Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

COLIK ABDOMEN

DISUSUN OLEH :

SELPI TIARA ARISKA


(2314901065)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
PRODI PROFESI KEPERAWATAN
TAHUN 2024
A. Gambaran Kasus
1. Definisi
Kolik Abdomen adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal, Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan
terhambatnya aliran isi usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Nurarif A.H
& Kusuma H, 2016). Kolik abdomen adalah nyeri perut yang kadang timbul
secara tiba-tiba dan kadang hilang dan merupakan variasi kondisi dari yang
sangat ringan sampai yang bersifat fatal (Nurarif A.H & Kusuma H, 2016).
Kolik abdomen merupakan nyeri yang dapat terlokalisasi dan dirasakan seperti
perasaan tajam. Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena sumbatan baik
parsial ataupun total baik oragan tubuh berongga atau organ yang
terlibat tersebut dipengaruhi peristaltik (Gilroy, 2013).

2. Gambaran Klinis (Pengkajian)


a. Tanda dan Gejala Umum
Menurut Reeves & Charlene J (2011), etiologi dari kolik abdomen, yaitu :

1. Secara mekanis :
a. Adhesi (pertumbuhan bersatu bagian-bagian tubuh yang
berdekatan karena radang);
b. Karsinoma;
c. Volvulus (penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus
di dalam usus);
d. Obstipasi (konstipasi yang tidak terobati);
e. Polip (perubahan pada mukosa hidung);
f. Striktur (penyumbatan yang abnormal pada duktus atau saluran).

2. Fungsional (non mekanik)


a. Ileus paralitik (Keadaan abdomen akut berupa kembung distensi
usus tidak dapat bergerak);
b. Lesi medula spinalis (Suatu kerusakan fungsi neurologis
yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas);

c. Enteritis regional;
d. Ketidak seimbangan elektrolit;
e. Uremia (Kondisi yang terkait dengan penumpukan urea dalam
darah karena ginjal tidak bekerja secara efektif).

b. Tanda Dan Gejala Kegawatdaruratan (ABCD)

1) Airway (A)
Kaji kepatenan jalan nafas, observasi adanya lidah jatuh, adanya benda
asing pada jalan nafas (bekas muntahan, darah, sekret yang tertahan),
adanya edema pada mulut, faring, laring, disfagia, suara stridor,
gurgling atau wheezing yang menandakan adanya masalah jalan nafas.
2) Breathing (B)
Kaji keefektifan pola nafas, respiratory rate, abnormalitas pernafasan,
bunyi nafas tambahan, penggunaan otot bantu nafas, adanya nafas
cuping hidung, saturasi oksigen.
3) Circulation (C)
Kaji heart rate, tekanan darah, kekuatan nadi, capillary refill, akral,
suhu tubuh, warna kulit, kelembaban kulit, perdarahan eksternal jika
ada.
4) Disability (D)
Berisi pengkajian kesadaran dengan Glasgow Coma Scale (GCS),
ukuran dan reaksi pupil.

c. Tes Dianostik (Pemeriksaan Penunjang)


Menurut Nurarif A.H & Kusuma H (2016), pemeriksaan penunjang kolik
abdomen, yaitu : Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam
usus; Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau
lipatan sigmoid yang tertutup; Penurunan kadar serum natrium, kalium dan
klorida akibat muntah, peningkatan hitung SDP dengan nekrosis,
strangulasi atau peritonitis dan peningkatan kadar serum amilase karena
iritasi pankreas oleh lipatan usus; Arteri gas darah dapat mengindikasikan
asidosis atau alkalosis metabolime.

d. Patofisiologi
Kolik abdomen adalah gangguan pada aliran normal usus sepanjang traktus
intestinal. Rasa nyeri pada perut yang sifatnya hilang timbul dan bersumber
dari organ yang terdapat dalam abdomen. Hal yang mendasari adalah infeksi
dalam organ perut (diare, radang kandung empedu, radang kandung kemih).
Sumbatan dari organ perut (batu empedu, batu ginjal). Akut abdomen yaitu
suatu kegawatan abdomen yang dapat terjadi karena masalah nyeri abdomen
yang terjadi tiba-tiba dan berlangsung kurang daari 24 jam. Kolik abdomen
terkait pada nyeri perut serta gejala seperti muntah, konstipasi, diare, dan
gejala gastrointestinal yang spesifik. Pada kolik abdomen nyeri dapat berasal
dari organ dalam abdomen, termasuk nyeri viseral. Dari otot lapisan dinding
perut. Lokasi nyeri perut abdomen biasanya mengarah pada lokasi organ
yang menjadi penyebab nyeri tersebut. Walupun sebagian nyeri yang
dirasakan merupakan perjalanan dari tempat lain. Oleh karena itu, nyeri yang
dirasakan bisa merupakan lokasi dari nyeri tersebut atau sekunder dari tempat
lain (Gilroy, 2013)

B. Diagnosis Keperawatan/ Masalah Keperawatan Kegawatdaruratan

1. Nyeri akut (D.0077)


a. Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang
dari 3 bulan.
b. Penyebab :
• Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi).

c. Gejala dan tanda mayor


• Subjektif :
• Mengeluh nyeri.
• Objektif :
• Tampak meringis;
• Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi
menghindari nyeri);
• Gelisah;
• Frekuensi nadi meningkat;
• Sulit tidur.

d. Gejala dan tanda minor


• Objektif :
• Tekanan darah meningkat;
• Pola napas berubah;
• Nafsu makan berubah;
• Proses berpikir terganggu;
• Menarik diri;

2. Intoleransi aktivitas (D.0056)


a. Definisi : ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
b. Penyebab :
• Ketidakseimbangan antara suplai & kebutuhan oksigen;
• Tiring baring;
• Kelemahan;
• Imobilisasi;
• Gaya hidup monoton.

c. Gejala dan tanda mayor


• Subjektif :
• Mengeluh lelah.
• Objektif :
• Frekuensi jantung meningkat > 20% dari kondisi
istirahat.

d. Gejala dan tanda minor


• Subjektif :
• Dispnea saat/setelah aktivitas;
• Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas;
• Merasa lemah.
• Objektif :
• Tekanan darah berubah > 20% dari kondisi
intirahat;
• Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah
aktivitas;
• Gambaran EKG menunjukkan iskemia;
• Sianosis.

e. Kondisi klinis terkait :


• Anemi;
• Gagal jantung kongestif;
• Penyakit jantung koroner;
• Aritmia;

• Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK);

3. Defisit nutrisi (D.0019)


a. Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme.
b. Penyebab :
• Kurangnya asupan makanan;
• Ketidakmampuan mengabsorpsi nutrient;
• Peningkatan kebutuhan metabolisme;
• Factor psikologis (mis. Stress, keengganan untuk makan).

c. Gejala dan tanda mayor


• Objektif :
• Berat badan menurun minimal 10% di bawah
rentang ideal.

d. Gejala dan tanda minor


• Subjektif :
• Cepat kenyang setelah makan;
• Kram/nyeri abdomen;
• Nafsu makan menurun.
• Objektif :
• Bising usus hiperaktif;
• Otot pengunyah lemah;
• Otot menelan lemah;
• Membrane mukosa pucat;
• Sariawan;
• Serum albumin turun;
• Rambut rontok berlebihan;
• Diare.
C. Perencanaan Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri
menurun. (L.08066)
Kriteria hasil : (L.08066)

a. Keluhan nyeri menurun;


b. Meringis menurun;
c. Gelisah menurun;
d. Pola napas membaik.

(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)


Intervensi :
Manajemen nyeri. (I.08238)

a. Observasi

1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas


nyeri;
2) Identifikasi skala nyeri;
3) Identifikasi respons nyeri non verbal;
4) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri.
b. Terapeutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(mis, terapi musik, kompres hangat/dingin, terapi bermain);
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis, suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan);
3) Fasilitasi istirahat dan tidur.
c. Edukasi
1) Jelaskan strategi meredakan nyeri;

2) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri;


3) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan toleransi
aktivitas meningkat. (L.05047)
Kriteria hasil : (L.05047)

a. Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat


b. Kecepatan berjalan meningkat
c. Kekuatan tubuh bagian atas meningkat
d. Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat
e. Perasaan lemah menurun
f. Frekuensi nafas membaik

(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)


Intervensi :
Manajemen energi. (I.05178)

a. Observasi

1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan;


2) Monitor kelelahan fisik dan emosional;
3) Monitor pola dan jam tidur;
4) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas.
b. Terapeutik
1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis, cahaya,
suara, kunjungan);
2) Lakukakan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif;
3) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan;
4) Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan.
c. Edukasi
1) Anjurkan tirah baring;
2) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap;
3) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang;
4) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan.
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan.
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan.
(D.0019)
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan di harapkan status nutrisi
membaik. L.03030
Kriteria hasil : L.03030

a. Porsi makan yang dihabiskan meningkat;


b. Perasaan cepat kenyang menurun;
c. Frekuensi makan membaik;
d. Nafsu makan membaik;
e. Membran mukosa membaik;

(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019)


Intervensi keperawatan:
Manajemen nutrisi.
1.03119
a. Observasi
1) Identifikasi status nutrisi;

2) Identifikasi alergi dari intoleransi makanan;


3) Identifikasi makanan yang disukai;
4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient;
5) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastik;
6) Monitor asupan makanan;
7) Monitor berat badan;
8) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium.

b. Terapeutik
1) Lakukan oral hygene sebelum makan, jika perlu;
2) Fasilitasi menentukan pedoman diet;
3) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai;
4) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi;
5) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein;
6) Berikan suplemen makanan, jika perlu.

c. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (misalkan
pereda nyeri, antlemetik), jika perlu;
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu.
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

DAFTAR RUJUAN/REFERENSI
Dony Setiawan (2016) Rekam Medis Elektronik Asuhan Keperawatan.
Jember: Pascasarjana Universitas Jember.
Gilroy (2013) ‘Biliary Colik’, in E-Medicine.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia; Definisi Dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III
(Revisi). Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia; Definisi Dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan
II. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan
Indonesia; Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1
Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.
Walid, R. N. & S. (2014) Proses Keperawatan; Teori dan Aplikasi.
Edited by S. Meita.

Jember: Ar-Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai