Hasil Laela
Hasil Laela
OLEH : NURLELA
SUNDARI Z.
O1A1 14 034
Hasil Penelitian
Diajukan oleh:
NURLELA SUNDARI Z.
O1A1 14 034
Suryani, S.Farm., M.Sc., Apt. Dian Munasari Solo, S.Farm., M.Si. Apt.
NIP. 19810626 200801 2 012 NIP.
Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi,
ii
KATA PENGANTAR
Melalui kesempatan ini dengan segala bakti penulis haturkan terima kasih
yang tak terhingga kepada orang tua penulis ayahanda Zainuddin Dg. Sewang
dan ibunda Nursidah (Almh.) atas segala doa, restu, semangat, bimbingan,
Terima kasih penulis haturkan kepada Ibu Suryani, S.Farm., M.Sc., Apt.
selaku pembimbing pertama dan Ibu Dian Munasari Solo, S.Farm., M.Si. Apt.
selaku pembimbing kedua yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran
3
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada :
4. Ibu Fery Indradewi Armadany,, S.Si., M.Si., Apt. Dan Ibu A. Eka Purnama
5. Bapak Yamin, S.Pd., M.Sc. selaku Kepala Laboratorium Farmasi yang telah
6. Ibu Wahyuni, S.Si., M.Si., Apt., Bapak Muh. Hajrul Malaka, S.Si., M.Si., dan
Ibu Andi Nafisah Tendri Ajeng. S.Farm., M.Sc. selaku Dewan Penguji yang
telah banyak memberikan ide dan saran bagi penulis dalam menyelesaikan
tugas akhir.
7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Farmasi, serta seluruh staf di lingkungan
Fakultas Farmasi UHO atas segala fasilitas dan pelayanan yang diberikan
8. Keluarga besar penulis yang telah memberikan motivasi dan semangat kepada
penulis.
Fadilah Ayu Lestari) yang bekerja keras untuk menyelesaikan tugas akhir ini
4
10. Sahabat terbaikku keluarga abalone’s Astried Amalia Amanat, I s r a w a
bersama kalian yang tidak bisa terlupakan serta terimakasih untuk selalu ada
dan menemani penulis baik dalam suka maupun duka serta semangat dan
dukungannya.
semangat dan motivasi, serta bantuan kepada penulis: Devita Suba Mairi, Lili
Handayani, Ismar Wulan, Mika Febryati Kadir, Fadilah Ayu Lestari, Nur
12. Kakak-kakak senior 2010-2013 yang telah berbaik hati membantu dan
13. Teman-teman Emulsi 2014, kelas A dan kelas farmasi industri dan teknologi
formulasi yang kompak, kerja sama yang baik dan selalu memberikan
14. Teman-teman SMPN 9 Kendari (Halin Bahayulanda, Winda Alifia, Nitra Sari,
5
15. Teman-teman SMAN 4 Kendari (Qarima Nurul, Miftahul Jannah, Eka
16. Seluruh pihak yang telah membantu melancarkan penelitian dan penulisan ini
yang tidak tersebutkan namanya ucapan terima kasih tidak terhingga dari
penulis.
kepada semua pihak dan apabila masih terdapat kesalahan dalam hasil ini, sudilah
kiranya memberikan koreksi untuk lebih baiknya tulisan ini. Semoga Allah SWT
memberi taufik kepada kita semua untuk mencintai ilmu yang bermanfaat dan
Penulis
6
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI vii
ABSTRAK ix
ABSTRACT xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
D. Manfaat 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Uraian Umum Biji Nangka (A. heterophyllus Lamk.) 6
B. Rambut 9
C. Ekstraksi 18
D. Skrining Fitokimia 22
E. Hewan Coba Kelinci 25
F. Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut 27
G. Kerangka Konsep 28
BAB III METODE PENELITIAN 29
A. Waktu dan Tempat Penelitian 29
B. Jenis Penelitian 29
C. Bahan Penelitian 29
D. Alat Penelitian 29
E. Variabel 30
F. Definisi Operasional 30
G. Determinasi dan Pengumpulan Tumbuhan 31
H. Ekstraksi 31
I. Skrining Fitokimia 32
J. Uji Karakterisasi Ekstrak 33
K. Prosedur Penelitian 35
vii
L. Analisis Data 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38
A. Determinasi Tanaman 38
B. Pengolahan Sampel 38
C. Ekstraksi 39
D. Skrining Fitokimia 41
E. Karakterisasi Ekstrak 45
F. Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut 47
BAB V PENUTUP 53
A. Kesimpulan 53
B. Saran 53
DAFTAR PUSTAKA 54
LAMPIRAN 61
Lampiran 1. Surat Kelayakan Etik (Ethical Clearance) 61
Lampiran 2. Surat Determinasi Tanaman 62
Lampiran 3. Diagram Alir Metode Penelitian 63
Lampiran 4. Perhitungan Rendemen Ekstrak 66
Lampiran 5. Perhitungan Pembuatan Larutan Uji 67
Lampiran 6. Karakterisasi Ekstrak 68
Lampiran 7. Berat Badan Hewan Percobaan (Kelinci) 70
Lampiran 8. Data Rata-rata Pertumbuhan Rambut 71
Lampiran 9. Analisis Data 72
Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian 77
8
DAFTAR TABEL
9
DAFTAR GAMBAR
10
DAFTAR LAMPIRAN
11
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
xii
Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut Dari Ekstrak Etanol Biji Nangka
(Artocarpus heterophyllus Lamk.) Terhadap Hewan Coba Kelinci
(Oryctolagus cuniculus)
NURLELA SUNDARI Z
O1A1 14 034
ABSTRAK
13
HAIR GROWTH ACTIVITY TEST FROM JACKFRUIT SEED
ETHANOL EXTRACT (Artocarpus heterophyllus Lamk.) AGAINST
RABBIT (Oryctolagus cuniculus)
NURLELA SUNDARI Z
O1A1 14 034
ABSTRACT
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rambut merupakan mahkota seseorang dan menjadi salah satu unsur yang
membersihkan rambut minimal 2 hari sekali serta merawat dengan intensif bila
mempunyai masalah pada rambut dan kulit kepala (Anisah dkk., 2017).
sebagai pelindung kepala dari sengatan sinar matahari, penghangat dan estetika.
Rambut yang tebal, panjang, hitam, berkilau dan sehat merupakan keinginan
setiap orang, namun tidak semua orang dapat memilikinya. Hal ini dikarenakan
adanya faktor genetik, usia dan lainnya yang dapat membuat rambut rusak, rontok
salah satu masalah yang paling dikhawatirkan setiap orang. Kerontokan rambut
dapat terjadi normal atau tidak normal tergantung dari banyaknya helai rambut
yang rontok setiap hari. Seseorang yang sehat dengan kulit kepala bersih, sehat
dan terawat, angka berkisar antara 0 sampai 40 jika angka kerontokan tidak
melebihi 40, masih disebut normal (Priskila, 2012; Subekhi dkk., 2009).
umur, genetik, ras tertentu, hormonal, imunologis, defisiensi gizi, stres psikis,
trauma fisik, penyakit kulit tertentu dan penyebab lain yang belum diketahui.
1
Salah satu cara pencegahan kerontokan rambut dapat dilakukan dengan
Obat sintetik seperti minoxidil dan finasterid sering digunakan dan telah
obat sintetik sering memberikan efek samping pada penggunaan jangka panjang
seperti alergi pada kulit, sakit kepala, vertigo, lemas dan edema. Sehingga dalam
adalah biji tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.). Biji nangka sangat
darah yang sehat, dan memberikan pencernaan yang sehat (Tejpal dan Parle,
karena baunya yang disenangi. Selain buahnya yang enak, biji nangka juga dapat
mengkonsumsi biji, sehingga biji nangka biasanya dibuang sebagai limbah padat
tanpa ada pengolahan lebih lanjut, padahal biji nangka memiliki kandungan gizi
2
Kandungan vitamin A, Vitamin B diketahui mampu merangsang
pertumbuhan rambut dan menjaga rambut tetap sehat serta berkilau. Vitamin C
(Tambunan dkk., 2012; Nurjannah dkk., 2014). Menurut Delphin dkk (2014)
tanin, terpenoid dan flavonoid. Hasil ini berbeda dengan penelitian hasil
sebelumnya yang dilakukan oleh Gupta (2011) yang menyatakan bahwa ekstrak
biji nangka mengandung senyawa flavonoid, saponin dan steroid. Perbedaan hasil
tanaman yang berbeda. Faktor lingkungan, seperti iklim, cuaca dan lokasi tumbuh
2006).
aktivitas sebagai bakterisid dan anti virus yang dapat menekan pertumbuhan
3
sehingga memberi nutrisi dan mempercepat pertumbuhan rambut. Polifenol dan
tanin dapat mengikat dan melindungi protein yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
Oleh karena masih kurangnya data ilmiah yang memanfaatkan biji nangka
sebagai perawatan kulit kepala dan pertumbuhan rambut, maka perlu dilakukan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Konawe Selatan.
ekstrak etanol biji nangka (A. heterophyllus Lamk.) serta pengaruh volume
4
D. Manfaat
2. Bagi institusi, penelitian ini dapat memberikan informasi dalam bidang obat
heterophyllus Lamk.).
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Klasifikasi Nangka
sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Morales
Famili : Moraceae
Genus : Artocarpus
Gambar 1. Tanaman nangka
Species : Artocarpus heterophyllus Lamk. (A. heterophyllus Lamk.)
(Dokumentasi Pribadi, 2018)
2. Nama Tanaman dan Daerah
Anane (Ambon); Lumasa, Malasa (Lampung); Nanal, Krour (Irian Jaya); Nangka
6
3. Morfologi Tanaman Nangka
berkayu, bulat, kasar dan berwarna hijau kotor. Daun A. heterophyllus Lamk.
tunggal, berseling, lonjong, memiliki tulang daun yang menyirip, daging daun
tebal, tepi rata, ujung runcing, panjang 5-15 cm, lebar 4-5 cm, tangkai panjang
ketiak daun dan berwarna kuning. Bunga jantan dan betinanya terpisah dengan
tangkai yang memiliki cincin, bunga jantan ada di batang baru di antara daun atau
di atas bunga betina. Buah berwarna kuning ketika masak, oval, dan berbiji coklat
Biji nangka yang sering disebut dengan beton oleh masyarakat Jawa
Tengah ini merupakan jenis biji-bijian yang terdapat pada buah nangka, biji
nangka juga merupakan hasil samping dari buah nangka. Biji buah nangka atau
yang termasuk pada keluarga Moraceae. Pada umumnya, biji nangka berbentuk
bulat lonjong berukuran kecil berkisar antara 3,5 cm hingga 4,5 cm dan berkeping
dua.
7
Kulit biji nangka terdiri dari tiga lapisan kulit yaitu kulit luar yang
berwarna kuning tekstur lunak, kulit tengah yang berwarna putih dan kulit ari
yang tipis berwarna coklat menempel pada daging biji nangka (Lies, 2004). Biji
Biji nangka berbentuk bulat sampai lonjong, berukuran kecil lebih kurang
panjang biji nangka sekitar 3,5 cm-4,5 cm dengan berat berkisar 3 hingga 9 gram.
Biji nangka berkeping dua, jumlah rata-rata biji setiap buah nangka adalah 30
hingga 50 biji, dan rasio berat biji terhadap buah sekitar sepertiga dimana sisanya
mineral (kalsium dan fosfor) dan vitamin yaitu vitamin A, vitamin C, dan vitamin
rambut dan menjaga rambut tetap sehat serta berkilau. Vitamin C berguna untuk
meningkatkan sirkulasi darah (Tejpal dan Parle, 2016). Biji nangka juga dapat
dikonsumsi sebagai sumber nutrisi yang baik (Sreeletha AS dkk., 2017). Biji
nangka yang merupakan salah satu sumber pangan untuk manusia, juga dapat
minuman, dan sebagai sumber minyak untuk industri. Pada tumbuhan tingkat
8
tinggi, asam lemak terakumulasi dalam bentuk trigliserida pada biji nangka yang
kandungan kalsium, besi dan fosfor yang relatif besar, kandungan besi yang
terdapat pada biji nangka berperan aktif melancarkan sirkulasi darah yang
Biji nangka merupakan sumber protein dan pati yang baik. Biji nangka juga
banyak manfaat kesehatan seperti anti kanker, anti penuaan dan antioksidan (Noor
dkk., 2014). Menurut Delphin dkk (2014) skrining fitokimia ekstrak biji nangka
dan polifenol berfungsi sebagai antioksidan untuk mengurangi radikal bebas dan
sebagai antibakteri dan antivirus bekerja menghambat bakteri dan virus sehingga
B. Rambut
1. Definisi Rambut
Rambut merupakan mahkota seseorang dan menjadi salah satu unsur yang
9
membersihkan rambut minimal 2 hari sekali serta merawat dengan intensif bila
berperan sebagai proteksi terhadap lingkungan yang merugikan, antara lain suhu
dingin atau panas dan sinar ultraviolet. Selain itu, rambut juga berfungsi sebagai
pengatur suhu, pendorong penguapan keringat dan sebagai indera peraba yang
sensitif. Di saat ini, peranan rambut lebih condong pada keserasian dan estetika
(Purnamasari, 2013).
terminal, yang umumnya kasar (misalnya rambut kepala, alis, rambut ketiak, dan
rambut kelamin), dan rambut vellus, yang berupa rambut halus pada pipi, dahi,
2. Anatomi Rambut
Struktur kulit terdiri dari tiga bagian yaitu bagian jaringan subkutan, dermis
bagian dermis juga terdapat pembuluh darah kapiler, kelenjar keringat, otot
fungsinya, rambut didukung oleh otot penegak rambut (arrector pili muscle) dan
sehingga posisi semua rambut tegak dan teratur. Sedangkan kelenjar minyak,
10
Semua jenis rambut tumbuh dari akar rambut yang ada di dalam lapisan
dermis dari kulit. Menurut letaknya, rambut dibagi menjadi 2 yaitu bagian yang
ada di dalam kulit yang disebut akar rambut dan bagian yang ada di luar kulit
yang disebut batang rambut (Soedibyo dan Dalimartha, 1998). Batang rambut
berbentuk kantung yaitu folikel rambut. Pada ujung basal folikel melebar
melingkari papila pili terdiri atas jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf yang
penting bagi kelangsungan hidup folikel rambut; bagian yang melebar disebut
bulbus pili. Sel-sel terdalam pada bulbus, yang meliputi papila pili menghasilkan
batang rambut yang akan muncul ke permukaan kulit. Sel-sel yang membungkus
bulbus merupakan lanjutan sel-sel stratum basal dan spinosum epidermis kulit.
selubung selular bagi rambut. Sel-sel papila memiliki sifat induktif terhadap
aktivitas folikel, dan nutrien dari kapilernya adalah esensial untuk fungsi
normalnya. Sel-sel epitel yang membungkus papila dapat disamakan dengan sel-
sel stratum basal pada epidermis, dan mereka membentuk matriks rambut.
11
Gambar 3. Anatomi Rambut (Raylene, 2008)
Rambut terdapat diseluruh kulit kecuali telapak tangan kaki dan bagian
dorsal dari falang distal jari tangan, kaki, labia minor dan bibir. Terdapat 2 jenis
rambut yaitu rambut terminal dan rambut velus. Rambut mempunyai siklus
kehidupan sendiri yang dimulai dari rambut tumbuh sampai rontok. Masa tumbuh
setiap helai rambut hanya antara 2 hingga 6 tahun, lalu rontok pada pori-pori yang
sama, rambut baru mulai tumbuh. Siklus rambut dimulai dari fase pertumbuhan
(anagen), fase transisi (katagen) yang pendek dan fase istirahat (telogen). Rambut
berhenti tumbuh selama tiap-tiap fase istirahat. Fase pertumbuhan terdiri atas fase
pertumbuhan awal dan fase pertumbuhan aktif. Sel-sel matris melalui mitosis
membentuk sel-sel baru mendorong sel-sel lebih tua ke atas aktivitas ini lamanya
2-6 tahun. 90% dari 100.000 folikel rambut kulit kepala normal mengalami fase
pertumbuhan pada suatu saat. Setelah itu ada fase transisi, dimulai dari penebalan
jaringan ikat di sekitar folikel rambut. Bagian tengah akar rambut menyempit dan
12
gada (clubbed hair), berlangsung 2-3 minggu lalu fase istirahat yang berlangsung
±4 bulan, rambut mengalami kerontokan 50-100 lembar rambut rontok dalam tiap
harinya dan terdapat gerak merinding jika terjadi trauma, stress disebut piloreksi.
Pada fase pertumbuhan berikutnya, rambut yang sudah beristirahat akan didorong
keluar dari pori-pori kulit kepala. Hal ini yang menyebabkan rambut rontok
(Kartodimedjo, 2013).
sel-sel fase pertumbuhan lebih tua ke atas. Aktivitas ini berlangsung dua sampai
lima tahun. Sekitar 85% dari 100.000 folikel rambut kulit kepala normal
mengalami fase pertumbuhan pada satu saat yang sama (Sinaga dkk., 2012).
Fase katagen yakni fase dimana selaput dan jaringan ikat sekitar kandung
rambut di daerah umbi rambut menebal, papil rambut mengeriput atau menyusut,
serta bergerak ke atas menjauhi dermal papila sehingga umbi rambut tidak lagi
13
tumbuh lagi. Fase katagen merupakan fase transisi sebelum aktivitas kandung
membulat sebagai gada. Dalam keadaan demikian, rambut disebut sebagai rambut
gada (clubbed hair). Rambut ini tidak segera rontok karena masih dipertahankan
dalam kandung rambut oleh ujungnya yang membulat secara melebar. Namun
demikian, secara lambat laun rambut tersebut akan terdorong ke atas sehingga
akhirnya rontok. Fase katagen berlangsung selama kurang lebih 14-21 hari atau
Tahap ini berlangsung tiga sampai empat bulan, dan rambut yang
mengalami aktivasi setiap saat 14%. Rambut mengalami kerontokan 50–100 helai
setiap harinya, kemudian dimulai lagi dengan fase anagen yang baru, yaitu papila
rambut yang mengeriput selama masa katagen akan berkembang kembali. Umbi
rambut terbentuk disekeliling papila rambut dan rambut tumbuh kembali. Dengan
kembalinya fase anagen, rambut lama atau rambut gada (clubbed hair) yang sudah
berada dibagian atas kandung rambut terdorong lepas oleh tumbuhnya rambut
14
4. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Rambut
berikut :
1. Keadaan Fisiologik
a. Hormon
kortikosteroid. Masa pertumbuhan rambut 0,35 mm/hari, lebih cepat pada wanita
dada, tungkai laki-laki, serta rambut-rambut kasar lainnya. Namun, pada kulit
b. Nutrisi
protein dan kalori. Keadaan ini rambut menjadi kering dan suram. Adanya
Kekurangan vitamin B12, asam folat, asam amino, karbohidrat, lemak, vitamin,
mineral dan zat besi juga dapat menyebabkan kerontokan rambut (Soepardiman
15
c. Kehamilan
Pada kehamilan muda, yaitu tiga bulan pertama, jumlah rambut telogen
masih dalam batas normal, tetapi pada kehamilan tua menurun sampai 10%
(Kusumadewi, 2011).
d. Masa Pubertas
Pada masa ini terjadi peningkatan kadar hormon seks. Ini berakibat
pertumbuhan rambut ketiak dan rambut kemaluan, tetapi rambut kepala justru
e. Kelahiran
ibu dengan cepat beralih ke fase telogen, sehingga selama masa ini dijumpai nilai
Jika rambut janin dalam rahim seluruhnya berada dalam fase anagen, maka
beberapa minggu setelah bayi lahir akan tampak kerontokan rambut, yang disusul
dengan pertumbuhan rambut baru selama tahun pertama dan kedua kehidupannya
(Kusumadewi, 2011).
g. Masa tua
bagian-bagian ini fase anagen rambut menjadi singkat, rambut lebih cepat rontok
dan rambut halus tumbuh sebagai gantinya folikel rambut mengalami atrofi, fase
16
pertumbuhan bertambah singkat, rambut lepas lebih cepat dan densitas rambut
h. Vaskularisasi
bagian 2/3 bawah folikel sudah berlangsung sebelum susunan pembuluh darah
2. Keadaan Patologik
a. Peradangan sistemik/setempat
Bakteri lepra yang menyerang kulit akan menyebabkan kulit menjadi atrofi
dan folikel rambut rusak, akan terjadi kerontokan rambut pada alis mata dan bulu
rambut menipis secara rata maupun setempat secara tidak rata sehingga disebut
moth eaten appearance. Infeksi jamur di kulit kepala dan rambut akan
b. Obat
vinkristin, dan obat antimitotik, misalnya kolkisin. Obat antikoagulan heparin atau
17
telogen dalam jumlah besar, sehingga menyebabkan effluvium telogen. Logam
berat yang akan terikat pada grup sulfhidril dalam keratin antara lain talium,
c. Mekanis
2011).
d. Kelainan endokrin
e. Penyakit kronis
terdapat kekurangan protein dalam jumlah besar (Soepardiman dan Lily, 2010).
C. Ekstraksi
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Dan hasil
dari ekstraksi adalah ekstrak. Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut
18
diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga
yaitu ”like dissolve like” yang artinya senyawa polar akan larut dengan baik pada
fase polar dan senyawa nonpolar akan larut dengan baik pada fase nonpolar (Illing
dkk., 2017).
Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada sifat bahan dan senyawa yang
akan diisolasi. Sebelum memilih suatu metode, target ekstraksi perlu ditentukan
struktural.
tetapi tidak dihasilkan oleh sumber lain dengan kontrol yang berbeda, misalnya
dua jenis dalam marga yang sama atau jenis yang sama tetapi berada dalam
kondisi yang berbeda. Identifikasi seluruh metabolit sekunder yang ada pada suatu
organisme untuk studi sidik jari kimiawi dan studi metabolomik. Proses ekstraksi
khususnya untuk bahan yang berasal dari tumbuhan adalah sebagai berikut:
2. Pemilihan pelarut.
19
3. Pelarut polar seperti air, etanol, metanol, dan sebagainya.
(Mukhriani, 2014).
dingin (maserasi dan perkolasi) dan cara panas (refluks, sokletasi, digesti dan
untuk memperoleh kandungan kimia yang diinginkan (Depkes RI, 1985). Ada
suatu jenis pemisahan lainnya dimana satu fase dapat berulang-ulang dikontakkan
dengan fase yang lain, misalnya ekstraksi berulang-ulang suatu larutan dalam
pelarut air dan pelarut organik. Proses pemisahan ini menggunakan suatu metode
yang disebut dengan metode ekstraksi soxhlet. Metode ekstraksi soxhlet adalah
suatu metode ekstraksi bahan yang berupa padatan dengan solven berupa cairan
Mekanisme kerja ekstraksi soxhlet ini yaitu pada sokletasi pelarut pengekstraksi
yang mula-mula ada dalam labu dipanaskan sehingga menguap. Uap pelarut ini
naik melalui pipa pengalir uap dan cell pendingin sehingga mengembun dan
menetes pada bahan yang diekstraksi. Cairan ini menggenangi bahan yang
diekstrak dan bila tingginya melebihi tinggi sifon, maka akan keluar dan mengalir
bahan tiap kali diekstraksi dengan pelarut yang baru (Elda dkk., 2014).
20
Sokletasi merupakan proses ekstraksi yang menggunakan penyarian
memanaskan pelarut hingga membentuk uap dan membasahi sampel. Pelarut yang
sudah membasahi sampel kemudian akan turun menuju labu pemanasan dan
dapat dihemat karena terjadi sirkulasi pelarut yang selalu membasahi sampel.
Proses ini sangat baik untuk senyawa yang tidak terpengaruh oleh panas (Darwis.,
2000).
di dalam labu akan menguap ketika dipanaskan melewati pipa samping alat soklet
berkondensasi akan jatuh pada bagian dalam alat soklet yang berisi sampel yang
telah dibungkus dengan kertas saring dan merendamnya hingga mencapai bagian
atas tabung sifon. Satu daur sokletasi dapat dikatakan telah terlewati, apabila alat
soklet berisi pelarut telah terendam pelarut sampai bagian atas tabung sifon,
kemudian seluruh bagian pelarut tersebut akan tertarik dan ditampung pada labu
tempat pelarut awal. Proses ini berlangsung terus-menerus sampai diperoleh hasil
ekstraksi yang dikehendaki. Alat soklet terdiri dari labu destilasi sebagai tempat
menampung pelarut dan ekstrak, tabung sifon sebagai tempat menampung sampel
dan tempat terjadinya ekstraksi, pipa di samping tabung sifon sebagai jalur pelarut
yang menguap kemudian didinginkan dan akan jatuh kedalam tabung sifon
(Harbone, 1996).
21
Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi ini adalah etanol. Etanol
yang terdapat dalam simplisia sebagian besar terambil, selain itu etanol tidak
bersifat toksik. Pelarut penyari menggunakan etanol 96% yang lebih polar dengan
tujuan agar metabolit sekunder lebih banyak yang tersari sehingga didapatkan
hasil ekstraksi yang maksimal dan lebih banyak dari penelitian sebelumnya.
D. Skrining Fitokimia
pereaksi warna. Hal penting yang berperan penting dalam skrining fitokimia
1. Flavonoid
diproduksi oleh tanaman, dan umumnya digambarkan sebagai hal yang non-
Produk sekunder secara biologis aktif dalam banyak hal, dan lebih dari 10.000
varian struktural flavonoid telah dilaporkan. Karena sifat fisik dan biokimiainya,
22
flavonoid juga mampu berinteraksi dengan beragam target di lokasi subselular
bakterisid dan anti virus yang dapat menekan pertumbuhan bakteri dan virus,
2. Saponin
steroida yang merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun
3. Polifenol
Senyawa fenol dapat di definisikan secara kimiawi oleh adanya satu cincin
aromatik yang membawa satu (fenol) atau lebih (polifenol) substitusi hidroksil,
ditemukan pada tumbuhan. Zat ini memiliki tanda khas yakni memiliki banyak
poliferasi sel pada sel papilla dermal rambut, menekan produksi necrosis factor
23
4. Alkaloid
molekul rendah yang terutama ditemukan pada tumbuhan, tetapi juga pada tingkat
yang lebih rendah pada mikroorganisme dan hewan. Alkaloid mengandung satu
atau lebih atom nitrogen, biasanya sebagai amina primer, sekunder, atau tersier,
dan ini biasanya memberi sifat basa pada alkaloid, memfasilitasi isolasi dan
pemurnian, karena garam yang dapat larut dalam air dapat terbentuk dengan
adanya asam mineral. Nama alkaloid sebenarnya berasal dari alkali. Namun,
dan pada keberadaan dan lokasi gugus fungsional lainnya. Alkaloid mengandung
amina kuartener juga ditemukan di alam. Aktivitas biologis dari banyak alkaloid
sering bergantung pada fungsi amina yang diubah menjadi sistem kuartener
5. Terpenoid
oleh tumbuhan dan terutama terkandung pada getah dan vakuola selnya. Pada
metabolisme sekunder. Terpen atau terpenoid aktif terhadap bakteri, virus dan
24
terpenoid akan bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran luar
dinding sel bakteri membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga mengakibatkan
kelinci, dan dipantau pada selang waktu yang telah ditentukan. Jika rambut kelinci
25
Menurut Damron (2003), kelinci diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Lagomorpha
Famili : Leporidae
Genus : Oryctolagus
Hewan uji yang digunakan adalah kelinci putih jantan, karena memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan hewan uji yang lain yaitu ukuran tubuh
(termasuk punggung tersebut) yang cukup luas sebagai area uji sehingga
stres). Tidak menggunakan mencit atau tikus karena permukaan tubuh mencit
memerlukan waktu yang relatif lama dan juga harus dilakukan hati-hati agar tidak
26
F. Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut
Tanaka dkk (1980). Hewan uji yang digunakan berupa kelinci sebanyak 3 ekor.
Punggung kelinci dibersihkan dari rambut dengan cara dicukur hingga bersih,
2,5 cm dan jarak antar daerah 1 cm. Kemudian dilakukan pengolesan pada bagian-
bagian tersebut baik dengan larutan uji, kontrol positif, kontrol negatif maupun
kelinci yang telah dibagi diolesi dengan etanol 70% sebagai antiseptik. Sebelum
terjadi stress. Pengolesan dilakukan tiap hari dua kali yaitu pada pagi dan sore hari
aktivitas pertumbuhan rambut semua daerah dengan perlakuan yang berbeda dapat
27
G. Kerangka Konsep
Aktivitas Pertumbuhan
Skrining Fitokimia Karakterisasi Ekstrak Rambut
Analisis Data
Keterangan :
: Variabel Bebas/Independen
: Variabel Terikat/Dependen
28
BAB III METODE
PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus 2018 yang
Halu Oleo.
B. Jenis Penelitian
C. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah air suling (One Med®),
aluminium foil (Klin Pak®), ekstrak biji nangka (A. heterophyllus Lamk), etanol
96% (One Med®), kertas saring, kelinci putih jantan (Oryctolagus cuniculus).
D. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas (Pyrex®),
batang pengaduk, gelas ukur (MC®), mistar, gunting, pencukur rambut, pisau,
pipet ukur, pipet tetes, kertas saring, saringan, sendok tanduk, rotary vaccum
waterbath (Stuart®).
29
E. Variabel
Variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu variabel bebas dan
variabel terikat.
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak etanol biji
F. Definisi Operasional
variabel pada penelitian ini, maka diberikan suatu pengertian dan definisi
1. Ekstrak etanol biji nangka (A. heterophyllus Lamk.) yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah ekstrak etanol biji nangka yang diekstraksi dengan
evaporator.
mengandung ekstrak etanol biji nangka dengan variasi konsentrasi 2,5%, 5%,
jangka sorong.
30
G. Determinasi dan Pengumpulan Tumbuhan
1. Determinasi Tumbuhan
Rupiah, 2014). Tujuan dari determinasi tanaman adalah apakah tanaman yang
digunakan dalam sampel penelitian ini benar jenis biji nangka (A. heterophyllus
2. Penyiapan Sampel
Sampel berupa biji nangka (A. heterophyllus Lamk.) diperoleh dari Desa
melekat dengan cara dicuci dengan air mengalir kemudian dipotong kecil-kecil
H. Ekstraksi
kertas saring dan dimasukkan ke dalam thimbel. Masukan pelarut etanol 96%
sebanyak 500 ml ke dalam labu, dan kemudian dipanaskan pada suhu 65°C yang
akan bekerja selama ± 2 jam sampai tetesan siklus tidak berwarna lagi atau
31
didalam water bath yang telah diatur pada suhu 50°C sehingga diperoleh ekstrak
I. Skrining Fitokimia
a) Uji Flavonoid
dan 1 mL Asam klorida (HCl) pekat, kemudian dikocok. Uji positif ditunjukkan
oleh terbentuknya warna merah, kuning atau jingga (Illing dkk., 2017).
b) Uji Saponin
ditambahkan beberapa tetes Asam klorida (HCl) pekat. Uji positif ditunjukkan
c) Uji Polifenol
(FeCl3). Uji positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru kehitaman (Illing
dkk., 2017).
d) Uji Alkaloid
disaring. Filtrat diuji adanya senyawa alkaloid dengan pereaksi Mayer. Sebanyak
32
ditambahkan 1 mL pereaksi Mayer. Terbentuknya endapan putih atau krem
e) Uji Terpenoid
Dilakukan dengan cara bahan uji dilarutkan dengan kloroform, setelah itu
kadar sari larut etanol, penetapan kadar air dan penetapan kadar abu.
2,5 mL klroform dengan air secukupnya hingga 100 mL dikocok hingga larut)
hingga kering dalam cawan. Dipanaskan pada suhu 105oC hingga bobot tetap.
Dihitung kadar dalam persen sari larut dalam air, (Depkes, 2008).
( )
Kadar sari larut air = x 100% (2)
Keterangan :
A = Berat ekstrak
33
b) Penetapan Kadar Sari Larut Etanol
Penetapan kadar sari larut etanol dilakukan dengan cara 2,5 gram ekstrak
dengan 100 mL etanol 96%, dimasukan dalam erlenmeyer sambil dikocok selama
6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Disaring cepat dengan
cawan suhu 105oC hingga bobot tetap. Dihitung kadar dalam persen sari yang
(3)
Keterangan :
A = Berat ekstrak
sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105°C selama 90 menit dan telah ditera.
dan dikeringkan pada suhu penetapan hingga bobot tetap, buka tutupnya, biarkan
krus dalam keadaan tertutup dan mendingin dalam desikator hingga suhu kamar,
kemudian dicatat bobot tetap yang diperoleh untuk menghitung persentase susut
Keterangan :
34
A = Berat ekstrak
35
B = Berat cawan kosong
desikator, serta ditimbang berat abu. Kadar abu dihitung dalam persen berat
Keterangan :
A = Berat ekstrak
D = Berat abu
K. Prosedur Penelitian
Hewan uji yang digunakan adalah 3 ekor kelinci putih jantan dengan bobot
terlebih dahulu terhadap tempat, kandang, dan makanan selama satu minggu.
Selama adaptasi dan pengujian hewan uji diberikan makan dan minum dengan
36
b) Pembuatan Larutan Uji
Tanaka dkk (1980). Hewan uji yang digunakan berupa kelinci sebanyak 3 ekor.
gunting dan pisau cukur, kemudian di bagi menjadi 7 daerah dengan masing-
masing sisi ± 2 cm, dan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain diberi
Keterangan :
37
5 : Ekstrak biji nangka 5%
Pemberian ekstrak dilakukan pada pagi dan sore hari dengan volume 1 mL
daerah dilakukan pada hari ke-7, 14 dan 21. Sebelum diukur, rambut dicabut
sebanyak 5 helai yang terpanjang kemudian diletakkan pada kertas hitam. Untuk
L. Analisis Data
dari hasil pengukuran panjang rambut uji aktivitas pertumbuhan rambut. Hasil
pengukuran panjang rambut, diuji statistik dengan metode uji ANOVA, SPSS 22.
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Determinasi Tanaman
Universitas Halu Oleo Kendari. Determinasi dari biji nangka dilakukan dengan
cara mencocokkan morfologi biji dengan menggunakan buku acuan Flora Untuk
heterophyllus Lamk.
B. Pengolahan Sampel
Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Sampel biji nangka ditimbang dan
diperoleh berat sampel biji nangka sebanyak 3.500 gram, kemudian dilakukan
sortasi basah. Biji nangka lalu dicuci dengan air mengalir untuk membersihkan
kotoran yang melekat pada biji nangka. Sampel biji nangka yang telah dicuci
dapat menjadi media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya sehingga
simplisia tidak mudah rusak dan dapat disimpan lebih lama (Prasetyo dan Inoriah,
2013).
39
Pengeringan dilakukan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari dan
ditutup dengan kain hitam agar sampel tidak terkena sinar matahari secara
langsung sehingga metabolit sekunder dalam simplisia tidak rusak dan juga
Sampel kemudian disortasi kering terhadap pengotor yang tertinggal dari proses
dan alu untuk mengubah ukuran sampel menjadi lebih kecil sehingga memperluas
ekstraksi (Utomo dkk., 2009). Serbuk simplisia yang diperoleh sebanyak 2.000
gram.
C. Ekstraksi
yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung diperoleh hasil yang lebih pekat
dan juga karena sampel yang digunakan berupa biji padatan yang cukup keras
sehingga lebih memudahkan proses penyarian. Sampel biji nangka disari oleh
cairan penyari yang murni, sehingga dapat menyari zat aktif lebih banyak
sehingga komponen atau senyawa kimia dalam sampel akan terisolasi dengan
baik. Metode ini digunakan karena proses ekstraksinya terjadi secara sempurna
sehingga hasil ekstrak yang diperoleh juga lebih banyak serta dengan adanya
dkk., 2018).
40
Sampel biji nangka 2.000 gram diekstraksi menggunakan metode sokletasi
menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak 500 ml. Pelarut yang digunakan
dalam penelitian ini adalah etanol 96% karena etanol relatif kurang toksik
dibandingkan metanol, murah, mudah didapat dan ekstrak yang diperoleh tidak
mudah ditumbuhi jamur dan bakteri serta umum digunakan dalam pembuatan
senyawa polar maupun non polar yang terdapat dalam simplisia dapat tertarik
vacum evaporator pada suhu 50oC untuk memisahkan pelarut dari filtratnya,
water bath untuk menguapkan pelarut etanol sehingga terpisah dari ekstrak hingga
diperoleh ekstrak kental sebanyak 213,9 gram. Ekstrak kental biji nangka yang
diperoleh lalu dihitung rendemennya dan diperoleh sebesar 10,7% (Lampiran 4).
Hasil ekstrak biji nangka berwarna cokelat tua kehitaman dengan aroma bau khas
41
D. Skrining Fitokimia
golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak etanol biji nangka. Skrining
pereaksi warna. Hal penting yang berperan penting dalam skrining fitokimia
adalah pemilihan pelarut dan metode ekstraksi (Kristianti dkk., 2008). Hasil
Terbentuknya Terjadi
warna merah, perubahan
Flavonoid Mg + HCl kuning atau warna
jingga (Illing menjadi
dkk., 2017). merah.
Positif
Positif
42
Terjadi
perubaha
Terbentuknya
Feri n warna
warna biru
Polifenol klorida menjadi
kehitaman (Illing
(FeCl3) biru
dkk., 2017).
kehitama
n. Positif
Terbentuknya Terbentu
endapan putih knya
Alkaloid Mayer
(Illing dkk., endapan
2017). putih.
Positif
terbentuknya
Kloroform Terbentu
cincin kecoklatan
+ asam knya
atau violet pada
Terpenoid asetat cincin
perbatasan
anhidrat + kecoklata
larutan (Nirwana
H2SO4 n.
dkk., 2015).
Positif
1. Flavonoid
ditunjukkan dengan timbulnya warna merah tua hingga jingga. Warna merah pada
43
O
O
HCl
+ Cl
OH
OH
O OH
O O
Cl + Cl
OH OH
OH OH
Gambar 9. Reaksi pembentukan garam favilium pada uji flavonoid (Illing dkk., 2017)
2. Saponin
Uji Saponin dikatakan memiliki hasil positif apabila terbentuk busa yang
mempunyai gugus hidrofilik dan hidrofob. Saponin pada saat digojok terbentuk
buih karena adanya gugus hidrofil yang berikatan dengan air sedangkan hidrofob
akan berikatan dengan udara sehingga membentuk misel. Pada struktur misel,
gugus polar menghadap ke luar sedangkan gugus non polar menghadap ke dalam
(Simaremare, 2014).
Gambar 10. Reaksi hidrolisis saponin dalam air (Setyowati dkk., 2014)
3. Polifenol
44
Perubahan warna terjadi ketika penambahan FeCl3 (Setyowati dkk., 2014).
bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil yang ada pada senyawa polifenol.
Pada penambahan FeCl3 pada ekstrak uji menghasilkan merah atau warna hijau
Gambar 11. Reaksi antara polifenol dan FeCl3 (Setyowati dkk., 2014)
4. Alkaloid
pereaksi karena alkaloid bersifat basa sehingga diekstrak dengan pelarut yang
ekstrak biji nangka diketahui bahwa sampel tersebut positif alkaloid. Ketika
ditetesi dengan pereaksi Mayer, sampel ekstrak biji nangka berubah warna
45
Gambar 12. Reaksi Alkaloid dengan reagen Mayer (Setyowati dkk., 2014)
5. Terpenoid
ekstrak etanol biji nangka menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya cincin
Buchard, molekul- molekul asam anhidrida asetat dan asam sulfat akan berikatan
OH O C CH3
E. Karakterisasi Ekstrak
sebagai upaya untuk menjamin bahwa ekstrak mempunyai nilai parameter tertentu
yang konstan dan ditetapkan (dirancang dalam formula) terlebih dahulu (Depkes
RI, 2000). Karakterisasi ekstrak meliputi penetapan kadar sari larut air, kadar sari
46
larut etanol, penetapan kadar air dan kadar abu. Karakteristik ekstrak dapat dilihat
pada Tabel 2.
Penetapan kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol merupakan
dan semi polar sampai non polar pada ekstrak. Hasilnya merupakan perkiraan
yang bersifat semi polar sampai non polar (larut etanol) (Saifudin dkk., 2011).
Kadar sari larut air ekstrak etanol biji nangka adalah 19,213% dan kadar sari larut
etanol ekstrak etanol biji nangka adalah 15,72%. Hal ini menunjukkan bahwa
kandungan senyawa yang terdapat dalam ekstrak etanol biji nangka lebih bersifat
Penentuan kadar air bertujuan untuk menjaga kualitas ekstrak yaitu untuk
menghindari pertumbuhan jamur dalam ekstrak (Angelina dkk., 2015). Kadar air
pada ekstrak etanol biji nangka adalah 7,31%. Kadar air ekstrak sudah memenuhi
47
persyaratan yaitu ≤ 10% (Depkes, 2008). Kadar air dalam ekstrak yang melebihi
mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya
ekstrak. Kadar abu pada ekstrak etanol biji nangka adalah 3,9%. Kadar abu
Ekstrak kental biji nangka yang telah dibuat kemudian ditimbang sesuai
masing-masing konsentrasi ekstrak yaitu 2,5%; 5%; 7,5% dan 10%. Setelah itu
aktivitas pertumbuhan rambut terhadap hewan uji kelinci jantan. Jenis kelamin
hormon estrogen (Sari dkk., 2016). Sebelum diberikan perlakuan pada hewan
coba kelinci yang akan digunakan, terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi selama
satu minggu dengan tujuan agar hewan uji dapat beradaptasi dengan lingkungan
kenormalan fisiologi tubuh hewan coba yang akan digunakan (Siska dkk., 2011).
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui efek dari ekstrak biji nangka
dibagi menjadi 7 bagian daerah yang terdiri dari kontrol normal (tanpa
48
pemberian), kontrol negatif (pelarut yang digunakan), kontrol positif (sediaan
yang beredar) dan konsentrasi ekstrak biji nangka 2,5%; 5%; 7,5% dan 10%.
Proses pengukuran panjang rambut dilakukan selama 21 hari. Pada hari ke-7
(minggu ke-1) pertumbuhan rambut sudah dapat terlihat oleh mata sehingga dapat
ke-3. Dalam proses pengukuran, dipilih 5 rambut kelinci terpanjang pada tiap
dari 3 ekor kelinci jantan. Hasil rata-rata panjang rambut kelinci dapat dilihat
pada Tabel 3.
49
12,00
Panjang rambut Kelinci (mm) 10,00
Kontrol normal
8,00 Kontrol positif
6,00 Kontrol negatif
4,00 Ekstrak 2,5%
Ekstrak 5%
2,00
Ekstrak 7,5%
0,00
Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Ekstrak 10%
Waktu (Minggu)
Hasil uji aktivitas pertumbuhan rambut terlihat bahwa pada hari ke-7 atau
pertumbuhan pada daerah kontrol negatif yaitu lebih lambat dibandingkan dengan
daerah kontrol positif dan daerah yang diberi ekstrak biji nangka 2,5%; 5%; 7,5%
dimana pertumbuhan rambut yang paling lambat yaitu pada daerah kontrol normal
dan kontrol negatif. Pada daerah kontrol negatif (perlakuan pelarut yang
digunakan) panjang rambut terlihat tidak berbeda nyata dengan kontrol normal,
sehingga dapat dikatakan bahwa pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi
50
Hal ini menunjukkan bahwa efek pertumbuhan rambut bukan disebabkan oleh
pelarut yang digunakan, namun dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa semakin
yang diberikan. Pada daerah kontrol positif (sediaan yang beredar di pasaran)
panjang rambut terlihat tidak berbeda nyata dengan ekstrak 7,5% dibandingkan
pertumbuhan rambut yang tercepat yaitu pada daerah yang diolesi dengan ekstrak
10% b/v dapat memberikan efektivitas pertumbuhan rambut yang lebih cepat
dibandingkan dengan kontrol normal, kontrol negatif, kontrol positif dan ekstrak
biji nangka dengan konsentrasi 2,5% b/v, 5% b/v, dan 7,5% b/v. Hal ini
panjang rambut kelinci pada setiap daerah perlakuan terdistribusi secara normal
bahwa panjang rambut kelinci pada setiap daerah perlakuan memiliki distribusi
yang normal, yaitu berdasarkan pada nilai taraf signifikansi pada masing-masing
untuk melihat populasi data yang homogen dengan ketentuan signifikan (P ≥ 0,05)
yang berarti data memiliki sifat yang sama atau homogen. Minggu pertama,
51
kedua, dan ketiga, menunjukkan data terdistribusi normal dan homogen dinilai
dari (P ≥ 0,05), sehingga dapat dilanjutkan dengan uji ANOVA (Indriaty dkk.,
2014).
perbedaan yang signifikan (berbeda nyata) atau tidak memiliki perbedaan yang
yang signifikan (berbeda nyata) antara minggu pertama, kedua, dan ketiga data
signifikansinya lebih kecil dari 0,05. Data panjang rambut kelinci pada setiap
Uji LSD bertujuan untuk mengetahui ekstrak yang paling besar memberikan efek
bahwa ekstrak 10% memiliki aktivitas yang paling baik jika dibandingkan
dengan konsentrasi ekstrak yang lain, dapat dilihat pada Lampiran 8, demikian
juga jika ekstrak 10% dibandingkan dengan baris kontrol positif (sediaan yang
beredar) nilai signifikansinya 0,260 lebih dari dari 0,05, dapat dilihat pada
Lampiran 9. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak 10% memiliki aktivitas yang
tidak berbeda nyata atau setara dengan kontrol positif karena tidak terdapat
52
Tabel uji LSD, pada baris kontrol normal dapat dilihat bahwa kontrol
negatif (pelarut yang digunakan) tidak terdapat perbedaan yang signifikan (tidak
berbeda nyata) jika dibandingkan dengan kontrol normal yaitu berdasar nilai taraf
signifikansinya 0,671 lebih besar dari 0,05 dapat dilihat pada uji LSD
(Lampiran 9). Hal tersebut menunjukkan bahwa pelarut yang digunakan untuk
Selain itu, kontrol normal dan kontrol negatif juga tidak berbeda nyata atau setara
dengan ekstrak 2,5% karena memiliki nilai signifikansi lebih dari 0,05 yaitu 0,104
dan 0,671. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak 2,5% tidak memiliki aktivitas
ekstrak 10% memiliki aktivitas yang paling baik jika dibandingkan dengan
konsentrasi ekstrak yang lain, bahkan menunjukkan aktivitas yang lebih baik dari
kontrol positif. Hal ini dapat dilihat pada tabel uji LSD (Lampiran 9) yaitu pada
baris kontrol positif, nilai taraf signifikansinya terhadap ekstrak 10% adalah 0,023
lebih kecil dari 0,05. Nilai taraf signifikansi yang lebih kecil dari 0,05
menunjukkan bahwa ekstrak 10% dan kontrol positif terdapat perbedaan yang
signifikan (berbeda nyata) dengan nilai rata-rata ekstrak 10% lebih tinggi
53
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak, maka semakin tinggi pula aktivitas
yang dihasilkan. Dimana ekstrak etanol biji nangka dengan konsentrasi 10%
B. Saran
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah perlu dilakukan uji
toksisitas, uji stabilitas dan uji iritasi serta perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
54
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, A. S., Hakim, E. H., dan Makmur, L., 1990, Flavonoid dan Fitomedika,
Kegunaan dan Prospek, Jakarta, Phyto-Medika.
Aini, Q., 2017, Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut Kelinci Jantan dari Sediaan
Hair Tonic yang Mengandung Ekstrak Etanol Daun Mangkokan
(Nothopanax scutellarium L.), Jurnal Farmasi Lampung, 6(2), 5.
Akib, N. I., Salim, Armin, N. A., Malaka, M. H., dan Baka, W. A., 2016,
Development and Evaluation of Waru (Hibiscus tiliaceus Linn.) Leaf and
Avocado (Persea americana Mill.) Fruit Extracts for Hair Growth,
International Journal of Chemical, Environmental & Biological Sciences
(IJCEBS), 4(2), 138.
Akinmutimi, A. H., 2006, Nutritive Value of Raw and Processed Jack Fruit Seeds
(Artocarpus heterophyllus): Chemical Analysis. Agricultural Journal, 1:
266-271.
Anisah, S., Sari, P., dan Ikhsanudin, M., 2017, Pengaruh Konsentrasi Ekstrak
Daun Teh (Camelia sinensis L.) sebagai Pertumbuhan Rambut pada
Kelinci (Lepus spp.) dengan Metode Maserasi, Jurnal Para Pemikir, 6(2),
161.
Darwis, D., 2000, Teknik Dasar Laboratorium Dalam Penelitian Senyawa Bahan
Alam Hayati, Workshop Pengembangan Sumber Daya Alam Hayati dan
Rekayasa Bioteknologi, FMIPA, Universitas Andalas, Padang.
55
Delphin, D. V., Haripriya, R., Subi, S., Jothi, D., dan Thirumalai, P. V., 2014,
Phytochemical Screening of Various Ethanolic Seed Extracts, World
Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 3(7), 1047.
Elda, M., Fatmawati., dan Santy, O., 2014, Ekstraksi Minyak Biji Kapuk Dengan
Metode Ekstraksi Soxhlet, Jurnal Teknik Kimia, 20(1), 23.
Fairus, dan Sirin, 2010, Pengaruh Konsentrasi HCL dan waktu hidrolisis terhadap
perolehan glukosa yang dihasilkan dari pati Biji nangka. Jurnal prosiding,
Bandung, Institut Teknologi Nasional Bandung.
Fitria Ayu., 2016, Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut, Uji Iritasi, Dan Uji
Hedonik Sediaan Hair Tonic Dari Kombinasi Ekstrak Etanol Rimpang
Lengkuas (Alpinia Galanga L.) Dengan Filtrat Daun Lidah Buaya (Aloe
Vera L.), [Skripsi], Fakultas Farmasi, Universitas Halu Oleo.
Gupta, D., Mann, S., Sood, A., dan Gupta, R. K., 2011, Phytochemical,
Nutritional and Antioxidant Activity Evaluation of Seeds of jackfruit
(Artocarpus Heterophyllus Lam.), International Journal of Pharma and
Bio Sciences, 2(4).
Handayani, C. S., Indri, H., dan Susanti, 2009, Uji Fototoksisitas Sediaan Krim
Muka “X” terhadap Kelinci Putih Jantan, Pharmacy, 6(1), 85.
Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II, Badan Litbang
Kehutanan, Jakarta
56
Illing, I., Wulan, S., dan Erfiana, 2017, Uji Fitokimia Ekstrak Buah Dengen.
Jurnal Dinamika, 8(1), 77-78.
Isnawati, A., Alegentina, S., dan Widowati, L., 2013, Karakterisasi Ekstrak Etanol
Biji Klabet (Trigonella foenum-graecum L) Sebagai Tanaman Obat
Pelancar Asi, Buletin Penelitian Kesehatan, 41(2):103-110.
Jain, P. K., dan Dass, D. J., 2015, Evaluating hair growth potential of some
traditional herbs, Asian J Pharm Clin Res, 8(6), 150-152.
Kalangi, S. J. R., 2013, Histofisiologi Kulit, Jurnal Biomedik (JBM), 5(3), S7.
Kristianti, A. N., Aminah, N. S., Tanjung, M., dan Kurniadi, B., 2008, Buku ajar
fitokimia, Surabaya: Jurusan Kimia Laboratorium Kimia Organik
FMIPA Universitas Airlangga.
Kuncari, E. S., Iskandarsyah, dan Praptiwi, 2015, Uji Iritasi dan Aktivitas
Pertumbuhan Rambut Tikus Putih : Efek Sediaan Gel Apigenin dan
Perasaan Herba Seledri (Apium graveolens L.), Media Litbangkes, 25(1),
15-16.
Larasati, R., Bambang, W., dan Merryana, A., 2016, Pengaruh Pemberian Trans
Fatty Acid (TFA) dari Margarin dan Minyak Kelapa Sawit yang
Dipanaskan Berulang Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa pada Tikus
Wistar, Indonesian J of Pub Health, 11(1), 71.
Lies, S., 2004, Keripik, Manisan Kering, dan Sirup Nangka, Yogyakarta,
Kanisius.
57
Marchaban, Soegihardjo, C. J., dan Kumarawati, F. E., 2010, Uji Aktivitas Sari
Daun Randu (Ceiba pentandra Gaertn.) sebagai Penumbuh Rambut,
Fakultas Parmasi UGM, Yogyakarta.
Martini, F. H., 2001, Fundamentals of Anatomy & Physiology, 5th ed, Prentice
Hall,New Jersey, 144-151.
Nirwana, A.P., Okid P.A., dan Tetri W., 2015, Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol
Daun Benalu Kersen (Dendrophtoe pentandra L. Miq.), EL-Vivo, 3(2),
11.
Noor, F., Jiaur, M. D., Sultan, M. M., Sorifa, M. A., Aminul, M. I. T., dan Maruf,
A, 2014, Physicochemical properties of flour and extraction of starch
from jackfruit seed, International Journal of Nutrition and Food
Sciences, 3(4), 347.
Nusa, M. I., Misril, F., dan Siti, F., 2014, Studi Pengolahan Biji Buah Nangka
dalam Pembuatan Minuman Instan, Agrium, 19(1), 32.
Nusmara, K. G., 2012, Uji Stabilitas Fisik dan Aktivitas Pertumbuhan Rambut
Tikus Putih dari Sediaan Hair Tonic yang Mengandung Ekstrak Etanol
Daun Pare (Momordica charantia), Skripsi, Universitas Indonesia,
Jakarta.
Parker, K., 2010, The Rabbit Handbook, Barron’s Aducational Series, New York.
Obatan
(Bahan Simplisia), Badan Penerbitan Fakultas Pertanian, UNIB.
Pratiwi, I., 2009, Uji Antibakteri Ekstrak Kasar Daun Acalypha indica terhadap
Bakteri Salmonella choleraesuis dan Salmonella typhimurium, Jurusan
Biologi FMIPA UNS, Surakarta.
Priskila, V., 2012, Uji Stabilitas Fisik dan Uji Aktivitas Pertumbuhan Rambut
Tikus Putih Jantan dari Sediaan Hair Tonic yang Mengandung Ektrak
Air Bonggol Pisang Kepok (Musa Balbisiana), Skripsi, Fakultas MIPA
Program Studi Farmasi, Universitas Indonesia.
58
Purnamasari, D., 2013, Pengaruh Jumlah Air Bonggol Pisang Klutuk terhadap
Sifat Fisik dan Masa Simpan Hair Tonic Rambut Rontok, E-Journal,
2(3), 62.
Rahman, F. A., Tetiana, H., dan Trianna, W. U., 2017, Skrining Fitokimia dan
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona muricata L.)
pada Streptococcus mutans ATCC 35668, Majalah Kedokteran Gigi
Indonesia, 3(1), 4.
Rahmawati, A., Sudarso., dan Dwi, H., 2009, Efek Hair Tonic Buah Mengkudu
(Morinda citrifolia L.) dan Uji Fitokimianya, Pharmacy, 6(2), 34.
Raylene, M., dan Rospond., 2008, Artikel Kulit, Rambut dan Kuku, Terjemahan
Benediktus Yohan, D.L., Jakarta.
Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Edisi ke-6,
Penerbit ITB, Bandung.
Salni., Hanifa, M., dan Ratna, W. M., 2011, Isolasi Senyawa Antibakteri Dari
Daun Jengkol (Pithecolobium lobatum Benth) dan Penentuan Nilai
KHM-nya, Jurnal Penelitian Sains, 14(1), 14109-40.
Setyowati Widiastuti. A.E, Sri Retno. D.A, Ashadi, Bakti Mulyani, Rahmawati.,
2014, Skrining Fitokimia dan Identifikasi Komponen Utama Ekstrak
Metanol Kulit Durian (Durio zibethinus Murr.) Varietas Petruk, Seminar
Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia, Surakarta.
Simaremare, E.S., 2014, Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Gatal (Laportea
decumana (Roxb.) Wedd), Pharmacy, 11(01).
Sinaga, R., Sunny, W., dan Marie, M. K., 2012, Peran Melanosit pada Proses
Uban. Jurnal Biomedik, 4(3), S7.
59
Sitompul, S., 2002, Kandungan Senyawa Polifenol dalam Tanaman Lidah Buaya,
Daun Mimba, dan Ampas Buah Mengkudu, Bogor, BPT Ciawi.
Soepardiman, dan Lily., 2010, Kelainan Rambut. Dalam: Djuanda, Adhi, dkk.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta, Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 301-311.
Sreeletha A,S., Lini,J,J., Dhanyalekshmi C,S., Sabu, K,R dan Pratap, C,R4., 2017,
Phytochemical, Proximate, Antimicrobial, Antioxidant and FTIR
Analyses of Seeds of Artocarpus heterophyllus Lamk, Research
Article,
5(1), 004-006.
Subekhi, R., Sudarso, dan Dwi, H., 2009, Uji Pendahuluan Efek Hair Tonic
Minyak Biji Wijen (Sesamum indicum L.) terhadap Pertumbuhan Rambut
Kelinci Jantan, Pharmacy, 6(3), 23.
Supomo, Rian, S., dan Risaldi, J., 2016, Karakterisasi dan Skrining Fitokimia
Daun Kerehau (Callicarpa longifolia Lamk.), Jurnal Kimia
Mulawarman, 13(2), 92.
Tambunan, Lidia Romito, 2012, Uji Stabilitas Mikro Emulsi Ektrak Daun Seledri
dan Mikroemulsi Ekstrak Daun Urang Aring dan Efektivitasnya
Terhadap Pertumbuhan Rambut Tikus Jantan Spraque Dawley, Skripsi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi
Farmasi.
Tanaka, S., M. Saito., Sabata M., 1980. Bioassay of Crude Drugs for Hair Growth
Promoting Activity in Mice by A New Simple Method, Journal of
Medicinal Plant Research.
Tejpal, A., dan Parle, A., 2016, Jackfruit: A Health Boon, Int. J. Res. Ayurveda
Pharm,7(3).
Tranggono, Retno, I., dan Latifah, F., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
Utomo, A.D., Rahayu, W.S., dan Dhiani, B.A., 2009, Pengaruh Beberapa Metode
Pengeringan Terhadap Kadar Flavonoid Total Herba Sambiloto
(Andrographis paniculata), Pharmacy, 6(1):58-68.
60
Weston, L. A. dan Ulrike, M., 2013, Flavonoids: Their Structure, Biosynthesis
and Role in the Rhizosphere, Including Allelopathy, J Chem Echol,
Springer. 39, 283.
Wijaya, H., Novitasari., dan Siti, J., 2018, Perbandingan Metode Ekstraksi
Terhadap Rendemen Ekstrak Daun Rambai Laut (Sonneratia
caseolaris L. Engl), Jurnal Ilmiah Manuntung, 4(1), 82.
Witantri, R. G., Euis, C. A. R., dan Dwi, S. S., 2015, Keanekaragaman Pohon
Berpotensi Obat Antikanker di Kawasan Kampus Kentingan Universitas
Sebelas Maret, Surakarta, Jawa Tengah, Pros Sem Nas Masy Biodiv
Indon, 1(3), 480.
Yulianti, S., Ratman, dan Solfani, 2015, Pengaruh Waktu Perebusan Biji Nangka
(Artocarpus heterophyllus Lamk.) terhadap Kadar Karbohidrat, Protein,
danLemak, J Akad Kim, 4(4), 211.
61
LAMPIRAN
62
Lampiran 2. Surat Determinasi Tanaman
62
Lampiran 3. Diagram Alir Metode Penelitian
a. Pengelolahan Sampel
b. Ekstrasi
Residu Filtrat
- Ditampung
- diuapkan dengan rotary vacuum
evaporator pada suhu 40 °C
dengan kecepatan 40 rpm.
- Diperoleh ekstrak cair.
- Dimasukan kedalam water bath
pada suhu 50 °C.
Estrak kental
63
c. Skrining Fitokimia
Hasil
d. Prosedur Penelitian
Hasil
Larutan uji
64
c) Uji Aktivitas terhadap Pertumbuhan Rambut
Hewan Uji
Kesimpulan
65
Lampiran 4. Perhitungan Rendemen Ekstrak
213,9
= x 100%
2000
= 10,7%
66
Lampiran 5. Perhitungan Pembuatan Larutan Uji
,
a. Ekstrak biji nangka 2,5% = 100% = 2,5 gram
67
Lampiran 6. Karakterisasi Ekstrak
(58,667 58,187 )
= x100%
2,5
= 19,2%
( 40,452 40,059)
= x100%
2,5
= 15,72 %
= 7,31 %
68
Berat ekstrak (A) = 2 gram
= 0,078
D
Kadar abu (%) = x 100 %
A
0,078
= x100%
2
= 3,9 %
69
Lampiran 7. Berat Badan Hewan Percobaan (Kelinci)
70
Lampiran 8. Data Rata-rata Pertumbuhan Rambut
71
Lampiran 9. Analisis Data
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
ANOVA
Total 69,737 20
Minggu_2 Between Groups 62,670 6 10,445 6,411 ,002
Within Groups 22,808 14 1,629
Total 85,477 20
Total 123,037 20
72
Tabel 7. Analisis Data dengan Uji lanjutan (LSD)
Multiple Comparisons
LSD
95% Confidence
Mean Interval
Minggu_1 Kontrol Normal Kontrol Positif -3,45333* ,92894 ,002 -5,4457 -1,4610
73
Ekstrak 7,5% -,40667 ,92894 ,668 -2,3990 1,5857
Minggu_2 Kontrol Normal Kontrol Positif -3,38000* 1,04215 ,006 -5,6152 -1,1448
Kontrol Negatif -,04000 1,04215 ,970 -2,2752 2,1952
Ekstrak 2,5% -1,31667 1,04215 ,227 -3,5519 ,9185
Ekstrak 5% -2,87000 * 1,04215 ,016 -5,1052 -,6348
74
Ekstrak 7,5% -2,01000 1,04215 ,074 -4,2452 ,2252
Ekstrak 10% -3,62667* 1,04215 ,004 -5,8619 -1,3915
Minggu_3 Kontrol Normal Kontrol Positif -4,07667* ,98539 ,001 -6,1901 -1,9632
Kontrol Negatif -,10667 ,98539 ,915 -2,2201 2,0068
Ekstrak 2,5% -1,52333 ,98539 ,144 -3,6368 ,5901
Ekstrak 5% -2,97667* ,98539 ,009 -5,0901 -,8632
Ekstrak 7,5% -4,03667* ,98539 ,001 -6,1501 -1,9232
Ekstrak 10% -6,58333* ,98539 ,000 -8,6968 -4,4699
75
Ekstrak 7,5% -3,93000* ,98539 ,001 -6,0435 -1,8165
Ekstrak 10% -6,47667* ,98539 ,000 -8,5901 -4,3632
76
Lampiran 10. Dokumentasi Penelitian
77
c. Karakterisasi ekstrak
Pengujian kadar sari larut etanol Pengujian kadar sari larut air
d. Uji aktivitas terhadap pertumbuhan rambut
78
Pembuatan sediaan uji
Pengolesan ekstrak pada kulit punggung Pencabutan rambut pada kulit punggung
kelinci kelinci
79
e. Pertumbuhan rambut kelinci
80