Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan penduduk Indonesia setiap tahunnya berakibat pada

meningkatnya daya beli masyarakat, terutama permintaan pada sektor makanan dan

minuman. Tingginya permintaan akan produk makanan dan minuman tentu

berkaitan dengan keputusan pembelian. Tingkat konsumsi masyarakat yang

semakin meningkat setiap harinya, menjadikan level kompetisi antar perusahaan

semakin ketat. Tidak ketinggalan pula produsen makanan yang terkena dampaknya

sehingga wajib untuk terus berinovasi agar loyalitas konsumen akan produknya

tetap terjaga. Sehubungan dengan hal tersebut, maka mempengaruhi keputusan

pembelian konsumen menjadi suatu langkah awal yang sangat menentukan. apakah

konsumen akan benar-benar membeli produk atau tidak.

Co-Branding adalah kombinasi dari dua merek atau lebih untuk

menciptakan suatu produk baru dan unik (Washburn, Till dan Priluck, 2000).

Menurut (Leonita, 2012) asosiasi yang diciptakan dalam Co-Branding dapat

meningkatkan ekuitas merek karena adanya transfer nilai dari merek-merek yang

berpartisipasi. Merek yang memiliki ekuitas yang tinggi jika dipasangkan dengan

merek lain yang mempunyai ekuitas yang tinggi pula akan menghasilkan evaluasi

yang lebih positif pada Partnering Brand dibandingkan dengan sebelum

dipasangkan (Washburn, Till dan Priluck, 2000).

Keputusan pembelian menurut Assauri (2004) adalah suatu proses

pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup penentuan apa yang akan

1
2

dibeli atau tidak melakukan pembelian dan keputusan itu diperoleh dari kegiatan-

kegiatan sebelumnya. Keputusan untuk membeli dapat mengarah kepada

bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan.

Keputusan pembelian merupakan tahap – tahap yang dilalui konsumen dalam

menentukan pilihan tentang produk dan jasa yang akan dibeli atau tidak (Kotler,

2002).

Keputusan untuk membeli timbul dari adanya penilaian yang objektif atau

dorongan emosi konsumen sehingga perusahaan diharapkan mampu memberikan

produk yang sesuai dengan keinginan konsumen sehingga dapat diterima dengan

baik oleh konsumen dan menjadi market leader di pasaran.

Roslina (2009) mengemukakan bahwa niat beli (purchase intention)

seringkali digunakan sebagai sarana dalam menganalisis perilaku konsumen.

Sebelum melakukan suatu pembelian, konsumen pada umumnya akan

mengumpulkan informasi, baik mengenai produk yang didasarkan pada

pengalaman pribadi maupun yang berasal dari lingkungan sekitar. Setelah

informasi terkumpul, konsumen akan memulai penilaian terhadap produk tersebut,

mengevaluasi serta membuat suatu keputusan pembelian setelah membandingkan

produk dan mempertimbangkannya

Keuntungan dari penerapan strategi co-branding telah dibuktikan oleh dua

perusahaan otomotif terbesar yakni Toyota dan Daihatsu. Dikutip dari survey yang

dilakukan oleh Kurniawan, dkk (2014), sebelumnya pada tahun 2003 kedua

perusahaan tersebut melakukan co-branding sehingga menghasilkan dua produk

identik yakni Xenia dan Avanza. Dari percobaan tersebut, penjualan kedua merek
3

mobil ini menunjukkan trend positif yang menjadikan Avanza dan Xenia berada

pada posisi tiga besar mobil terlaris di Indonesia pada tahun 2009. Hasil penjualan

mobil Daihatsu Xenia dan Toyota Avanza mengalami peningkatan sebesar 55,6%

atau dengan kata lain dari keseluruhan produk Daihatsu dan Toyota yang terjual,

lebih dari setengahnya adalah mobil dengan merek Xenia dan Avanza. Hasil ini

memungkinkan kedua merek mobil tersebut dianugerahi predikat Top Brand pada

tahun 2012. Hingga saat ini pada tahun 2017 berdasarkan data yang diperoleh dari

Gaikindo (Gabungan Industri Kenderaan Bermotor Indonesia) yang dilansir oleh

Tribunnews pada 27 desember 2017 kemarin, Avanza masih merajai pasar mobil

LMPV dengan total penjualan sebanyak 109.529 unit atau sebesar 37,64% dari

total penjualan mobil sekelasnya.

Berkaca dari kesuksesan Avanza dan Xenia, Indofood sebagai salah satu

produsen makanan terbesar di Indonesia, Peneliti tertarik dengan Wall’s Selection

Oreo yamg merupakan produk hasil dari ikatan kerja sama co-branding antara

merek Wall’s dan merek Oreo, yang merupakan es krim rasa vanilla yang ditaburi

pecahan-pecahan dari biskuit Oreo dalam kemasan pint(kaleng plastik). Strategi

serupa telah banyak dilakukan perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk

meningkatkan keuntungan bersaingnya. Strategi co-branding merupakan praktik

penggunaan merek yang telah ada dari dua perusahaan berbeda untuk produk yang

sama (Kotler & Armstrong, 2010:265).

Pada fenomena ini, Wall’s Selection Oreo masuk kedalam kategori

ingredient co-branding, yang merupakan jenis co-branding yang bekerja sama

menciptakan brand equity pada bahan, komponen atau bagian yang diperlukan
4

yang terkandung pada produk hasil co-branding (Kotler & Keller, 2000).

Walaupun Persuhaan Walls dan Perusahaan Oreo sudah melakukan Co branding

tetapi masih banyak konsumen yang memilh produk lain karena beberapa

konsumen lebih memerhatikan harga yang lebih murah. Disamping itu

kecenderungan konsumen lebih tertuju pada satu merek yang memang merek

tersebut sudah terbentuk pada setaip Mindset konsumen. Sehingga penerapan co-

branding (penggabungan merek) dari dua perusahaan memberikan kebingunggan

dikalangan masyarakat/ konsumen.

Secara empiris pun, terdapat temuan penelitian yang kontras antara Tong,

Xiao dan Jana M. Hawley (2009) yang menemukan bukti bahwa brand

associations memberikan pengaruh terhadap brand equity, sedangkan Gil, et al.

(2007) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa brand associations tidak

mempengaruhi brand equity. Perbedaan hasil ini turut memperlebar gap dalam

penelitian sehingga pengaruh co-branding terhadap keputusan pembelian

konsumen patut untuk dilakukan pengujian kembali melalui penelitian ini dengan

mengangkat judul yang sama tetapi dengan pengujian sampel dan lokasi yang

berbeda

1.2 Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang di atas maka masalah yang teridentifikasi oleh

peneliti adalah sebagai berikut:

1. Co-branding tidak menjamin Produk Akan lebih laku di pasaran

dibandingkan dengan produk yang tidak melakukan penggabungan

merek
5

2. Penerapan co-branding belum mendapatkan simpati berupa Loyalitas

Merek (Brand Loyalty) pada konsumen

3. Persepsi kualitas merek terhadap co-branding

1.3 Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah tersebut, maka masalah dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah co-branding berpengaruh terhadap keputusan pembelian

produk Walls Oreo?

2. Seberapa besar pengaruh co-branding terhadap keputusan pembelian

Walls Oreo?

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk:

1. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh co-branding

terhadap keputusan pembelian Walls Oreo

2. Untuk menganalisis dan mengetahui seberapa besar pengaruh co-

branding terhadap keputusan pembelian Walls Oreo.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian dapat menjadi referensi bagi produsen

dalam menerapkan strategi co-branding pada produk.

2. Hasil penelitian dapat dijadikan pijakan dalam

pengambilan keputusan strategis perusahaan terutama

berkaitan dengan strategi meningkatkan volume


6

penjualan produk Walls Oreo

1.5.2 Manfaat Teoritis

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai masukan atau tambahan informasi bagi Produsen

untuk terus mengembangkan dan memperbaiki produk-

produk yang ada dan juga melakukan perbaikan pada

strategi yang digunakan agar dapat terus bersaing dengan

pesaing lainnya

2. Bagi Konsumen

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai pertimbangan atau tambahan informasi Bagi

Konsumen untuk membeli produk walls Ore

Anda mungkin juga menyukai