Abdullah bin Aun berkata bahwa Salafush Shalih terdahulu apabila bertemu mereka
saling berwasiat dan apabila mereka tidak bertemu mereka sering menulis tiga perkara
yang sangat penting.
Pertama:
Baca Juga:
Khutbah Jum'at: Pertolongan Allah dengan Sabar dan Shalat
Kedua:
َم ْن َأْص َلَح َس ِر يَر َتُه َأْص َلَح ُهَّللا َع اَل ِنَيَتُه
“Siapa yang memperbaiki batinnya, Allah akan perbaiki lahirnya.”
Ketiga:
َو َم ْن َأْص َلَح َم ا َبْيَنُه َو َبْيَن ِهَّللا َأْص َلَح ُهَّللا َم ا َبْيَنُه َو َبْيَن الَّناِس
“Siapa yang memperbaiki hubungan ia dengan Allah, Allah akan perbaiki hubungan ia
dengan manusia.”
Subhanallah, orang yang menginginkan dan di hatinya keinginan yang terbesar adalah
kehidupan akhirat, Allah berikan tiga perkara kepadanya; (1) Allah kokohkan urusan
dia. Artinya ia akan bisa istiqomah, ia akan bisa tegar dalam menghadapi berbagai
macam ujian dan cobaan dalam kehidupan dunia ini. Sehingga aa kuat dalam
menghadapi itu semuanya. (2) Allah jadikan hatinya kaya. Ia penuh qana’ah, ia merasa
cukup dengan yang ada, ia menjadi orang-orang yang zuhud dalam kehidupan dunia.
(3) Allah akan jadikan dunia mendatanginya dalam keadaan dunia itu hina di matanya.
Baca Juga:
Ketika Matahari Terbit dari Barat
Kita lihat, orang-orang yang mencari dunia, yang mencintai dunia, yang hatinya hanya
menginginkan kehidupan dunia, ia berpaling dari kehidupan akhirat, ia senantiasa
berusaha lari dari perintah Allah, bahkan mereka meremehkan syariat Allah. Tapi orang
yang menginginkan akhirat, ia tetap diberikan oleh Allah dunia, Allah berikan
kepadanya nikmat dunia, bahkan nikmat dunia itu tidak mengurangi pahala ia nanti
diakhiratnya.
Sungguh orang yang menginginkan kehidupan akhirat, dia tidak akan pernah bersedih
disaat ia kehilangan dunia. Ketika ia terluput dari dunia, ia pun tidak menyesal. Yang ia
sesali ketika ia terluput dari pada amalan kehidupan akhirat. Disaat ia terluput
dari shalat tahajud ia menyesal, disaat ia terluput dari kebaikan, dia menyesal. Karena
yang ia inginkan adalah kehidupan akhiratnya.
Ummatal Islam,
Baca Juga:
Persaksian Dari Allah Bagi Orang Yang Berilmu
﴿ ﴾ ِإاَّل َم ْن َأَتى الَّلـَه ِبَقْلٍب َسِليٍم٨٨﴿ َيْو َم اَل َينَفُع َم اٌل َو اَل َبُنوَن
﴾٨٩
“Pada hari kiamat tidak akan bermanfaat harta dan anak-anak, kecuali orang yang
datang kepada Allah membawa hati yang selamat.” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 88-89)
Iya, hati yang selamat dari pada cinta dunia yang berlebihan, hati yang selamat dari
mengagungkan selain Allah, hati yang selamat dari pada mengikuti syahwat dan hawa
nafsu. Merekalah yang akan selamat nanti pada hari kiamat. Karena keselamatan kita di
hari kiamat tergantung keselamatan hati kita, saudaraku.
Maka saudaraku, siapa yang memperbaiki rahasianya, hatinya, batinnya, maka Allah
akan perbaiki lahirnya. Ia akan terlihat dari matanya menunjukkan rasa takut ia kepada
Allah, akan terlihat dari lisannya tak berucap kecuali apa yang diridhai oleh Allah, dari
perbuatannya tidaklah berbuat kecuali apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ridhai
untuknya. Karena ia tahu bahwa Allah mengetahui setiap gerak-geriknya. Sehingga
akhirnya rasa takut pun tumbuh di hatinya.
Ummatal Islam..
Maka berusahalah sibuk memperbaiki hati kita, niscaya Allah akan perbaiki amalan
kita. Berusahalah kita untuk memperbaiki rahasia kita disaat kita sendirian, disaat tidak
ada manusia yang mengetahui, disaat kita sendirian di kamar kita, kita pun kemudian
menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah, maka Allah akan menjadikan kita baik di
hadapan manusia.
Baca Juga:
Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin
Kemudian perkara yang ketiga yang para Salaf terdahulu saling berwasiat sesama
mereka, yaitu:
Orang yang memperbaiki dzikirnya, pasti Allah akan selalu ingat kepadanya,
sebagaimana Allah berfirman:
Memperbaiki hubungan dengan Allah dengan menumbuhkan rasa cinta kita kepada
Allah, kita mencintai apa yang Allah cintai, kita mencintai Allah melebihi segala-
galanya, menumbuhkan rasa takut kita kepada Allah, Allah sangat kita takuti bahkan
ketika kita sendiri kita takut untuk memaksiati Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Baca Juga:
Potret Sahabat dalam Menjaga Shalat Berjama'ah
Memperbaiki hubungan kita dengan Allah dengan cara kita bertawakal kepada Allah,
menyerahkan seluruh urusan kita kepada Allah, kita hanya berdo’a kepadaNya, kita
hanya berharap kepada Allah, kita tidak berharap kepada manusia.
Kita perbaiki hubungan kita dengan Allah dengan cara kita banyak bertobat dan
istighfar kepadaNya, memohon ampunan akan dosa-dosa kita. Karena manusia pasti
tak lepas dari dosa. Ia perbaiki hubungannya dengan Allah.
Maka siapa yang memperbaiki hubungan dia dengan Allah, Allah akan perbaiki
hubungannya dengan manusia. Dijadikan hati-hati manusia mencintainya.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits, apabila Allah mencintai seorang hamba, Allah
akan memanggil Jibril dan Allah berfirman, “Wahai Jibril, sesungguhnya aku mencintai
si Fulan, maka cintailah ia.” Lalu Jibril pun mengumumkan di seluruh makhluk yang
ada di langit sana, “Wahai penduduk langit, sesungguhnya si Fulan dicintai oleh Allah,
maka cintailah ia” lalu kemudian diterimalah penerimaan di muka bumi ini.
Maka, saudaraku..
Tidak perlu kita memikirkan cinta manusia kepada kita. Karena manusia hatinya
berbeda-beda. Hari ini dia bisa cinta kepada kita, entah besok dia akan benci kepada
kita. Sedangkan apabila Allah cinta kepada kita, Allah mampu menjadikan hati manusia
mencintai kita.
Maka perbaikilah hubungan kita dengan Allah, perbaikilah hubungan kita dengan Yang
Maha Kuasa dengan cara ibadah kepadaNya. Maka itulah kebaikan.
Pertama:
َم ْن َأْص َلَح َس ِريَر َتُه َأْص َلَح ُهَّللا َع اَل ِنَيَتُه
“Siapa yang memperbaiki batinnya, Allah akan perbaiki lahirnya.”
Ketiga:
َو َم ْن َأْص َلَح َم ا َبْيَنُه َو َبْيَن ِهَّللا َأْص َلَح ُهَّللا َم ا َبْيَنُه َو َبْيَن الَّناِس
“Siapa yang memperbaiki hubungan ia dengan Allah, Allah akan perbaiki hubungan ia dengan
manusia.”