Anda di halaman 1dari 4

Antara Kebutuhan atau Keinginan: Eksplorasi Kontribusi Charcter Strenght

Self Regulation pada Pada Perilaku Revenge Buying Pekerja Muda di


Makassar
HASIL RISET:

Berkurangnya tindakan isolasi, pasar konsumsi berangsur pulih. Konsumen


menunjukkan kecenderungan untuk mengkompensasi permintaan terpendam
sebelumnya (Liu, Yanfeng. 2023. Pembelian balas dendam: Peran emosi negatif
yang disebabkan oleh lockdown, Elsevier. Jilid 75.hal 1

Pembatasan COVID-19 mengakibatkan frustrasi akan kebutuhan otonomi pada


konsumen, yang menyebabkan reaktansi psikologis dan persepsi stres. Reaktansi
psikologis berdampak positif, sedangkan stres yang dirasakan berdampak negatif
terhadap niat membeli balas dendam. Dengan demikian, pembelian balas dendam
hanya terjadi ketika reaktansi psikologis lebih besar daripada stres yang dirasakan.
(Gupta, Astha Sanjeev dan Jaydeep Mukherjee.2022. Menguraikan pembelian
balas dendam secara eceran: peran reaktansi psikologis dan stres yang
dirasakan. Jurnal Internasional Manajemen Ritel & Distribusi.

Temuan: Hasil analisis Partial Least Squares Structural Equation Modeling (PLS-
SEM) mengungkap proses kompensasi psikologis melalui konsumsi barang
mewah memberikan efek terapeutik terhadap harga diri dan kesejahteraan
subjektif. Selain itu, Analisis Multi-Kelompok (MGA) menggambarkan
perbedaan berbasis pendapatan dalam mekanisme konsumsi balas
dendam. Temuan ini menyoroti bahwa ketika individu mengalami kurangnya
kendali, kecemasan, atau ketakutan, mereka mencari tindakan untuk memulihkan
kondisi psikologis mereka melalui pembelian barang mewah.
Limitasi: menyelidiki apakah model yang diusulkan dapat diterapkan pada jenis
peristiwa kehidupan yang penuh tekanan lainnya. Meskipun konsumsi barang
mewah untuk balas dendam telah ditetapkan sebagai strategi adaptif selama era
COVID-19, kami tidak menyelidiki potensi dampak jangka panjang dari perilaku
pembelian ini
(Kim,|Sanghae dan Hyo Jung (Julie) Chang.2023. Mekanisme terapi ritel selama
peristiwa kehidupan yang penuh tekanan: Kompensasi psikologis dari konsumsi
balas dendam terhadap merek-merek mewah. s Ritel dan Konsumen. Jilid 75
Semua kelompok emosional mempengaruhi pencarian sosialisasi dan
mempengaruhi niat belanja harga tinggi. Namun, depresi dan
ketidakpedulian berhubungan positif dengan pencarian sosialisasi dan
mempengaruhi niat belanja massal. Selain itu, emosi lain selain
kecemasan mempengaruhi peredaan suasana hati dan mempengaruhi niat
belanja mahal. Terakhir, kemarahan dikaitkan dengan pengendalian diri
dan memengaruhi niat berbelanja dalam jumlah besar.

(Park,Inyoung dkk.2021. Perubahan pola konsumsi selama pandemi COVID-19:


Menganalisis motivasi pembelanjaan balas dendam dari berbagai kelompok
emosi. Jurnal Ritel dan Konsumsi.Jilid 65

Hasil: Individu yang melakukan pendekatan positif terhadap pengalaman mereka


selama pandemi Covid-19 menunjukkan peningkatan identitas diri yang pro-
lestari dan pro-lingkungan, sehingga menghasilkan konsumsi berkelanjutan dan
peralihan ke belanja online. Individu yang memiliki pengalaman negatif yang
sangat kuat menunjukkan peningkatan rasa takut ketinggalan (FOMO),
keengganan terhadap kehilangan, dan pereGuptanungan. Saat berbelanja, mereka
menunjukkan perilaku kawanan dan beralih ke belanja online.
Limitasi: Studi ini menyoroti mekanisme emosional dan psikologis yang
mempengaruhi perubahan jangka panjang dalam preferensi belanja konsumen
pasca pandemi Covid-19. Generalisasi temuan ini terbatas karena sifat penelitian
yang bersifat eksploratif dan ukuran sampel.
(Gupta, Astha Sanjeev dan Jaydeep Mukherjee.2022. Perubahan Jangka Panjang
dalam Perilaku Belanja Konsumen Pascapandemi: Sebuah Studoi Eksplorasi.
Jurnal Internasional Manajemen Ritel & Distribusi.Jilid 50 Edisi 12.

penelitian ini menunjukkan bahwa kesadaran nilai dan dorongan kenyamanan


adalah orientasi belanja dominan yang mendorong konsumen Gen Z. Ini bisa
menjadi alasan utama mengapa mereka lebih menyukai e-retailer. Pada saat yang
sama, mereka kemungkinan besar akan 'membandingkan dan membedakan'
produk yang tersedia di platform e-niaga sebelum melakukan pembelian
akhir. Jadi pengecer elektronik harus terus mencari cara untuk meningkatkan fitur-
fitur ini untuk mengatasi gangguan yang mereka timbulkan pada industri ritel. Hal
ini juga mengarah pada pernyataan bahwa Gen Z kurang loyal terhadap merek
dibandingkan generasi sebelumnya dan hal yang sama juga divalidasi oleh
penelitian ini.
(https://journals.sagepub.com/doi/full/10.1177/0972150919880128)
Hasilnya tampaknya menunjukkan bahwa kekuatan karakter, vitalitas, dan
pengaturan diri adalah yang paling berkontribusi dalam meminimalkan kesulitan
emosional. Penelitian baru disarankan untuk memahami beberapa hasil yang
ditemukan pada kekuatan karakter.
(https://revistas.unal.edu.co/index.php/psicologia/article/view/72960)

Latar Belakang
Revenge Buying adalah suatu perilaku konsumen yang ingin membeli barang-
barang yang mereka tidak bisa beli karena adanya tekanan keuangan, sehingga
Ketika tekanan keuangan itu hilang maka terjadilah lonjakan konsumsi. Revenge
buying merupakan salah satu perilaku kosumen yang masih asing ditelinga
masyrakat namun tanpa disadari sudah dirasakan. Kami memfokuskan ke pekerja
muda karena biasanya
Perilaku konsumtif yang mengarah pada revenge buying menjadi fenomena
menarik dalam konteks kehidupan modern. Revenge buying adalah respons
konsumen terhadap pengalaman stres atau ketidaknyamanan sebelumnya, di mana
individu merespon situasi sulit dengan meningkatkan aktivitas belanja mereka.
Fenomena ini menjadi semakin signifikan, terutama di kalangan pekerja muda di
Makassar, yang hidup dalam lingkungan yang cepat berubah dan penuh tekanan.

Pekerja muda seringkali menghadapi tantangan besar dalam menjaga


keseimbangan antara tuntutan pekerjaan, ekspektasi sosial, dan kebutuhan pribadi
mereka. Tekanan ini dapat menciptakan situasi stres yang memicu perilaku
revenge buying sebagai bentuk pelampiasan atau pengalihan dari tekanan yang
dirasakan. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang faktor-faktor
psikologis yang dapat memengaruhi perilaku revenge buying di kalangan pekerja
muda di Makassar menjadi sangat penting.

Karakter strengths, sebagai bagian dari kerangka psikologi positif, merupakan


aspek yang mungkin memiliki kontribusi signifikan terhadap cara individu
menanggapi stres dan tantangan. Sementara itu, self-regulation memainkan peran
penting dalam mengelola impuls dan keputusan konsumtif. Oleh karena itu,
eksplorasi kontribusi karakter strengths dan self-regulation pada perilaku revenge
buying di kalangan pekerja muda di Makassar menjadi relevan dan bermanfaat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kekuatan karakter
dan kemampuan mengatur diri mempengaruhi kecenderungan pekerja muda untuk
melakukan pembelian balas dendam. Dengan melakukan ini, kami ingin
menemukan informasi berguna yang dapat membantu kami mengembangkan
teknik untuk mengelola stres dan mendorong kebiasaan belanja yang lebih sehat.
Lebih jauh lagi, penelitian ini akan memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap pengetahuan kita tentang perilaku konsumen dan psikologi positif. Selain
itu, penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada literatur mengenai perilaku
konsumtif dan psikologi positif, serta memberikan landasan bagi pengembangan
intervensi atau program pelatihan yang dapat meningkatkan kesejahteraan
psikologis dan finansial pekerja muda di Makassar.

Anda mungkin juga menyukai