Anda di halaman 1dari 16

TUGAS RINGKASAN MATA KULIAH

Perhitungan, Pengendalian, dan Alokasi Anggaran Overhead Pabrik

Disusun Oleh:

Kelompok 5

Sulham Enggar Hidayat A021231086

Arlan Manrapi Rakhman A021231015

M. Alzady Yanuar Izha A021231066

Muh. Rafli Fitra K. A021231258

Giovanni Euginio Keishac Ongan A031231112

PRODI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASNAUDDIN

MAKASSAR

2024
A. Karakteristik BOP
Terdapat BOP yang memerlukan pengeluaran kas dan tidak
memerlukan saat teriadinya biaya. BOP memiliki karakteristik yang berbeda
dibanding biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung. Pembebanan BOP ke
produk yang dihasilkan lebih rumit dibandingkan biaya bahan baku dan tenaga
kerja langsung.
Pengalokasian atau pembebanan biaya bahan baku dan tenaga kerja
langsung dapat dilakukan secara langsung ke setiap produk secara individual.
Hal ini dilakukan dengan menggunakan formulir atau dokumen sumber sebagai
media pengumpulan biaya, seperti formulir permintaan bahan untuk biaya
bahan baku, dan kartu jam kerja untuk biaya tenaga kerja langsung.
Pengalokasian BOP bersifat tidak langsung dan dalam banyak hal
merupakan Gaya bergabung, BOP yang dicatat di persediaan barang dalam
proses berdasarkan. Pembebanan, bukan berdasarkan pemakaian, seperti
pemakaian bahan baku Iangsung dan pemalkaian tenaga kerja langsung.
Dalam pembebanan BOP, entitas biasanya melakukan estimasi jumlah BOP
yang akan dipakai selama proses produksi. Estimasi tersebut berdasarkan tarif
ditentukan di muka.
B. Penggolongan BOP
BOP terdiri dari banyak biaya yang semuanya merupakan biaya
produksi tidak langsung, dengan perilaku yang berbeda dalam hubungannya
dengan perubahan volume kegiatan. BOP meliputi biaya-biaya yang tidak
hanya terjadi di departemen produksi, tetapi diperlukan untuk terlaksananya
kegiatan produksi. Misalnya seperti biaya-biaya yang terjadi pada bagian
bengkel pabrik, biaya pembangkit tenaga listrik, dan administrasi pabrik atau
departemen jasa. BOP digolongkan menjadi tiga, yaitu (1) menurut jenisnya
atau sifatnya; (2) menurut perilaku dalam hubungannya dengan perubahan
volume kegiatan; dan (3) menurut perilaku dalam hubungannya
dengan departemen.
a. Menurut Jenis atau Sifat
Menurut jenis atau sifatnya, BOP yang mengolah
produknya berdasarkan pesanan digolongkan menjadi enam,
yaitu (1) biaya bahan penolong; (2) biaya tenaga kerja tidak
langsung; (3) biaya reparasi dan pemeliharaan; (4) depresiasi
aset tetap pabrik; (5) biaya asuransi; dan (6) biaya listrik dan lain-
lain. Berikut penjelasan BOP menurut jenis atau sifatnya.
a) Biaya bahan penolong
Bahan penolong adalah bahan yang tidak dapat ditelusuri
langsung dalam barang jadi. Contohnya bahan perekat,
tinta koreksi, dan pita mesin ketik, yang merupakan bahan
penolong dalam entitas percetakan. Bahan penolong
berupa soda, tapioka, bahan warna, dan bahan-bahan
kimia yang lain merupakan bahan penolong dalam entitas
kertas.
b) Biaya tenaga kerja tidak langsung
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik
yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung
kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya tenaga kerja
tidak langsung terdiri dari upah, tunjangan dan
biaya kesejahteraan yang dikeularkan untuk tenaga kerja
tidak langsung tersebut. Tenaga kerja tidat langsung terdiri
dari:
 Karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu,
seperti departemen. departemen pembangkit tenaga
listrik, bengkel, dan departemen gudang.
 Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen
produksi, seperti kepala departemen produksi,
karyawan administrasi pabrik, dan mandor.
c) Biaya reparasi dan pemeliharaan
Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku
cadang, biaya bahan habis pakai, biaya pemeliharaan
emplasemen, perumahan, bangunan pabrik, mesin,
peralatan, kendaraan, dan aset tetap lain yang digunakan
untuk keperluan pabrik.
d) Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aset
tetap
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain
biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan
pabrik, mesin, peralatan, dan aset tetap lain yang
digunakan di pabrik.
e) Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain
biaya-biaya asuransi bangunan dan emplasemen,
asuransi mesin, asuransi kendaraan, serta asuransi
kecelakaan karyawan.
f) Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung
memerlukan pengeluaran uang tunai
BOP yang termasuk dalam kelompok ini antara lain biaya
reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan,
biaya listrik, dan sebagainya.
b. Menurut perilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume
kegiatan
Dalam hubungannya dengan volume kegiatan, BOP
dibedakan menjadi tiga, yaitu BOP tetap, BOP variabel, dan BOP
semivariabel. Berikut penjelasan ketiga jenis BOP.
 BOP tetap jumlah totalnya tetap konstan dalam kisaran
perubahan volume kegiatan tertentu. Semakin tinggi volume
produksi, jumlah BOP tetap per unitnya semakin kecil. Contoh
kategori BOP yang bersifat tetap, yaitu pajak bumi dan
bangunan (pabrik) dan biaya asuransi aset tetap pabrik.
 BOP variabel jumlah totalnya berubah secara proporsional
dengan perubahan volume kegiatan. Semakin besar volume
produksi atau kegiatan, semakin besar pula biaya totalnya
dengan biaya per unit tidak berubah. Contoh BOP yang
bersifat variabel, antara lain biaya bahan penolong dan biaya
tenaga kerja tidak langsung.
 BOP semivariabel jumlah totalnya berubah secara tidak
proporsional dengan perubahan volume kegiatan. Biaya
semivariabel merupakan biaya-biaya yang tidak seratus
persen variabel atau tetap, tetapi memiliki kedua sifat
tersebut. Untuk tujuan perencanaan dan pengendalian, biaya
semivariabel harus dipilah ke dalam komponen yang bersifat
tetap dan bersifat variabel. Contoh biaya semivariabel adalah
biaya energi dan biaya pemeliharaan mesin.
c. Menurut perilaku dalam hubungannya dengan departemen
Dalam hubungannya dengan departemen-departemen,
BOP dibedakan menjadi dua, yaitu BOP langsung departemen
(terjadi di departemen produksi) dan BOP tidak langsung
departemen (terjadi di departemen jasa).
 BOP langsung departemen adalah BOP yang terjadi di
departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati
departemen tersebut. Misalnya, biaya tenaga kerja tidak
langsung departemen A, biaya penyusutan departemen A,
dan bahan penolong yang terjadi di departemen A adalah
BOP langsung departemen A.
 BOP tidak langsung departemen adalah BOP yang
memberikan manfaat lebih dari satu departemen. Misalnya,
biaya pemeliharaan bangunan pabrik adalah BOP tidak
langsung bagi departemen A maupun departemen B apabila
kedua departemen tersebut berada dalam satu atap
bangunan pabrik tersebut.
C. Tingkat pemilihan kapasitas
BOP dibebankan ke produk berdasarkan tarif ditentukan di muka. Tarif
yang digunakan harus ditentukan secara tepat agar pembebanan BOP juga
tepat. Penentuantarif BOPberdasarkan taksiran atau anggaran BOP pada
kapasitas tertentu dibagi dengan estimasi volume aktivitas dalam kapasitas
tersebut. Kapasitas yang dipilih bergantung pada apakah dipandang sebagai
kepentingan jangka pendek atau jangka panjang. Terdapat beberapa
kapasitas, yaitu kapasitas teoretis, kapasitas praktis, kapasitas normal, dan
kapasitas direncanakan. Berikut penjelasan keempat kapasitas tersebut.
a. Kapasitas Teoretis (Theoretical Capacity)
Kapasitas teoretis juga disebut kapasitas maksimum (ideal
capacity). Kapasitas teoretis menganggap semua tenaga kerja
dan mesin-mesin yang beroperasi pada puncak efisiensi dengan
100% dari rencana kapasitas. Kapasitas teoretis tidaklah realistis
karena mengabaikan adanya penghentian secara normal, seperti
adanya kerusakan mesin atau penghentian mesin akibat
perawatan rutin. Kapasitas teoretis tidak dapat digunakan dalam
penentuan tarif BOP.
b. Kapasitas Praktis (Practical Capacity)
Kapasitas praktis memperhitungkan penghentian secara
normal, tetapi tidak mempertimbangkan adanya waktu luang,
karena tidak digunakan untuk menangani permintaan penjualan.
Kapasitas praktis merupakan keluaran maksimum pada
departemen yang beroperasi secara efisien. Biaya kapasitas
yang tidak digunakan tidak dibebankan ke produk. Manajer
entitas biasanya memperkirakan kapasitas praktis sebesar 80%-
90% dari kapasitas teoretis. Kapasitas praktis lebih realistis
daripada kapasitas teoretis dan telah memperhitungkan adanya
hari libur/ penundaan yang tidak dapat dihindarkan (seperti cuti).
c. Kapasitas Normal (Normal Capacity)
Kapasitas normal telah memperhitungkan waktu luang
karena pesanan produk yang terbatas serta ketidakefisienan
tenaga kerja dan mesin pabrik. Kapasitas normal juga telah
mempertimbangkan rata-rata pesanan produksi dalam jangka
panjang dan telah mempertimbangkan perubahan musim dan
perubahan tahunan. Kapasitas normal merupakan dasar yang
tepat dalam memperhitungkan besarnya BOP.
d. Kapasitas Direncanakan Secara Nyata (Expected Actual
Capacity)
Kapasitas ini merupakan rencana produksi penting yang
memenuhi kebutuhan penjualan pada tahun yang akan datang.
Kapasitas ini biasanya digunakan untuk jangka pendek karena
tidak mempertimbangkan perubahan permintaan produk pada
masa yang akan datang.
D. Penentuan pembebanan BOP
Untuk tujuan pengendalian, BOP dikumpulkan menurut pusat
pertanggung-jawaban atau unit-unit organisasi terjadinya biaya. Untuk tujuan
perhitungan harga pokok produk, BOP yang awalnya dikumpulkan menurut
pusat-pusat pertanggungjawaban harus dialokasikan ke departemen-
departemen produksi tempat proses produksi berlangsung. Pada umumnya,
faktor input seperti jumlah jam atau biaya tenaga kerja langsung, jam kerja
mesin, jumlah biaya atau kuantitas bahan baku dipakai sebagai dasar alokasi
kepada masing-masing produk.
Prosedur alokasi atau pembebanan BOP kepada produk tidak memiliki
perbedaan, baik yang berdasarkan biaya yang sungguhnya terjadi maupun
biaya taksiran. Perhitungan harga produk yang dibebankan BOP dapat
dilakukan pada akhir periode akuntansi setelah seluruh BOP dapat diketahui
jumlahnya. Perhitungan harga pokok produk pada setiap akhir periode
akuntansi bermanfaat sebagai dasar penilaian persediaan untuk tujuan
penyusunan laporan keuangan tahunan.
Pihak manajemen sering memerlukan informasi harga pokok produk,
tidak hanya untuk penyusunan laporan keuangan tahunan. Perencanaan,
pengambilan keputusan ekonomi, dan pengendalian biaya sering kali
memerlukan informasi harga pokok produk pada saat produk diselesaikan,
bahkan pada saat kegiatan produksi masih atau sedang berlangsung. Untuk
memenuhi kebutuhan manajemen akan informasi harga pokok produk
tersebut, diperlukan periode perhitungan harga pokok produk kurang dari satu
tahun. Kondisi tersebut mengharuskan pembebanan BOP kepada produk
didasarkan pada tarif yang ditentukan di muka.
Terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam membuat
anggaran biava untuk menentukan tarif BOP sebagai dasar pembebanannya
kepada produk.Faktor tersebut antara lain harus terlebih dahulu menetapkan
apakah entitas menggunakan satu macam tarif untuk seluruh pabrik (tarif
tunggal) atau tarif yang berbeda untuk setiap departemen (produksi). Tarif
tunggal dianggap tepat untuk (1) entitas kecil yang proses produksinya
berlangsung melalui beberapa departemen yang relatif sama dalam
organisasinya, (2) setiap departemen menggunakan fasilitas produksi yang
sama, dan (3) kegiatan pengolahan produk berlangsung melalui semua
departemen yang ada.
Tarif berbeda untuk setiap departemen harus mempertimbangkan
apabila proses produksi berlangsung melalui beberapa departemen yang
mengoperasikan mesin-mesin produksi dan beberapa departemen yang
menggunakan lebih banyak tenaga kerja manusia, serta tidak setiap produk
diolah melalui departemen yang sama. Penggunaan tarif tunggal hanya
memerlukan taksiran BOP secara total untuk seluruh pabrik, sedangkan
penggunaan tarif yang berbeda memerlukan taksiran BOP secara rinci untuk
setiap departemen.
Pada dasarnya, tarif BOP yang ditentukan di muka merupakan hasil bagi
dari taksiran BOP dengan volume produksi atau kegiatan. Volume produksi
atau kegiatan dapat dinyatakan dalam bentuk (1) unit produk, (2) jumlah
jam (tenaga) kerja langsung, (3) jumlah jam kerja mesin, (4) jumlah biaya
tenaga kerja langsung, dan (5) jumlah biaya bahan baku. Tarif BOP dapat
dinyatakan baik dalam rupiah per unit produk, per jam kerja langsung, atau per
jam mesin, maupun dalam persentase dari biaya tenaga kerja langsung, atau
biaya bahan baku.
E. BOP Departementalisasi
BOP departementalisasi adalah membagikan pabrik pada bagian-
bagian yang disebut departemen, pusat biaya, dan kelompok-kelompok biaya
yang akan dibebani dengan biaya-biaya yang terjadi. BOP departementalisasi
diterapkan untuk entitas yang mengolah produk menggunakan lebih dari satu
departemen, pusat biaya atau kelompok biaya. Penggunaan dua departemen
atau lebih mengharuskan pemakaian fasilitas secara bersama sehingga
menimbulkan biaya gabungan. BOP departementalisasi dapat membantu
terlaksananya kalkulasi biaya pekerjaan dan produk secara lebih akurat dan
tepat karena dapat menggunakan tarif BOP yang berbeda.
F. Pambagian Departementalisasi
Pembagian departemen pada pabrik diklasifikasikan ke dalam dua
departemen, yaitu departemen produksi dan departemen jasa (pembantu).
Berikut penjelasan kedua departemen tersebut.
a. Departemen Produksi
Departemen produksi merupakan departemen yang
terlibat langsung dalam pengolahan produk menjadi barang jadi.
Contohnya pemotongan, perakitan, penyelesaian, pelapisan,
penyulingan, permintalan, dan lain sebagainya. Pemilihan
departemen produksi bergantung pada jenis sistem yang
digunakan. Faktor-faktor yang diperhatikan dalam pemilihan
departemen produksi, yaitu (1) kemiripan operasi, proses dan
mesin setiap departemen, (2) lokasi operasi, proses dan mesin-
mesin, (3) tanggung jawab atas produksi dan biaya, (4) hubungan
antara operasi dengan arus produk, dan (5) banyaknya
departemen atau pusat biaya.
b. Departemen Jasa (Pembantu)
Departemen jasa disebut juga departemen pembantu.
Departemen jasa merupakan departemen yang secara tidak
langsung terlibat dalam proses pengolahan atau merupakan
departemen yang menggunakan atau memberikan jasa pada
bagian-bagian lain dalam suatu perusahaan. Sifat departemen
jasa sebagai penunjang departemen produksi. Contohnya
pemeriksaan, pengendalian produksi, pengobatan, pengiriman,
pengamanan, penyimpanan, dan sebagainya. Pemilihan
departemen jasa bergantung pada jumlah karyawan, biaya,
pelayanan, dan tanggung jawab penyelia masing-masing
departemen jasa yang diinginkan sebagai penunjang dari
departemen produksi.
G. Pembagian Biaya departemen
Pembagian Biaya Departemen Biaya departemen dibagi ke dalam
kelompok biaya langsung departemen dan biaya tidak langsung departemen.
Berikut pembahasan dua kelompok biaya departemen tersebut.
a. Biaya Langsung Departemen
Biaya langsung departemen merupakan elemen BOP
yang terjadi atau manfaatnya dapat langsung dilacak atau
ditelusuri pada departemen produksi atau departemen jasa
tertentu. Contohnya biaya bahan penolong, perlengkapan
pabrik, reparasi dan pemeliharaan, biaya penyusutan mesin
pabrik, kerja lembur, serta tenaga kerja tidak langsung.
b. Biaya Tidak Langsung Departemen
Biaya tidak langsung departemen merupakan elemen
BOP yang terjadinya atau manfaatnya tidak dapat langsung
dilacak pada departemen produksi dan departemen jasa
tertentu. Manfaat biaya tidak langsung departemen dapat
dinikmati bersama beberapa departemen dalam pabrik.
Contohnya penyusutan bangunan pabrik, biaya pemeliharaan
bangunan pabrik, biava sewa pabrik, dan biaya telepon pabrik.
H. Metode Alokasi BOP
a. Metode Langsung
Metode langsung merupakan metode paling sederhana.
Biaya departemen jasa dibebankan atau dialokasikan langsung
ke departemen produksi. Menurut metode ini, jasa yang
dihasilkan departemen pembantu hanya dinikmati departemen
produksi. Tidak ada jasa dari departemen pembantu yang
dinikmati departemen pembantu lainnya. Contohnya
departemen gudang dasar menggunakan dasar alokasi luas
lantai atau departemen listrik menggunakan dasar alokasi
kilowatt.
b. Metode Alokasi Bertahap Tidak Timbal Balik
Metode in mengalokasikan biaya departemen jasa ke
departemen lain melalui berbagai tahapan, tetapi tidak
memperhitungkan jasa secara timbal balik di antara departemen
pembantu. Transfer jasa dari departemen pembantu ke
departemen pembantu lainnya berdasarkan kebijakan entitas.
Departemen pembantu yang sudah mendapat alokasi dari
departemen pembantu lainnya tidak akan mendapat alokasi dari
departemen pembantu lainnya.
c. Metode Aljabar
Metode aljabar adalah metode yang dalam
mengalokasikan jasa dari departemen pembantu ke departemen
produksi berdasarkan suatu prinsip penggunaan fasilitas
departemen pembantu. Departemen pembantu yang sudah
dialokasikan akan menerima alokasi dari departemen pembantu
yang lain. Sifat alokasi metode ini dapat memberi dan juga dapat
menerima. Alokasi anggaran BOP dari suatu departemen
pembantu ke departemen produksi dan departemen pembantu
yang lain, dilakukan secara bertahap. Selain itu, departemen
pembantu yang anggaran BOP-nya telah dialokasikan, dapat
menerima alokasi dari departemen pembantu yang lain. Metode
aljabar mengalokasikan BOP menggunakan persamaan linier
secara matematis.
I. Penentuan Tarif BOP
Dasar alokasi atau pembebanan BOP merupakan satuan volume
kegiatan)
Lapssitas produksi atau faktor input yang secara sistematis digunakan untoul
mengalikan suatu biaya atau kelompok biaya kepada objek biayanya.
Berdasarkan jenis ukuran kegiatan yang digunakan dalam menyusun
anggaran, ukuran kapasitas digunakan sebagai dasar menghitung tarif BOP,
sebagai pembagi anggaran BOP. Ukuran kapasitas yang digunakan dalam
menentukan tarif BOP, yaitu unit produk, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, jam tenaga kerja langsung, dan jam mesin. Berikut adalah
penjelasan kelima ukuran kapasitas yang dapat digunakan untuk menentukan
tarif BOP.
a. Unit Produk
Dasar pembebanan BOP menggunak<an unit produk
karena perhitungannya tidak rumit dan biayanya tidak mahal.
Metode ini secara langsung membebankan BOP pada produk
yang bersangkutan. Metode ini hanya dapat
digunakan entitas yang memproduksi satu jenis produk. Tarif
BOP ditentukan dengan membagi anggaran BOP dengan
taksiran unit produk yang dihasilkan.
b. Biaya bahan baku
Pembebanan BOP dengan metode ini sesuai dengan
biaya bahan baku dominan yang digunakan. Semakin banyak
bahan baku yang digunakan maka semakin besar BOP yang
dibebankan. Metode ini dinilai kurang adil untuk produk berbeda
yang harga bahan bakunya berbeda, tetapi proses
pengerjaannya sama. Produk dengan harga bahan baku yang
lebih mahal akan dibebankan tarif BOP yang lebih besar
dibandingkan dengan produk yang harga bahan bakunya sama,
padahal penggunaan mesin dan fasilitas pabrik sama. Jika biaya
bahan baku dijadikan dasar pembebanan, tarif BOP untuk setiap
unit barang jadi dinyatakan dalam persentase dari jumlah biaya
bahan baku yang diperlukan untuk membuat produk tersebut.
Tarif BOP yang dihitung berdasarkan kuantitas bahan baku akan
dinyatakan dalam bentuk rupiah per unit bahan baku yang
diserap setiap unit barang jadi.
c. Biaya tenaga kerja langsung
Pembebanan biaya overhead menggunakan metode ini
dilakukan apabila sebagian besar elemen dalam proses produksi
berkaitan erat dengan jumlah upah tenaga kerja langsung., lika
biaya tenaga kerja langsung dijadikan dasar pembebanan biaya,
tarif BOP dinyatakan dalam persentase dari biaya tenaga kerja
langsung. BOP dialokasikan secara proporsional dengan biaya
tenaga kerja untuk memproduksi barang jadi. Tarif BOP
ditentukan dengan membagi anggaran BOP dengan taksiran
biaya tenaga kerja langsung dikalikan 100%.
d. Jam Tenaga kerja Langsung
Penggunaan biaya tenaga kerja langsung juga berkaitan
erat dengan jam kerja dari tenaga kerja langsung tersebut.
Semakin banyak jam kerja yang diperlukan upah tenaga kerja
langsung juga akan semakin besar. Oleh karena itu,
pembebanan BOP juga dapat dilakukan dengan menggunakan
jam tenaga kerja langsung. jam tenaga kerja langsung dipakai
sebagai dasar perhitungan tarif pembebanan BOP didasarkan
informasi tentang jumlah jam tenaga kerja langsung yang
diperlukan untuk membuat setiap jenis produk pada umumnya
relatif lebih mudah. Kemudian, jumlah jam tenaga kerja langsung
menunjukkan jangka waktu penggunaan atau pengoperasian
fasilitas pabrik yang dalam banyak hal merupakan faktor penentu
perubahan total BOP. Tarif BOP ditentukan cara membagi
anggaran BOP dengan taksiran jam kerja langsung sehingga
diperoleh tarif per jam kerja langsung.
e. Jam Mesin
Dasar pembebanan BOP ke produk dengan jam mesin
tidak berbeda dengan jam tenaga kerja langsung. Dasar ini
digunakan apabila proses produksi sebagian besar
menggunakan bantuan mesin-mesin pabrik dan biaya overhead
berubah sesuai dengan jam kerja mesin yang digunakan. Tarif
BOP ditentukan dengan cara membagi anggaran BOP dengan
taksiran jam mesin sehingga diperoleh tarif BOP per jam mesin.
J. Pembebanan BOP
BOP merupakan elemen biaya produksi dan melekat pada harga pokok
produk. Setelah dilakukan perhitungan tarif BOP, langkah selanjutnya adalah
membebankan tarif BOP tersebut ke produk. Terdapat dua metode untuk
mengalokasikan dan atau membebankan BOP kepada seluruh produk yang
dihasilkan secara adil, yaitu BOP sesungguhnya dan BOP dibebankan.
a. BOP Sesungguhnya
Pengalokasian BOP sesungguhnya akan menyebabkan
penyerapan secara merata seluruh BOP ke produk yang
dihasilkan dalam suatu periode akuntansi. Namun, pembebanan
dengan BOP sesungguhnya harus menunggu sampai akhir
periode akuntansi, yaitu setelah seluruh biaya diketahui
jumlahnya. Akibatnya, perhitungan harga pokok produksi tidak
dapat dilakukan apabila produk diselesaikan dari proses
produksi yang kurang dari satu periode akuntansi.
Pendekatan ini memiliki keunggulan berupa ketelitian
informasi harga pokok produk yang dihasilkan. Pengalokasian
atau pembebanan BOP sesungguhnya kepada produk hanya
bermanfaat untuk tujuan penilaian persediaan dan penentuan
laba periodik. Perencanaan dan pengambilan keputusan oleh
manajemen ataupun pengendalian biaya akan kurang
bermanfaat karena mengabaikan unsur ketepatan waktu
penyajiannya. BOP yang sesungguhnya terjadi selama periode
berjalan dicatat ke akun BOP sesungguhnya.
b. BOP Dibebankan
Pengalokasian atau pembebanan BOP kepada produk
dapat dilakukan berdasar biaya yang jumlahnya ditentukan di
muka. Pendekatan ini diperlukan taksiran baik terhadap jumlah
produk yang akan dihasilkan maupun biayanya dalam suatu
periode akuntansi. Seluruh produk yang dihasilkan dapat
menyerap semua BOP. Pendekatan ini tidak sebaik pendekatan
BOP sesungguhnya dalam tingkat ketelitian.
Perhitungan harga pokok produk tidak perlu ditunda
sampai akhir periode akuntansi, yaitu setelah seluruh biaya
diketahui jumlahnya. Prosedur alokasi atau pembebanan BOP
dilakukan berdasarkan taksiran biaya. Hal ini memerlukan
penentuan tarif atas dasar biaya yang akan dibebankan kepada
setiap unit produk yang dihasilkan. Pembebanan BOP
berdasarkan tarif dicatat ke akun BOP dibebankan.
K. Selisih BOP
Selanjutnya pada akhir periode, akun BOP sesungguhnya dibandingkan
dengan akun BOP dibebankan dan hal ini kemungkinan terjadi selisih BOP. Ada
dua kemungkinan selisih BOP.
a. Jumlah BOP dibebankan > BOP sesungguhnya. Selisih tersebut
dicatat pada akun BOP lebih dibebankan.
b. Jumlah BOP dibebankan < BOP sesungguhnya. Selisih tersebut
dicatat pada akun BOP kurang dibebankan.
L. Akuntansi Selisih BOP
Timbulnya selisih BOP merupakan sesuatu yang wajar sebagai akibat
dari penggunaan tarif BOP yang ditentukan di muka. Selanjutnya adalah
bagaimana perlakuan akuntansi terhadap selisih BOP tersebut. Selisih BOP
dapat dibebankan ke akun laba rugi atau dibebankan ke akun
beban pokok penjualan.
a. Selisih BOP dibebankan pada akun laba rugi. Apabila BOP
terbebani secara berlebihan maka pencatatan jurnalnya
adalah sebagai berikut

tanggal Nama akun dan ref Debit (Rp) Kredit (Rp)


keterangan
2020 des 31 BOP lebih dibebankan 10.000.000
Laba Rugi 10.000.000

Apabila terjadi BOP kurang dibebankan maka jurnal pencatatannya

tanggal Nama akun dan ref Debit (Rp) Kredit (Rp)


keterangan
2020 des 31 Laba Rugi 10.000.000
BOP lebih dibebankan 10.000.000

b. Selisih BOP ditutup ke akun beban pokok penjualan.Jurnal


penutupan BOP lebih dibebankan ke akun beban pokok penjualan
sebagai berikut.

tanggal Nama akun dan ref Debit (Rp) Kredit (Rp)


keterangan
2020 des 31 BOP lebih dibebankan 10.000.000
Beban Pokok Penjualan 10.000.000

BOP kurang dibebankan ditutup ke akun beban pokok penjualan maka jurnal
pencatatannya sebagai berikut.

tanggal Nama akun dan ref Debit (Rp) Kredit (Rp)


keterangan
2020 des 31 Beban Pokok Penjualan 10.000.000
BOP lebih dibebankan 10.000.000
DAFTAR REFERENSI

Bahri, S. dkk. 2021. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Carter, William K. Dan Milton F. Usry. 2007. Cost Accounting. 17th Edition, Dame
Thomson Learning.

Kinney, Michael R. Dan Cecily A Raiborn. 2011.Cost Accounting. South


Westernt:Cagage Learning

Anda mungkin juga menyukai