Anda di halaman 1dari 7

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

DIABETES MILITUS
1. Pengkajian
Identitas klien, meliputi : Nama pasien, tanggal lahir,umur, agama, jenis
kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, No rekam medis.
Keluhan utama
a. Kondisi hiperglikemi: Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak
kencing, dehidrasi, suhu tubuh meningkat, sakit kepala.
b. Kondisi hipoglikemi Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa
lapar, sakit kepala, susah konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya
ingat, patirasa di daerah bibir, pelo, perubahan emosional, penurunan
kesadaran.
2. Riwayat kesehatan sekarang Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan
utama gatal-gatal pada kulit yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh,
kesemutan/rasa berat, mata kabur, kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga
mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia, mual dan muntah, BB menurun, diare
kadang-kadang disertai nyeri perut, kram otot, gangguan tidur/istirahat, haus,
pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme pada wanita dan masalah impoten pada
pria.
3. Riwayat kesehatan dahulu DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit
pankreas, gangguan penerimaan insulin, gangguan hormonal, konsumsi obat-
obatan seperti glukokortikoid, furosemid, thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang
mengandung estrogen.
4. Riwayat kesehatan keluarga Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita
DM.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas dan Istirahat gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram
otot, tonus otot menurun, gangguan istirahat dan tidur. Tanda: takikardia
dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas, letargi,
disorientasi, koma.
b. Sirkulasi Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut,
klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki,
penyembuhan yang lama. Tanda : takikardia, perubahan TD postural, nadi
menurun, disritmia, krekels, kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata
cekung.
c. Integritas ego Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial
yang berhubungan dengan kondisi. Tanda : ansietas, peka rangsang.
a. Eliminasi Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri
terbakar, kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare. Tanda :
urine encer, pucat, kuning, poliuri, bising usus lemah, hiperaktif pada diare.
b. Makanan dan cairan Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak
mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan
berat badan, haus, penggunaan diuretik. Tanda: kulit kering bersisik, turgor
jelek, kekakuan, distensi abdomen, muntah, pembesaran tiroid, napas bau
aseton
c. Neurosensori Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parastesia, gangguan penglihatan. Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi,
stupor/koma, gangguan memori, refleks tendon menurun, kejang.
d. Kardiovaskuler Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD
postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK).
e. Pernapasan Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa
sputum. Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
f. Seksualitas Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada
Wanita.
g. Gastro intestinal Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen,
anseitas, wajah meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
h. Muskulo skeletal Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada
kaki, reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek,
pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak,
lesi/ulserasi/ulku.
6. Diagnosa Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan (SDKI) Kode/Hal
1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah b.d Resistensi insulin D.0027
Hal. 71
2. Gangguan mobilitas fisik b.d perubahan metabolisme D.0054
Hal. 124
3. Defisit Perwatan diri D.0109
Hal. 240

3. Intervensi
No. Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Ketidakstabilan Kadar Setelah dilakukan tindakan Observasi
Glukosa Darah b.d keperawatan selama 1 x 24 1. Identifikasi kemungkinan
Resistensi insulin D.0027 jam kestabilan glukosa darah penyebab hiperglikemia
Hal 71 dengan kriteria hasil 2. Identifikasi situasi yang
(L.03022 Hal.43) menyebabkan kebutuhan
kriteria hasil: insulin meningkat
a) Kesadaran meningkat 3. Monitor kadar glukosa darah
b) Mengantuk menurun 4. Monitor tanda dan gejala
c) Perilaku aneh menurun hiperglikemia (mis. poliuria,
d) Keluhan lapar menurun polidipsia, polifagia,
e) Kadar glukosa dalam darah kelemahan, malaise,
membaik pandangan kabur, sakit kepala)
5. Monitor intake dan output
cairan
6. Monitor keton urin, kadar
analisa gas darah, elektrolit,
tekanan darah ortostati, dan
frekuensi nadi
Terapeutik
1. Berikan asupan cairan oral
2. Konsultasi dengan medis jika
tanda dan gejala hiperglikemia
tetap ada atau memburuk
3. Fasilitasi ambulasi jika ada
hipotensi ortostatik
Edukasi
1. Anjurkan menghindari
olahraga saat kadar glukosa
darah lebih dari 250 mg/dL
2. Anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara mandiri
3. Anjurkan kepatuhan terhadap
diet dan olahraga
4. Ajarkan indikasi dan
pentingnya pengujian keton
urine, jika perlu
5. Ajarkan penggunaan diabetes
(mis. penggunaan insulin, obat
oral, monitor asupan cairan,
penggantian karbohidrat, dan
bantuan profesional kesehatan)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian insulin
2. Kolaborasi pemberian cairan
IV
3. Kolaborasi pemberian kalium
2. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan intervensi Dukungan ambulasi
b.d perubahan keperawatan selama 3x 24
Observasi
metabolisme jam diharapkan Mobilitas
D.0052 Hal. 124. Fisik Meningkat (L.05042
o Identifikasi adanya nyeri atau
Hal. 65).
keluhan fisik lainnya
Kriteria Hasil :
o Identifikasi toleransi fisik
1. Pergerakan ekstremitas
melakukan ambulasi
meningkat.
o Monitor frekuensi jantung dan
2. Kekuatan otot cukup
tekanan darah sebelum
meningkat.
memulai ambulasi
3. Rentang gerak (ROM)
o Monitor kondisi umum selama
meningkat.
melakukan ambulasi
4. Nyeri menurun.
5. Kekakuan sendi cukup
Terapeutik
menurun.
6. Kelemahan fisik cukup o Fasilitasi aktivitas ambulasi
menurun. dengan alat bantu (mis.
7. Kecemasan menurun. tongkat, kruk)
8. Gerakan terbatas cukup o Fasilitasi melakukan
menurun.
mobilisasi fisik, jika perlu
9. Gerakan tidak terkoordinasi
o Libatkan keluarga untuk
cukup menurun.
membantu pasien dalam
meningkatkan ambulasi

Edukasi

o Jelaskan tujuan dan prosedur


ambulasi
o Anjurkan melakukan ambulasi
dini
o Ajarkan ambulasi sederhana
yang harus dilakukan (mis.
berjalan dari tempat tidur ke
kursi roda, berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi, berjalan
sesuai toleransi)

4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan langkah berikutnya dalam proses
keperawatan. Semua kegiatan yang digunakan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien harus direncankan untuk menunjang tujuan
pengobatan medis, dan memenuhi tujuan rencana keperawatan. Implementasi
rencana asuhan keperawatan berarti perawat mengarahkan, menolong,
mengobservasi dan mendidik semua personil keperawatan dan pasien,
termasuk evaluasi perilaku dan pendidikan, merupakan supervisi keperawatan
yang penting (Hidayah, 2014).
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari asuhan keperawatan, dimana
pada tahapan ini mengevaluasi apakah tindakan yang dilakukan sudah efektif
atau belum untuk mengatasi masalah keperawatan pasien atau dengan kata lain,
tujuan tersebut tercapai atau tidak. Evaluasi ini sangat penting karena manakala
setelah dievaluasi ternyata tujuan tidak tercapai atau tercapai sebagian, maka
harus di reassesment kembali kenapa tujuan tidak tercapai (Purwanto, 2016).
Dalam evaluasi menggunakan metode SOAP (subyektif, obyektif, assessment,
planning)
WOC DIABETES MILLITUS

Trauma tidak langsung Kondisi Patologis


Trauma Langsung
ng
FRAKTUR

Tindakan infasi pembedahan

Post operasi ORIF

Luka insisi pada


daerah fraktur

Pasien bertanya Syaraf Tekanan kerusakan Pasien terpasang Pasien terpasang


tanya tentang didaerah sirkulasi dan penurunan drain, IVFD elastis bendit
perawatan pasca fraktur sensasi sensori
operasi, pasien terputus Mk. Kerusakan Port the entry Pasien mengatakan
mengatakan mikroorganisme tidak dapat
kurang mengerti Integritas Kulit kedalam tubuh bergerak bebas ,
dengan stimulus
ADL dibantu
perawatan pasca nyeri
dikirim dari Mk. Resiko
operasi
serabut saraf Infeksi
Mk. Gangguan
perifer Mobilitas Fisik
Mk. Kurang
Pengetahuan
Stimulus nyeri
mencapai
korteks serebra

Pasien meringis,
mengeluh nyeri,
terdapat nyeri pada
luka pasca operasi

Anda mungkin juga menyukai