil yang dibangun pada tahun 1078. Dikarenakan pada tahun 1240, Henry III
mengecat menara besar itu dengan warna putih, maka menara besar itu pun dikenal sebagai
Menara Putih.
Menara Putih adalah bagian tertua dan menjadi inti dari apa yang sejak abad ke-12
dikenal sebagai Menara London. Sebagai benteng yang perkasa, pembangunannya
membutuhkan waktu sekitar 20 tahun. Para Mason tiba dari Normandia, membawa serta batu
dari Caen di Prancis. Sebagian besar tenaga kerja yang digunakan sebenarnya disediakan oleh
orang Inggris. Menara London menyimpan banyak sejarah. Sebagai kastil teraman di Inggris,
Menara ini menjaga harta benda kerajaan dan bahkan keluarga kerajaan pada saat perang dan
pemberontakan. Namun selama 500 tahun para raja juga menggunakan Menara ini sebagai
istana yang sangat mewah.
Sepanjang sejarah, Menara juga menjadi simbol kekaguman dan ketakutan. Raja dan
ratu memenjarakan saingan dan musuh mereka di dalam temboknya. Kisah para tahanan, kaya
dan miskin, masih menghantui Menara tersebut. Bahkan, hingga kini, cerita-cerita hantu dan
kisah mengerikan tentang penyiksaan dan eksekusi masih tetap hidup. Sepanjang sejarah,
Menara telah diadaptasi dan dikembangkan untuk mempertahankan dan mengendalikan
bangsa.
Henry III (1216-1272) dan Edward I (1272-1307) telah turut serta dalam memperluas
benteng William ini melalui penambahan tembok 'tirai' atau pertahanan besar dengan
serangkaian menara yang lebih kecil, dan memperbesar parit. Mereka juga mengubah Menara
menjadi kastil 'konsentris' terbesar dan terkuat di Inggris yang memiliki satu lingkaran
pertahanan di dalam lingkaran pertahanan lainnya. Bukan hanya itu, di dalamnya, raja-raja
abad pertengahan juga ikut membangun penginapan kerajaan yang megah.

www.alternatifa.com
Fakta yang menarik dari Menara London adalah ia menjadi salah satu penjara tertua
dan paling terkenal di dunia. Meskipun tujuan awalnya bukan untuk menampung penjahat,
namun sisi lain tujuan utamanya sebagai benteng untuk melindungi London, ia juga menjadi
terkenal karena kegunaannya yang lebih brutal.
Menara London dilihat dari Sungai Thames. Menara London menjadi saksi sejarah
dunia, banyak peristiwa penting dan tragedi, serta penjara yang menakutkan. Penyiksaan
mungkin jarang terjadi, namun eksekusi relatif umum terjadi di Menara London. Puluhan
tahanan dieksekusi di lokasi, dengan cara dipenggal, ditembak atau digantung. Penulis dan
negarawan Sir Thomas More dipenggal di Menara setelah menolak mengakui Raja Henry VIII
sebagai kepala Gereja Inggris pada tahun 1535.
Setahun kemudian, Henry VIII memerintahkan pemenggalan kepala istrinya, Anne
Boleyn. Pada tahun 1542, Henry VIII mengeksekusi istri kelimanya, Catherine Howard, di
Menara London juga. Mungkin yang paling menonjol, tahanan politik Guy Fawkes dieksekusi
di Menara pada tahun 1606. Fawkes ditangkap karena perannya dalam rencana untuk
meledakkan Parlemen, setelah ia ditemukan menjaga gudang bahan peledak dan mesiu di
ruang bawah tanah badan legislatif pada 5 November 1605.
Malam Guy Fawkes masih dirayakan di sebagian besar wilayah Britania Raya pada
tanggal tersebut, untuk memperingati kegagalan rencana tersebut dan kelangsungan Kerajaan
Inggris. Selain itu, Raja Edward VI juga telah dibunuh di Menara London pada tahun 1471
selama perang saudara Perang Mawar.
Menara London menyimpan banyak peristiwa sejarah dan tragedy. Meskipun Simon
Fraser adalah orang terakhir yang dieksekusi dengan cara dipenggal di penjara pada tahun
1745, karena perannya dalam Pemberontakan Jacobite Skotlandia, fasilitas tersebut tetap
mempertahankan perannya dalam kejahatan dan hukuman hingga abad ke-20.

www.alternatifa.com
Hancurnya Kota Pengetahuan: Pengepungan Bagdad oleh
Kekaisaran Mongol

Selama abad ke-13, peradaban Islam dan Eropa sedang bertikai dalam sejarah Perang
Salib. Kedua peradaban begitu pesat secara militer, politik, dan ilmu pengetahuan di abad
pertengahan. Di saat keduanya bertikai, datanglah peradaban yang datang dari arah Asia Timur
dan Asia Tengah yang punya ambisi menguasai dunia: Kekaisaran Mongol. Kekaisaran Mongol
atau yang biasa disebut sebagai bangsa Mongol, saat itu telah menjadi isu yang dikaitkan
dengan "pembawa kehancuran".
Kekaisaran Mongol merupakan ancaman bagi Kekaisaran Abbasiyah yang beribukota
di Bagdad. Kekaisaran Abbasiyah sendiri pada masa puncaknya mencapai Asia Tengah seperti
Tajikistan, Kirgizstan, dan Kazakhstan selatan. Ketika Kekaisaran Mongol bangkit, satu per satu
kekuasaan Abbasiyah rontok dikuasai mereka. Bagdad bukan hanya ibukota dan kota penting
bagi Kekaisaran Abbasiyah, melainkan peradaban Islam. Kota ini dikenal sebagai pusat edukasi
pada masanya karena ada banyak perpustakaan dan pusat pembelajaran yang didirikan sejak
awal oleh Kekaisaran Abbasiyah.
Salah satu pusat pembelajaran adalah Baitul Hikmah yang berarti "Rumah
Kebijaksanaan". Di sini ada banyak cendekiawan dunia terbaik pada masanya seperti
universitas-universitas unggul di AS dan Inggris hari ini. Semua pembelajaran ada di sini,
seperti kedokteran, zoologi, kartogra�i dan geogra�i, matematika, sastra, �isika, dan astronomi.
Yang tidak kalah penting dari Bagdad sebagai pusat pengetahuan, ada banyak naskah-
naskah kuno yang tersimpan. Naskah-naskah tersebut berasal dari berbagai peradaban di
dunia seperti India, Persia, Tiongkok, dan Yunani, yang telah diterjemahkan ke bahasa Arab.
Penelitiannya pun didanai oleh lembaga pemerintah, termasuk oleh khalifah. Namun masa
cemerlang Bagdad sirna pada 1258 akibat kedatangan Kekaisaran Mongol. Dampaknya pun
permanen, bahkan terhadap ilmu pengetahuan modern di Timur Tengah.
Kota Baghdad memang diincar oleh Kekaisaran Mongol. Ekspedisi yang dipimpin oleh
Hulagu Khan ini menaklukkan kawasan Iran selatan, dilanjutkan dengan menghancurkan para
Assassin—sekte Nizari Ismailiyah yang terkenal dengan kepiawaian dalam pembunuhan
politik. Hanya Hulagu Khan yang berhasil mengalahkan mereka, setelah selama ini dianggap
mustahil.
Kekaisaran Mongol tidak hanya berisi orang-orang dari stepa Asia Tengah. Beberapa di
antaranya adalah pasukan yang dibawa dari Armenia, Tentara Salib Frank dari Antokhia dan
orang Georgia, tentara muslim dari suku Turki dan Persia, dan orang Tiongkok. Saat
Pengepungan Bagdad, mereka juga memiliki artileri untuk menghancurkan tembok yang
menghalangi.
Akademisi Johns Hopkins University di bidang sejarah dan kebudayaan Timur Tengah
Eamonn Gearon berpendapat bahwa masa kejayaan Bagdad terjadi saat Al-Musta'sim menjadi
khalifah ke-37. Khalifah ini mengandalkan kekuatan dari luar, membuat Kekaisaran Abbasiyah
bukan lagi kekuatan politik atau pusat peradaban Islam.

www.alternatifa.com
"Sayangnya bagi Bagdad, sejarah tidak meniali khalifah [Al-Musta'sim] sebagai khalifah
terbesar dalam garis keturunannya. Berkemauan lemah, bahkan bermoral buruk. Al-Musta'sim
lebih senang bergaul dengan musisi dan minum anggur daripada memerintah kerjaan yang
sudah melemah," tulis Gearon di Wondrium Daily. Belakangan, Kekaisaran Abbasiyah sudah
mempunyai kebiasaan membayar upeti tahunan kepada Kekaisaran Mongol. Bahkan,
Kekaisaran Abbasiyah pernah mengirimkan delegasi untuk penobatan Kaisar Mongol Mongke
Khan pada 1251, yang membuatnya terlihat berada 'di bawah kuasa' Mongol.
Persembahan itu rasanya tidak cukup. Mongke bahkan bersikeras agar Khalifah Al-
Musta'sim datang ke Karakorum untuk tunduk di bawah Kekaisaran Mongol. Al-Musta'sim
menolak, sampai akhirnya Kekaisaran Mongol pun bergerak untuk menaklukkan Bagdad.
Selain itu, kemilau ibukota Kekaisaran Abbasiyah juga menggoda Mongke untuk menguasainya
lewat tangan Hulagu.
Dalam upaya Pengepungan Kota Bagdad, Kekaisaran Mongol mendesak Kekaisaran
Abbasiyah untuk tunduk. Hulagu menawarkan Al-Musta'sim untuk menyerahkan diri atau kota
Bagdad yang diambil alih. Entah karena pusing memikirkan posisinya, Al-Musta'sim justru
menggunakan pilihan ketiga: tidak melakukan apa pun. Januari 1258, Kota Bagdad pun
dikepung dan Al-Musta'sim tidak menyadari bahwa Kekaisaran Mongol datang dengan
kekuatan yang jauh lebih besar dari yang dikabarkan. Kekaisaran Abbasiyah tidak sempat
meminta pertolongan dengan kekaisaran-kekaisaran Islam lainnya, dan juga memiliki masalah
dengan mereka.
Semua upaya dikerahkan oleh Kekaisaran Mongol, mulai dari gali parit, membangun
pagar kayu, menyiapkan pendobrak gerbang kota, sampai artileri dan catapult. Al-Musta'sim
memilih bernegosiasi, tetapi Hulagu menolak karena sudah bukan waktunya. Hulagu meminta
agar umat Kristen Nestoria di Bagdad untuk mengurung diri dan memerintahkan tentaranya
tidak mengganggu. Kebaikan Hulagu bukan karena dekat dengan Tentara Salib.
Kristen Nestoria dianggap aliran sesat oleh Gereja. Bahkan, Hulagu pun menanggap
pihak Kristen dan Islam sama saja dalam sejarah Perang Salib yang harus ditundukkan. Alasan
kebaikan Hulagu karena ibu kandungnya sendiri adalah pemeluk Kristen Nestoria, walau
dirinya sendiri beragama Buddha.
Ketika pasukan Kekaisaran Mongol berhasil masuk Bagdad, Hulagu membiarkan
pasukannya melakukan pemerkosaan, penjarahan, dan pembunuhan. Gearon memperkirakan
ada sekitar 3.000 tokoh terkemuka di Bagdad seperti pejabat dan anggota keluarga pemerintah
Kekaisaran Abbasiyah yang dihukum mati.
Sedangkan Khalifah Al-Musta'sim dalam kondisi ini ditahan sementara. Hulagu
memaksa Khalifah untuk melihat kota yang sedang diporak-porandakan oleh pasukannya yang
tanpa ampun. Setelah itu, Al-Musta'sim digulingkan dengan karpet lalu diinjak-injak pasukan
kuda, seperti yang biasa dilakukan Kekaisaran Mongol dalam memberi hukuman mati.
Kota itu hancur dengan memakan banyak korban jiwa. Pasukan Kekaisaran Mongol
meninggalkan kota itu penuh dengan bau busuk dan menghancurkan jaringan kanal yang
mengairi lahan subur sekitarnya. Yang tersisa dari Bagdad adalah wabah penyakit yang dibawa
oleh Kekaisaran Mongol.

www.alternatifa.com
Kerusakan kota lainnya akibat serangan Kekaisaran Mongol adalah pada masjid,
perpustakaan, dan rumah sakit. Ada banyak buku-buku koleksi perpustakaan, termasuk Baitul
Hikmah, dirobek dan dibuang ke sungai. Berbagai sumber ilmu pengetahuan berharga dari
berbagai bidang sirna dalam beberapa hari. Dengan jatuhnya Bagdad, Kekaisaran Mongol
dapat bergerak lebih dalam ke peta politik Perang Salib yang sedang tertunda antara pihak
muslim dan Kristen. Kelak, Kekaisaran Mongol mengubah arah laju perang.

www.alternatifa.com
Kisah Mistis Legenda Cawan Suci Kristus dalam Sejarah Abad
Pertengahan

Legenda cawan suci kristus adalah salah satu legenda dalam sejarah Abad Pertengahan
yang cukup terkenal dan kental unsur mistis. Cawan suci kristus diyakini merupakan cawan
yang digunakan oleh Yesus Kristus beberapa saat sebeul ia meninggal dunia. Karena begitu
terkenal, bahkan legenda cawan suci kristus menginspirasi banyak penulis dan pendongeng
setelahnya. Yang paling terkenal adalah kisah �iksi India Jones and The Last Crusades,
diceritakan NAZI mencari cawan suci kristus untuk memberikan keabadian kepada Sang
Fuhrer.
Legenda cawan suci kristus juga dikenal sebagai pencarian cawan atau pencarian
cawan suci kristus. Legenda tersebut berkembang dalam sejarah Abad Pertengahan di Eropa,
pada tahun 1050 hingga 1485 M. Legenda cawan suci kristus kemungkinan besar berasal dari
Irlandia sebagai cerita rakyat sebelum muncul dalam bentuk tertulis. Legenda tersebut muncul
dalam bentuk tertulis sekitar sebelum tahun 1056 M dalam The Profetic Ecstasy of the
Phantom, sebuah kisah Irlandia.
Konsep ini kemudian dipopulerkan oleh penyair Perancis Chretien de Troyes (1130-
1190 M) dalam bukunya Perceval atau Kisah Cawan Suci (1190 M). Namun buku itu ia
tinggalkan belum selesai dan diselesaikan oleh penyair lain dalam karya yang dikenal sebagai
the Four Continuations atau Empat Lanjutan. Kisah Legenda cawan suci kristus versi Chretien
kental dengan unsur mistis. Ia menampilkan kastil mistis, cawan suci kristus, prosesi aneh
penuh mistis, seorang wanita yang berubah bentuk, dan pahlawan.
Pahlawan itu diharapkan mengajukan pertanyaan yang akan mematahkan mantra sihir.
Itu semua adalah elemen yang banyak ditemukan di The Profetic Ecstasy of the Phantom
sebelumnya. Sebutan cawan suci Chretien diubah menjadi cawan suci Kristus pada perjamuan
terakhir oleh Robert de Boron (abad ke-12 M) dalam karyanya Joseph of Arimathea. Para
penulis selanjutnya melanjutkan tradisi ini menggunakan sebutan cawan suci kristus.
Asosiasi cawan suci dengan cawan Kristus distandarisasi oleh Sir Thomas Malory
dalam bukunya Le Morte D'Arthur (1469 M), yang paling dikenal di zaman modern. Legenda
cawan suci kristus mungkin berkembang dari ritual perdukunan Celtic, di mana seorang
inisiator diharuskan melewati tes tertentu untuk mencapai keadaan visioner yang tinggi. Maka,
pencarian cawan suci kristus akan menjadi pencarian makna hidup, hakikat ketuhanan, dan
melambangkan tujuan hidup seseorang yang sebenarnya.
Secara keseluruhan, legenda cawan suci kristus mungkin diilhami oleh mitologi Yunani,
Romawi, dan Celtic. Budaya tersebut kental dengan unsur mistis, kuali ajaib yang dapat
memulihkan kehidupan, dan sejenisnya. Sifat resonansi dari kisah-kisah pencarian telah
menginspirasi penonton selama berabad-abad, dan Legenda Arthurian tetap populer di masa
sekarang seperti di masa lalu.

www.alternatifa.com
Penyebaran legenda cawan suci kristus
Ilmuwan Jessie L. Weston, dalam karyanya yang penting From Ritual to Romance,
mengklaim bahwa legenda cawan suci kristus berkembang dari ritual kesuburan awal di Timur.
Ritual itu menghubungkan kesehatan seorang raja dengan kesuburan tanahnya. Sang raja tetap
sehat, atau disembuhkan dari penyakit apa pun, melalui ritual yang melibatkan arak-arakan
dan permainan peran. Konsep ini menyebar melalui perdagangan ke Eropa dan kemudian
diungkapkan dalam cerita rakyat yang kemudian berkembang menjadi sastra dalam sejarah
Abad Pertengahan.
Ilmuwan Arthurian R.S. Loomis mengutip versi tertulis pertama yang diketahui dari
'grail story' sebagai The Profetic Ecstasy of the Phantom. Ditulis di Irlandia sekitar sebelum
tahun 1056 M, meskipun kisah ini tidak menyebutkan cawan itu sendiri. Dalam cerita ini, Raja
Agung Irlandia, Conn, bertemu dengan hantu penunggang kuda yang ternyata adalah dewa
kesuburan Lugh. Lugh mengundang Conn untuk makan malam di istananya, dan mereka
berangkat bersama, tetapi ketika Conn tiba di istana, dia menemukan Lugh sudah ada di sana
dan sebuah pesta besar telah disiapkan.
Saat Conn duduk, dia disuguhi daging dan minuman dalam porsi besar oleh seorang
gadis bermahkota cantik yang dikenal sebagai The Sovranty of Ireland. Saat dia membawa piala
emas bir ke pesta, dia bertanya pada Lugh, “Kepada siapa piala ini akan diberikan?” dan Lugh
menjawab, “Tuangkan untuk Conn.” Saat Conn minum dari piala, Lugh mengalami kesurupan
dan menyebutkan nama semua keturunan kerajaan Conn. Lugh dan istananya kemudian
menghilang, dan Conn ditinggalkan sendirian dengan pialanya.
Kisah seperti ini yang dibicarakan Weston muncul dari ritual kesuburan. Ritual awal
melibatkan sosok yang mewakili raja dan tokoh lain yang melambangkan kekuatan alam yang
mendukung dan mendorong pemerintahan raja. Kisah ini memiliki kemiripan seperti dalam
cerita awal tentang The Prophetic Ecstasy of the Phantom, melalui karya Chretien, Wolfram
dan kisah lainnya. Kemudian dalam kisah perdukunan hingga seseorang yang tiba di tempat
yang tidak dikenal.
Legenda Grail terus memberikan resonansi dari legenda dalam sejarah Abad
Pertengahan hingga audiens modern. Hal itu karena legenda ini mengilustrasikan motivasi
mendasar kondisi manusia, pencarian makna dan tujuan hidup yang paling dalam.

www.alternatifa.com
Pembangunan dan Konstruksi Hagia Sophia oleh Kekaisaran
Bizantium

Hagia Sophia adalah bangunan terpenting di Kekaisaran Bizantium, yang bahkan terus
dihormati hingga saat ini. Hagia Sophia dirancang oleh Kekaisaran Bizantium untuk menjadi
basilika untuk Kristen Ortodoks terbesar di dunia. Hagia Sophia juga memegang rekor kubah
terbesar di dunia hingga Duomo dibangun di Florence pada abad ke-15. Duomo adalah katedral
Gereja Katolik terbesar yang berada di Milan, Italia. Seiring berjalannya waktu, Hagia Sophia
menjadi lebih penting. Banyak arsitek berikutnya yang terinspirasi oleh kubah ketika
membangun gereja dan masjid di kemudian hari.
Konstruksi Hagia Sophia
Setelah Kerusuhan Nika tahun 532 M yang menghancurkan basilika sebelumnya di
Konstantinopel, Kaisar Justinian (memerintah 527-565) berupaya mendirikan basilika
terbesar Kristen Ortodoks di Kekaisaran Romawi. Dia menugaskan dua arsitek, Anthemios dari
Tralles dan Isidore dari Miletus untuk menciptakan struktur yang layak untuk ibu kota
Kekaisaran Romawi Timur atau Kekaisaran Bizantium. Para arsitek, yang sebagian besar ahli
matematika, memanfaatkan konsep arsitektur baru untuk membangun apa yang diinginkan
kaisar Bizantium.
Untuk menciptakan ruang interior seluas mungkin, mereka merancang kubah pusat
yang sangat besar. Mereka menopangnya menggunakan metode konstruksi revolusioner yang
disebut pendentif. Hagia Sophia menggunakan empat pendentif segitiga. Pendentif ini
memfasilitasi berat kubah bulat beralih ke struktur penyangga persegi di bawah tanpa
mengganggu ruang internal dengan kolom besar. Pendentif dalam arsitektur adalah segmen
segitiga dari permukaan bola, mengisi sudut atas ruangan untuk membentuk di bagian atas.
Bentuk tersebut menjadi penyangga melingkar untuk kubah.
Tantangan untuk menopang kubah di atas ruang persegi atau poligonal yang tertutup
menjadi semakin penting bagi para arsitektur di Kekaisaran Bizantium Dimensi struktur yang
masih ada menunjukkan bentuk Hagia Sophia yang hampir persegi. Dengan panjang 269 kaki
(81 m), lebar 240 kaki (73 m). Kubah kubah saat ini melayang 180 kaki (55 m) di atas lantai
mosaik. Struktur dan kubah pertama, yang sebagian runtuh pada tahun 557, pertama kali
selesai dibangun pada tahun 537. Kubah kedua, dirancang dengan rusuk struktural dan busur
yang lebih besar dari kubah sebelumnya, dirancang oleh keponakan salah satu arsitek asli,
Isidore the Younger.
Isidore the Younger dihadapkan pada perbaikan beberapa masalah yang menyebabkan
runtuhnya kubah aslinya. Pertama, selama konstruksi awal, para tukang batu secara lalai
menggunakan lebih banyak mortar daripada batu bata. Selain itu, karena terburu-buru
menyelesaikan kubah asli, mereka tidak menunggu sampai lapisan mortar mengeras sebelum
memasang batu bata tingkat berikutnya. Hal ini menyebabkan masalah struktural yang
menjadi lebih buruk karena kubah yang terlalu dangkal.
Ketika lengkungan kubah cukup melingkar, berat dan gaya struktur turun ke pilar
penyangga. Namun, lengkungan asli kubah terlalu dangkal, sehingga mendorong ke luar dan
memaksa dinding yang sudah lemah untuk cidera. Untuk mengatasi masalah ini Isidore the

www.alternatifa.com
Younger meningkatkan ketinggian kubah yang meningkatkan busur dan kedalaman, dan
menambahkan 40 tulang rusuk untuk memberikan dukungan. Namun, sebelum perbaikan ini,
ia terpaksa membangun kembali sebagian besar tembok dan semi-kubah asli agar kubah baru
tersebut bertahan lebih lama dari yang pertama.
Konstruksi kubah
Sejarah dua generasi arsitek dan dua kubah terpisah ini dikenal melalui penulis
Bizantium dan survei arsitektur abad ke-20. Kemegahan Hagia Sophia tercatat sepanjang abad,
seperti yang terlihat dalam deskripsi ini oleh patriark Konstantinopel abad ke-9 bernama
Photios: "Pada abad ke-20, banyak insinyur arsitektur terpesona dengan skala Hagia Sophia
dan ingin mengetahui bagaimana bangunan tersebut dirancang, dilaksanakan, dan dibangun."
Robert Van Nice, yang bekerja untuk Dumbarton Oaks, adalah orang Barat pertama
yang diberi akses ke Hagia Sophia yang baru disekularisasi pada tahun 1930an. Analisis
struktural Van Nice kemudian diterbitkan pada tahun 1960-an. Kualitas estetika desain
geometris adalah hal yang paling menjadi perhatian karya abad ke-20 di Hagia Sophia.
Perpaduan keindahan, harmoni, dan matematika, gambaran obyektif Hagia Sophia
mengungkapkan keindahan tertentu dalam desainnya. Hal ini berlaku pada banyak bangunan
yang dibangun di Roma kuno dan Konstantinopel Antik Akhir, misalnya.
Seperti yang ditulis Anthony Cutler pada tahun 1950an, “karakteristik penting dan
nyata dari arsitektur Bizantium awal adalah hubungan disiplin antara matematika dan
mekanika struktural.” Memang arsitektur Kekaisaran Bizantium meneruskan tradisi Romawi
awal, namun para arsitek Kekaisaran Bizantium juga menambahkan struktur-struktur baru ke
dalam repertoar mereka yang sudah tangguh, terutama memperbaiki tembok benteng dan
gereja-gereja berkubah. Misalnya saja desain Hagia Sophia yang memanfaatkan pendentif
sebagai pilihan estetika yang menciptakan harmoni dan simetri.
Menurut Cutler, pendentid merupakan solusi geometris terhadap suatu masalah teknik
yang sekaligus menciptakan efek estetika. Interaksi antara geometri dan keindahan menjadi
ciri pemahaman Kekaisaran Bizantium dan kejeniusan teknik. Konstukri dan desain kubah
Hagia Sophia telah melambangkan sesuatu yang besar dan indah.

www.alternatifa.com
Bagaimana Bangsa Viking Bisa Menjadi Tentara di Kekaisaran
Bizantium?

Bangsa Viking berlayar dari Skandinavia ke seluruh wilayah Eropa. Mereka terkenal
karena menyerbu di dalam dan sekitar Kepulauan Inggris dan pantai barat Eropa. Tapi secara
mengejutkan, sejarah juga mencatat peran Bangsa Viking dalam Kekaisaran Bizantium, mereka
adalah pasukan khusus yang memainkan peran penting dan disukai Kaisar Bizantium. Namun,
yang tidak diketahui banyak orang adalah bahwa mereka juga aktif di wilayah timur.
Mereka memainkan perang penting dalam Kekaisaran Bizantium, di mana mereka
membentuk Garda Varangia. Garda Varangia adalah salah satu tentara Kekaisaran Bizantium
yang terkenal, mereka adalah tentara bayaran dari bangsa Viking. Mereka memainkan perang
yang mengejutkan namun penting dalam Kekaisaran Bizantium.
Tentara bayaran
Bangsa Varangia adalah bangsa Viking yang berasal dari Swedia. Pada abad
kesembilan, sekelompok dari mereka menetap di Rusia Barat Laut, tempat kota Novgorod
berada saat ini. Pemimpin legendaris kelompok ini adalah seorang pria yang bernama Rurik.
Ia disebut sebagai Rus’, dan pemukiman tersebut didirikan pada tahun 862 menurut kronik
abad ke-12. Dari Novgorod, bangsa Varangia melanjutkan perjalanan ke selatan menuju Laut
Hitam. Selain Rusia, mereka menetap di Belarus dan Ukraina modern.
Seiring berjalannya waktu, mereka mulai mendominasi perdagangan yang melewati
kawasan tersebut. Ini adalah posisi kritis dari kekuatan komersial. Ada banyak perdagangan
yang berpindah dari wilayah Muslim di timur ke Kekaisaran Bizantium di barat. Kadang-
kadang, terjadi kon�lik militer antara Varangia dan Kekaisaran Bizantium. Pada abad kesepuluh
di tahun 907, bangsa Varangia bahkan menyerang Kota Konstantinopel. Pengepungan tersebut
tampaknya tidak terlalu berdarah, dan berakhir dengan perjanjian damai antara kedua belah
pihak.
Garda Varangia: tentara bayaran Viking dari Kekaisaran Bizantium
Sebagai hasil dari perjanjian ini dan perjanjian damai lainnya dengan Kekaisaran
Bizantium, orang-orang Varangia dari suku Rus menerima hak untuk mengabdi di Kekaisaran
Bizantium. Mungkin karena hal ini membawa prospek kekayaan dan keamanan yang lebih
besar, banyak orang Varangia memilih melakukan hal tersebut. Ini membentuk apa yang
sekarang dikenal sebagai Garda Varangia. Garda Varangia adalah sekelompok tentara bayaran
Viking yang bertugas di Kekaisaran Bizantium.
Sejak abad kesepuluh dan seterusnya, semakin banyak orang Varangia yang mulai
mengasosiasikan diri mereka dengan kaisar Bizantium. Banyak dari mereka datang langsung
dari masyarakat Rus yang tinggal di utara Laut Hitam, namun banyak juga pendatang langsung
dari Swedia. Garda Varangia sangat dihargai oleh kaisar Bizantium. Karena mereka adalah
orang asing di Kekaisaran Bizantium, kecil kemungkinan mereka untuk terlibat dalam intrik
politik atau urusan nasional.

www.alternatifa.com
Karena alasan ini, anggota Garda Varangia sering kali disukai sebagai pengawal pribadi
kaisar, mirip dengan Garda Praetorian pada abad-abad sebelumnya. Selain itu, mereka juga ikut
serta dalam peperangan terbuka melawan musuh Empire.
Sumpah Setia
Garda Varangia bersumpah setia kepada kaisar Bizantium. Mereka bersumpah untuk
melindunginya dengan segala cara jika diperlukan. Karena budayanya, masyarakat
Skandinavia, termasuk Anglo-Saxon, terkenal dengan kesetiaannya. Mereka memiliki reputasi
luar biasa dalam menepati sumpahnya. Oleh karena itu, kaisar dapat mempercayakan
nyawanya sendiri kepada mereka. Selain bertindak sebagai penjaga kaisar, garda Varangia juga
melakukan tugas seremonial di Konstantinopel. Pada saat terjadi kerusuhan atau konspirasi
politik, mereka akan bertindak sebagai semacam pasukan polisi khusus.
Secara umum bangsa Viking terkenal dengan keganasannya dalam berperang. Garda
Varangia tidak luput dari perhatian kaisar Bizantium karena hal itu. Jika pertempuran menjadi
terlalu berat bagi pasukan Kekaisaran Bizantium, mereka akan mengirimkan Garda Varangia
untuk memberikan dukungan. Berserker Skandinavia yang terkenal memberi Garda Varangia
reputasi yang sengit dalam pertempuran. Seharusnya, mereka bertarung seperti binatang buas
yang menakutkan dan tidak mempedulikan luka atau rasa sakit mereka sama sekali. Kapak
Denmark yang berbilah lebar adalah senjata pilihan mereka.
Bergabungnya Anglo-Saxon
Meskipun awalnya hanya terdiri dari bangsa Viking dari Skandinavia, Anglo-Saxon
kemudian bergabung dengan Garda Varangia pada abad kesebelas. Hal ini terjadi setelah
penaklukan Norman atas Inggris pada tahun 1066. Penaklukan ini mengusir banyak orang
Anglo-Saxon yang pernah tinggal di sana. Mereka melakukan perjalanan untuk mencari
prospek baru, dan ini membawa mereka ke Kekaisaran Bizantium. Di sana, mereka bergabung
dengan Viking di Garda Varangia.
Garda Varangia memainkan peran penting dalam sejumlah pertempuran penting.
Misalnya, pada abad kesebelas, bangsa Lombardia dan Normandia berusaha mengusir
Kekaisaran Bizantium dari Italia Selatan. Sebagai tanggapan, Kaisar Bizantium mengirim
pasukan yang diambil dari Garda Varangia ke Italia. Selama Pertempuran Cannae, bangsa
Varangia membantu Kekaisaran mencapai kemenangan yang menentukan.
Garda Varangia terus melindungi Kekaisaran, khususnya ibu kotanya, Konstantinopel,
sepanjang abad ketiga belas. Namun, setelah pertengahan abad itu, mereka menghilang dari
catatan tertulis. Mereka terakhir kali muncul saat mengawal seorang tawanan perang ke Nicea
pada tahun 1259. Tidak ada yang mengetahui apa yang terjadi pada mereka sejak saat itu.

www.alternatifa.com
Tongkat Hermes Mitologi Yunani, Adaptasi Budaya Timur Tengah?

Dalam mitologi Yunani, Hermes sang duta besar Dewa Olimpus, digambarkan
membawa tongkat yang dililit ular: caduceus. Tongkat ini merupakan senjata ampuh yang
melambangkan kedamaian dan kelahiran kembali. Dengan tongkat yang terlihat sangar, orang
akan mengira bahwa Hermes adalah dewa yang cukup disegani. Faktanya, ia adalah seorang
penipu yang licik dan nakal. Meskipun demikian, ia tetap memiliki peran yang sangat penting
dalam mitologi Yunani Kuno.
Tongkat Hermes dipercaya memiliki kekuatan yang dapat mengubah sesuatu. Orang
Yunani kuno percaya bahwa tongkat Hermes dapat membuat manusia tertidur lelap atau
membangunkannya. Tongkat Hermes dapat membantu manusia meninggal dengan tenang dan
dapat menghidupkan kembali orang yang sudah mati.
Tak hanya Hermes, tongkat ini juga dimiliki oleh dewa Merkurius. Sepanjang sejarah,
caduceus dikaitkan sebagai simbol para pembawa berita atau pembawa pesan. Meskipun
tampak melekat dengan dewa-dewa mitologi Yunani, simbol caduceus tidak diyakini berasal
dari Yunani kuno. Lantas, jika bukan orang Yunani, siapakah orang pertama yang
membayangkan tongkat ular yang khas ini?
Asal Usul Tongkat Hermes
Caduceus digambarkan dengan dua ular yang melilit di batangnya. Tongkat ini
terkadang diperlihatkan dengan sayap di atasnya. Sejarawan dari Afrika Selatan, Rachel
Lockett, menjelaskan Caduceus, atau dalam bahasa Yunani “kerukeion”, tampaknya mengacu
pada tongkat pembawa berita atau pembawa pesan. “Simbol pembawa berita ini diyakini
berasal dari Timur Dekat kuno.” Timur Dekat kuno mengacu pada peradaban kuno yang hidup
di wilayah geogra�is yang mencakup sebagian besar wilayah Timur Tengah modern saat ini.
“Para ahli percaya bahwa caduceus diadopsi oleh orang Yunani kuno dari tradisi Timur
Dekat kuno untuk digunakan sebagai pembawa pesan para dewa Yunani,” kata Rachel, “Namun,
tidak semua orang menerima teori ini.” Salah satu teori tentang asal usul simbol ini adalah
bahwa caduceus berevolusi dari cambuk gembala. Tongkat gembala Yunani secara tradisional
dibuat dari ranting pohon zaitun yang bercabang.
Cabang tersebut diatapi dengan dua helai wol, dan kemudian dua pita putih. Pita
dekoratif tersebut diyakini digantikan oleh ular seiring berjalannya waktu. Ikon dan simbol
yang terkait dengan ular muncul di banyak budaya, Memang, ular adalah salah satu simbol
mitologi tertua. Ular muncul dilukis di dinding gua dan dalam teks tertulis pertama orang
Mesir kuno. Mereka secara tradisional dikaitkan dengan dewa matahari dan melambangkan
kesuburan, kebijaksanaan, serta penyembuhan. Di Timur Dekat Kuno, ular dikaitkan dengan
Dunia Bawah. Ketika dikaitkan dengan Dunia Bawah, ular mewakili bahaya, kejahatan,
kehancuran, dan kematian.
Asal Usul Caduceus di Timur Dekat Kuno
Cendekiawan dan peneliti Amerika, William Hayes Ward, tidak sepakat dengan
pernyataan di atas. Ward menemukan simbol yang meniru caduceus klasik pada segel silinder
Mesopotamia yang berasal dari tahun 3000 - 4000 SM. Dua ular yang terjalin merupakan

www.alternatifa.com
petunjuk tentang asal-usul tongkat tersebut, karena ular secara tradisional dikaitkan dengan
ikonogra�i Timur Dekat kuno. Ada yang berpendapat bahwa dewa Yunani, Hermes, berasal dari
Babilonia. Dalam konteks Babilonia, Hermes dalam bentuknya yang paling awal adalah dewa
ular. Hermes mungkin merupakan turunan dari dewa Timur Dekat Kuno Ningishzida. Ada
kemungkinan bahwa orang Yunani mengadopsi simbol dewa Timur Dekat untuk digunakan
oleh dewa pembawa pesan mereka, Hermes.
Kisah Hermes Mendapatkan Tongkatnya dalam Mitologi Yunani
Dalam mitologi Yunani, ada beberapa kisah tentang bagaimana Hermes bisa memiliki
Caduceus. Salah satu versi paling populer adalah bahwa ia diberi tongkat oleh dewa Olympian
Apollo yang merupakan saudara tiri Hermes. Dalam Kidung Homer, Hermes menunjukan
kecapi yang terbuat dari cangkang kura-kura kepada Apollo. Alat musik itu berhasil membuat
saudara tirinya terpesona dan ingin memilikinya. Apollo memberikan tongkat kepada Hermes
dengan syarat ia mau menyerahkan alat musik itu. Singkat cerita, dengan tongkat tersebut,
Hermes menjadi duta para dewa.
Simbol Caduceus Mitologi Yunani
Dalam mitologi Yunani, tongkat Hermes adalah simbol perdamaian. Ular yang melilit
melambangkan kelahiran kembali dan regenerasi. “Ular adalah salah satu simbol paling kuno
yang ditemukan secara lintas budaya. Mereka secara tradisional melambangkan kesuburan
dan keseimbangan antara yang baik dan yang jahat,” kata Rachel. Ular dianggap sebagai simbol
penyembuhan dan regenerasi karena kemampuan ular untuk menanggalkan kulitnya. Di sisi
lain, ia juga dianggap sebagai simbol kematian.
Ular pada caduceus mewakili keseimbangan, antara kehidupan dan kematian,
perdamaian dan kon�lik, perdagangan dan negosiasi. Bangsa Yunani kuno juga menganggap
ular sebagai hewan yang paling pintar dan bijaksana. Putra Apollo, Asclepius, yang merupakan
dewa pengobatan, juga memiliki tongkat dengan ular, yang semakin mengaitkan ular dengan
seni penyembuhan. Tongkat Asclepius hanya memiliki satu lilitan ular di sekelilingnya, bukan
dua seperti milik Hermes. Di dunia saat ini, simbol Yunani kuno berupa ular yang terjalin pada
sebuah tongkat biasanya dihubungkan dengan profesi medis.

www.alternatifa.com
Sejarah Abad Pertengahan: Pengobatan-Pengobatan Aneh Saat
Wabah Hitam

Ketika wabah hitam menyebar luas di seluruh Eropa, dokter-dokter Eropa dalam
sejarah Abad Pertengahan benar-benar tidak siap menghadapinya. Mereka tidak tahu
penyebab penyakit tersebut, maka tidak ada obat yang dapat menyembuhkan orang-orang
yang terinfeksi. Wabah hitam benar-benar menjadi mimpi buruk dan membunuh lebih dari
separuh populasi Eropa. Di sisi lain, kehidupan masyarakat Eropa yang menyedihkan, sanitasi
yang buruk dan orang-orang yang jorok, telah memperparah keadaan.
Namun demikian, mereka tidak menyerah dan tetap berusaha untuk menghindari
kematian. Mereka mencoba semampu mereka berdasarkan pengetahuan medis pada masa itu.
Terutama berasal dari dokter Yunani Hippocrates (460-370M), �ilsuf Aristoteles dari Stagira
(384-322 SM), dan dokter Romawi Galen (130-210). Tidak hanya itu, mereka juga
menggunakan pengetahuan agama, cerita rakyat, jamu dan yang terakhi yang paling banyak,
yaitu takhayul. Pengobatan-pengobatan aneh terjadi di seluruh Eropa sepanjang sejarah Abad
Pertengahan untuk bertahan dari wabah hitam.
Upaya pengobatan atau cara yang dilakukan saat itu setidaknya dibagi dalam lima
kategori, yaitu obat hewan; ramuan, fumigasi, pengobatan darah; pengungsian dan
penganiayaan terhadap komunitas marginal, pengobatan Agama, dan karantina. Dari kelima
hal tersebut, hanya tindakan terakhir, yaitu karantina dan apa yang sekarang dikenal sebagai
“sosial distancing” yang mempunyai dampak dalam menghentikan penyebaran wabah.
Sayangnya, masyarakat Eropa pada abad ke-14 M enggan untuk tetap terisolasi di rumah
seperti halnya masyarakat saat ini ketika terjadi pandemi Covid-19.
Orang-orang kaya membeli jalan keluar dari karantina dan melarikan diri ke pedesaan,
sehingga menyebarkan penyakit ini lebih jauh. Sementara yang lain ikut membantu
penyebarannya dengan mengabaikan upaya karantina dan terus berpartisipasi dalam layanan
keagamaan dan melakukan aktivitas sehari-hari. Ketika wabah ini berakhir di Eropa, puluhan
juta orang telah meninggal dan dunia yang selama ini mereka kenal telah berubah secara
radikal.
Pengetahuan Medis
Para dokter Eropa saat itu tidak tahu bagaimana cara mengatasi wabah ini. Mereka
tidak punya pengalaman yang mendekati epidemi yang membunuh banyak orang. Tidak ada
karya Galen dan sedikit dari karya-karya lain, yang tersedia dalam bahasa Latin atau Yunani
bagi dokter Eropa. Mereka harus bergantung pada terjemahan bahasa Arab yang kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, bersama dengan "Canon of Medicine" karya
cendekiawan Persia Ibnu Sina (juga dikenal sebagai Avicenna, 980-1037 M) yang karya
briliannya sering kali tereduksi oleh terjemahan yang buruk.
Berdasarkan karya Galen, dasar pengobatan dalam sejarah Abad Pertengahan adalah
teori humor. Bahwa empat unsur tanah, air, udara, dan api terkait dengan cairan tubuh yaitu
empedu kuning (api), darah (udara), dahak (air), empedu hitam (tanah). Setiap humor
dikaitkan dengan warna, rasa tertentu, jenis temperamen, dan musim dalam setahun.
Kesehatan seseorang juga dapat dipengaruhi oleh keselarasan astrologi dan, tentu saja oleh

www.alternatifa.com
agen supernatural seperti Tuhan, Setan, makhluk gaib, dan sihir. Keyakinan tersebut berasal
dari masyarakat yang terpinggirkan seperti gipsi, Yahudi, dan lainnya yang dianggap sebagai
“orang luar”. Mereka memiliki pengetahuan tentang ilmu hitam.
Pengobatan Hewan
Salah satu pengobatan yang paling populer adalah “Metode Vicary”, yang diambil dari
nama dokter Inggris Thomas Vicary, yang pertama kali mengusulkannya. Ayam yang sehat
diambil, punggung dan belakangnya dicabut hingga bersih. Bagian ayam hidup yang telanjang
ini kemudian ditempelkan pada kelenjar orang yang sakit yang bengkak dan ayam tersebut
diikatkan pada tempatnya.
Jika ayam tersebut menunjukkan tanda-tanda penyakit, maka dianggap tertular
penyakit dari orang tersebut. Ayam tersebut dikeluarkan, dicuci, dan diikat kembali. Hal ini
terus berlanjut hingga ayam atau pasien tersebut mati. Upaya penyembuhan lainnya adalah
dengan menemukan dan membunuh seekor ular, memotongnya menjadi beberapa bagian, dan
menggosokkan berbagai bagian pada kelenjar getah bening yang bengkak.
Ular, yang di Eropa identik dengan Setan, dianggap dapat mengeluarkan penyakit dari
tubuh karena kejahatan akan tertarik pada kejahatan. Merpati digunakan dengan cara yang
sama, tetapi alasan mengapa merpati dipilih tidak jelas. Hewan yang banyak dicari karena
khasiat penyembuhannya adalah unicorn. Meminum bubuk yang terbuat dari tanduk unicorn
yang dicampur dengan air dianggap sebagai obat yang efektif dan juga termasuk yang paling
mahal.
Unicorn tidak mudah ditangkap dan harus ditangkap oleh seorang gadis perawan.
Sebuah kisah takhayul yang memang tidak masuk akal. Para dokter Eropa yang berhasil
mendapatkan bubuk “tanduk unicorn” menggunakannya untuk mengobati gigitan ular,
demam, kejang-kejang, dan luka serius sehingga dianggap dapat mengatasi wabah dengan
baik. Namun, tidak ada bukti yang menunjukkan hal tersebut, selain pengobatan yang
melibatkan ayam atau ular.
Ramuan, fumigasi dan pengobatan Darah
Ramuan unicorn bukanlah satu-satunya atau obat yang cukup aneh yang ditawarkan
kepada golongan bangsawan atau pedagang kaya. Pengobatan lainnya adalah makan atau
minum sejumlah kecil zamrud yang dihancurkan. Dokter Eropa akan menggiling zamrud
dengan lesung dan alu. Ia kemudian memberikannya kepada pasien sebagai bubuk halus yang
dicampur dengan makanan atau air. Sementara mereka yang tidak mampu mengonsumsi
zamrud meminum arsenik atau merkuri yang membunuh mereka lebih cepat daripada wabah
penyakit.
Salah satu ramuan yang paling terkenal adalah Cuka Empat Pencuri yang merupakan
kombinasi sari buah apel, cuka, atau anggur dengan rempah-rempah seperti sage, cengkeh,
rosemary, dan apsintus. Diduga minuman tersebut dibuat dan digunakan oleh empat pencuri
yang mampu merampok rumah orang sekarat dan kuburan orang mati karena minuman
tersebut membuat mereka kebal terhadap wabah.
Kemudian ada ramuan paling populer di kalangan orang kaya yang dikenal sebagai
theriac. Legan mencatat, “sangat sulit untuk mempersiapkannya; resep sering kali
mengandung hingga delapan puluh bahan, dan seringkali, opium dalam jumlah besar.” Bahan-

www.alternatifa.com
bahan tersebut digiling menjadi pasta yang dicampur dengan sirup dan dikonsumsi sesuai
kebutuhan. Apa bahan-bahannya dan bagaimana cara kerjanya masih belum jelas. Selain
ramuan, membersihkan udara dianggap sebagai obat efektif lainnya. Karena wabah ini
diperkirakan menyebar melalui “udara buruk”, rumah-rumah difumigasi dengan dupa atau
asap dari pembakaran jerami.
Orang-orang membawa karangan bunga yang mereka tempelkan ke wajah mereka,
bukan hanya untuk mengusir bau busuk dari tubuh yang membusuk, namun karena dianggap
dapat mengasapi paru-paru seseorang. Ini sama tidak efektinya dengan pengobatan lainnya.
Ada juga yang berpendapat bahwa seseorang dapat mengasapi dirinya sendiri dengan
duduk di dekat api yang sangat panas. Sehingga akan mengeluarkan penyakit melalui keringat
yang banyak. Teknik lainnya adalah dengan duduk di dekat selokan terbuka karena “udara
buruk” yang menyebabkan penyakit seseorang akan tertarik ke “udara buruk” dari limbah
sungai, kolam, atau lubang yang digunakan untuk membuang kotoran manusia.
Pengobatan darah
Pengobatan darah adalah pengobatan yang populer untuk semua jenis penyakit dan
terkenal dalam sejarah Abad Pertengahan. Ada anggapan bahwa dengan mengeluarkan “darah
jahat” yang menyebabkan penyakit, kesehatan akan dipulihkan melalui “darah baik” yang
tersisa.
Metode yang lebih disukai adalah dengan lintah, di mana sejumlah lintah akan
ditempelkan pada tubuh pasien untuk menyedot “darah jahat” namun pengumpul lintah
adalah profesi dengan bayaran tinggi dan tidak semua orang mampu membayar pengobatan
ini. Bagi mereka yang kurang mampu, sayatan kecil dibuat di kulit dengan pisau dan “darah
jahat” dikumpulkan dalam cangkir dan dibuang. Metode lain yang serupa adalah “bekam” di
mana cangkir dipanaskan dan dioleskan secara terbalik ke kulit pasien.
Mengungsi dan penganiayaan
Mereka yang tidak ingin mandi dengan air seni, diolesi kotoran, atau mencoba
pengobatan lain, meninggalkan daerah atau kota yang terkena dampak. Namun pilihan ini
biasanya hanya tersedia bagi orang kaya. Orang-orang seperti ini, dan banyak orang dari semua
kelas sosial, juga mencoba menyembuhkan wabah ini dengan menyerang apa yang mereka
anggap sebagai sumbernya. Kelompok-kelompok marginal yang dianggap sebagai orang luar
kemudian dianiaya karena tidak sesuai dengan standar mayoritas.
Pengobatan Agama
Pengobatan agama sebagian besar ditetapkan oleh Gereja abad pertengahan yang
merupakan representasi mayoritas penduduk Eropa pada saat itu. Pengobatan secara
keagamaan adalah cara yang paling umum dilakukan. Pengobatan dapat dilakukan dalam
bentuk pembelian jimat-jimat keagamaan, doa, puasa, menghadiri misa, menganiaya mereka
yang dianggap bertanggung jawab, dan berpartisipasi dalam prosesi keagamaan.

www.alternatifa.com
Karantina & Jarak Sosial
Satu-satunya cara efektif untuk menghentikan penyebaran wabah adalah dengan
memisahkan orang sakit dari sumbernya melalui karantina, meskipun tidak
menyembuhkannya. Kota pelabuhan Ragusa (sekarang Dubrovnik, Kroasia), yang saat itu
berada di bawah kendali Venesia, adalah kota pertama yang memulai praktik ini melalui masa
isolasi 30 hari yang diberlakukan pada kapal yang datang.
Populasi Ragusa telah berkurang drastis akibat wabah penyakit pada tahun 1348 M,
dan mereka menyadari bahwa penyakit tersebut menular dan dapat ditularkan melalui
manusia. Kebijakan Ragusa efektif dan diadopsi oleh kota-kota lain dan diperpanjang hingga
40 hari berdasarkan hukum quarantino (40 hari) yang dalam bahasa Inggris disebut karantina.

www.alternatifa.com
Menelusuri Jejak Cerita Rakyat dalam Sejarah Abad Pertengahan

Tidak seperti karya sastra, cerita rakyat dalam sejarah Abad Pertengahan disebarkan
secara lisan. Cerita rakyat dalam sejarah Abad Pertengahan berkembang dan menyebar luas ke
seluruh Eropa sepanjang abad ke-5 dan ke-15. Cerita rakyat memang menjadi ciri umum setiap
peradaban, dan cerita semacam itu diceritakan oleh budaya di seluruh dunia selama periode
abad pertengahan. Namun frasa “cerita rakyat abad pertengahan” di barat hampir selalu
mengacu pada cerita Eropa.
Kata "folklore" atau “cerita rakyat” sendiri diciptakan pada tahun 1846 oleh penulis
Inggris William John Thoms. Frasa itu diciptakan untuk menggantikan frasa “popular
antiquities” yang merujuk pada cerita dongeng, peribahasa, balada, dan legenda dari
masyarakat umum. Seiring berjalannya waktu, cerita rakyat ditulis dan menjadi statis, tetapi
aslinya merupakan cerita dinamis dan selalu berubah yang diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
Cerita rakyat dalam sejarah Abad Pertengahan bersifat dinamis karena berpindah
antarbudaya. Perpindahan tersebut terjadi ketika para pedagang membawa cerita tersebut ke
negara lain melalui perdagangan. Saat ini terdapat versi standar cerita rakyat, serta berbagai
variasi standar tersebut. Variasi tersebut dipelajari oleh para ahli cerita rakyat dalam upaya
untuk lebih memahami budaya yang menghasilkannya. Cerita-cerita rakyat dari Timur Dekat
dan Asia disebarkan secara lisan ke Eropa melalui perdagangan. Disebarkan melalui Jalur Sutra
yang menyebabkan beberapa variasi lain.
Perubahan lebih lanjut pada cerita rakyat asli dalam sejarah Abad Pertengahan juga
terjadi karena pendongengnya. Para pendongeng yang menyampaikan cerita rakyat sering
menghiasi sebuah cerita untuk audiens tertentu. Cerita rakyat terus menjadi media hiburan
yang populer saat ini dan telah dijadikan bahan sumber oleh perusahaan �ilm dan televisi, serta
penulis zaman modern.
Jenis-Jenis Cerita Rakyat
Kisah-kisah yang disusun (atau setidaknya disebarkan secara populer) di Eropa pada
masa itu dianggap sebagai Cerita Rakyat Abad Pertengahan. Itu adalah periode waktu antara
Tahun 476 (jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat) dan 1453 (jatuhnya Kekaisaran Bizantium
Timur). Berbeda dengan sastra yang merupakan karya tertulis yang disampaikan oleh seorang
pengarang kepada khalayak yang melek huruf, cerita rakyat disampaikan secara lisan dan
pendongeng bebas membumbui cerita tersebut untuk khalayak tertentu.
Faktanya, pementasan sebuah dongeng dianggap sebagai bagian integral dari de�inisi
cerita rakyat. Ketika kisah-kisah ini diceritakan, dan berpindah antarbudaya, motif-motif yang
dapat dilihat berkembang. Perubahan itu akhirnya dianalisis dan dikatalogkan oleh para ahli
cerita rakyat abad ke-19 (seperti Jakob dan Wilhelm Grimm) yang menuliskannya. Ketika
kisah-kisah ini menjadi literatur tertulis, dan versi-versi berbeda dari sebuah kisah dapat
dibandingkan dalam satu halaman.
Oleh karena itu, maka dibuatlah versi-versi standar yang berkorelasi dengan berbagai
versi lainnya. Seperti misalnya, kisah seorang gadis muda yang menjadi korban ibu tiri dan

www.alternatifa.com
saudara tirinya yang jahat. Kisah seperti itu sebenarnya tidak hanya terdapat dalam kisah
Cinderella. Akan tetapi juga terdapat dalam banyak cerita lainnya dengan motif yang sama.
Variasi yang luas dalam cerita-cerita ini menjadi perhatian utama para ahli cerita rakyat di
abad ke-19. Mereka menelusuri perkembangan cerita rakyat pada umumnya dan cerita-cerita
tertentu secara khusus.
Pada tahun 1910, ahli cerita rakyat Antti Aarne mengembangkan sistem klasi�ikasi
untuk mempermudah pengkajian cerita-cerita ini. Sistem itu kemudian direvisi oleh ahli cerita
rakyat lainnya, Stith Thompson pada tahun 1928 dan sekali lagi pada tahun 1961. Menurut
indeks Aarne-Thompson (dikenal sebagai AT), jenis cerita rakyat terdiri dari tiga kategori. Yaitu
Dongeng Hewan, Cerita Rakyat Biasa; dan Anekdot dan Lelucon. Pada tahun 2004, indeks
Aarne-Thompson direvisi oleh ahli cerita rakyat Hans-Jorg Uther yang memperluas cabang
indeks untuk menggambarkan kategori lebih lanjut.
Perubahan itu juga memperluas de�inisi cerita rakyat dalam sejarah Abad Pertengahan
untuk mencakup budaya di luar Eropa. Saat ini, indeks Aarne-Thompson-Uther (ATU)
mengategorikan cerita rakyat menjadi tujuh kelompok berbeda. Kategori tersebut yakni,
Dongeng Hewan, kisah sihir, kisah religius, kisah realistis, kisah ogre bodoh (atau raksasa atau
iblis), anekdot dan lelucon, dan terakhir kisah dengan fomula. Setiap cerita rakyat diberi nomor
(contoh: ATU 101) untuk referensi dan perbandingan dengan cerita rakyat lainnya.
Namun harus diingat, bahwa “cerita rakyat” tidak hanya berlaku pada dongeng, tetapi
juga pada aspek budaya apa pun yang disebarkan secara lisan. Akan tetapi, cerita rakyat juga
berlaku untuk setiap aspek budaya yang disampaikan secara lisan, dan dapat sama-sama
berlaku untuk teknik dan metode dalam kerajinan kulit, logam, atau pembuatan pakaian.
Seperti halnya legenda, balada, dan peribahasa. Meski begitu, istilah ini biasanya dipahami
merujuk pada cerita-cerita yang termasuk dalam atau mendekati salah satu dari tujuh kategori
Indeks ATU.
Lebih lanjut, karena komposisi dan penampilan cerita rakyat sangat berubah-ubah,
kategori-kategori ini harus dipahami sebagai perkiraan. Cerita yang disebut "kisah formula"
dapat memiliki unsur agama atau sihir yang signi�ikan dan bisa saja menjadi "kisah
keagamaan" atau "cerita sihir".
Hanya saja, cerita itu mengikuti pola yang jelas, seperti misalnya seorang karakter
bersikeras bahwa suatu hal harus terjadi sebelum hal lain dapat terjadi, dan seterusnya.
Demikian pula halnya dengan cerita rakyat tentang binatang yang mungkin mempunyai pesan
keagamaan. Akan tetapi karena tokoh utamanya bukan manusia, maka dongeng tersebut tidak
dikategorikan sebagai “kisah keagamaan”.

www.alternatifa.com
Arsitektur Gotik: Dari Ejekan hingga Pencapaian di Abad
Pertengahan

Bangunan menjulang tinggi dengan busur lancip, serta detail ornamen yang rumit,
mungkin akan segera mengingatkan kita pada arsitektur khas Abad Pertengahan: Gotik. Di
balik keunikan arsitektur tersebut, terdapat berbagai pertanyaan tentang sejarahnya. Istilah
gotik sering disalah artikan sebagai bagian sejarah orang-orang kuno Goth–suku bangsa
Jermanik yang berasal dari Eropa Utara dan Timur Laut. Faktanya, bangsa Goth sama sekali
tidak terlibat dalam kemunculan dan penyebaran arsitektur "gothic". Hal ini dibenarkan oleh
Pablo Vega Figueroa, seorang sejarawan Abad Pertengahan, dari Florida.
“Bangsa Goth hidup pada Awal Abad Pertengahan; kerajaan mereka bertahan hingga
abad ke-8 Masehi. Sedangkan arsitektur Gotik, di sisi lain, baru muncul pada abad ke-12.”
Lantas mengapa bangunan-bangunan ini dinamai “gotik”? Menurut Pablo, orang-orang yang
hidup di Abad Pertengahan tidak menggunakan terminologi ini sama sekali. Mereka menyebut
gaya baru ini sebagai gaya Prancis, Normandia, atau–lebih tepat lagi pada saat itu–"modern".
“Nomenklatur ini mulai bergeser ketika cendekiawan abad ke-14, Petrarca, menyebut
Abad Pertengahan Awal sebagai ‘zaman kegelapan’,” kata Pablo. Sebagai orang yang dianggap
sebagai pengguling Kekaisaran Romawi Barat, Goth dipandang rendah oleh para akademisi
modern awal. Mereka menyebutnya sebagai orang-orang yang kasar dan tidak beradab.
Tak lama kemudian, para penulis Renaisans menggambarkan kaum Goth sebagai kaum
barbar yang menghancurkan dunia kuno dan mengantarkan pada Abad Kegelapan. Katedral-
katedral Abad Pertengahan, sebagai bukti ketidaktahuan dan keterbelakangan yang
diasumsikan, oleh karena itu membutuhkan nama baru. “Penduduk kota modern awal tidak
bisa lagi menyebutnya ‘modern’, sebaliknya, mereka menyebut bangunan-bangunan itu
sebagai gotik,” kata Pablo, “sebuah penghinaan yang disengaja terhadap gaya arsitektur Abad
Pertengahan.”
Prancis, Tempat Kelahiran Arsitektur Gotik
Beberapa elemen yang nantinya mende�inisikan aristektur gotik mulai terlihat pada
pembangunan gereja dan biara di Inggris sekitar tahun 1100 Masehi. Meskipun demikian, baru
pada tahun 1150 seorang kepala biara Prancis, Suger, merombak aturan-aturan arsitektur kala
itu. Tindakan Suger inilah yang kemudian berdampak pada gaya arsitektur gotik di seluruh
dunia. Dilahirkan pada tahun 1081, dan merupakan anggota biara bergengsi Santo Denis
(santo pelindung Prancis), Suger menjadi kepala biara pada usia sekitar empat puluh tahun.
Beberapa tahun kemudian, raja Louis VI dari Prancis menugaskannya untuk
merenovasi basilika biara, yang telah berdiri di sana selama berabad-abad. Suger pertama kali
mengumpulkan dana untuk renovasi, yang pada akhirnya akan membuat seluruh basilika biara
dibuat ulang dan karena itu menghabiskan banyak uang. Dengan bantuan banyak bangsawan,
ia dapat memulai tahap renovasi pertama pada tahun 1135.
Menurut Pablo, butuh waktu puluhan tahun sebelum gereja St Denis selesai dibangun
dengan gaya gotik. “ Segera setelah itu, gereja-gereja, biara, dan tentu saja, katedral meniru
contoh yang diberikan oleh Basilika Santo Denis.”

www.alternatifa.com
Seni Gotik: Mengukir Sebuah Warisan
Kesederhanaan yang baru ditemukan pada dinding dan struktur lain dalam arsitektur
Gotik mendorong para pembangun ke dalam kegilaan desain. Pada abad ke-14, renovasi
sedang atau telah dilakukan di seluruh Eropa - sebuah tren yang akan terulang selama
Kebangkitan Gotik pada awal abad ke-19. Pintu, jendela, dan dinding dihiasi dengan gambar-
gambar para rasul, Maria, dan orang-orang kudus. Penopang terbang dimahkotai dengan
gargoyle, untuk mengusir setan, dan gambar zodiak.
Para arsitek di Eropa selatan, yang memiliki tradisi budaya yang stabil dan lebih kaya
secara historis. Secara selektif, mereka mengintegrasikan elemen-elemen arsitektur gothic,
dan tidak pernah melepaskan sepenuhnya cara-cara lama dari konstruksi Bizantium dan Islam.
“Bahkan, ada yang berargumen bahwa elemen-elemen yang ada di katedral-katedral gothic
Spanyol berasal dari ekstraksi Islam, bukan dari Prancis,” kata Pablo. Bagaimanapun, hal ini
menghasilkan arsitektur yang indah yang mencerminkan perpaduan budaya yang terjadi di
daerah tersebut.
Menurut Pablo, dimulai pada abad ke-15, elemen-elemen arsitektur gothic juga
merembes ke dalam konstruksi sipil. “Di Negara-negara Rendah, misalnya, satu abad
pertumbuhan ekonomi yang eksplosif, sebagian karena perluasan industri keuangan,
menyebabkan kota-kota menggabungkan lengkungan runcing dan kubah bergaris dalam
desain mereka.”
Di sisi lain, istana bangsawan di Venesia, yang direnovasi secara menyeluruh pada abad
yang sama, memiliki perpaduan elemen yang menarik. “Lantai dasar memiliki arcade yang
jelas terinspirasi dari gaya gothic, namun lantai paling atas mengingatkan kita pada bentuk dan
desain Romawi.” Pada abad ke-19 pembangunan kembali struktur gothic dilakukan di seluruh
Eropa. Namun, kemegahannya segera dikalahkan oleh bangunan-bangunan lain. “Ada yang
berpendapat bahwa arsitektur gothic berpengaruh pada gaya Art Deco,” kata Pablo, “dan
hubungannya jelas ada, dengan garis-garis ramping dan memanjang yang mengarah ke atas.”.

www.alternatifa.com
Biara dan Kehidupan Para Biarawan dalam Sejarah Abad
Pertengahan

Biara dan biarawan adalah bagian penting dalam sejarah Abad Pertengahan, meskipun
memang ada pro dan kontra di masyarakat. Dengan segala tugasnya, kehidupan para biarawan
dianggap lebih baik dari masyarakat Eropa pada umumnya. Seperti profesi lainnya, para
biarawan memperoleh manfaat dari atap yang aman di atas kepala mereka. Meski memang,
mereka diharapkan dapat hidup sederhana dengan sedikit harta benta, menghadiri kebaktian
dan bahkan bersumpah untuk diam.
Kelebihan lainnya adalah persediaan makanan reguler. Persediaan makanan tersebut
memiliki standar yang jauh lebih tinggi daripada yang dapat diakses oleh sebagian besar
masyarakat abad pertengahan. Selain berusaha untuk lebih dekat dengan Tuhan melalui
pengorbanan �isik dan belajar agama, para biarawan juga bisa sangat berguna bagi masyarakat.
Para biarawan dalam sejarah Abad pertengahan mendidik generasi muda aristokrasi
dan menghasilkan buku-buku serta manuskrip-manuskrip. Buku dan manuskrip itu penting
kemudian dan menjadi catatan sejarah abad pertengahan yang sangat berharga bagi para
sejarawan modern.
Pembangunan Biara
Mulai abad ke-3 Masehi, terdapat kecenderungan di Mesir dan Suriah. Beberapa orang
Kristen memutuskan untuk menjalani kehidupan sebagai hermit atau pertapa penyendiri.
Mereka melakukan ini karena mereka berpikir bahwa tanpa gangguan materi atau duniawi apa
pun, mereka akan mencapai pemahaman dan kedekatan yang lebih baik dengan Tuhan. Selain
itu, setiap kali umat Kristiani mula-mula dianiaya, mereka terkadang terpaksa tinggal di daerah
pegunungan terpencil di mana kebutuhan hidup tidak mencukupi.
Ketika jumlah individualis ini bertambah, beberapa dari mereka mulai hidup bersama
dalam komunitas. Namun terus memisahkan diri dari masyarakat dan mengabdikan diri
sepenuhnya untuk berdoa dan mempelajari kitab suci. Awalnya, anggota komunitas ini pada
dasarnya masih hidup menyendiri dan hanya berkumpul untuk beribadah. Pemimpin mereka,
seorang abba (yang kemudian disebut 'abbot') memimpin para individualis ini.
Karena alasan itulah mereka disebut monachos dalam bahasa Yunani, yang berasal dari
kata mono yang berarti 'satu', dan merupakan asal kata 'biarawan'. Seiring berjalannya waktu,
dalam bentuk awal biara ini, sikap yang lebih komunal terhadap kehidupan sehari-hari mulai
berkembang. Para anggotanya berbagi pekerjaan yang diperlukan untuk menjaga diri mereka
tetap mandiri dan mereka berbagi akomodasi dan makanan.
Sejak abad ke-5 M, gagasan tentang biara menyebar ke seluruh Kekaisaran Bizantium
dan kemudian ke Eropa Romawi. Masyarakat mengadopsi praktik mereka sendiri yang
berbeda berdasarkan ajaran Santo Benediktus dari Nursia (sekitar 480-543 M). Ordo
Benediktin mendorong para anggotanya untuk menjalani kehidupan sesederhana mungkin
dengan makanan sederhana, akomodasi dasar, dan harta benda sesedikit mungkin.

www.alternatifa.com
Ada serangkaian peraturan yang harus dipatuhi oleh para biarawan. Karena mereka
semua hidup dengan cara yang sama, mereka dikenal sebagai 'saudara'. Aturan biara berbeda
antara berbagai ordo yang berkembang sejak abad ke-11 M dan bahkan antar biara
independen. Beberapa ordo lebih ketat, seperti Cistercian yang dibentuk pada tahun 1098 M
oleh sekelompok biarawan Benediktin yang menginginkan kehidupan yang tidak terlalu
duniawi. Perempuan juga dapat menjalani kehidupan monastik sebagai biarawati di biara-
biara dan biara wanita.
Sejak abad ke-5 M, gagasan tentang biara menyebar ke seluruh Kekaisaran Bizantium
dan kemudian ke Eropa Romawi. Masyarakat mengadopsi praktik mereka sendiri yang
berbeda berdasarkan ajaran Santo Benediktus dari Nursia (sekitar 480-543 M). Ordo
Benediktin mendorong para anggotanya untuk menjalani kehidupan sesederhana mungkin
dengan makanan sederhana, akomodasi dasar, dan harta benda sesedikit mungkin.
Ada serangkaian peraturan yang harus dipatuhi oleh para biarawan. Karena mereka
semua hidup dengan cara yang sama, mereka dikenal sebagai 'saudara'. Aturan biara berbeda
antara berbagai ordo yang berkembang sejak abad ke-11 M dan bahkan antar biara
independen. Beberapa ordo lebih ketat, seperti Cistercian yang dibentuk pada tahun 1098 M
oleh sekelompok biarawan Benediktin yang menginginkan kehidupan yang tidak terlalu
duniawi.
Perempuan juga dapat menjalani kehidupan monastik sebagai biarawati di biara-biara
dan biara wanita. Karena biara dimaksudkan untuk swasembada dalam sejarah Abad
Pertengahan, para biarawan harus menggabungkan pekerjaan sehari-hari untuk menghasilkan
makanan dengan ibadah bersama dan belajar. Biara-biara tumbuh dalam kecanggihan dan
kekayaan, sangat terbantu oleh keringanan pajak dan sumbangan.
Sehingga, seiring berlalunya dalam sejarah Abad Pertengahan, kerja �isik tidak lagi
menjadi kebutuhan bagi para biarawan. Mereka kemudian dapat mengandalkan upaya para
awam, buruh upahan, atau budak. Oleh karena itu, para biarawan pada Abad Pertengahan
Tinggi dapat lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengejar ilmu pengetahuan, terutama
menghasilkan karya-karya khusus monastik Abad Pertengahan seperti manuskrip
beriluminasi.
Rekruitmen Biarawan
Orang-orang tertarik pada kehidupan biara karena berbagai alasan seperti rasa
hormat. Fakta bahwa itu adalah pilihan karier yang dihormati. Kemudian ada kemungkinan
banyak kemudahan yang didapat. Mereka dijamin mendapatkan akomodasi yang layak dan
makanan di atas rata-rata seumur hidup. Putra kedua atau ketiga dari bangsawan, yang
kemungkinan besar tidak akan mewarisi tanah ayah mereka, sering kali didorong untuk
bergabung dengan gereja.
Salah satu jalan menuju karier yang sukses adalah bergabung dengan biara dan
menerima pendidikan di sana (belajar membaca, menulis , aritmatika, dan Latin). Anak-anak
diutus pada usia pra-remaja, sering kali pada usia lima tahun dan kemudian dikenal sebagai
oblat. Sedangkan mereka yang bergabung pada usia 15 tahun atau lebih dikenal sebagai novis.
Kedua kelompok ini biasanya tidak bercampur dengan para biarawan penuh. Meskipun
baik para oblat maupun samanera tidak pernah diizinkan sendirian, tanpa pengawasan oleh

www.alternatifa.com
seorang biarawan penuh. Setelah satu tahun, seorang samanera dapat mengucapkan
sumpahnya dan menjadi biarawan penuh, dan hal ini tidak selalu merupakan pilihan karier
yang tidak dapat diubah. Karena peraturan berkembang sejak abad ke-13 M, bahwa seorang
pemuda dapat dengan bebas meninggalkan biara setelah mencapai kedewasaan. Kebanyakan
biarawan berasal dari latar belakang kaya. Mereka memang diharapkan membawa sumbangan
besar saat masuk.

www.alternatifa.com
Dongeng Hewan dan Kisah Ajaib dalam Sejarah Abad Pertengahan

Dongeng hewan dan kisah ajaib adalah cerita rakyat yang paling terkenal dalam sejarab
Abad Pertengahan. Masyarakat Abad Pertengahan sangat menyukai kedua tema tersebut,
selain sebagai hiburan tapi juga aspek budaya. Seperti diketahui, bentuk mendasar dari semua
cerita rakyat adalah pengalaman bersama. Tidak peduli bagaimana mereka dikategorikan dan
dide�inisikan. Cerita rakyat bergema sepanjang waktu karena temanya bersifat universal.
Namun harus diingat, bahwa “cerita rakyat” tidak hanya berlaku pada dongeng, tetapi juga
pada aspek budaya apa pun yang disebarkan secara lisan.
Dongeng hewan
Dongeng hewan paling terkenal dalam sejarah Abad Pertengahan adalah dongeng atau
Fabel Aesop. Dongeng hewan, atau kisah tentang hewan yang berperilaku seperti manusia
lebih dikenal dengan sebutan fabel. Fabel Aesop sudah menjadi hiburan populer sebelum
dikumpulkan dan diterbitkan oleh William Caxton pada tahun 1484. Kemudian ada banyak
juga fabel Aesop paling populer dikerjakan ulang oleh pendongeng Eropa dalam sejarah abad
pertengahan.
Diantaranya adalah kisah tentang anjing setia yang tidak akan mengkhianati tuannya.
Dongeng tersebut digubah dalam cerita yang dikenal dengan judul Sultan Tua atau Old Sultan
(ATU 101), yang dikumpulkan oleh Grimm Bersaudara pada tahun 1812. Anjing Sultan tua
mendengar tuannya memberi tahu istrinya bagaimana dia berencana membunuh anjing itu
keesokan harinya. Anjing tersebut diusulkan untuk dibunuh karena dianggap tidak berguna
lagi. Sultan mengembara ke hutan di mana dia bertemu temannya si serigala dan menjelaskan
masalahnya.
Serigala mengusulkan rencana di mana dia akan datang dan merebut bayi pasangan itu
dan Sultan akan menyelamatkannya. Rencananya berjalan sempurna dan Sultan
terselamatkan. Tuannya bersumpah dia bisa tinggal di sana dengan nyaman selamanya.
Beberapa hari kemudian, serigala datang dan memberi tahu Sultan bahwa dia akan mengambil
seekor domba liar atau lebih. Anjing itu seharusnya tidak menolaknya. Akan tetapi, Sultan
menolak dan melindungi kepentingan tuannya. Serigala kesal dan menantang anjing tersebut
berkelahi untuk melunasi utangnya. Namun demikian, pada akhirnya serigala menyadari
bahwa apa yang dilakukan Sultan adalah benar.
Pesan moral dari cerita ini adalah nilai integritas pribadi yang ditonjolkan oleh
kesetiaan anjing. Kemudian rasa tidak berterima kasih petani, dan hutang budi anjing kepada
serigala. Meski sang peternak mungkin tidak layak menerima kesetiaan anjingnya, Sultan Tua
tetap setia bahkan sampai menolak permintaan teman yang membantunya.
Kisah ajaib
Kisah ajaib dikategorikan sebagai kisah yang selalu memiliki unsur supernatural dalam
plotnya. Dalam bahasa Jerman, bahasa para ahli cerita rakyat utama abad ke-19, mereka
dikenal sebagai Zaubermarchen (“kisah ajaib”). Sebagaimana telah disebutkan, banyak cerita
rakyat dalam sejarah Abad Pertengahan yang dapat dimasukkan ke dalam dua atau lebih
kategori cerita rakyat.

www.alternatifa.com
Banyak pula cerita rakyat dalam sejarah Abad Pertengahan yang mengandalkan
karakter atau peristiwa supernatural agar dapat menjadi menarik. Namun, dongeng memang
membutuhkan hal-hal gaib. Biasanya dalam bentuk jimat, hewan atau benda yang ajaib, atau
roh – agar dapat menjadi cerita yang menarik. Dalam Kisah Religius, beberapa tokoh
ketuhanan lainnya mungkin muncul. Akan tetapi, ceritanya dapat berjalan dengan baik tanpa
keajaiban. Kisah-kisah dalam kategori ajaib, selalu muncul pertemuan supernatural sangat
penting dalam plotnya.
Contohnya adalah kisah White Snake atau Ular Putih (ATU 673), di mana seorang
hamba raja yang tampan dan setia memakan sepotong kecil seekor ular putih kecil. Ia
kemudian dapat memahami bahasa binatang tersebut. Hadiah baru ini berguna sepanjang sisa
cerita di mana dia menemukan cincin ratu. Ia kemudian mampu menikahi seorang putri cantik
karena dia bisa memahami binatang. Dalam membantu berbagai hewan ketika dia mendengar
mereka mengeluh tentang situasi mereka, dia mendapatkan teman-teman yang datang
membantunya sepanjang cerita.
Dongeng sering kali berfokus pada seorang pahlawan muda. Baik dari kalangan atas
maupun kalangan bawah. Pahlawan itu harus berjuang untuk (atau menyelamatkan) seorang
putri atau gadis bangsawan. Sebaliknya, mereka menampilkan wanita muda sebagai karakter
utama yang harus diselamatkan. Contoh yang terkenal adalah Cinderella dan Sleeping Beauty
atau Putri Tidur. Versi paling awal dari kisah-kisah ini seringkali jauh lebih gelap dibandingkan
versi “standar” yang paling dikenal saat ini.
Di dalam kisah Cinderella, misalnya, saudara tirinya memotong sebagian kaki mereka
untuk dimasukkan ke dalam sepatu kaca. Sementara dalam satu versi, kemudian dikutuk untuk
menari sampai mati. Di dalam kisah Putri Tidur atau Sleeping Beauty, sang pahlawan wanita
dibunuh oleh seorang raja yang kemudian meninggalkannya untuk kembali kepada ratunya.
Pada akhirnya, ratu mencoba membunuh anak kembar Beauty untuk memberi makan jenazah
mereka kepada suaminya yang gila. Bagaimanapun juga, plot ini dimanipulasi, pasangan yang
ada dalam cerita menikah dan hidup bersama bahagia setelahnya.

www.alternatifa.com
Sejarah Abad Pertengahan: Wabah Hitam Membunuh Separuh
Populasi Eropa

Wabah hitam (Black Death) adalah pandemi terburuk yang terjadi dalam sejarah Abad
Pertengahan yang membunuh lebih dari separuh populasi Eropa. Diperkirakan sekitar 30-50
juta orang meninggal selama wabah hitam melanda Eropa antara tahun 1347 hingga 1352 M.
Istilah wabah hitam digunakan dalam sejarah Abad Pertengahan merujuk gejala infeksi
penyakit tersebut. Saat terinfeksi, akan terjadi pembengkakan kelenjar getah bening atau
"bubo" yang terasa nyeri di selangkangan atau ketiak. Kemudian, bagian tubuh yang mati akan
menghitam, seperti jari tangan dan kaki. Sehingga orang-orang menyebutnya wabah hitam
dengan ciri-ciri tersebut.
Penyebab Wabah
Wabah merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis
yang dibawa dan disebarkan oleh kutu parasit pada hewan pengerat, terutama tikus coklat.
Namun hal ini tidak diketahui oleh masyarakat abad pertengahan, karena baru teridenti�ikasi
pada tahun 1894 M. Parasit lain, termasuk yang hidup di kulit manusia, mungkin juga
menyebarkan penyakit ini. Ada tiga jenis wabah, dan ketiganya kemungkinan besar muncul
dalam pandemi Black Death: penyakit pes, penyakit pneumonia, dan penyakit septikemia.
Penyakit pes adalah wabah yang paling umum terjadi pada abad ke-14, menyebabkan
pembengkakan parah di selangkangan dan ketiak (kelenjar getah bening) yang berubah warna
menjadi hitam, oleh karena itu dinamakan Wabah Hitam. Luka hitam yang menutupi tubuh
secara umum, yang disebabkan oleh pendarahan internal, dikenal sebagai bubo, yang
merupakan asal mula nama penyakit pes.
Gejala lainnya adalah demam tinggi dan nyeri sendi. Jika tidak diobati, penyakit pes
berakibat fatal pada 30 hingga 75% kasus infeksi, seringkali dalam waktu 72 jam. Dua jenis
wabah lainnya – pneumonia (atau paru) dan septikemia. Kedua jenis wabah ini biasanya
berakibat fatal pada semua kasus yang terjadi dalam sejarah Abad Pertengahan.
Bagaimana Wabah Hitam Menyebar?
Kehidupan masyarakat Eropa yang buruk pada abad ke-14 di Eropa telah terbukti
menjadi bencana bahkan sebelum wabah Hitam tiba. Wabah sebelumnya telah menyerang
peternakan, dan terjadi kegagalan panen akibat eksploitasi lahan yang berlebihan, yang
menyebabkan dua kelaparan besar di seluruh Eropa pada tahun 1316 dan 1317.
Juga terjadi gejolak peperangan, terutama Perang Seratus Tahun (1337-1453) antara
Inggris dan Prancis. Bahkan cuaca menjadi semakin buruk karena siklus suhu yang luar biasa
pada tahun 1000-1300. Itu semua membuka jalan bagi dimulainya “zaman es kecil” di mana
musim dingin semakin dingin dan lama, sehingga mengurangi musim tanam dan mengurangi
hasil panen. Wabah mematikan yang menyerang manusia bukanlah fenomena baru, wabah
serius pernah terjadi pada pertengahan abad ke-5 yang melanda wilayah Mediterania dan
Konstantinopel pada khususnya.

www.alternatifa.com
Wabah hitam tahun 1347 memasuki Eropa, mungkin melalui Sisilia, ketika dibawa ke
sana oleh empat kapal gandum Genoa yang berlayar dari Caffa, di Laut Hitam. Kota pelabuhan
telah dikepung oleh bangsa Tartar-Mongol yang melemparkan mayat-mayat yang terinfeksi ke
dalam kota, dan di sanalah orang-orang Italia tertular wabah tersebut. Asal lainnya adalah para
pedagang Mongol yang menggunakan Jalur Sutra yang membawa penyakit ini dari sumbernya
di Asia Tengah, dengan Tiongkok yang secara khusus diidenti�ikasi setelah studi genetika pada
tahun 2011.
Dari Sisilia, jaraknya tidak jauh dari daratan Italia, meskipun salah satu kapal dari Caffa
telah mencapai Genoa ditolak masuk dan berlabuh di Marseilles, dan kemudian Valencia. Oleh
karena itu, pada akhir tahun 1349, penyakit ini telah menyebar melalui jalur perdagangan ke
Eropa Barat: Prancis, Spanyol, Inggris, dan Irlandia, yang semuanya menyaksikan dampak
buruknya. Menyebar seperti api, terjadi wabah-wabah di Jerman, Skandinavia, negara-negara
Baltik, dan Rusia pada tahun 1350-1352.
Kematian luas
Sebelum masa itu, wabah penyakit selalu diyakini disebabkan oleh sebab-sebab
supernatural. Seperti misalnya murka Tuhan, perbuatan iblis hingga peredaran planet. Karena
tidak ada yang mengetahui penyebab penyakit ini, maka tidak ada obat yang dapat
menyembuhkannya. Namun dalam sejarah Abad pertengahan, hal itu tidak menghentikan
orang untuk mencoba semampu yang mereka bisa.
Masyarakat Eropa mencoba membuat obat berdasarkan pengetahuan medis pada
masa itu yang terutama berasal dari dokter Yunani Hippocrates (460 - 370 SM), �ilsuf
Aristoteles dari Stagira (384 - 322 SM), dan dokter Romawi Galen (130 - 210 M). Cara lainnya
adalah kepercayaan agama, cerita rakyat, jamu, dan takhayul. Penyembuhan ini, sebagian besar
tidak efektif dan beberapa diantaranya berakibat fatal.
Pada dasarnya, dokter-dokter dalam sejarah Abad Pertengahan tidak memiliki
pengetahuan tentang organisme mikroskopis seperti bakteri, sehingga mereka tidak dapat
memberikan pengobatan yang efektif. Sementara itu di bidang pencegahan, mereka juga
terbatas oleh tingkat sanitasi yang sangat buruk jika dibandingkan dengan standar modern.
Strategi lain yang bisa membantu adalah dengan mengkarantina daerah-daerah.
Namun ketika orang-orang melarikan diri dengan panik setiap kali ada kasus wabah, mereka
tanpa sadar membawa penyakit tersebut dan menyebarkannya lebih jauh.
Ada begitu banyak korban wabah dan begitu banyak mayat sehingga pihak berwenang
tidak tahu apa yang harus dilakukan terhadap mereka, dan gerobak yang penuh dengan mayat
menjadi pemandangan umum di seluruh Eropa. Tampaknya satu-satunya tindakan yang bisa
dilakukan adalah tetap diam, menghindari orang, dan berdoa. Penyakit ini akhirnya sembuh
pada tahun 1352 tetapi akan menjangkiti lagi, dalam wabah yang tidak terlalu parah, sepanjang
sisa periode sejarah Abad Pertengahan.

www.alternatifa.com
Di Tengah Era Robot dan Kecerdasan, Kinerja Manusia Justru
Gegabah

Tibalah kita pada dekade ketiga abad ke-21, di mana robot dan kecerdasan buatan
berperan penting sebagai alat yang dapat membantu berbagai urusan manusia. Manfaat
keberadaan robot dan kecerdasan buatan, tentunya dapat meringkas berbagai pekerjaan.
Misalnya, jika Anda bekerja sebagai akuntan, tidak perlu repot lagi menghitung data keuangan
dalam statistik. Berbagai �itur robot dapat membantu, bahkan kecerdasan buatan dapat
mengubahnya menjadi gra�ik dengan desain yang menarik untuk dipresentasikan ke atasan
Anda.
Pada akhirnya, tidak dapat dipungkiri bahwa ada hubungan sosial antara manusia dan
robot yang tampak seperti tim kerja untuk menghasilkan pekerjaan. Akan tetapi, para ahli
merasa skeptis bahwa keberadaan robot dan kecerdasan buatan yang dapat membantu
pekerjaan agar lebih produktif, justru membuat manusia menjadi pemalas. Dalam situasi tanpa
robot dan kecerdasan buatan, misalnya, manusia yang bekerja secara tim terkadang lebih
santai dan membiarkan rekannya melakukan pekerjaan.
Para ahli menyebut kebiasaan 'kemalasan sosial' bisa terjadi ketika seseorang dalam
lingkungan memiliki kontribusi yang tidak diperhatikan. Kemalasan muncul karena telah
menyesuaikan diri dengan kinerja anggota tim lainnya.
Lantas, bagaimana dengan hubungan kerja robot, kecerdasan buatan, dan manusia?
Baru-baru ini, sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Frontiers in Robotics and AI
mengungkapkan bahwa pekerja manusia menjadi gegabah saat pekerjaannya lebih optimal
dengan robot . Penelitian tersebut bertajuk "Lean back or lean in? exploring social loa�ing in
human–robot teams"
“Bekerja bersama dapat memotivasi orang untuk bekerja dengan baik namun juga
dapat mengakibatkan hilangnya motivasi karena kontribusi individu tidak begitu terlihat," kata
Dietlind Helene Cymek, penulis pertama makalah dari Institute of Psychology and Ergonomics,
Berlin Technical University. "Kami tertarik apakah kami juga dapat menemukan efek motivasi
seperti itu ketika rekan tim kami adalah robot,” lanjutnya dalam laman Frontiers Science News.
Dalam eksperimen tersebut, 42 peserta terlibat dalam simulasi tugas, yakni memeriksa
kesalahan pada papan sirkuit. Gambaran papan sirkuit itu diberikan kepada para peserta yang
buram. Agar dapat melihatnya lebih jelas, para peserta harus menggunakan alat seperti tetikus
yang berada di atasnya. Setelah memeriksa, mereka harus menandai kesalahan yang ada pada
papan sirkuit. Kemudian, para peserta diminta menilai sendiri upaya yang mereka lakukan,
seberapa bertanggung jawab atas tugas yang mereka lakukan, dan menjelaskan caranya.
Sebelum pekerjaan dimulai, sebagian para dari para peserta diberi tahu oleh para
peneliti bahwa pekerjaan mereka sebenarnya sudah dilukan oleh robot bernama Panda.
Mereka tidak terlibat dalam kerja sama langsung dengan robot ini, tetapi mengetahui
keberadaan bentuk dan kemampuannya. Para peneliti mengamati, pada awalnya semua
peserta tidak berbeda dalam pengerjaan pekerjaan, termasuk dalam waktu yang dihabiskan
untuk memeriksa papan sirkuit dan area yang dicari.

www.alternatifa.com
Perbedaannya justru terlihat jika diamati secara rinci terkait tingkat kesalahannya.
Kelompok yang mengetahui bahwa pekerjaannya telah dilakukan oleh Panda lebih sedikit
menemukan kesalahan pada papan sirkuit. Padahal kelompok ini telah melihat Panda yang
berhasil menemukan banyak kesalahan pada papan sirkuit, sebelum pekerjaan oleh mereka
dilakukan. “Sangat mudah untuk melacak arah pandangan seseorang, namun lebih sulit untuk
mengetahui apakah informasi visual tersebut cukup diproses pada tingkat mental,” kata Linda
Onnasch, penulis senior studi dari Berlin Technical University.
Para peneliti menilai bahwa para peserta ini mencerminkan efek "melihat tetapi tidak
memerhatikan". Kelompok peserta ini lebih mengandalkan apa yang dikerjakan Panda, tetapi
kurang terlibat secara mental dalam bekerja. Hal ini membuat kelompok tersebut bekerja
dengan gegabah tanpa memerhatikan apa yang telah dikerjakan robot.
Dalam evaluasi para peserta, mereka mengira telah memberikan perhatian yang setara
dalam mencari kesalahan pada papan sirkuit. Mereka secara tidak sadar berasumsi bahwa
Panda tidak melewatkan satu pun kesalahan untuk ditandai. Temuan ini mengindikasikan
bahwa pekerjaan seperti ini punya dampak pada keselamatan kerja. “Dalam giliran pekerjaan
yang lebih lama, ketika tugas bersifat rutin dan lingkungan kerja hanya memberikan sedikit
pemantauan kinerja dan umpan balik, hilangnya motivasi cenderung jauh lebih besar," kata
Onnasch.
"Di bidang manufaktur secara umum, namun khususnya di bidang keselamatan di
mana pemeriksaan ulang merupakan hal yang biasa, hal ini dapat berdampak negatif pada
hasil kerja,” lanjutnya.
Meski demikian, masih belum dapat dipastikan apakah kemalasan sosial benar-benar
terjadi. Pasalnya situasi dalam eksperimen ini, para peserta menyadari bahwa sedang dalam
pengawasan para peneliti. Untuk mengungkapnya, para ilmuwan yang memerhatikan
psikologis pekerja yang mengandalkan robot atau kecerdasan buatan harus diamati di
lingkungan dunia kerja nyata). "Perubahan dalam upaya mental jauh lebih sulit diukur, namun
perlu diminimalkan untuk memastikan kinerja yang baik," terang para peneliti dalam makalah.

www.alternatifa.com
Circe, Penyihir Pertama dalam Mitologi Yunani yang Suka Memikat
Pria

Circe adalah penyihir pertanya yang berasal dari mitologi Yunani, wanita paling
berbahaya bagi para pria. Ia muncul dalam epik Odyssey karya Hommer, seorang penulis dan
penyair besar dalam sejarah Yunani yang mengisahkan banyak mitologi Yunani. Seperti
diketahui, kisah penyihir memiliki sejarah yang panjang dan rumit, bahkan sejak zaman Yunani
kuno. Berkat Homer dan kisah petualangan epiknya Odyssey, kita dapat mengetahui Circe.
Circe sering diidenti�ikasikan sebagai penyihir pertama dalam mitologi Yunani. Ia adalah salah
satu wanita paling berbahaya yang bisa ditemui pria.
Circe dikenal sebagai penyihir yang berbahaya bagi para pria karena senang merayu
pria. Ia memikat para pria yang tergoda padanya di sebuah pulau, dan tidak pernah
membiarkan mereka pergi. Para pria akan tergila-gila dengan keinginan mereka untuk
menyentuh Circe. Para pria dengan sukarela mengunjungi pulau Circe, mengikutinya untuk
memuaskan hasratnya. Namun ternyata Circe membuat para pria ini lengah, dan dengan
menggunakan mantra, Circe akan mengubah mereka menjadi babi. Dengan demikia, Circe telah
menjebak mereka selamanya dalam tubuh tercela mereka di pulau tersebut.
Circe dalam Odyssey karya Homer
Odysseus adalah salah satu karya besar penyair Hommer yang terkenal. Epik tersebut
mengisahkan tentang Odysseus, salah satu pahlawan pan-Hellenic yang hebat dalam mitologi
Yunani. Ia terkenal karena keberanian, kecerdasan, dan kepemimpinannya. Kecerdasan dan
keterampilan pidato Odysseus berperan penting dalam kemenangan Yunani dalam Perang
Troya. Setelah kon�lik itu, Odysseus menjadi protagonis dalam banyak petualangan fantastis
dalam Odyssey-nya, perjalanan panjang pulang ke Ithaca.
Dalam mitologi Yunani, Odysseus adalah putra Laertes dan Antikleia (atau Anticlea)
dan Raja Ithaca, pemimpin Kephallenians. Ia menikah dengan Penelope, ia juga memiliki
seorang putra, Telemachos (atau Telemakus). Sang pahlawan juga cukup beruntung karena
secara rutin menerima bantuan dan perlindungan khusus dari dewi Athena. Dalam kisah
Odyssey tersebut, Homer menggambarkan bagaimana Odysseus dan teman-temannya
bertemu Circe. Setelah akhirnya mereka meninggalkan pulau Lestrygons (raksasa kanibal)
hidup-hidup, melihat pulau Aeaea, pulau Circe.
Odysseus memerintahkan separuh awak kapal untuk turun, dan dia tetap tinggal di
kapal bersama sisa awak kapal. Circe mengundang para pelaut ke jamuan makan, menyihir
makanan dengan salah satu ramuannya, dan kemudian menggunakan tongkat sihirnya untuk
mengubahnya menjadi babi. Satu-satunya yang berhasil melarikan diri darinya adalah
Eurylochus, yang sejak awal mencurigai adanya pengkhianatan. Dia memberi tahu Odysseus
dan yang lainnya yang tinggal di kapal tentang tipuan penyihir Circe itu.
Odysseus pergi sendirian untuk menyelamatkan krunya, dan ketika dia memikirkan
rencana untuk membebaskan mereka, Hermes (utusan para dewa) muncul di hadapannya.
Hermes kemudian mengungkapkan rahasia untuk mengatasi seni magis Circe. Dia harus
menambahkan anggur yang dia miliki untuk mengungkapkan sihir circe.

www.alternatifa.com
Ia memberinya tanaman ajaib bernama moly, yang akan membuatnya kebal terhadap
mantra apa pun. Ketika Circe tidak mampu mengubahnya menjadi binatang, Odysseus
memaksanya untuk mengembalikan krunya ke bentuk manusia. Circe akhirnya jatuh cinta
pada Ulysses dan membantunya dalam perjalanan pulang setelah dia dan krunya
menghabiskan satu tahun bersamanya di pulau itu.
Legenda lain dalam mitologi Yunani
Menjelang akhir karya puitis Hesiod yang disebut Theogony, disebutkan bahwa Circe
memiliki tiga putra dari Odysseus. Ketiga putra circe dari Odyssues adalah Agrio, Latinus, dan
Telegonus, yang bersama-sama memerintah Tyrsenoi (Etruria). Menurut mitologi Romawi,
khususnya syair epik Virgil “The Aeneid,” Latinus adalah raja orang Latin, yang kemudian
menjadi orang Romawi.
Penulis selanjutnya biasanya hanya menyebut yang terakhir sebagai putra mereka,
yang, ketika ia mencapai usia dewasa, diutus oleh Circe untuk mencari ayahnya. Dalam salah
satu kisahnya, Telegonus melukai Odysseus dengan tombak beracun dalam pertarungan.
Mengetahui bahwa dia adalah pembunuh ayahnya, dia dan Penelope membawa mayat tersebut
ke pulau Circe, dan kemudian mereka berdua berjalan bersama ke Pulau Yang Diberkati. Dalam
versi mitos yang berbeda, Odysseus dan istrinya Penelope memiliki seorang putra bernama
Telemakus. Ia mendengar ramalan bahwa ia akan dibunuh oleh putranya sendiri.
Setelah mengetahui ramalan itu, Odysseus kemudian mengasingkan putranya
Telemakus untuk mencegah kematiannya sendiri. Dia tidak tahu bahwa dia mempunyai putra
lain, Telegonus, yang kemudian membunuhnya. Dalam epik Argonauticas dari abad ke-3 SM,
Apolonio de Rodas menceritakan bahwa Circe memurnikan para Argonaut dengan kematian
Apsyrtus, yang mungkin mencerminkan tradisi kuno.
Dalam syair ini, hewan-hewan yang mengelilinginya bukanlah kekasihnya, melainkan
binatang primitif. Circe juga jatuh cinta pada Pico, seorang peramal terkenal dari Italia kuno.
Seperti dikisahkan, Pico lebih menyukai Pomona, dewi Romawi buah-buahan dan kebun.
Kemudian ketika penyihir itu mengetahui hal ini, dia mengubahnya menjadi seekor burung
pelatuk, namun tetap mempertahankan kekuatan meramal yang dimilikinya sebagai manusia.

www.alternatifa.com
Sejarah Abad Pertengahan: Sanitasi Buruk dan Orang Eropa Jarang
Mandi

Sejarah Abad Pertengahan sangat identik dengan zaman kegelapan di Eropa Barat.
Kehidupan orang Eropa barat saat itu sangat terbelakang, sanitasi yang buruk, orang-orangnya
jarang mandi dan sangat jorok. Orang Eropa dalam sejarah Abad Pertengahan memang
mempunyai reputasi yang buruk dalam hal kebersihan, khususnya kaum tani. Orang Eropa
barat terkenal jarang mandi, dan tubuhnya dipenuhi dengan kutu busuk. Namun, meskipun
terdapat kekurangan air bersih dan fasilitas modern lainnya, ada harapan umum terhadap
kebersihan pribadi seperti mencuci tangan secara teratur.
Terutama mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, yang dianggap sebagai etika
yang baik di masa ketika peralatan makan masih jarang bagi kebanyakan orang. Masyarakat
kaya memiliki kemungkinan untuk lebih sering mandi. Kastil, rumah bangsawan, biara, dan
kota menawarkan toilet yang lebih baik dengan drainase yang lebih baik kepada penghuninya.
Kadang-kadang bahkan memiliki air yang mengalir menggunakan kombinasi kuno dari
tangki air dan gravitasi. Tentu saja, standar kebersihan bervariasi dari waktu ke waktu dan
tempat, dan bahkan, tentu saja, antar individu. Meski memang, secara umum masyarakat Eropa
barat saat itu memang dalam keadaan yang memprihatinkan.
Persediaan air
Air memang tersedia di desa-desa dari mata air, sungai, danau, sumur, dan waduk
terdekat. Memang benar, sebagian besar permukiman berkembang justru karena
kedekatannya dengan sumber air. Kastil mungkin ditempatkan untuk alasan yang sama dan
diberi air tambahan dari sumur berlapis batu yang terdapat di halaman dalam. Terkadang
dapat diakses dari dalam kastil untuk keamanan ekstra saat diserang.
Dari lebih dari 420 kastil yang disurvei di Inggris, 80% dilengkapi dengan sumur di
bagian dalamnya dan seperempatnya memiliki dua atau lebih. Lubang sumurnya mungkin
sangat dalam: sumur yang ada di Kastil Beeston di Inggris berukuran 124 m. Beberapa kastil,
seperti yang ada di Rochester di Inggris, bahkan memiliki kemungkinan untuk mengambil air
dari sumur di setiap tingkat benteng dengan menggunakan sistem ember dan tali yang
dipasang di dalam dinding.
Tangki menampung air hujan atau rembesan tanah alami. Terkadang sebuah kastil
mungkin memiliki sistem pipa timah, kayu atau keramik yang mengalirkan air dari tangki ke
bagian bawah kastil lainnya seperti gudang atau dapur, seperti di Kastil Chester di Inggris.
Sistem pengumpulan air tambahan lainnya adalah memasang pipa di atap untuk mengalirkan
air hujan ke dalam tangki. Terakhir, tangki pengendapan terkadang digunakan untuk
meningkatkan kualitas air dengan membiarkan sedimen mengendap sebelum air yang lebih
bersih dialirkan. Banyak biara juga memiliki beberapa atau semua �itur ini.
Akan tetapi, seiring dengan bertambahnya jumlah dan ukuran kota-kota di seluruh
Eropa sejak abad ke-11 M, kebersihan menjadi semakin menjadi tantangan sehari-hari.
Untungnya, banyak kota-kota besar cenderung terletak di dekat sungai atau garis pantai untuk
memfasilitasi perdagangan. Sehingga pasokan air dan pembuangan limbah tidak terlalu

www.alternatifa.com
menjadi masalah di tempat-tempat tersebut. Kanal, saluran air, sumur dan air mancur
menyediakan air yang (relatif) segar bagi penduduk perkotaan. Hal ini dipertahankan oleh
dewan kota yang juga menjadikannya ladang bisnis.
Tangki menampung air hujan atau rembesan tanah alami. Terkadang sebuah kastil
mungkin memiliki sistem pipa timah, kayu atau keramik yang mengalirkan air dari tangki ke
bagian bawah kastil lainnya seperti gudang atau dapur, seperti di Kastil Chester di Inggris.
Sistem pengumpulan air tambahan lainnya adalah memasang pipa di atap untuk mengalirkan
air hujan ke dalam tangki.
Terakhir, tangki pengendapan terkadang digunakan untuk meningkatkan kualitas air
dengan membiarkan sedimen mengendap sebelum air yang lebih bersih dialirkan. Banyak
biara juga memiliki beberapa atau semua �itur ini. Akan tetapi, seiring dengan bertambahnya
jumlah dan ukuran kota-kota di seluruh Eropa sejak abad ke-11 M, kebersihan menjadi
semakin menjadi tantangan sehari-hari.
Untungnya, banyak kota-kota besar cenderung terletak di dekat sungai atau garis
pantai untuk memfasilitasi perdagangan. Sehingga pasokan air dan pembuangan limbah tidak
terlalu menjadi masalah di tempat-tempat tersebut. Kanal, saluran air, sumur dan air mancur
menyediakan air yang (relatif) segar bagi penduduk perkotaan. Hal ini dipertahankan oleh
dewan kota yang juga menjadikannya ladang bisnis.
Misalnya, seringkali ada kewajiban untuk membersihkan bagian jalan yang berada
tepat di depan rumah atau toko. Kota-kota besar mungkin memiliki pemandian umum.
Nuremberg, yang tampaknya menjadi salah satu kota terbersih di Eropa berkat dewannya yang
tercerahkan, memiliki 14 kota. Pemerintah setempat juga mengambil tindakan darurat seperti
mengevakuasi orang mati selama masa wabah.
Jarang mandi dan banyak kutu
Namun demikian, semakin berkembangkan kota-kota di Eropa membuat air yang
mengalir sangat langka. Dibutuhkan upaya �isik yang besar untuk mendapatkan satu ember air
dari sumur atau sumber air terdekat. Maka tidak mengherankan jika mandi setiap hari
bukanlah pilihan yang layak bagi kebanyakan orang. Orang-orang Eropa dalam sejarah Abad
Pertengahan lebih memiliki untuk jarang mandi.
Mandi akhirnya dipandang sebagai sebuah kemewahan, mengingat biaya bahan bakar
untuk memanaskan air. Para biarawan, misalnya, dibatasi hanya boleh mandi beberapa kali
dalam setahun. Mereka hanya boleh menggunakan setengah tong atau bak kayu air. Walaupun
isinya tidak terlalu banyak, namun sebagian besar 'mandi' dilakukan dengan menggunakan
kendi berisi air panas yang dituangkan ke seluruh tubuh, bukan dengan merendam seluruh
tubuh.
Seorang bangsawan mungkin memiliki bak mandi empuk untuk kenyamanan ekstra
dan dia biasanya bepergian dengan bak mandi tersebut. Namun, sebagian besar orang akan
puas dengan mandi dengan cepat menggunakan baskom berisi air dingin. Petani dalam sejarah
abad pertengahan telah lama menjadi sasaran lelucon mengenai kebersihan, yang berasal dari
risalah pemuka Agama abad pertengahan yang sering menggambarkan mereka sebagai hewan
yang brutal.

www.alternatifa.com
Namun, mencuci tangan dan wajah di pagi hari merupakan praktik umum bagi hampir
semua orang. Hal itu diperlukan karena kutu merupakan masalah umum masyarakat Eropa
Barat ketika itu. Alas jerami yang jarang diganti merupakan surga bagi kutu, meskipun
beberapa tindakan pencegahan telah dilakukan seperti mencampurkan herba dan bunga
seperti kemangi, kamomil, lavendel, dan mint.
Gigi dibersihkan dengan menggunakan ranting (terutama hazel) dan potongan kecil
kain wol. Mencukur tidak dilakukan sama sekali atau seminggu sekali kecuali jika seseorang
adalah seorang biarawan. Karena cermin abad pertengahan masih belum terlalu besar atau
jernih, kebanyakan orang lebih mudah mengunjungi tukang cukur setempat bila diperlukan.
Petani biasa mungkin lebih peduli untuk membuang kotoran yang mereka gunakan
sehari-hari ketika mereka mencuci, tetapi bagi seorang bangsawan, ada beberapa detail yang
harus diperhatikan agar bisa mendapatkan dukungan dari masyarakat yang sopan. Meski
memang kebersihan orang-orang Eropa Barat ketika itu sangat buruk dalam sejarah Abad
Pertengahan, namun sebenarnya mereka masih berusaha untuk membersihkan diri.
Perubahan besar tentang kebersihan mulai terjadi ketika orang-orang Eropa Barat
mulai melakukan kontak dengan budaya lain. Seperti Bizantium atau Muslim selama Perang
Salib, orang-orang Eropa Barat seringkali berada di urutan kedua dalam hal kebersihan.

www.alternatifa.com
Kehidupan Biarawati yang Harus Perawan dalam Sejarah Abad
Pertengahan

Biarawati adalah wanita Kristen Katolik yang menjalani hidup untuk melayani tuhan.
Dalam sejarah Abad Pertengahan, keperawanan merupakan persyaratan integral dan wajib
bagi seorang biarawati. Keperawanan dianggap sebagai bukti kemurnian �isik, sebagai satu-
satunya titik awal untuk mencapai kemurnian spiritual.
Seperti diketahui, biara merupakan �itur yang selalu ada di lanskap sejarah Abad
Pertengahan. Mungkin lebih dari setengahnya dikhususkan hanya untuk perempuan.
Peraturan dan gaya hidup di dalam biara sangat mirip dengan di biara laki-laki. Para biarawati
mengucapkan kaul kesucian, meninggalkan barang-barang duniawi dan mengabdikan diri
mereka untuk berdoa.
Para biarawati perawan ini belajar agama dan membantu masyarakat yang paling
membutuhkan. Banyak biarawati yang menghasilkan literatur dan musik keagamaan. Yang
paling terkenal di antara semua literatur dan musik keagamaan adalah karya kepala biara
Hildegard dari Bingen pada abad ke-12 M.
Asal Usul & Perkembangan
Biarawati adalah wanita Kristen Katolik yang berikrar untuk menjalani kehidupan
asketis sederhana yang suci demi menghormati Tuhan. Kehidupan biarawati untuk
memperoleh pengetahuan dan melakukan pekerjaan amal dibuktikan sejak abad ke-4 M, atau
bahkan lebih awal. Sama seperti orang-orang Kristen yang menjalani kehidupan seperti itu di
daerah terpencil di Mesir dan Suriah.
Sama seperti pria Kristen yang menjalani hidup semacam itu di daerah terpencil Mesir
dan Suriah. Bahkan, beberapa asketif terkenal dari periode tersebut adalah perempuan.
Termasuk Santa Maria dari Mesir yang dulunya pelacur yang bertaubat (sekitar 344-421
Masehi) yang terkenal menghabiskan 17 tahun di padang pasir. Seiring berjalannya waktu,
para asketis mulai hidup bersama dalam komunitas, meskipun pada awalnya mereka tetap
menjalani kehidupan individualistis dan hanya bergabung bersama untuk melakukan
pelayanan.
Ketika komunitas-komunitas tersebut menjadi lebih besar, maka para anggotanya
mulai hidup lebih komunal. Mereka berbagi akomodasi, makanan dan tugas-tugas yang
diperlukan untuk menopang kompleks yang membentuk apa yang sekarang kita sebut biara
dan biarawati. Sejarah Abad Pertengahan mencatat, ide monastik menyebar ke Eropa pada
abad ke-5 M. Tokoh-tokoh seperti kepala biara Italia Saint Benedict dari Nursia (480-c. 543 M)
membentuk aturan perilaku biara.
Ia kemudian mendirikan Ordo Benediktin yang kemudian mendirikan biara-biara di
seluruh Eropa. Menurut legenda, Benediktus mempunyai saudara kembar, Saint Scholastica,
dan dia mendirikan biara untuk wanita. Biara-biara seperti itu sering kali dibangun agak jauh
dari biara-biara para biarawan, karena para kepala biara khawatir para anggotanya akan
terganggu oleh kedekatan dengan lawan jenis. Biara seperti Biara Cluny di Burgundy Prancis,
misalnya, melarang pendirian biara dalam jarak beberapa kilometer dari biara wanita.

www.alternatifa.com
Namun demikian, pemisahan seperti itu tidak selalu terjadi dan bahkan terdapat biara-
biara campuran. Terutama di Eropa utara dengan Biara Whitby di Yorkshire Utara, Inggris dan
Interlaken di Swiss menjadi contoh yang terkenal. Mungkin penting untuk diingat bahwa,
bagaimanapun juga, kehidupan monastik abad pertengahan antara biarawan dan biarawati
sangat mirip.
Seperti biara laki-laki, biara perempuan dapat menghidupi diri mereka sendiri melalui
sumbangan tanah, rumah, uang dan barang dari para dermawan. Kemudian dari pendapatan
perkebunan dan properti melalui sewa dan produk pertanian atau melalui pembebasan pajak
kerajaan.
Kehidupan sehari-hari
Kebanyakan biarawati pada umumnya mengikuti peraturan ordo Benediktin. Namun
ada pula biara-biara lain yang berasal dari abad ke-12 M, khususnya biara-biara Cistercian yang
lebih keras. Para biarawati pada umumnya mengikuti serangkaian aturan yang harus dipatuhi
oleh biarawan, tetapi beberapa kode etik ditulis khusus untuk biarawati dan kadang-kadang
bahkan diterapkan di biara pria.
Para biarawati dipimpin oleh seorang kepala biara yang memiliki otoritas absolut.
Kepala biara dibantu oleh seorang kepala biara dan sejumlah biarawati senior (taat) yang
diberi tugas khusus. Berbeda dengan biarawan, seorang biarawati (atau wanita mana pun)
tidak bisa menjadi pendeta dan oleh karena itu pelayanan di biara memerlukan kunjungan
rutin dari pendeta laki-laki.
Keperawanan merupakan persyaratan integral bagi seorang biarawati dalam sejarah
Abad Pertengahan. Kemurnian �isik dianggap sebagai satu-satunya titik awal untuk mencapai
kemurnian spiritual. Namun, pada abad ke-7 M, dan dengan diterbitkannya risalah seperti
Aldhelm's On Virginity (680 M), diketahui bahwa wanita dan janda yang sudah menikah juga
dapat memainkan peran penting dalam kehidupan biara. Yang penting memiliki ketabahan
spiritual untuk menjalani kehidupan pertapa adalah syarat terpenting bagi wanita berikrar.
Seorang biarawati diharapkan mengenakan pakaian sederhana sebagai simbol
penolakannya terhadap barang-barang duniawi dan gangguan. Tunik panjang merupakan
pakaian khas, dengan kerudung yang menutupi seluruh tubuh kecuali wajah sebagai simbol
perannya sebagai 'Mempelai Kristus'. Kerudung itu menyembunyikan rambut biarawati yang
harus dipotong pendek.
Para biarawati tidak boleh meninggalkan biara mereka dan kontak dengan pengunjung
luar, terutama laki-laki. Meski begitu, terdapat kasus-kasus skandal, seperti pada pertengahan
abad ke-12 M di Biara Gilbertine Watton di Inggris di mana seorang pria melakukan hubungan
seksual dengan seorang biarawati. Setelah skandal itu terungkap, pria itu dikebiri sebagai
hukumannya karena dianggap pemerkosaan. Meskipun dalam kasus ini hubungan tersebut
tampaknya bersifat suka sama suka.

www.alternatifa.com
Sejarah Dunia: Apa yang Terjadi dengan Kuil Zeus di Olympia?

Kuil Zeus dianggap sebagai keajaiban dunia kuno dalam sejarah dunia. Selama
berabad-abad, bangunan ini berdiri di puncak gunung yang menghadap ke Olympia. Kuil ini
menjadi bukti kehebatan dewa-dewa mitologi Yunani kuno. Dibangun pada kuartal kedua abad
kelima Sebelum Masehi, Kuil Zeus dibangun dalam tatanan Doric gaya Yunani. “Kuil ini sarat
dengan karya seni, marmer, dan keahlian terbaik,” tulis Bernadette Giacomazzo di laman All
That’s Interesting.
Kehancurannya menandai berakhirnya sebuah era. Di saat yang sama, Kekaisaran
Romawi Suci naik ke tampuk kekuasaan. Ritual pagan digantikan dengan agama Kristen yang
paling awal. Kini, sisa-sisa kuil legendaris itu menjadi saksi bisu kemegahannya di masa lalu.
Selama bertahun-tahun, para arkeolog percaya bahwa kuil tersebut dijarah oleh Theodosius
Muda pada tahun 426 Masehi.
Aksinya itu sebagai bagian dari kebangkitan kaisar Romawi yang kemudian menjadi
Kekaisaran Romawi Suci. Namun penemuan-penemuan dalam beberapa tahun terakhir
menunjukkan bahwa sejarah memiliki cerita yang berbeda. Berikut kisah nyata Kuil Zeus yang
megah di masanya dan apa yang sebenarnya terjadi padanya.
Kuil Zeus: keajaiban dalam sejarah dunia kuno
Kuil Zeus merupakan sebuah keajaiban di masa lalu. Konon, kuil tersebut merupakan
bangunan yang spektakuler. Terdapat perisai emas mewah untuk memperingati kemenangan
Sparta di Tanagra. Perisai itu mengarah ke sebuah kuil besar yang dibangun dalam gaya
hexastyle peripteral dengan 13 kolom di sisinya.
Desainnya dirancang oleh arsitek kuno yang terkenal, Libon dari Elis. Kuil tersebut
sarat dengan mosaik Helenistik dari berbagai dewa dan dewi Yunani, termasuk Zeus. Mosaik
dibuat dari marmer terbaik yang diimpor dari Paros, di Laut Aegea. Sejarawan Yunani kuno,
Pausanias, berkunjung ke Kuil Zeus pada abad kedua Masehi. Ia pun memuji keindahan kuil itu.
Dalam bukunya, Description of Greek, ia menggambarkan Kuil Zeus sebagai representasi dewa
itu sendiri di Bumi.
Kuil ini terdiri dari pronaos, cella dan opisthodomos. Baik pronaos maupun
opisthodomos sama-sama bergaya antis. Di lantai pronaos terdapat sisa-sisa mosaik Helenistik
dengan representasi kadal air. Di depan pronaos terdapat ruang persegi panjang kecil. Ruang
itu dilapisi dengan lempengan marmer heksagonal. Ruangan ini menjadi tempat di mana para
pemenang Olimpiade kuno dimahkotai. Cella dibagi menjadi tiga bagian tengah dengan dua
baris ganda dari tujuh kolom.
Di ujung berdiri patung Zeus, salah satu dari Tujuh Keajaiban dunia kuno. Patung
tersebut diciptakan oleh Pheidias pada 430 Sebelum Masehi. Patung diperkirakan memiliki
tinggi lebih dari 12 meter. Setelah Olimpiade kuno dihapuskan, patung tersebut dibawa ke
Konstantinopel dan musnah dalam kebakaran pada tahun 475.

www.alternatifa.com
Apa yang terjadi pada Kuil Zeus di Olympia?
Selama berabad-abad, para sejarawan percaya bahwa Kuil Zeus dibakar oleh Kaisar
Romawi Theodosius II. Didorong oleh hasrat untuk menaklukkan dunia kuno, Theodosius
memerintahkan agar kuil tersebut dibakar pada tahun 426. Sebagian besar sejarawan
umumnya setuju bahwa Theodosius menyebabkan kerusakan pada Kuil Zeus. Tapi kemudian
muncul keraguan, apakah sang kaisar sepenuhnya bertanggung jawab atas kehancurannya?
Beberapa sejarawan memperkirakan bahwa kuil tersebut mungkin telah dirobohkan
dengan di era Kekaisaran Bizantium. Sejarawan lain percaya bahwa kuil tersebut ditinggalkan
pada abad ke-6. Saat itu Sungai Kladeos menyebabkan banjir dan memaksa penduduknya
mengungsi.
Penggalian kuil penting yang dilupakan
Tempat suci kuno Olympia pertama kali diidenti�ikasi oleh ahli barang antik Inggris Sir
Richard Chandler pada 1766. Pada saat itu, sebagian besar Kuil Zeus telah lama dilupakan. Kuil
tersebut baru digali pada tahun 1829. Penggalian itu dipimpin oleh tim Prancis, Lé on-Jean-
Joseph Dubois dan Abel Blouet. Blouet dan Dubois membawa temuan mereka ke Louvre.
Pada tahun 1875, Institut Arkeologi Jerman mulai memimpin penggalian sistematis
situs penting dalam sejarah dunia itu. Temuan paling menonjol terjadi pada tahun 1890.
Arkeolog Jerman Karl Humann menemukan pecahan kuil di Kota Magnesia, Yunani. Namun
pada bulan September 2021, kuil ditemukan tersembunyi di bawah tumpukan endapan aluvial.
Menurut Smithsonian Magazine, Gorkem Kokdemir menemukan sebuah tempat suci,
stadion, teater, 80 patung dan artefak lainnya. Ia adalah arkeolog dari Universitas Ankara di
Turki. Dari antara semuanya, penemuan terbesarnya adalah gerbang masuk ke Kuil Zeus.
“Menurut kami, kuil yang ditemukan di kawasan ini merupakan kuil yang terkenal dalam
sejarah dunia,” ungkap Kokdemir.
Penemuan-penemuan Kokdemir menambah kepercayaan terhadap apa yang awalnya
diungkapkan oleh para arkeolog pada tahun 2014. Menurut arkeolog, kuil itu sendiri tidak
sepenuhnya dijarah oleh Kaisar Romawi yang haus kekuasaan. Sebaliknya, Kuil Zeus
kemungkinan besar hancur karena gempa bumi. Kuil itu kemudian hilang seiring berjalannya
waktu di bawah lapisan lumpur. Ironisnya, monumen raja para dewa yang menakjubkan
dihancurkan oleh tindakan dewa sendiri.

www.alternatifa.com
Jika Bukan Julius Caesar, Siapa Pemusnah Perpustakaan Kuno
Alexandria?

Perpustakaan Alexandria adalah salah satu pencapaian terbesar manusia di zaman


kuno. Perpustakaan ini menyimpan banyak sekali koleksi pengetahuan, mungkin puluhan
bahkan ratusan ribu gulungan. Karena alasan ini, penghancuran perpustakaan Alexandria
telah menjadi topik yang menarik bagi banyak pencinta pengetahuan. Hal ini sering dianggap
sebagai sebuah tragedi besar. Namun, siapakah yang sebenarnya membakar Perpustakaan
Alexandria?
Pertama, mari kita membangun pemahaman tentang apa sebenarnya Perpustakaan
Alexandria itu. Perpustakaan ini merupakan bagian dari pusat pembelajaran besar di Mesir
yang terletak di kota Alexandria, yang disebut Mouseion. “Dibangun pada masa Ptolemeus di
Mesir. Ini adalah masa di mana dinasti Yunani berkuasa atas negara tersebut (Era Helenistik),”
tulis Caleb Howells, pada laman Greek Reporter. Kemungkinan, perpustakaan ini dibangun
pada abad ketiga sebelum masehi, masa pemerintahan Ptolemeus II.
Menurut Caleb, dalam waktu yang relatif cepat, perpustakaan ini memperoleh banyak
gulungan dari berbagai sumber. “Raja-raja Ptolemeus di Mesir mendukungnya secara langsung,
karena kecintaan orang Yunani kuno terhadap pengetahuan,” katanya. Perpustakaan
Alexandria berkembang menjadi sangat besar. Pada puncak kejayaannya, perpustakaan ini
diduga menyimpan antara empat puluh ribu hingga empat ratus ribu gulungan kitab.
Perpustakaan ini mungkin merupakan pusat pembelajaran terbesar di dunia kuno. Meskipun
demikian, perpustakaan ini tidak lagi ada dan terkenal karena dibakar.
Pertanyaan yang tersisa adalah siapa yang bertanggung jawab atas hal ini? Boleh jadi,
banyak orang akan menuding Julius Caesar. Seperti yang telah disampaikan Plutarch, seorang
sejarawan Yunani dari abad pertama Masehi, "Caesar terpaksa mengusir bahaya dengan
menggunakan api, yang menyebar dari galangan kapal dan menghancurkan Perpustakaan
Besar." Dengan demikian, tampaknya cukup jelas bahwa Julius Caesar membakar Perpustakaan
Alexandria. Ini terjadi pada tahun 48 SM.
Namun, Bagi Caleb, semuanya tidak sesederhana itu. “Beberapa ahli percaya bahwa ada
bukti jika Perpustakaan Alexandria masih ada bahkan setelah Caesar diduga secara tidak
sengaja membakarnya.” Sejarawan dan �ilsuf Yunani, Strabo, pada akhir abad pertama sebelum
Masehi mengunjungi Alexandria. Dalam tulisannya, ia menggambarkan kunjungannya ke
Mouseion. Menurut beberapa ahli, ini adalah bukti bahwa perpustakaan, yang merupakan
bagian dari Mouseion, masih ada.
Namun, para ahli lain mencatat bahwa Strabo tidak pernah benar-benar menyebutkan
keberadaan perpustakaan pada zamannya. Bahkan, kata-katanya seperti menyiratkan bahwa
perpustakaan sudah tidak ada lagi. Para ahli lain mencoba membantahnya dengan
menunjukkan fakta bahwa Mark Antony diduga menghadiahkan dua ratus ribu gulungan buku
kepada Cleopatra. Ini terjadi setelah Caesar membakar Perpustakaan Alexandria. Logikanya,
berarti perpustakaan tersebut masih benar-benar ada.

www.alternatifa.com
Jika tidak, di mana Cleopatra akan menyimpan semua gulungan itu? Bahkan, beberapa
ahli percaya bahwa hadiah ini kemungkinan besar untuk menambah koleksi perpustakaan
setelah banyak gulungan yang dibakar pada tahun 48 SM. Namun, menurut Caleb, argumen di
atas barangkali telah mengabaikan fakta bahwa ada perpustakaan cabang di Alexandria:
Serapeum. Tempat ini sebenarnya adalah sebuah kuil, tetapi juga digunakan sebagai limpahan
dari Perpustakaan utama Alexandria.
“Oleh karena itu, ketika Mark Antony menghadiahkan begitu banyak gulungan kepada
Cleopatra, gulungan-gulungan itu bisa saja ditempatkan di Serapeum,” kata Caleb. Hal tersebut
juga berpotensi menjelaskan argumen lain yang digunakan untuk mendukung bahwa
Perpustakaan Alexandria masih ada setelah masa Kaisar. Seorang cendekiawan bernama
Didymus Chalcenterus hidup pada akhir abad pertama SM di Alexandria. Ia adalah seorang
penulis yang sangat produktif, diduga telah menghasilkan ribuan karya.
“Beberapa ahli berpendapat bahwa ia pasti memiliki akses ke sumber daya
perpustakaan untuk dapat melakukannya. Namun, keberadaan Serapeum menjelaskan hal ini
dengan memuaskan,” terang Caleb. Tampaknya tidak ada petunjuk langsung tentang
perpustakaan setelah peristiwa pembakaran itu. Namun, Caleb menambahkan, “kita tidak
dapat mengesampingkan kemungkinan bahwa perpustakaan itu terus berlanjut dalam bentuk
yang jauh lebih kecil.”
Apakah Orang-orang Kristen membakar Perpustakaan Alexandria?
Beberapa sumber mengaitkan kematian terakhir Perpustakaan Alexandria dengan
orang-orang Kristen. Hal ini didasarkan pada perspektif bahwa Serapeum hanyalah
perpanjangan dari perpustakaan utama. Sumber-sumber kuno menggambarkan serangan
besar terhadap Serapeum pada periode Kristen awal. Pada tahun 380 M, Kaisar Theodosius
menjadikan Kristen sebagai agama resmi Kekaisaran Romawi. Pada tahun 391, ia
mengeluarkan dekrit untuk melarang penyembahan dewa-dewa pagan di Aleksandria.
Hal tersebut berimbas pada penghancuran seluruh kuil pagan. Theophilus, uskup
Alexandria, memimpin serangan besar-besaran terhadap Serapeum. Beberapa sumber
modern mengatakan bahwa Serapeum tidak lagi berfungsi sebagai perpustakaan ketika hal ini
terjadi. Namun, penulis kontemporer Aphthonius mengunjungi Serapeum sebelum diserang.
Ia menulis:
"Di sisi dalam barisan tiang dibangun kamar-kamar, beberapa di antaranya berfungsi
sebagai toko buku dan terbuka bagi mereka yang mengabdikan hidupnya untuk belajar. Ruang-
ruang belajar inilah yang membuat kota ini menjadi kota �ilsafat yang pertama."
Hal ini tampaknya menegaskan bahwa kota ini masih berfungsi sebagai perpustakaan
ketika serangan Kristen terjadi. Jika hal ini benar (dan beberapa ahli memperdebatkan hal ini),
maka orang-orang Kristen mengakhiri fungsi Perpustakaan Alexandria ketika mereka
membakar Serapeum.
Apakah Muslim Arab Membakar Perpustakaan Alexandria?
Namun, ada juga riwayat lain yang patut diselidiki. Pada abad ketujuh Masehi, Muslim
Arab menyerbu dan menaklukkan Mesir. Pada abad ke-13, beberapa sumber Arab menyatakan
bahwa mereka telah membakar Perpustakaan Alexandria. Menurut sumber-sumber tersebut,
Khalifah Umar memerintahkan penghancurannya. Ia diduga mengatakan:

www.alternatifa.com
“Jika buku-buku tersebut sesuai dengan Al-Qur'an, kita tidak memerlukannya; dan jika
bertentangan dengan Al-Qur'an, hancurkanlah.”
Namun, sebagian besar sarjana saat ini tidak percaya dengan cerita ini. Ada jarak
hampir enam abad antara penaklukan Arab atas Mesir dan peristiwa yang diceritakan. Tak satu
pun dari catatan-catatan terdahulu mengenai invasi Arab yang menyebutkan hal ini. Karena
alasan ini dan alasan lainnya, sebagian besar ahli percaya bahwa bangsa Arab tidak membakar
Perpustakaan Alexandria.

www.alternatifa.com

Anda mungkin juga menyukai