1 Metode Pendekatan
Metode yang digunakan adalah metode with and without, sehingga
dalam Studi Kelayakan Pembangunan Jalan Ru as Tan ju n gs ari – Ban yum u da l
dan Bu tuh - Bowon gs o ini menggunakan metode pendekatan pembandingan
kondisi dengan proyek (with project) dan tanpa proyek (without project) dan atas
dasar pendekatan kebijakan publik atau pendekatan economic analysis.
Pendekatan dengan proyek (with project) diasumsikan sebagai suatu kondisi,
dimana diperlukan suatu investasi/proyek yang besar yang dilaksanakan untuk
meningkatkan kapasitas maupun struktur jalan.Untuk pendekatan tanpa proyek
(without project) diasumsikan sebagai suatu kondisi, dimana tidak ada
investasi/proyek yang dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas maupun struktur
jalan, kecuali untuk mempertahankan fungsi pelayanan jalan, yaitu berupa
pemeliharaan rutin dan pemeliharaan berkala.
Tahapan analisis yang dilakukan, antara lain:
1. Formulasi dari sasaran proyek jalan, monitoring dan evaluasi manfaat
proyek di masa mendatang akan merujuk pada sasaran ini
2. Formulasi dari satu atau lebih alternatif solusi yang potensial
3. Analisis ekonomi untuk memperoleh/membandingkan kelayakan ekonomi
dari seluruh alternatif solusi
4. Analisis kelayakan menyeluruh yang menggabungkan hasil analisis
ekonomi dengan aspek non ekonomi yang relevan
perkerasan jalan dan melakukan analisis lagi.Namun, apabila hasilnya layak, maka
dapat meneruskan ke tahap selanjutnya. Seluruh rangkaian tahapan ini disebut tahap
proses.
Tahap selanjutnya adalah tahap output, dimana output merupakan hasil dari
analisa yang telah layak. Output tersebut merupakan proses pembuatan keputusan
kelayakan pembangunan Jalan Ruas Tanjungsari - Banyumudal dan Ruas Butuh -
Bowongso.
Selanjutnya adalah tahap outcome, dimana outcome merupakan kelanjutan
dari output yang berisi pedoman dan acuan untuk membuat ruas jalan baru. Dari
outcome tersebut diharapkan akan memberikan dampak berupa transportasi yang
handal, efisien, efektif, aman, nyaman, serta terwujudnya pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan.
Pengukuran Poligon
Perapatan titik kontrol horisontal (x,y) akan dilakukan
menggunakan metoda poligon tertutup, yang harus
diikatkan kepada titik BM-GPS. Pengukuran poligon harus
mengikuti ketelitian pengukuran orde-2.
Pengukuran Waterpas (Sifat Datar)
Pengukuran sifat datar dilaksanakan pada tempat yang
diperkirakan merupakan centerline Jalan, sesuai dengan jalur
pengukuran polygon dan merupakan lokasi (pada peta rupa
bumi dari Bakosurtanal) yang akan ditingkatkan ketelitian data
elevasinya. Jalur pengukuran sifat datar dibagi dalam
beberapa seksi yang mana setiap seksi diukur ketinggiannya
dengan sistem pengukuran pergi pulang.
Toleransi pengukuran pergi pulang yang harus dipenuhi adalah
tidak lebih dari 5,0 – 10,0 √ D mm (D
= jarak dalam km).
Pematokan As Jalan
Pematokan as/sumbu rencana Jalanakan dilakukan pada trase
terpilih.Pematokan dilakukan dengan interval 100
meter.Pematokan dilakukan menggunakan total station atau
GPS RTK ( Real Time Kinematik).
- Survei Nilai Harga Tanah
dari pada jarak yang lebih panjang. Demikian pula Jalan landai
akan memberikan harga yang lebih murah daripada yang curam dan
sebagainya.
e. Aspek pelaksanaan konstruksi
Tingkat kemudahan atau kesulitan pelaksanaan konstruksi harus
menjadi dasar pertimbangan dan menentukan koridor dan jenis
konstruksi.
f. Lingkungan dan Pusat kegiatan
Pusat-pusat kegiatan, terutama yang sedang tumbuh harus menjadi
pertimbangan dalam menentukan alternatif koridor. Perkampungan
yang terbelah kemungkinan memberikan dampak negatif terhadap
kehidupan sosial masyarakat di daerah tersebut.
yang digunakan untuk menghitung BOK adalah metode PCI tahun 1988.
Penghitungan biaya operasi kendaraan mobil penumpang menggunakan Metode PCI
1988 sebagaimana dikutip pada Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri (LAPI) ITB
(1996)untuk jenis Jalan perkotaan (non toll road).
Komponen biaya dan persamaan penghitungan BOK adalah sebagai
berikut:
1. Pemakaian bahan bakar
Biaya pemakaian bahan bakar ditentukan dengan menghitung bahan
bakar yang digunakan (liter/1.000km) dikalikan dengan harga tiap
liternya. Pemakaian bahan bakar untuk jenis kendaraan mobil
penumpang sesuai
dengan persamaan berikut ini:
2
Y = 0,05693 S – 6,42593 S + 269,18567 ...... (1.1)
b. Montir
Y = 0,00362 S + 0,36267 ........................... (1.5)
Keterangan: Y = jasa untuk setiap 1.000 km
(jam/1.000km)
S = kecepatan (km/jam)
5. Biaya penyusutan kendaraan
Biaya penyusutan untuk jenis kendaraan mobil penumpang sesuai
dengan persamaan berikut ini:
Y = 1 / (2,50 S + 125 ) .................................... (1.6)
Keterangan: Y = biaya penyusutan kendaraan setiap 1.000 km
(sama dengan ½ nilai penyusutan
kendaraan/1.000 km)
S = kecepatan (km/jam)
6. Asuransi
Biaya asuransi untuk jenis kendaraan mobil penumpang sesuai
dengan persamaan berikut ini:
berkembang/belum)
Ada beberapa jenis lalu lintas yang mungkin terjadi di Jalan yang sedang
ditinjau, yaitu:
1. Lalu lintas normal (normal traffic)
Lalu lintas yang diharapkan tumbuh secara normal di wilayah studi yang
tidak dipengaruhi dengan adanya proyek
2. Lalu lintas teralih (diverted traffic)
Pertambahan lalu lintas akibat beralihnya lalu lintas dari rute lain
yang pararel. Asal dan tujuan dari perJalanan tidak
Dimana:
VJP = volume jam perencanaan
SP = distribusi dalam jurusan sibuk (directional split)
Dimana :
Q = volume lalu lintas (kend/jam).
n = jumlah kendaraan yang melaluititik tersebut dalam
intervalwaktu T
T = interval waktu pengamatan (jam).
Dimana :
DS = Derajat kejenuhan
Q = Arus lalu lintas (smp/jam)
C = Kapasitas ruas Jalan (smp/jam)
antara panjang jalan dengan waktu tempuh, yang dirumuskan sebagai berikut:
Dimana:
V = Kecepatan rata-rata (km/jam) L
= Panjang segmen (km)
TT = Waktu tempuh rata-ratasepanjang segmen (jam)
Feasibility Study Ruas Tanjungsari - Banyumudal dan Ruas Butuh - Bowongso
Jumlah kendaraan yang berada pada suatu jalur gerak yang mempunyai
pengaruh yang besar terhadap kecepatan volume kendaraan dengan melihat
hubungan fundamental arus kendaraan. Oleh karena itu, walaupun terdapat suatu
volume maksimum yang dapat ditampung oleh suatu fasilitas transportasi, penting
juga untuk mengetahui hubungan antara kecepatan dan volume untuk setiap kerja
transportasi yang praktis, karena kecepatan merupakan salah satu karakteristik yang
penting dalam mutu pelayanan transportasi (Morlock, Pengantar Teknik dan
Perencanaan Transportasi, 1988; 209-210).
Feasibility Study Ruas Tanjungsari - Banyumudal dan Ruas Butuh - Bowongso
Dimana:
TQ = waktu perJalanan pada arus lalu lintas
Q (menit)
T0 = arus bebas (zero-flow) waktu perJalanan
(menit)
= waktu perJalanan pada kapasitas praktis
× 0,87
Feasibility Study Ruas Tanjungsari - Banyumudal dan Ruas Butuh - Bowongso
(kendaraan/jam)
α, β = parameter
A B
2. Alinyemen vertikal
Alinyemen vertikal adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang
permukaan perkerasan Jalan melalui sumbu Jalan untuk Jalan 2 lajur
2 arah atau melalui tepi dalam masing-masing perkerasan untuk
Jalan dengan median.Sering kali disebut juga sebagai penampang
memanjang Jalan.
Untuk lebih jelasnya mengenai alinyemen horizontal dan vertikal akan
dibahas sebagai berikut:
A. Alinyemen Horizontal
Perencanaan alinyemen horizontal meliputi :
1) Jari-Jari Tikungan Minimum
Jari-jari tikungan minimum untuk kecepatan rencana 80
km/jam sebesar 210 m yang didasarkan pada super elevasi
maksimum dan gesekan sisi dengan rumus:
V2
R min
127(f e)
Dengan:
dengan:
Panjang Tikungan
VR(km/h)
Minimum (m)
100 170
80 135
60 105
50 85
40 70
30 55
5) Lengkung Melintang
Lereng melintang normal dibuat sebesar 2% untuk memperlancar aliran
air (drainase) di permukaan Jalan, sedangkan pada tikungan lereng
melintang disesuaikan dengan superelevasinya.
6) Lengkung Peralihan
Lengkung peralihan berfungsi untuk memberikan kesempatan kepada
pengemudi untuk mengantisipasi perubahan alinyemen Jalan dari
bentuk lurus (R tak hingga) sampai bagian lengkung Jalan berjari-jari
tetap R. dengan demikian, gaya sentrifugal yang bekerja pada
kendaraan saat melintasi tikungan berubah secara berangsur-angsur,
baik ketika kendaraan mendekati tikungan maupun meinggalkan
tikungan. Ketentuan lengkung peralihan adalah sebagai berikut:
Bentuk lengkung peralihan yang digunakan adalah
bentuk Spiral.
VR
Ls T
3,6
Dengan pengertian:
Standar Minimum
Kecepatan
Lengkung
Rencana
Peralihan (m)
(Km/jam
100
) 56
80 44
60 33
50 28
40 22
30 17
Tepi perkerasan
Tepi Sebelah luar
perkerasan
Tepi perkerasan
Sebelah dalam
Keadaan medan
Fungsi jalan
Panjang Kritis
Panjang kritis diperlukan untuk membatasi waktu tempuh pada
kelandaian-kelandaian yang melebihi landai maksimum standar
hingga 1 menit. Apabila disediakan jalur tanjakan, maka panjang
landai kritis dapat melebihi nilai yang tercantum pada tabel di atas.
Lengkung Vertikal
Untuk meredam guncangan dan untuk menjamin jarak pandangan
henti, lengkung vertikal harus disediakan pada setiap lokasi dengan
kelandaian berubah. Lengkung vertikal berbentuk parabola sederhana
yang ukurannya ditentukan oleh panjangnya.
lengkung (S>L).
Lengkung vertical cembung dengan S < L
Persyaratan drainase
Keluwesan bentuk
Feasibility Study Ruas Tanjungsari - Banyumudal dan Ruas Butuh - Bowongso
Jalur Pendakian
Lebar jalur tanjakan/pendakian minimum 3m. Jalur pendakian
disediakan untuk menampung truk yang bermuatan berat atau untuk
kendaraan lain yang lebih lambat agar kendaraan lain dapat
mendahului kendaraan tersebut tanpa menggunakan jalur lawan.
Jalur ini disediakan pada ruas jalan yang mempunyai kelandaian tinggi
dan menerus serta volume lalu lintas padat. Penempatan jalur
pendakian harus dilakukan dengan ketentuan:
A. Rigid pavement
1. Sifat umum rigid pavement, yaitu:
a. Mempunyai keandalan tinggi
c. Sangat kaku
B. Flexible pavement
1. Prinsip-prinsip perencanaan tebal perkerasan
Jumlah jalur dan koefisien distribusi kendaraan
Feasibility Study Ruas Tanjungsari - Banyumudal dan Ruas Butuh - Bowongso
Feasibility Study Ruas Tanjungsari - Banyumudal dan Ruas Butuh - Bowongso
terhadap beton
B. Flexible pavement
1. Prinsip-prinsip perencanaan tebal perkerasan
Jumlah jalur dan koefisien distribusi kendaraan
Feasibility Study Ruas Tanjungsari - Banyumudal dan Ruas Butuh - Bowongso
Jalur rencana merupakan salah satu jalur lalu lintas dari suatu
arus jalan yang menampung lalu lintas terbesar. Koefisien distribusi
kendaraan (C) untuk kendaraan ringan dan berat yang lewat pada jalur
rencana ditentukan sesuai dalam “daftar koefisien distribusi kendaraan (C)”.
Angka ekivalen beban sumbu kendaraan (E)
j = jenis kendaraan
Lintas Ekivalen Akhir (LEA)
UR = Umur Rencana
i = perkembangan lalu lintas
Lintas Ekivalen Tengah (LET)
Tanah Dasar
Gambar 4.21 Sketsa Lapisan Perkerasan.
B/C-R =
Nilai B/C-R yang lebih kecil dari 1 (satu), menunjukkan investasi ekonomi
yang tidak menguntungkan.
Feasibility Study Ruas Tanjungsari - Banyumudal dan Ruas Butuh - Bowongso
Dimana:
NPV : nilai sekarang bersih bi
: manfaat pada tahun i ci
: biaya pada tahun i
r : suku bunga diskonto (discount rate)
n : umur ekonomi proyek, dimulai dari tahap perencanaan sampai
akhir umur rencana jalan
NPV dari suatu proyek yang dikatakan layak secara ekonomi
adalah yang menghasilkan nilai NPV positif.
Feasibility Study Ruas Tanjungsari - Banyumudal dan Ruas Butuh - Bowongso
Dengan pengertian:
EIRR : Economic Internal Rate of Return
i1 : tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif terkecil i2
: tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif terkecil NPV1 : nilai
sekarang dengan menggunakan i1
NPV2 : nilai sekarang dengan menggunakan i2
Dengan pengertian:
FYRR : First Year Rate of Return
j : tahun pertama dari manfaat bj
: manfaat pada tahun j
ci : biaya pada tahun i
r : suku bunga diskonto (discount rate)
Jika FYRR lebih besar dari discount rate yang direncanakan, maka akan
tepat waktu dan proyek dapat dilanjutkan. Jika kurang dari discount rate tetapi
memiliki NPV positif, maka proyek sebaiknya ditangguhkan dan laju pengembalian
harus dihitung ulang untuk menentukan tanggal dimulainya proyek yang optimum.
jalan yang sedang diti njau, yaitu lalulintas normal (normal traffic),
lalulintas teralih (diverted traffic), lal ulintas alih moda, lalulintas
terbangkit (generated traffic), lal ulintas yang merubah tuj uan,
dan lal ulintas yang terpendam (suppressedtraffic).
a) Lalulintas normal adalah lalulintas yang di harapkan tumbuh
secara normal di wilayah studi yangtidak dipengaruhi dengan
adanya proyek.
b) Lalulintas teralih merupakan pertambahan lalulintas
akibat beralihnya lalulintas dari rute lain yang paral el. Asal
dan tujuan dari perjalanan tidak berubah. Alihan ini terjadi
karena alasan ekonomis, dimana para pelaku perjalanan akan
memperoleh manfaat dari berkurangnya biaya perjalanan akibat
memanfaatkan proyek.
c) Lalulintas moda alih merupakan lalulintas tambahan yang
terjadi akibat beralihnya perjalanan dari moda lain ke moda
jalan. Asal dan tujuan dari perjalanan tidak berubah,
hanya modanya saja yang berubah. Alihan ini terjadi
karena alasan ekonomis, dimana para pelaku perjalanan akan
memperoleh manfaat dari mengalihkan moda perjalanan akibat
adanya proyek.
d) Lalulintas terbangkit merupakan l alulintas baru yang
belum ada sebelumnya. Bangkitnya perjalanan ini terjadi
karena turunnya biaya perjalanan akibat adanya proyek. Perjalanan
yang sebelumnya tidak layak secara ekonomis menj adi layak
untuk dilaksanakan.
Feasibility Study Ruas Tanjungsari - Banyumudal dan Ruas Butuh - Bowongso
kelas jalan ini mengurangi jumlah alternatf geometri jalan yang dapat di
pertimbangkan.
3. Penampang jalan tergantung pada volume lalulintas yang
konstruksi jalan;
d) mengalirkan air yang melintas melintang jalur jalan secara
terkendali.
5. Data hujan juga diperlukan untuk menentukan koreksi faktor
regional pada perhitungan tebal perkerasan lentur dengan
metoda analisis komponen. Dalam perhitungan dimensi saluran,
salurannya dianggap sebagai saluran terbuka (open channel).
6. Data banjir didapatkan dari data yang ada pada tahun-
tahun sebelumnya. Konstruksi jalan pada dasarnya tidak boleh
terendam banjir. Melalui analisis statistik dapat ditentukan tinggi
banjir rencana yang akan terjadi di sungai. Periode ulang
untuk perhitungan banjir adalah 5 tahun untuk konstruksi jalan,
dan 50 tahun untuk konstruksi jembatan.
7. Dalam perencanaan drainase dapat mengikuti pedoman
2. Kualitas air
Air merupakan komponen lingkungan yang sangat penting bagi
kehidupan. Adanya perubahan terhadap kualitas air
Feasibility Study Ruas Tanjungsari - Banyumudal dan Ruas Butuh - Bowongso
kendaraan;
e) Pengendalian persimpangan jalan yang sesuai dengan hirarki
dari jalan yang berpotongan;
f) Ketersediaan rambu dan marka yang lengkap untuk
memandu para pengguna jalan.
3. Kelengkapan rambu dan marka akan mendukung keselamatan
lalulintas. Biaya rambu dan marka menjadi komponen biaya
konstruksi, dan dari biaya pemeliharaan jalan dan jembatan
sepanjang umur rencana.
4. Biaya kecelakaan lalulintas merupakan komponen dari biaya
proyek selama umur rencana. Pengurangan biaya kecelakaan akan
menjadi manfaat dari proyek. Biaya kecelakaan dihitung sebagai
hasil perkalian jumlah kecelakaan dengan biaya satuan
kecelakaan, menurut klasifikasi dari kecelakaan. Dapat dilihat pada
pedoman perhitungan biaya kecelakaan yang berlaku.
B. Manfaat Proyek
1. Penghematan biaya operasi kendaraan.
a) Proyek pembangunan jalan akan menyebabkan perubahan
dalam kondisi jal an dan lalulintas. Perubahan ini
akan mengakibatkan perubahan dalam BOK. Penurunan dalam
BOK antara kondisi tanpa proyek (without project) dan
dengan proyek (with project) diperhitungkan sebagai manfaat
dari proyek.
b) Kondisi lalulintas bervariasi sepanj ang hari, dan sebagai
aki batnya BOK juga dapat bervariasi sepanj ang hari. Untuk
memudahkan perhitungan, dapat dilakukan pembagian hari atas
periode waktu dengan kondisi lalulintas yang homogen,
seperti periode sibuk pada waktu pagi dan sore hari, dan
periode non sibuk pada waktu lainnya. Pembagian dan jumlah
periode ini tergantung dari fluktuasi dalam arus lalulintas,
dan apakah proyeknya terletak di kawasan perkotaan
ataupun antar kota. Perhitungan BOK dilakukan secara terpisah
untuk masing-masing periode homogen.
c) Biaya operasi kendaraan terdiri atas biaya
tetap/standing cost dan biaya tidak tetap (running cost).
Karena yang diperhitungkan sebagai manfaat proyek adalah
selisih dalam BOK, maka yang perlu dihitung adalah biaya
tidak tetap saja, baik untuk kondisi dengan proyek (with
project) maupun untuk kondisi tanpa proyek (without project).
Feasibility Study Ruas Tanjungsari - Banyumudal dan Ruas Butuh - Bowongso
biaya proyek.