Anda di halaman 1dari 27

Riset Pasar

Daftar Isi
A. Apa itu Riset Pasar 3

B. Manfaat Melakukan Riset Pasar 3

C. Riset Primer vs Riset Sekunder 4

D. Jenis Pasar Riset 5

E. 4 Metode Umum dalam Pasar Riset 7

F. 6 Cara Melakukan Pasar Riset 8

G. Product Prioritization 10

References 27

2
Riset pasar dapat membantu brand atau bisnis perusahaan tumbuh dengan
lebih baik. Namun agar riset pasar tersebut dapat berjalan efektif, kamu perlu
memperhatikan beberapa hal penting dalam panduan cara melakukan riset
pasar berikut ini.

A. Apa itu Riset Pasar


Riset pasar adalah serangkaian proses sistematis untuk mengumpulkan,
menganalisis dan menafsirkan informasi terkait target pasar, konsumen,
pesaing maupun industri secara keseluruhan.
Fungsi riset pasar dilakukan adalah agar perusahaan mendapatkan informasi
yang tepat sebagai pertimbangan dalam menyusun strategi yang menunjang
tujuan bisnis. Misalnya untuk kebutuhan merancang produk yang lebih baik,
meningkatkan pengalaman pengguna, membuat pesan pemasaran yang
dapat menarik lead berkualitas dan meningkatkan konversi.

B. Manfaat Melakukan Riset Pasar


Riset pasar membantu setiap perusahaan, penyedia layanan, individu atau
organisasi agar bisa membuat keputusan yang lebih baik dan lebih tepat.
Semakin banyak dan mendalam riset yang dilakukan, maka akan semakin
baik untuk perusahaan dalam menghadapi perubahan lingkungan. Berikut ini
adalah beberapa manfaat melakukan riset pasar:
1. Melakukan riset pasar dapat membantu bisnis memperkuat posisi
mereka. Riset pasar berguna untuk mendapatkan perspektif dan

3
pemahaman yang lebih baik tentang pasar atau target audiens, serta
memastikan bahwa perusahaan kamu tetap terdepan dalam persaingan.
2. Melakukan riset pasar dapat meminimalkan risiko investasi apa pun
karena kamu telah melewati beberapa step seperti meneliti dan menguji
pasar, produk, konsep, atau ide bisnis yang masuk akal dan sehat.
3. Melakukan riset pasar dapat membantu mengidentifikasi potensi
ancaman dan peluang.
4. Riset pasar dapat membantu untuk menemukan kekuatan dan
kelemahan bisnis kamu dan pesaing.
5. Melakukan riset pasar dapat membantu bisnis agar tetap terdepan dalam
persaingan.

C. Riset Primer vs Riset Sekunder


Pada dasarnya ada dua jenis riset pasar yang dapat dilakukan, yaitu riset
primer dan riset sekunder. Berikut ini perbedaan keduanya yang disajikan
dalam tabel.

Riset primer Riset sekunder

Jenis riset ini mencari informasi Jenis riset ini dilakukan dengan
langsung tentang pelanggan dan menganalisa semua sumber data
target pasar dan berguna untuk dan catatan yang sudah ada.
melakukan segmentasi pasar
dan menentukan buyer persona.

4
Dikategorikan menjadi penelitian Beberapa jenis sumber yang
eksploratif dan penelitian menjadi data dalam riset sekunder
spesifik. antara lain sumber publik,
komersial, dan penjualan.

D. Jenis Pasar Riset


Riset pasar sendiri terdiri dapat dibedakan menjadi banyak jenis. Berikut ini
adalah beberapa jenis dari riset pasar, di antara lain yaitu.
● Interviews
Wawancara memungkinkan untuk diskusi tatap muka (secara langsung
dan virtual) sehingga memungkinkan terjadinya percakapan yang alami
dan kamu bisa memperhatikan bahasa tubuh orang yang diwawancarai
secara langsung.
● Focus groups
Terdapat orang-orang yang telah dipilih dengan cermat dalam focus
group yang akan menguji produk, menonton demo, memberikan umpan
balik, dan/atau menjawab pertanyaan spesifik.
● Product/service use research
Penelitian penggunaan produk atau layanan menawarkan wawasan
tentang bagaimana dan mengapa audiens menggunakan suatu produk
atau layanan, dan fitur spesifik di dalamnya. Jenis riset pasar ini juga
memberikan gambaran tentang kegunaan produk atau layanan untuk
target audiens kamu.

5
● Observation-based research
Penelitian berbasis pengamatan memungkinkan untuk mengamati cara
target audiens menggunakan produk atau layanan milikmu, apa yang
bekerja dengan baik dalam hal UX, hambatan apa yang mereka hadapi,
dan aspek mana yang bisa lebih mudah bagi mereka untuk digunakan dan
diterapkan.
● Buyer persona research
Riset persona pembeli memberi pandangan realistis tentang siapa yang
menjadi target audiens, apa tantangan mereka, mengapa mereka
menginginkan produk atau layananmu, apa yang mereka butuhkan dari
brand-mu, dan banyak lagi.
● Market segmentation research
Riset segmentasi pasar memungkinkan untuk mengkategorikan target
audiens ke dalam kelompok (atau segmen) yang berbeda berdasarkan
karakteristik spesifik dan menentukan cara yang efektif untuk memenuhi
kebutuhan mereka, memahami harapan mereka, dan mempelajari apa
tujuan mereka.
● Pricing research
Riset harga memberikan gambaran tentang produk atau layanan serupa
apa yang dijual di pasar yang sama, apa yang target audiens harapkan
sehingga mau membayar untuk suatu produk atau jasa, dan berapa harga
yang wajar bagi untuk menjual produk atau jasa milikmu. Semua
informasi ini akan membantu menentukan strategi penetapan harga.
● Competitive analysis research
Analisis kompetitif memberikan pemahaman mendalam tentang
persaingan di pasar dan industri yang sama. Kamu dapat mempelajari apa
6
saja yang berjalan dengan baik di industri yang kamu jalani, kompetitor
mana yang harus dijadikan role model, dan bagaimana cara kamu untuk
membedakan diri dari kompetitor.

E. 4 Metode Umum dalam Pasar Riset


Sebelum masuk kepada langkah-langkah atau cara melakukan riset pasar,
berikut ini adalah beberapa metode umum yang sering digunakan.
1. Kuesioner
Metode ini membutuhkan formulir yang berisi daftar pertanyaan yang
akan diajukan. Setelah itu, formulir tersebut akan disebarkan kepada
sampel dengan kriteria yang telah disesuaikan dengan user persona.
2. Riset grup
Dalam riset grup, beberapa orang dengan kesamaan minat terhadap
suatu hal dikumpulkan bersama. Setelah itu, kamu dapat mengajukan
pertanyaan seperti apa yang mereka butuhkan, opini mereka terkait
produk atau jasa yang kamu tawarkan, dan lainnya. Selain itu, kamu juga
bisa melakukan tes produk kepada mereka.
3. Survei
Hampir sama dengan kuesioner, namun bedanya, survei biasanya
dilakukan secara acak karena bertujuan untuk mendapatkan gambaran
umum terkait bisnis yang kamu jalankan.
4. Observasi
Metode observasi ini lebih bersifat deskriptif, kamu dapat melakukan
pengamatan secara langsung terhadap situasi pasar melalui media sosial
atau mengamati suatu peristiwa dan melakukan analisis sebab-akibat.

7
F. 6 Cara Melakukan Pasar Riset
Berikut cara melakukan riset pasar yang dapat kamu gunakan sebagai
panduan:
1. Merumuskan masalah
Tahap pertama dalam cara melakukan riset pasar adalah merumuskan
masalah. Tentukan hal apa dari bisnis yang ingin kamu ketahui melalui
riset pasar tersebut.
Tahapan ini penting karena akan menentukan langkah-langkah
selanjutnya yang harus kamu ambil dalam riset pasar.
2. Tentukan desain penelitian
Pilih desain penelitian yang tepat untuk membantumu mencari jawaban
atas masalah yang sudah dirumuskan sebelumnya. Misalnya jika kamu
justru ingin menemukan potensi masalah yang dihadapi bisnis maka
pilihan desain penelitian eksplorasi akan lebih tepat. Sebab desain
penelitian ini dapat membantumu mengembangkan hipotesis atau
mengajukan pertanyaan yang lebih tepat.
Sementara jika kamu ingin memahami suatu masalah lebih dalam, maka
akan lebih tepat bila menerapkan desain penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif mampu menggambarkan fenomena atau karakteristik populasi
tersebut.
Jenis desain penelitian ini juga berguna untuk memilih segmen pasar dan
mengukur performa. Namun untuk dapat melakukannya kamu
membutuhkan gagasan yang cukup tentang apa yang ingin diukur dan
cara pengukurannya. Lain lagi halnya bila kamu ingin mengetahui

8
hubungan sebab akibat dalam suatu masalah. Untuk jenis masalah ini
kamu membutuhkan desain penelitian kausal.
3. Tentukan sampel
Cara melakukan riset pasar selanjutnya adalah menentukan sampel dan
metodenya. Riset pasar tentu tidak bisa dimulai tanpa adanya sampel.
Kunci dalam memilih sampel yang baik adalah yang sifatnya representatif.
Artinya sampel tersebut harus mencerminkan populasi yang ingin
dipelajari melalui riset pasar, atau yang mengacu pada target pasar dan
buyer persona perusahaan. Untuk melakukan hal ini kamu dapat
menggunakan metode pengambilan sampel probabilitas atau
non-probabilitas.
4. Tentukan metode pengumpulan data
Untuk mengumpulkan data tentukan metode penelitian yang paling
efektif menurutmu. Misalnya untuk data primer kamu dapat
mengumpulkan secara langsung atau tidak langsung. Metode
pengumpulan data secara langsung dapat dilakukan dengan survei,
wawancara, FGD dan sebagainya. Sementara pengumpulan data tidak
langsung dilakukan melalui beberapa cara seperti observasi atau
eksperimen. Selain itu untuk data sekunder kamu dapat
mengumpulkannya melalui data internal perusahaan atau dari hasil riset
pasar yang dikeluarkan perusahaan konsultan.
5. Analisa dan interpretasi data
Setelah data berhasil dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah mengolah
dan menganalisa data tersebut. Analisa data tersebut untuk melihat pola,
memahaminya, lalu menerjemahkannya ke dalam kesimpulan sebagai
jawaban dari masalah dan tujuan awal riset pasar. Tidak menutup
9
kemungkinan hasil riset juga dapat membuat kamu sadar akan
masalah-masalah baru dalam bisnis yang selama ini tidak disadari.
6. Susun dan sajikan dalam laporan riset
Tahap terakhir yang tidak boleh dilewatkan adalah membuat dan
menyajikan hasil riset ke dalam laporan. Gambarkan analisa dan sajikan
dalam angka atau deskripsi yang tepat di laporan tersebut. Gunakan
pengetahuan tentang pelanggan, bisnis dan pasar untuk kemudian
mengolah hasil riset pasar dalam laporan tersebut. Hasil riset yang
disajikan dalam laporan bisa berupa kesimpulan, solusi solusi atas
masalah awal yang melatarbelakangi riset pasar atau rekomendasi dalam
pengembangan strategi bagi bisnis di masa depan.

G. Product Prioritization
Product Prioritization merupakan proses menentukan fitur atau fungsi
produk yang paling penting untuk dikembangkan atau diperbarui
berdasarkan prioritas tertentu. Product Prioritization dilakukan untuk
memastikan bahwa sumber daya dan waktu yang terbatas digunakan secara
efektif untuk mengembangkan produk yang menghasilkan value bagi
pelanggan dan perusahaan.
Product Prioritization melibatkan evaluasi berbagai faktor seperti kebutuhan
pelanggan, dampak bisnis, biaya pengembangan, persaingan pasar, dan
sumber daya yang tersedia. Adapun tujuan akhir product prioritization adalah
untuk menghasilkan roadmap yang jelas dan fokus dalam mendukung tim
pengembangan produk bekerja secara efisien agar menghasilkan produk
yang sukses.

10
Adapun Product Prioritization memiliki beberapa framework yang umumnya
digunakan untuk memprioritaskan proses pengembangannya diantaranya
sebagai berikut:
1. RICE Framework
RICE dikenal sebagai sistem skoring internal Intercom yang digunakan
untuk memprioritaskan ide, RICE memungkinkan tim produk untuk
bekerja berdasarkan inisiatif yang paling mungkin mempengaruhi tujuan
suatu produk. Sistem skoring ini mengukur setiap fitur terhadap empat
faktor diantaranya Reach, Impact, Confidence, dan Effort.
● Reach: berkaitan dengan berapa banyak orang yang akan terpengaruh
dengan adanya suatu fitur dalam jangka waktu tertentu. Contohnya
seperti data pelanggan per kuartal, transaksi per bulan dan lain
sebagainya.
● Impact: berkaitan dengan seberapa besar dampak yang akan
dirasakan pengguna. Pada faktor ini umumnya diukur dengan
menggunakan beberapa skala sebagai berikut
3 = Dampak Besar
2 = Dampak Tinggi
1 = Dampak Sedang
0.5 = Dampak Rendah
0,25 = Dampak Minimal
Adapun contoh dari faktor Impact ini seperti berapa banyak fitur yang
mempengaruhi tingkat konversi pelanggan.
● Confidence: berkaitan dengan tingkat kepercayaan terhadap dampak
yang ditimbulkan serta banyak data yang mendukung dampak

11
tersebut. Umumnya pengukuran Confidence diukur dengan satuan
persentase dimana:
100% = High Confidence
80% = Medium Confidence
50% = Low Confidence
● Effort: berkaitan dengan jumlah waktu yang dibutuhkan dalam
mengembangkan suatu fitur dengan sumber daya yang dimilikinya.

Setelah dilakukan penilaian terhadap keempat faktor yang ada kemudian


akan dilakukan penghitungan menggunakan rumus pada gambar berikut

Dengan menggunakan rumus diatas akan menghasilkan RICE score yang


digunakan untuk memprioritaskan suatu fitur dalam pengembangan
produk. Adapun penerapan RICE Framework seperti pada gambar di
bawah ini.

Adapun kelebihan dan kekurangan dari RICE Framework ini diantaranya


adalah sebagai berikut.

12
Kelebihan
● Dengan menggunakan RICE Framework keputusan yang dibuat
dilakukan berdasarkan data yang objektif dan terukur sehingga dapat
meminimalisir bias dan perspektif subjektif
● RICE Framework mempertimbangkan faktor penting seperti jumlah
orang yang akan terpengaruh (Reach), dampak terhadap pengguna
(Impact), kepercayaan pada hipotesis (Confidence), dan usaha yang
dibutuhkan untuk menerapkan fitur (Effort). Hal ini dapat membantu
memastikan bahwa sumber daya diarahkan pada pengembangan fitur
yang paling penting.
● RICE framework dapat membantu tim pengembangan
memprioritaskan fitur dan proyek dengan cepat dan efisien, yang
dapat menghemat waktu dan sumber daya.
Kekurangan
● RICE framework lebih fokus pada faktor kuantitatif, seperti jumlah
pengguna yang terpengaruh dan dampak pada pendapatan. Hal ini
dapat mengabaikan faktor kualitatif seperti kepuasan pengguna dan
pengalaman pengguna.
● RICE framework mungkin tidak cocok untuk proyek-proyek yang lebih
kompleks atau proyek-proyek yang membutuhkan keputusan yang
lebih subjektif.
● RICE framework memerlukan data yang akurat untuk membuat
keputusan prioritas yang baik. Jika data yang digunakan tidak akurat,
maka keputusan yang dihasilkan mungkin tidak akurat atau relevan.
● RICE framework tidak mempertimbangkan faktor risiko dalam
membuat keputusan prioritas. Hal ini dapat mengakibatkan proyek
13
yang dipilih tidak memiliki risiko yang diinginkan dan kemudian gagal
atau tidak mencapai hasil yang diharapkan.

2. Value vs Effort Framework


Value vs Effort Framework adalah sebuah metode untuk mengukur
prioritas dalam pengembangan produk atau fitur, yang mengukur nilai
(value) dari fitur yang akan dikembangkan terhadap usaha (effort) yang
diperlukan untuk mengembangkan fitur tersebut. Dalam metode ini, fitur
yang memiliki nilai lebih tinggi dan memerlukan usaha lebih sedikit akan
menjadi prioritas yang lebih tinggi.
Value vs Effort framework memberikan ruang diskusi antara para
stakeholder terkait hal yang mereka yakini sebagai Value dan Effort yang
ada sehingga dapat membantu tim pengembangan produk untuk
memprioritaskan fitur-fitur dengan cara yang obyektif, berdasarkan nilai
yang diberikan dan usaha yang diperlukan untuk mengembangkan fitur
tersebut. Hal ini dapat memastikan bahwa sumber daya diarahkan pada
pengembangan fitur yang memberikan nilai terbaik dengan usaha yang
minimal.

14
Adapun kelebihan dan kekurangan pada Value vs Effort Framework
adalah sebagai berikut.
Kelebihan
● Value vs Effort Framework memfokuskan pada nilai yang diberikan
oleh fitur yang akan dikembangkan, yang dapat membantu tim
pengembangan memprioritaskan fitur dengan cara yang obyektif.
● Metode ini mempertimbangkan usaha yang diperlukan untuk
mengembangkan fitur, yang dapat membantu tim pengembangan
menghindari fitur-fitur yang memerlukan usaha yang besar tetapi
memberikan sedikit nilai.
● Metode ini mempertimbangkan usaha yang diperlukan untuk
mengembangkan fitur, yang dapat membantu tim pengembangan
menghindari fitur-fitur yang memerlukan usaha yang besar tetapi
memberikan sedikit nilai.
● Dengan mengukur nilai dan usaha, Value vs Effort Framework dapat
membantu tim pengembangan mengambil keputusan yang lebih baik
dalam memprioritaskan fitur dan mengalokasikan sumber daya.
Kekurangan
● Value vs Effort Framework cenderung fokus pada faktor kuantitatif,
seperti nilai dan usaha, dan mungkin mengabaikan faktor kualitatif
seperti kepuasan pengguna dan pengalaman pengguna.
● Value vs Effort Framework tidak mempertimbangkan faktor risiko
dalam membuat keputusan prioritas.
● Value vs Effort Framework mungkin tidak cocok untuk proyek-proyek
yang lebih kompleks atau proyek-proyek yang membutuhkan
keputusan yang lebih subjektif.
15
● Value vs Effort Framework memerlukan data yang akurat untuk
membuat keputusan prioritas yang baik. Jika data yang digunakan
tidak akurat, maka keputusan yang dihasilkan mungkin tidak akurat
atau relevan.

3. KANO Model
Kano Model Framework adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengklasifikasikan preferensi pelanggan terhadap fitur-fitur produk.
Kano Model membagi preferensi pelanggan terhadap fitur-fitur produk ke
dalam tiga kategori utama, yaitu:
1. Fitur-fitur yang diharapkan: Fitur-fitur ini adalah fitur yang dianggap
sebagai keharusan, dan pelanggan menganggap bahwa produk harus
memiliki fitur ini. Jika fitur ini tidak tersedia, maka pelanggan akan
merasa kecewa. Contoh fitur yang diharapkan pada smartphone
adalah kemampuan untuk menelepon dan mengirim pesan.
2. Fitur-fitur yang diinginkan: Fitur-fitur ini adalah fitur yang dianggap
penting oleh pelanggan, dan jika fitur ini tersedia, maka pelanggan
akan merasa senang dan puas. Namun, jika fitur ini tidak tersedia,
pelanggan tidak akan merasa kecewa. Contoh fitur yang diinginkan
pada smartphone adalah kamera dengan kualitas tinggi.
3. Fitur-fitur yang membuat pelanggan terkesan: Fitur-fitur ini adalah
fitur yang tidak diharapkan atau diinginkan oleh pelanggan, tetapi jika
tersedia, akan membuat pelanggan sangat terkesan dan bahkan
meningkatkan loyalitas pelanggan. Contoh fitur yang membuat
pelanggan terkesan pada smartphone adalah pemindai sidik jari untuk
membuka kunci perangkat.
16
Kano Model Framework memungkinkan perusahaan untuk memahami
preferensi pelanggan terhadap fitur-fitur produk dan mengembangkan
produk yang lebih memenuhi kebutuhan pelanggan. Dengan memahami
kategori fitur-fitur produk yang diinginkan oleh pelanggan, perusahaan
dapat memprioritaskan pengembangan produk dan mengalokasikan
sumber daya dengan lebih efektif. Adapun Kano Model digambarkan
seperti pada gambar di bawah ini.

Adapun pada KANO Model memiliki kelebihan dan kekurangan


diantaranya sebagai berikut.
Kelebihan
● KANO Model dapat membantu perusahaan memahami preferensi
pelanggan terhadap fitur produk, yang dapat membantu dalam
pengembangan produk yang lebih baik.
● KANO Model memberikan pandangan yang holistik tentang preferensi
pelanggan, dengan membedakan antara fitur yang diharapkan, fitur
yang diinginkan, dan fitur yang membuat pelanggan terkesan.

17
● Dengan memahami preferensi pelanggan, perusahaan dapat
mengembangkan produk yang lebih memenuhi kebutuhan pelanggan,
yang dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.
● Dengan memahami preferensi pelanggan, perusahaan dapat
mengembangkan produk yang lebih memenuhi kebutuhan pelanggan,
yang dapat meningkatkan kepuasan pelanggan.
Kekurangan
● KANO Model memerlukan analisis yang teliti untuk memahami
preferensi pelanggan, yang dapat memakan waktu dan sumber daya.
● KANO Model hanya mengidentifikasi preferensi pelanggan yang telah
dipikirkan sebelumnya, dan tidak mengidentifikasi preferensi
pelanggan yang belum terpikirkan.
● KANO Model terbatas pada pengembangan produk, dan tidak dapat
digunakan untuk memahami preferensi pelanggan terhadap layanan
atau pengalaman pelanggan.

4. Story Mapping
Story mapping memungkinkan tim pengembangan untuk memahami
konteks penggunaan produk dan merancang fitur-fitur produk dengan
lebih baik. Dalam penggunaan story mapping dapat dibuat dalam
serangkaian kategori berurutan yang mewakili setiap perjalanan
pengguna dalam menavigasi produk mulai dari mendaftar hingga
menggunakan suatu fitur tertentu. Kemudian, tim dapat menempatkan
tugas-tugas berdasarkan prioritas sehingga dapat terlihat produk yang
memiliki prioritas yang tinggi. Story mapping dapat digambarkan sebagai
berikut.
18
Adapun kelebihan dan kekurangan Story Mapping diantaranya sebagai
berikut.
Kelebihan
● Membantu mengidentifikasi MVP suatu produk dengan cepat dan
efisien.
● Fokus terhadap user experience.
● Kolaboratif.
Kekurangan
● Tidak memperhitungkan faktor prioritas produk dari sisi eksternal
seperti nilai bisnis dan kompleksitasnya.

19
5. The MoSCoW Method

MoSCoW Method adalah sebuah teknik prioritisasi yang digunakan dalam


pengembangan perangkat lunak untuk memprioritaskan kebutuhan atau
fitur-fitur produk. Metode ini didasarkan pada akronim MoSCoW, yang
masing-masing hurufnya mewakili kategori prioritas tertentu.
1. Must have (Harus Ada): Fitur atau kebutuhan yang sangat penting dan
harus ada dalam produk agar produk dapat berfungsi dengan baik.
Jika fitur ini tidak tersedia, maka produk tidak dapat
diimplementasikan. Contohnya, sistem login pada aplikasi.
2. Should have (Sebaiknya Ada): Fitur atau kebutuhan yang penting,
tetapi tidak kritis seperti fitur harus ada. Jika fitur ini tidak tersedia,
produk masih dapat berfungsi, tetapi mungkin tidak optimal.
Contohnya, fitur email notification pada aplikasi.
3. Could have (Bisa Ada): Fitur atau kebutuhan yang menginginkan jika
ada, akan memberikan nilai tambah pada produk. Namun, fitur ini
bukanlah prioritas utama dan dapat ditunda jika sumber daya
terbatas. Contohnya, fitur dark mode pada aplikasi.

20
4. Won't have (Tidak Ada): Fitur atau kebutuhan yang tidak diperlukan
dalam waktu dekat, dan dapat ditunda atau bahkan dihapus dari
rencana produk. Contohnya, fitur integrasi dengan platform media
sosial yang tidak relevan dengan produk.
Dalam MoSCoW Method, setiap kebutuhan atau fitur produk
dikategorikan ke dalam salah satu kategori prioritas ini. Hal ini
memungkinkan tim pengembangan perangkat lunak untuk fokus pada
fitur-fitur yang paling penting dan mengalokasikan sumber daya secara
efektif. Namun, MoSCoW Method juga memiliki kelemahan, seperti
kurangnya fleksibilitas dalam mengubah prioritas dan kurangnya detail
tentang bagaimana menentukan prioritas fitur-fitur yang sama-sama
penting.

6. Opportunity Scoring
Opportunity Scoring menurut Anthony Ulwick adalah pelanggan membeli
produk dan layanan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu. Hal ini
berarti walaupun pelanggan tidak pandai untuk menemukan suatu solusi
untuk masalah mereka, umpan balik mereka akan menjadi hal yang
sangat penting. Umpan balik ini lah yang akan digunakan untuk
menghasilkan suatu produk atau fitur yang diinginkan.

21
Opportunity Scoring menggunakan grafik kepuasan dan kepentingan
untuk mengukur dan memprioritaskan peluang. Setelah mendapatkan
hasil yang ideal tim pengembang dapat melakukan survei kepada
pelanggan dengan menanyakan kepentingan dan kepuasan terhadap
solusi yang ditawarkan. Jawaban yang diperoleh akan diplot dan akan
terlihat hasil dari survey yang ada untuk diprioritaskan dalam sprint
berikutnya.
Opportunity Scoring sangat baik untuk mengidentifikasi solusi inovatif
untuk masalah yang general dan juga akan sangat mudah untuk
divisualisasikan dan dikategorikan pada grafik. Hanya saja, akan adanya
bias dari pelanggan dengan melebihkan atau meremehkan dari jawaban
yang diberikannya sehingga data yang dimiliki memiliki akurasi yang
cukup rendah.

22
7. Product Tree
Product Tree merupakan permainan kolaborasi yang dikembangkan oleh
Bruce Hollman. Fokus dari kegiatan ini adalah untuk membentuk produk
yang sesuai dengan pelanggan dimana akan memberikan nilai bagi
perusahaan. Tujuan dari adanya Product Tree ini bertujuan untuk
memastikan ide-ide inovasinya dapat tersampaikan dan tidak ada yang
terlewatkan.

Product Tree dilakukan dengan menggambar pohon besar dengan


beberapa cabang besar di papan tulis, dimana setiap batang pohon ini
mewakili fitur yang sudah dimiliki, cabang terluar mewakili fitur yang
akan di rilis berikutnya dan cabang lainnya merupakan fitur yang belum
tersedia. Peserta akan menuliskan fitur potensial pada sticky notes yang
akan menjadi daunnya dan setiap peserta akan menempatkannya pada
cabang yang mereka tuju.
Dengan melibatkan pengguna untuk menempatkan fitur yang mereka
inginkan pada product tree, tim pengembang dapat mengidentifikasi

23
kelompok atau cabang terbesar sehingga memungkinkan untuk
menentukan area pengembangan produk yang perlu dilakukan prioritas
pada pengembangan selanjutnya.
Product tree memberikan gambaran visual mengenai seberapa baik fitur
suatu produk, metode ini juga sangat kolaboratif dengan memanfaatkan
wawasan pelanggan secara langsung tanpa berpaku pada survei yang
kaku. Hanya saja, metode ini tidak memberikan penilaian kuantitatif
kepada product manager untuk menentukan prioritas setiap fitur, dan
product tree juga memerlukan waktu untuk memprioritaskan kembali
karena tidak dipisahkan ke dalam suatu pengelompokkan lain.

8. Cost of Delay

Menurut Joshua Arnold Cost of Delay merupakan cara untuk


menunjukan dampak waktu terhadap hasil yang ingin dicapai oleh suatu
produk. Cost of Delay memprioritasi produk dengan menilai dampak
waktu terhadap nilai bisnis dari suatu fitur atau produk. Metode ini
membantu tim pengembang untuk memprioritaskan pekerjaan
berdasarkan nilai bisnis yang dihasilkan dan biaya yang dikeluarkan jika

24
suatu pekerjaan tertunda. Adapun untuk menentukan nilai Cost of Delay
adalah dengan menghitung waktu dan effort yang diperlukan untuk
membuat suatu produk atau fitur.
Cost of Delay memungkinkan product manager untuk mengukur backlog
dalam satuan uang, mendukung product manager dalam membuat
keputusan yang lebih baik berdasarkan nilai yang paling penting bagi
bisnis perusahaan dan mengubah orientasi dari tim dari metrik biaya dan
efisiensi menjadi kecepatan dan nilai. Tetapi parameter dalam
menentukan nilai moneter suatu fitur didasarkan pada intuisi sehingga
hal ini dapat menyebabkan ketidaksepakatan internal terkait nilai dari
fitur yang akan dibuat.

9. Buy of Feature
Buy of Feature merupakan aktivitas inovasi yang melibatkan pelanggan
dan stakeholder dimana metode ini akan memberitahu seberapa besar
nilai dari suatu fitur atau ide bagi pengguna. Buy of Feature dilakukan
dengan cara menentukan daftar fitur, ide atau pembaruan dan
menetapkan nilai moneter untuk setiap fitur. Nilai yang digunakan harus
didasarkan pada waktu, uang dan tenaga yang diperlukan untuk setiap
fitur dalam suatu tim. Kemudian, bentuk kelompok dan berikan sejumlah
nominal uang agar dapat dibelanjakan pada fitur-fitur yang sudah di
sarankan. Peserta akan membeli fitur yang mereka sukai dan setelah itu
minta peserta untuk menjelaskan alasan membeli suatu fitur dan
kemudian, atur ulang fitur tersebut sesuai dengan banyak uang yang
dibelanjakan.

25
Dengan menggunakan Buy a Feature dalam prioritisasi produk, tim
produk dapat memastikan bahwa fitur atau perbaikan produk yang akan
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Namun, metode ini
memiliki beberapa kelemahan, seperti kecenderungan pelanggan untuk
memilih fitur atau perbaikan produk yang mudah dijelaskan atau yang
mereka inginkan, bukan yang benar-benar diperlukan. Oleh karena itu,
tim produk harus memastikan bahwa pelanggan memiliki pemahaman
yang baik tentang fitur atau perbaikan produk sebelum memutuskan
untuk membelinya.

26
References

https://www.ekrut.com/media/cara-melakukan-riset-pasar

Product Prioritization Frameworks: The 9 Most Popular (roadmunk.com)

Value vs. Complexity Prioritization Model | Definition and Overview

(productplan.com)

27

Anda mungkin juga menyukai