Anda di halaman 1dari 28

SPESIFIKASI TEKNIS

RENCANA KERJA DAN SYARAT – SYARAT TEKNIS ( RKS )

PEKERJAAN PENYEMPURNAAN LT.1 DAN L.2 GEDUNG KANTOR KECAMATAN

PASAL. 1
URAIAN UMUM

1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan dan akan dilelangkan sesuai dengan :


a. Gambar bestek, konstruksi dan detail terlampir yang telah disetujui
b. Uraian dan syarat-syarat teknis pelaksanaan pekerjaan (RKS)
c. Berita acara penjelasan pekerjaan (Aanwijzing)
d. Item pekerjaan dalam BQ
e. Petunjuk dari Tim Teknis/Pengawas Lapangan.
f. Berita Acara Penunjukan.
g. Surat Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran (PPK) tentang penunjukan Penyedia
jasa.
h. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
i. Surat Penawaran dan lampiran-lampirannya.
j. Jadual Pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah disetujui PPK.
2. Pekerjaan yang akan dilaksanakan, meliputi :
PENYEMPURNAAN LT.1 DAN L.2 GEDUNG KANTOR KECAMATAN
3. Apabila ternyata ada perbedaan antara kontrak dan bestek, bestek dan gambar detail,
Penyedia Barang/Jasa harus segera lapor kepada PPK
4. Penyedia Barang/Jasa harus menghitung sendiri volume setiap pekerjaan yang ada sesuai
dengan gambar rencana dan RKS ini.
5. Pekerjaan harus segera diselesaikan dengan baik, dengan ketentuan-ketentuan sebagai
berikut :
a. Halaman harus bersih dari sisa-sisa kotoran atau puing-puing pada waktu diserahkan.
b. Pekerjaan harus segera diserah terimakan dengan kondisi memuaskan dengan
disaksikan oleh Tim Teknis dan Pengawas Lapangan
6. Dalam melaksanakan Pekerjaan, kecuali bila ada ketentuan lain dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan dibawah ini termasuk
segala perubahan dan tambahannya:
a. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrasi Teknik dari Dewan\
Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI).
b. Peraturan Beton bertulang Indonesia 1989 dan atau Pedoman Beton Indonesia 1989
(PBI 1989).
c. Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.
d. Paku dan kawat paku; SNI 03 – 0323 – 1989
e. Agregat beton: SNI 03 – 1750 – 1990
f. Pasir untuk adukan dan beton: SNI 03 – 0394 – 1989
g. Peraturan semen Portland Indonesia NI. No: 08
h. Peraturan Umum tentang pelaksanan Instalasi Listrik (PUIL) 1989 dan PLN setempat.
i. Spesifikasi bahan bangunan bagian A: SK SNI S – 04 – 1989 – F
j. Kayu untuk bahan bangunan: SNI 03 – 2445 – 1991
k. Mutu kayu bangunan: SNI 03 – 3527 – 1994
l. Tata cara pengecatan bangunan: SNI 03 – 2407 - 1991
m. Peraturan Batu Merah sebagai bahan bangunan.
n. Peraturan muatan Indonesia.
PASAL 2
SARANA DAN PRASARANA PEKERJAAN

1. Untuk kelancaran pekerjaan pelaksanaan di lapangan, Penyedia Jasa harus menyediakan


personil dan tenaga teknis sesuai dengan ketentuan dalam Lembar Data Pengadaan (LDP)
2. Penyediaan harus menyediakan peralatan dan alat-alat bantu yang dipersyaratkan sesuai
dengan ketentuan dalam Lembar Data Pengadaan (LDP).
Peralatan-peralatan yang digunakan harus selalu tersedia dilapangan sesuai kebutuhan.
3. Bahan-bahan bangunan harus tersedia di lapangan dengan jumlah yang cukup dengan
kualitas sesuai dengan spesifikasi teknis.

PASAL 3
BAHAN-BAHAN

1. Semua bahan yang akan dipergunakan terlebih dahulu contohnya harus ditunjukkan kepada
Tim Teknis dan Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuannya dan Penyedia
Barang/Jasa harus memakai/menggunakan bahan sesuai contoh yang telah disetujui Tim
Teknis dan Pengawas Lapangan.
2. Penyedia Barang/Jasa memberi jaminan kepada Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan
Konsultan Pengawas bahwa semua bahan dan peralatan serta perlengkapan yang
disediakan menurut Kontrak ini seluruhnya adalah asli (original/genuine) dalam keadaan
baru, baik dan harus berkualitas baik, sesuai dengan Kontrak dan bebas dari cacat serta
Kekurangan- Kekurangan.
3. Semua pekerjaan yang tidak sesuai dengan standar ini dianggap tidak memenuhi syarat.
Oleh karena itu Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau Konsultan Pengawas berhak
menginstruksikan kepada Penyedia Barang/Jasa untuk memberikan bukti yang cukup
mengenai jenis kualitas bahan dan material yang digunakan.
4. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) melalui Konsultan Pengawas bila dianggap perlu dapat
mengeluarkan instruksi tertulis kepada Penyedia Barang/Jasa untuk memeriksa kembali
bagian pekerjaan yang telah ditutup terlebih pada pekerjaan-pekerjaan yang belum
mendapat ijin tertulis dari Konsultan Pengawas untuk ditutup, atau mengadakan pengujian
bahan-bahan (baik yang sudah maupun yang belum terpasang) atau jenis Pekerjaan yang
sudah dilaksanakan. Biaya untuk membuka, memeriksa dan menguji termasuk biaya
perbaikannya menjadi beban Penyedia Barang/Jasa, jika, hasil pemeriksaaan menunjukkan
adanya cacat penyimpangan. ketidaksempurnaan atau Pekerjaan yang tidak sesuai dengan
ketentuan Kontrak.
5. Bahan yang diapkir/ditolak oleh Tim Teknis dan Pengawas Lapangan harus dikeluarkan
dari lokasi pekerjaan selambat-lambatnya 2x24 jam sejak diputuskan.
6. Apabila bahan yang diapkir/ditolak oleh Tim Teknis dan Pengawas Lapangan tetap
dipakai, maka Tim Teknis dan Pengawas Lapangan berhak memerintahkan Penyedia
Barang/Jasa untuk membongkar tanpa alasan kerugian materi maupun pelaksanaan.
7. Bila terdapat perbedaan pendapat mengenai mutu bahan, maka Penyedia Barang/Jasa
berkewajiban memeriksakan bahan tersebut kelaboratorium Balai Penelitian Bahan
Bangunan dengan semua biaya menjadi tanggungan Penyedia Barang/Jasa, begitu pula
waktu yang tersita dapat untuk alasan perpanjangan waktu pelaksanaan.
8. Ukuran/dimensi yang dimaksud dalam gambar untuk bahan adalah bersih (ukuran jadi).

PASAL. 4
SITUASI

1. Penyedia Barang/Jasa telah dianggap mengetahui keadaan lokasi kegiatan/proyek lengkap


dengan kondisi tanahnya.
2. Lokasi untuk saluran ini akan diserahkan oleh Pemberi Tugas kepada Penyedia
Barang/Jasa dalam keadaan bebas dari gugatan Pihak Ketiga.
3. Penyedia Barang/Jasa bertanggung jawab atas keamanan seluruh Pekerjaan termasuk
bahan-bahan bangunan dan perlengkapan, instalasi di tempat Pekerjaan. Bagian dari
pekerjaan ini yang sudah terpasang harus dilindungi terhadap kerusakan, hilang, kotor, dan
sebagainya sampai Kontrak selesai dan diterima oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).
4. Penyedia Barang/Jasa bertanggung jawab untuk melindungi seluruh pekerjaan yang sudah
ada beserta peralatan, perlengkapan dan fasilitasnya dari segala gangguan dan kerusakan
yang disebabkan oleh pekerjaannya dengan menggunakan pagar pengaman
5. Penyedia Barang/Jasa berkewajiban untuk segera memperbaiki segala kerusakan yang
terjadi dan perbaikan atas kerusakan tersebut Penyedia Barang/Jasa tidak dapat menuntut
biaya tambahan.

PASAL. 5
PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pembersihan Lapangan
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, lapangan harus dibersihkan dahulu dari rumput, semak,
dan akar-akar pepohonan.
b. Sampah-sampah bekas dari pembersihan harus dibuang keluar dari lokasi proyek.
2. Pengukuran Tapak / Lapangan
a. Penyedia Barang/Jasa diwajibkan mengukur kembali lokasi, batas-batas kavling dengan
alat-alat yang dapat dipercaya kebenarannya, bila tidak ada kecocokan yang mungkin
terjadi di lapangan dengan gambar rencana, Penyedia Barang/Jasa wajib melaporkan
kepada pengawas.
b. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat theodolith/optik.
Penyedia Barang/Jasa wajib menyediakan peralatan dan petugasnya.
3. Kecelakaan dan Bahaya Kebakaran
a. Jika terjadi kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan maka Penyedia
Barang/Jasa diwajibkan mengambil segala tindakan guna kepentingan dari si korban.
b. Pembororng bertanggungjawab atas kecelakaan yang ditimbulkan, baik yang menimpa
karyawan dari Penyedia Barang/Jasa sendiri maupun orang lain yang berada di lapangan
pembangunan dan sekitarnya sesuai dengan peraturan-peraturan hukum perawatan dan
tunjangan dari si korban / keluarga.
c. Peti P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) dengan isi yang selalu lengkap harus
berada di tempat pekerjaan.
d. Penyedia Barang/Jasa harus menyediakan alat-alat untuk pemadam kebakaran pada saat
pelaksanaan pekerjaan.

PASAL. 6
PENGUKURAN
1. Pengukuran Tapak Kembali
a. Penyedia Barang/Jasa diwajibkan mengadakan pengukuran dan penggambaran
kembali lokasi pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai
peil ketinggian tanah, letak pohon, letak batas-batas tanah dengan alat-alat yang
sudah ditera kebenarannya.
b. Ketidak cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan yang sebenarnya
harus segera dilaporkan kepada Perencana untuk dimintakan keputusannya.
c. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat-alat
waterpass / theodolite yang ketepatannya dapat dipertanggung jawabkan.
d. Penyedia Barang/Jasa harus menyediakan Theodolith/waterpass beserta petugas yang
melayaninya untuk kepentingan pemeriksaan Perencana selama pelaksanaan proyek.
e. Pengukuran sudut siku dengan prisma atau barang secara azas Segitiga Phytagoras
hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh Perencana.
f. Segala pekerjaan pengukuran dan persiapan termasung tanggungan Penyedia
Barang/Jasa.
2. Pengukuran dan Titik Peil (0,00) Bangunan Penyedia Barang/Jasa harus mengadakan
pengukuran yang tepat berkenaan dengan letak/kedudukan bangunan terhadap titik
patok/pedoman yang telah ditentukan, siku bangunan maupun datar (waterpass) dan tegak
lurus bangunan harus ditentukan dengan memakai alat waterpass instrument/theodolith.
Hal tersebut dilaksanakan untuk mendapatkan lantai, plafond dan sebagainya dengan hasil
yang baik dan siku. Untuk mendapatkan titik peil harap disesuaikan dengan notasi-notasi
yang tercantum pada gambar rencana (Lay Out). Dan bila terjadi penyimpangan atau tidak
sesuainya antara kondisi lapangan dan gambar Lay out, Penyedia Barang/Jasa harus
melapor pada Pengawas / Perencana.

PASAL. 7
PENYEDIAAN AIR DAN DAYA LISTRIK UNTUK BEKERJA

1. Air untuk bekerja harus disediakan Penyedia Barang/Jasa dengan membuat sambungan
dari PDAM atau disuplai dari luar.
2. Air harus bersih, bebas dari debu, lumpur, minyak dan bahan-bahan kimia lainnya yang
merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan Tim
Teknis/Pengawas.
3. Listrik untuk bekerja harus disediakan Penyedia Barang/Jasa dan diperoleh dari
sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan, dengan daya sekurang-
kurangnya (minimum) 1.300 KVA. Atau dapat menggunakan diesel untuk pengbangkit
tenaga listrik atas persetujuan Tim Teknis. Daya listrik juga disediakan untuk suplai Kantor
Tim Teknis/Tim Teknis Keet Segala biaya atas pemakaian daya dan air diatas adalah beban
Penyedia Barang/Jasa.

PASAL. 8
PEKERJAAN URUGAN

1. Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu lainnya yang diperlukan untuk terlaksananya pekerjaan ini dengan baik.
b. Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan urugan sirtu dan tanah urug serta pemadatan
kembali untuk pekerjaan substruktur, dan pekerjaan lain yang ditunjukkan dalam gambar
atau petunjuk Tim Teknis / Konsultan Pengawas
2. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Bahan yang digunakan menggunakan material bekas galian atau sirtu yang didatangkan.
sirtu yang didatangkan harus disetujui oleh Tim Teknis / Konsultan Pengawas.
b. Pelaksanaan pengurugan harus dilakukan lapis demi lapis dengan tebal max tiap-tiap
lapisan 20 cm tanah lepas dan dipadatkan sampai mencapai Kepadatan Maksimum pada
Kadar Air Optimum, dan mencapai peil permukaan tanah yang direncanakan.
c. Lokasi yang akan diurug harus bebas dari lumpur atau kotoran, sampah dan sebagainya.
d. Jika tidak ada persetujuan tertulis sebelumnya dari Tim Teknis / Konsultan Pengawas
maka pemadatan pada material urug tidak boleh dengan dibasahi air.
e. Pemadatan urugan dilakukan dengan memakai alat pemadat/Compactor. Pemilihan jenis
dan kapasitas Compactor harus mendapat persetujuan tertulis dari Tim Teknis /
Konsultan Pengawas.
f. Toleransi pelaksanaan yang dapat diterima untuk penggalian dan pengurugan adalah ± 10
mm terhadap kerataan yang ditentukan.
g. Untuk pemadatan, setiap tanah tebal 20 cm harus dipadatkan.
h. Pemadatan harus dan disetujui oleh Tim Teknis / Konsultan Pengawas. Semua hasil-hasil
pekerjaan harus diperiksa kembali terhadap patok-patok referensi untuk mengetahui
sampai dimana kedudukan permukaan tanah tersebut.
i. Pekerjaan pemadatan dianggap cukup, setelah mendapat persetujan tertulis dari Tim
Teknis / Konsultan Pengawas.
j. Setelah pemadatan selesai, sisa urugan tanah/sirtu harus dipindahkan ketempat tertentu
yang disetujui secara tertulis oleh Tim Teknis / Konsultan Pengawas atas biaya Penyedia
Barang/Jasa.
3. Pekerjaan Urugan Pasir
 Lingkup Pekerjaan
a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini untuk memperoleh hasil
pekerjaan yang baik.
b. Pekerjaan urugan pasir urug /sirtu dilakukan untuk bawah pondasi, dibawah lapisan
lantai, dll.
c. Penggunaan pasir urug sesuai yang ditunjukkan di dalam gambar.
 Persyaratan Bahan
a. Pasir urug yang digunakan harus tediri dari butir-butir yang bersih, tajam dan keras,
bebas dari lumpur, tanah lempung, dan lain sebagainya,.
b. Untuk air siraman digunakan air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,
asam alkali dan bahan-bahan organik lainnya, serta memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam NI-3 pasal 10. Apabila dipandang perlu, Tim Teknis / Konsultan
Pengawas dapat minta kepada Penyedia Barang/Jasa, supaya air yang dipakai untuk
keperluan ini diperiksa di laboraturium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah, atas
biaya Penyedia Barang/Jasa.
c. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan di atas dan harus dengan persetujuan tertulis dari Tim Teknis /
Konsultan Pengawas.
 Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Lapisan pasir urug padat dilakukan lapis demi lapis maksimum tiap lapis 5 cm,
hingga mencapai tebal padat yang diisyaratkan dalam gambar.
b. Setiap lapisan pasir urug harus diratakan, disiram air dan atau dipadatkan dengan
alat pemadat yang disetujui Tim Teknis / Konsultan Pengawas.
c. Pemadatan harus dilakukan pada kondisi galian yang kering agar dapat diperoleh
hasil kepadatan yang baik.
d. Kondisi yang kering tersebut harus dipertahankan sampai pekerjaan pemadatan
yang bersangkutan selesai dilakukan.
e. Pemadatan harus diulang kembali jika keadaan tersebut diatas tidak dipenuhi. (Jika
perlu dibuatkan sump pit untuk menangkap air
f. Tebal lapisan pasir urug minimum 10 cm padat atau sesuai yang ditnjukkan dalam
gambar. Ukuran tebal yang dicantumkan dalam gambar adalah ukuran tebal padat.
g. Lapisan pekerjaan diatasnya, dapat dikerjakan bilamana sudah mendapat
persetujuan tertulis dari Tim Teknis / Konsultan Pengawas.

PASAL. 9
PEKERJAAN PASANGAN
1. Pekerjaan Pasangan
a) Bahan
 Batu bata.
Batu bata yang digunakan harus matang pembakarannya, bila direndam di
dalam air tetap utuh, tidak pecah / hancur. Ukurannya sama besar berasal
dari satu produk dan langsung didatangkan dari pabrik atau penjual.
 Semen/ Portland Cement (PC)
Semen PC yang digunakan setara merk Tiga Roda/ Gresik dengan
campuran 1SP : 6 PP. Umur penyimpanan semen di gudang tidak boleh
lebih dari 30 hari sejak keluar dari pabrik, penyimpanan dilakukan di
gudag yang lantainya kering dan minimum 30 cm lebih tinggi dari muka
tanah, semen yang membatu/ lembab tidak diijinkan untuk dipakai.
 Pasir Pasang
Sama dengan pasir yang digunakan untuk konstruksi beton atau PASIR
MUNTILAN. Pasir harus bersih dari segala kotoran, bahan-bahan kimia
dan bebas dari lumpur. Khusus untuk plesteran, pasir yang digunakan
pasir yang lembut. Setiap pekerjaan harus didahului dengan contoh
sebelum disetujui untuk dipakai.
 Air
Air yang digunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan dilapangan adalah
air bersih, tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahan kimia (asam
alkali), tulangan, minyak atau lemak dan memenuhi syarat-syarat
Peraturan Beton Indonesia serta uji terlebih dahulu oleh Laboraturium
yang disetujui secara tertulis oleh Tim Teknis / Konsultan Pengawas.
Air yang mengandung garam (air laut) sama sekali tidak diperkenankan
untuk dipakai
b) Pelaksanaan
 Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai, batu bata direndam di dalam air
sampai jenuh dan permukaan yang dipasang harus basah. Bata yang
dipasang harus bata utuh/ tidak pecah, kecuali untuk las-lasan.
 Pemasangan bata harus dipasang selang-seling dengan perbedaan separuh
bata dan satu sama lain harus terdapat ikatan yang sempurna. Tebal siar/
spesies batu bata tidak boleh kurang dari 1 cm dan maksimum 2 cm.
 Dalam satu hari pelaksana, pasangan batu bata tidak boleh lebih tinggi dari
satu meter dan pengakhirannya harus dibuat bertangga menurun tidak
tegak bergigi. Semua pasangan bata harus waterpass dan tiap-tiap kali
diukur rata dengan lantai, dengan menggunakan benang. Pasangan benang
tidak boleh lebih dari 20 cm diatas pasangan di bawahnya.
 Bidang dinding bata ½ batu dengan luas lebih dari 10 m2 harus
ditambahkan kolom dan balok penguat berupa kolom praktis dengan
ukuran 12 x 12 cm dengan tulangan pokok 4 Ǿ 10 mm, 8 – 15 cm.
 Pelaksanaan pemasangan batu bata harus rapi , sama tebal, lurus, dan pola
ikatan harus terjaga baik di seluruh pekerjaan. Pengukuran dilakukan
dengan tiang lot dan harus diukur dengan tepat.
 Pertemuan sudut antara dinding harus siku, kecuali apabila pertemuan
tersebut memang tidak siku seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
 Untuk permukaan yang datar, batas toleransi perlengkungan atau
pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m
vertikal dan horizontal.
 Jika melebihi, Penyedia Barang/Jasa harus membongkar atau
memperbaikinya, biaya untuk pekerjaan ini ditanggung oleh Penyedia
Barang/Jasa dan tidak dapat diajukan sebagai pekerjaan tambahan.
 Pada setiap pertemuan dinding pasangan batu bata dengan kolom praktis ,
balok penguat beton, maupun beton lainnya seperti tercantum dalam
Gambar Kerja, harus dipasang angkur Ǿ - 12 mm tiap jarak 1,2 m.
c) Uji Mutu Bahan
 Benda Uji sample uji mortar berbentuk kubus ukuran 5 x 5 x 5 cm jumlah
4 untuk setiap item pekerjaan pasangan Bata merah dan diambil sesuai
waktu pelaksanaan tiap pekerjaan tersebut dikerjakan serta ada foto
dokumentasi waktu pengambilan dan disaksikan oleh direksi dan
konsultan pengawas
 Biaya untuk uji mortar tersebut menjadi tanggung jawab sepenuhnya oleh
pihak Penyedia Barang/Jasa

PASAL. 10
PEKERJAAN PLESTERAN
1. Bahan
a. Semen/Portland Cement (PC)
Semen PC yang digunakan setara dengan produksi PT. Gresik/ Tiga Roda/Dynamix.
b. Pasir
Pasir yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah PASIR MUNTILAN dan harus
berbutir tajam dan warna asli..
c. Air
Air yang digunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan dilapangan adalah air bersih, tidak
berwarna, tidak mengandung bahan-bahan kimia (asam alkali), tulangan, minyak atau
lemak dan memenuhi syarat-syarat Peraturan Beton Indonesia serta uji terlebih dahulu
oleh Laboraturium yang disetujui secara tertulis oleh Tim Teknis / Konsultan Pengawas.
Air yang mengandung garam (air laut) sama sekali tidak diperkenankan untuk dipakai
2. Pelaksanaan
b. Tebal plesteran harus sama dikedua sisi dan hasil akhir dari dinding tembok setelah
diplester adalah 15 mm.
c. Dinding di atas plafon diplester bersap.
d. Semua jenis aduk plesteran tersebut diatas harus disiapkan sedemikian rupa sehingga
selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering pada waktu pelaksanaan
pemasangan.
e. Penyedia Barang/Jasa harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu
pencampuran aduk plesteran dengan pemasangan tidak melebihi 30 menit, terutama
untuk plesteran kedap air.
f. Penyedia Barang/Jasa harus menyediakan pekerja / tukang yang ahli untuk melaksanakan
plesteran ini, khususnya untuk plesteran aci halus.
g. Permukaan plesteran tersebut khususnya plesteran halus/ aci halus, harus rata, tidak
bergelombang, penuh dan padat, tidak berongga dan berlubang, tidak mengandung
kerikil ataupun benda-benda lain yang membuat cacat.
h. Untuk permukaan dinding pasangan, sebelum diplester harus dibasahi terlebih dahulu
dan siar-siarnya dikerok sedalam kurang lebih 1 cm.
i. Sedangkan untuk permukaan yang akan diplester, permukaannya harus dibersihkan dari
sisa-sisa bekisting kemudian dikerok/ scratched.
j. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan instalasi
pipa yang ada di seluruh bagian dinding bangunan.
k. Untuk semua bidang dinding yang akan dilapisi dengan cat dipakai plesteran halus
(acian) di atas permukaan plesterannya.
l. Untuk bidang pasangan menggunakan bahan/ material akhir lain, permukaan
plesterannya harus diberi alur-alur garis horizontal untuk memberikan ikatan yang lebih
baik terhadap bahan/ material yang akan digunakan tersebut.
m. Untuk setiap pertemuan bahan/ material yang berbeda jenisnya pada satu bidang datar,
harus diberi nat dengan ukuran lebar 0,7 cm dalam 0,5 cm.
n. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan bidang
tidak boleh melebihi 5 mm, untuk setiap area 2 m2 .
o. Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding/ kolom seperti yang
dinyatakan dan dicantumkan dalam Gambar Kerja.
p. Tebal plesteran adalah minimal 1,5 cm dan maksimal 2,5 cm.
q. Jika ketebalan melebihi 2,5 cm, maka diharuskan menggunakan kawat ayam yang
dikaitkan/ dipakukan ke permukaan dinding pasangan yang bersangkutan, untuk
memperkuat daya lekat plesteran.
3. Pemeliharaan
a. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan wajar dan
tidak secara tiba-tiba.
b. Hal ini dilaksanakan dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering
dan melindunginya dari terik panas matahari langsung dengan bahan penutup yang dapat
mencegah penguapan air secara tepat.
c. Pembasahan tersebut adalah sebagai berikut : selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian
selesai, Penyedia Barang/Jasa harus selalu menyiram dengan air sekurang-kurangnya 2
(dua) kali sehari sampai jenuh.
d. Selama permukaan plesteran belum dilapisi dengan bahan/ material akhir, Penyedia
Barang/Jasa wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan-kerusakan dan
pengotoran dengan biaya adalah tanggungan Penyedia Barang/Jasa , tidak dapat diklaim
sebagai pekerjaan tambah.
e. Tidak dibenarkan pekerjaan penyelesaian dengan bahan/ materi akhir di atas permukaan
plesteran dilakukan sebelum plesteran berumur lebih dari 2 (dua) minggu, cukup kering,
bersih dari retak, noda, dan cacat lain seperti yang disyaratkan tersebut diatas.
f. Apabila hasil pekerjaan tidak memenuhi semua yang disyaratkan Konsultan/ Direksi
lapangan, maka Penyedia Barang/Jasa harus membongkar dan memperbaiki sampai
disetujui oleh Konsultan/ Direksi lapangan.
g. Semua sudut horizontal, luar maupun dalam serta garis tegaknya dalam pekerjaan
plesteran harus dikerjakan secara sempurna, tegak dan siku sudut bagian luar hendaknya
dibaut tumpul (bulat).
h. Bilamana terdapat bidang plesteran yang berombak (tidak rata) harus diperbaiki. Bagian-
bagian yang akan diperbaiki dibobok secara teratur dan plesteran baru harus dibuat rata
dengan sekitarnya.
i. Pekerjaan plesteran hanya bisa dilaksanakan setelah pekerjaan atap sudah selesai/
bangunan terlindungi.
j. Bilamana diperlukan pemasangan pipa/ alat-alat yang ditanam pada dinding, maka harus
dibuat pahatan secukupnya. Pahatan tersebut setelah pipa terpasang harus ditutup dengan
plesteran yang dilaksanakan secara sempurna.
k. Untuk pekerjaan plesteran dan pasangan baik pasangan batu bata dan batu kali harus
diambil sample untuk nantinya di ujikan di laboratorium
l. Benda Uji sample uji mortar berbentuk kubus ukuran 5 x 5 x 5 cm jumlah 4 untuk setiap
item pekerjaan dan diambil sesuai waktu pelaksanaan tiap pekerjaan tersebut dikerjakan
serta ada foto dokumentasi waktu pengambilan dan disaksikan oleh direksi dan konsultan
pengawas
m. Biaya untuk uji mortar tersebut menjadi tanggung jawab sepenuhnya oleh pihak
Penyedia Barang/Jasa

PASAL. 11
PEKERJAAN ACUAN / BEKISTING
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, peralatan, pengangkutan dan
pelaksanaan untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai dengan gambar-gambar
konstruksi, dengan memperhatikan ketentuan tambahan dari arsitek dalam uraian dan
syarat-syarat pelaksanaannya.
2. Persyaratan Bahan
a. Bahan acuan yang dipergunakan dapat dalam bentuk : kayu.
b. Pada prinsipnya semua penunjang bekisting (perancah) adalah berupa kayu dolken
diameter minimal 8 cm dan disarankan menggunakan steger besi (scafolding).
c. Pemakaian perancah bambu tidak diperbolehkan. Jenis lain yang akan dipergunakan
harus mendapat persetujuan tertulis dari Tim Teknis / Konsultan Pengawas terlebih
dahulu.
d. Untuk papan Acuan harus menggunakan papan bekisting (kayu tahun) ukuran tebal
1,8 – 2,0 cm dan disarankan menggunakan multiplek dengan tebal minimum 9 mm.
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Perencanaan acuan dan konstruksinya harus direncanakan untuk dapat menahan
beban-beban, tekanan lateral dan tekanan yang diizinkan dan peninjauan terhadap
beban angin dan lain-lain. Harus pula memperhatikan Peraturan Pembangunan
Pemerintah Daerah setempat.
b. Semua ukuran-ukuran penampang Struktur Beton yang tercantum dalam gambar
struktur adalah ukuran bersih penampang beton, tidak termasuk plesteran/finishing.
c. Sebelum memulai pekerjaannya, Penyedia Barang/Jasa harus memberikan gambar
dan perhitungan acuan serta sample bahan yang akan dipakai, untuk disetujui secara
tertulis oleh Tim Teknis / Konsultan Pengawas.
d. Pada dasarnya tiap-tiap bagian dari bekisting, harus mendapat persetujuan dari Tim
Teknis / Konsultan Pengawas, sebelum bekisting dibuat pada bagian itu.
e. Acuan yang direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan bentuk dan
cukup kuat menampung beban-beban sementara maupun tetap sesuai dengan
jalannya pengecoran beton.
f. Susunan acuan dengan penunjang-penunjang yang diatur sedemikian rupa sehingga
memungkinkan dilakukannya inspeksi dengan mudah oleh Tim Teknis / Konsultan
Pengawas.
g. Penyusunan acuan harus sedemikian rupa hingga pada waktu pembongkarannya tidak
menimbulkan kerusakan pada bagian beton yang bersangkutan.
h. Cetakan beton harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran yang melekat seperti
potongan-potongan kayu, potongan-potongan kawat, paku, tahi gergaji, tanah dan
sebagainya.
i. Acuan harus dapat menghasilkan bagian konstruksi yang ukuran, kerataan/kelurusan,
elevasi dan posisinya sesuai dengan gambar-gambar konstruksi.
j. Papan acuan harus bersih dan dibasahi terlebih dulu sebelum pengecoran. Harus
diadakan tindakan untuk menghindarkan terkumpulnya air pembasahan tersebut pada
sisi bawah.
k. Cetakan beton harus dipasang sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi kebocoran
atau hilangnya air semen selama pengecoran, tetap lurus (tidak berubah bentuk )dan
tidak bergoyang.
l. Sebelumnya dengan mendapat persetujuan tertulis dari Tim Teknis / Konsultan
Pengawas baut-baut dan tie rod yang diperlukan untuk ikatan-ikatan dalam beton
harus diatur sedemikian, sehingga bila bekisting dibongkar kembali, maka semua besi
tulangan harus berada dalam permukaan beton.
m. Pada bagian terendah (dari setiap phase pengecoran) dari bekisting kolom atau
dinding harus ada bagian yang mudah dibuka untuk inspeksi dan pembersihan.
n. Setelah pekerjaan diatas selesai, Penyedia Barang/Jasa harus meminta persetujuan
dari Tim Teknis / Konsultan Pengawas dan minimum 3 (tiga) hari sebelum
pengecoran Penyedia Barang/Jasa harus mengajukan permohonan tertulis untuk izin
pengecoran kepada Tim Teknis / Konsultan Pengawas.
4. Pembongkaran
a. Pembongakaran dilakukan sesuai dengan Peraturan Beton Indonesia, dimana bagian
konstruksi yang dibongkar cetakannya harus dapat memikul berat sendiri dan beban-
beban pelaksanaannya.
5. Cetakan–cetakan bagian konstruksi dibawah ini boleh dilepas setelah dalam waktu sebagai
berikut :
a. Sisi-sisi balok dan kolom yang tidak terbebani 7 hari
b. Sisi-sisi plat, balok dan kolom yang terbebani 21 hari
6. Setiap rencana pekerjaan pembongkaran cetakan harus diajukan terlebih dahulu secara
tertulis untuk disetujui oleh Tim Teknis / Konsultan Pengawas.
7. Permukaan beton harus terlihat baik pada saat acuan dibuka, tidak bergelombang,
berlubang, atau retak-retak dan tidak menunjukkan gejala keropos/tidak sempurna.
8. Acuan harus dibongkar secara cermat dan hati-hati, tidak dengan cara yang dapat
menimbulkan kerusakan pada beton dan material-material lain disekitarnya, dan
pemindahan acuan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
kerusakan akibat benturan pada saat pemindahan.
9. Perbaikan yang rusak akibat kelalaian Penyedia Barang/Jasa menjadi tanggungan Penyedia
Barang/Jasa.
10. Apabila setelah cetakan dibongkar ternyata terdapat bagian-bagian beton yang keropos atau
cacat lainnya, yang akan mempengaruhi konstruksi tersebut, maka Penyedia Barang/Jasa
harus segera memberitahukan kepada Tim Teknis / Konsultan Pengawas, untuk meminta
persetujuan tertulis mengenai cara perbaikan pengisian atau pembongkarannya.
11. Penyedia Barang/Jasa tidak diperbolehkan menutup/mengisi bagian beton yang keropos
tanpa persetujuan tertulis Tim Teknis / Konsultan Pengawas. Semua resiko yang terjadi
sebagai akibat pekerjaan tersebutdan biaya-biaya perbaikan, pembongkaran, atau pengisian
atau penutupan bagian tersebut, manjadi tanggung jawab Penyedia Barang/Jasa.
12. Seluruh bahan-bahan bekas acuan yang tidak terpakai harus dibersihkan dari lokasi proyek
dan dibuang pada tempat-tempat yang ditentukan oleh Tim Teknis / Konsultan Pengawas
sehingga tidak mengganggu lahan kerja.
13. Meskipun hasil pengujian kubus-kubus beton memuaskan, Tim Teknis / Konsultan
Pengawas mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat sebagai
berikut :
a. Konstruksi beton yang keropos yang dapat mengurangi kekuatan konstruksi.
b. Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan bentuk/ukuran yang direncanakan atau
posisi-posisinya tidak seperti yang ditunjuk oleh gambar.
c. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang telah direncanakan.
d. Konsruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya yang memperlemah kekuatan
konstruksi.
e. Dan lain-lain cacat yang menurut pendapat Perencana/Tim Teknis/ Konsultan
Pengawas dapat mengurangi kekuatan konstruksi.
14. Alternatif Acuan/Bekisting :
Penyedia Barang/Jasa dapat mengusulkan alternatif jenis acuan yang akan dipakai,
dengan melampirkan brosur/gambar acuan tersebut beserta perhitungannya untuk
mendapat persetujuan tertulis dari Tim Teknis / Konsultan Pengawas. Dengan catatan
bahwa alternatif acuan tersebut tidak merupakan kerja tambah dan tidak menyebabkan
keterlambatan dalam pekerjaan.Sangat diharapkan agar Penyedia Barang/Jasa dapat
mengajukan usulan acuan yang dapat mempersingkat waktu pelaksanaan tanpa
mengurangi / membahayakan mutu beton dan sesuai dengan peraturan-peraturan yang
berlaku.

PASAL 12
PEKERJAAN BETON BERTULANG
1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat bantu
lainnya serta pengangkutan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton
berikut pembersihannya sesuai yang tercantum dalam gambar, baik untuk pekerjaan
Struktur Bawah/Pondasi maupun Struktur Atas.

2. Peraturan-peraturan
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar pelaksanaan
digunakan peraturan sebagai berikut :
- Tata cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002).
- Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung (SNI-03-1726-2002)
- Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok
Bertulang untuk Gedung 1983.
- Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1987.
- Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)-NI-3.
- Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 (NI-8).
- Mutu dan Cara Uji Semen Portland (SII 0013-81).
- Mutu dan Cara Uji Agregat Beton (SII 0052-80).
- Baja Tulangan Beton (SII 0136-84).
- Peraturan Bangunan Nasional 1978.
- Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.
- Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Rumah dan Gedung (SKBI-2.3.53.1987 UDC:699.81:624.04).
3. Keahlian dan Pertukangan
- Penyedia Barang/Jasa harus bertanggung jawab terhadap seluruh pekerjaan beton
sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang disyaratkan, termasuk kekuatan, toleransi
dan penyelesaian.
- Semua pekerjaan harus dilaksanakan oleh ahli-ahli atau tukang-tukang yang
berpengalaman dan mengerti benar akan pekerjaannya.
- Semua pekerjaan yang dihasilkan harus mempunyai mutu yang sesuai dengan gambar
dan spesifikasi struktur.
- Apabila Tim Teknis/ Konsultan Pengawas memandang perlu, untuk melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan yang sulit dan atau khusus Penyedia Barang/Jasa harus meminta
nasihat dari tenaga ahli yang ditunjuk Tim Teknis / Konsultan Pengawas atas
bebanPenyedia Barang/Jasa.
4. Persyaratan Bahan
a. Pasir Beton
pasir yang digunakan untuk konstruksi beton adalah PASIR MUNTILAN. Pasir harus
bersih dari segala kotoran, bahan-bahan kimia dan bebas dari lumpur. Khusus untuk
plesteran, pasir yang digunakan pasir yang lembut. Setiap pekerjaan harus didahului
dengan contoh sebelum disetujui untuk dipakai.
b. Semen.
1. Semua semen yang digunakan adalah semen portland yang memenuhi syarat-syarat
peraturan-peraturan relevan yang tercantum pada pasal ini butir 2. Dan mempunyai
sertifikat uji (test sertificate) dari lab yang disetujui secara tertulis dari Tim Teknis /
Konsultan Pengawas.
2. Semua semen yang akan dipakai harus dari satu merk yang sama (tidak diperkenankan
menggunakan bermacam-macam jenis/merk semen untuk suatu konstruksi/struktur
yang sama), dalam keadaan baru dan asli, dikirim dalam kantong-kantong semen yang
masih disegel dan tidak pecah.
3. Saat pengangkutan semen harus terlindung dari hujan. Semen harus diterima dalam zak
(kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat, dan harus disimpan
digudang yang cukup ventilasinya dan diletakkan pada tempat yang ditinggikan paling
sedikit 30 cm dari lantai. Sak-sak semen tersebut tidak boleh ditumpuk sampai
tingginya melampaui 2 m atau maximum 10 zak. Setiap pengiriman baru harus ditandai
dan dipisahkan, dengan maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan
pengirimannya.
4. Untuk semen yang diragukan mutunya dan terdapat kerusakan akibat salah
penyimpanan, dianggap sudah rusak, sudah mulai membantu, dapat ditolak
penggunaannya tanpa melalui test lagi. Bahan yang telah ditolak harus segera
dikeluarkan dari lapangan paling lambat dalam waktu 2x24 jam atas biaya Penyedia
Barang/Jasa.
b. Aggregat (Aggregates).
1. Semua pemakaian batu pecah (agregat kasar) dan pasir beton, harus memenuhi syarat-
syarat peraturan-peraturan relevan yang tercantum pada pasal ini butir 2. dan bebas dari
tanah/tanah liat (tidak bercampur dengan tanah/tanah liat atau kotoran-kotoran
lainnya).
2. Kerikil dan batu pecah (agregat kasar) yang mempunyai ukuran lebih besar dari 25
mm, untuk penggunaanya harus mendapat persetujuan tertulis Tim Teknis / Konsultan
Pengawas. Gradasi dari agregat-agregat tersebut secara keseluruhan harus dapat
menghasilkan mutu beton yang diisyaratkan, padat dan mempunyai daya kerja yang
baik dengan semen dan air, dalam proporsi campuran yang akan dipakai.
3. Tim Teknis / Konsultan Pengawas harus meminta kepada Penyedia Barang/Jasa untuk
mengadakan test kualitas dari agregat-agregat tersebut dari tempat penimbunan yang
ditunjuk oleh Tim Teknis / Konsultan Pengawas, setiap saat di laboratorium yang
disetujui Tim Teknis / Konsultan Pengawas atas biaya Penyedia Barang/Jasa.
4. Apabila ada perubahan sumber dari mana agregat tersebut disupply, maka Penyedia
Barang/Jasa diwajibkan untuk memberitahukan secara tertulis kepada Tim Teknis /
Konsultan Pengawas.
5. Agregat harus disimpan ditempat yang bersih, yang keras permukaannya dan dicegah
supaya tidak terjadi percampuran dengan tanah dan terkotori.
c. Air
1. Air yang digunakan untuk semua pekerjaan-pekerjaan dilapangan adalah air bersih,
tidak berwarna, tidak mengandung bahan-bahan kimia (asam alkali), tulangan, minyak
atau lemak dan memenuhi syarat-syarat Peraturan Beton Indonesia serta uji terlebih
dahulu oleh Laboraturium yang disetujui secara tertulis oleh Tim Teknis / Konsultan
Pengawas.
2. Air yang mengandung garam (air laut) sama sekali tidak diperkenankan untuk dipakai.
d. Besi Beton ( Steel Bar ).
1. Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat :
- Peraturan-peraturan relevan yang tercantum pada pasal ini butir 2.
- Baru, bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak/karat dan tidak cacat (retak-retak,
mengelupas, luka dan sebagainya).
- Dari jenis baja dengan mutu sesuai yang tercantum dalam gambar dan bahan
tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan Peraturan Beton
Indonesia.
- Mempunyai penampang yang sama rata.
2. Kecuali bila ditentukan lain di dalam gambar maka mutu besi beton yang digunakan
adalah : ≤ ø12mm : BJTP U-24 ( Tulangan Polos ) > ø12mm : BJTD U-39 ( Tulangan
Ulir )
3. Pemakaian besi beton dari jenis yang berlainan dari ketentuan-ketentuan diatas, harus
mendapat persetujuan tertulis Perencana Struktur. Besi beton harus disupply dari satu
sumber (manufacture) dan tidak dibenarkan untuk mencampur adukan bermacam-
macam sumber besi beton tersebut untuk pekerjaan konstruksi.
4. Sebelum mengadakan pemesanan Penyedia Barang/Jasa harus mengadakan pengujian
mutu besi beton yang akan dipakai, sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari Tim Teknis /
Konsultan Pengawas.
5. Barang percobaan diambil dibawah kesaksian Tim Teknis / Konsultan Pengawas,
berjumlah min.3 (tiga) batang untuk tiap-tiap jenis percobaan, yang diameternya sama
dan panjangnya ± 100 cm. Percobaan mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat
bilamana dipandang perlu oleh Tim Teknis / Konsultan Pengawas.
6. Contoh besi beton yang diambil untuk pengujian tanpa kesaksian Tim Teknis /
Konsultan Pengawas tidak diperkenankan sama sekali dan hasil test yang bersangkutan
tidak sah.
7. Semua biaya-biaya percobaan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia
Barang/Jasa.
8. Penggunaan besi beton yang sudah jadi seperti STEEL WIREMESH atau yang semacam
itu, harus mendapat persertujuan tertulis Perencana Struktur.
9. Besi beton harus dilengkapi dengan label yang memuat nomor pengecoran dan tanggal
pembuatan, dilampiri juga dengan sertifikat pabrik yang sesuai untuk besi tersebut.
10. Besi beton yang tidak memenuhi syarat-syarat karena kualitasnya tidak sesuai dengan
spesifikasin struktur harus segera dikeluarkan dengan site setelah menerima instruksi
tertulis dari Tim Teknis / Konsultan Pengawas, dalam waktu 2x24 jam atas biaya
Penyedia Barang/Jasa.
11. Untuk menjamin mutu besi beton, Tim Teknis / Konsultan Pengawas mempunyai
wewenang untuk juga meminta Penyedia Barang/Jasa melakukan pengujian tambahan
untuk setiap pengiriman 5 ton dengan jumlah 3 (tiga) buah contoh untuk masing-
masing diameter atas biaya Penyedia Barang/Jasa atau setiap saat apabila Tim Teknis /
Konsultan Pengawas mempunyai keraguan terhadap mutu besi beton yang dikirim.
e. Kualitas Beton
1. kualitas beton adalah :
 Mutu beton K 175
 Mutu beton K 100
2. Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan yang terdapat
dalam Peraturan Beton Indonesia.
3. Penyedia Barang/Jasa harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat
kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pengalaman pelaksanaan dilain
tempat dan dengan mengadakan trial-mix dilaboraturium.
4. Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji berupa silinder beton atau kubus
beton, menurut ketentuan – ketentuan yang disebut dalam Peraturan Beton Indonesia
(PBI 1971).
5. Pada masa-masa pembetonan pendahuluan harus dibuat minimum 1 benda uji per 5 m3
beton hingga dengan cepat dapat diperoleh20 benda uji yang pertama
Pengambilan benda uji harus dengan periode antara yang disesuaikan dengan
kecepatan pembetonan.
6. Penyedia Barang/Jasa harus membuat laporan tertulis atas data-data kualitas beton yang
dibuat dengan disahkan oleh Tim Teknis / Konsultan Pengawas dan laporan tersebut
harus dilengkapi dengan perhitungan tekanan beton karakteristiknya.
7. Laporan tertulis tersebut harus disertai sertifikat dari laboraturium.
8. Setiap akan diadakan pengecoran atau setiap 5 m3, harus dilakukan pengujian slump
(slump test), dengan syarat minimum 8 cm dan maksimum 12 cm. Cara pengujian
sebagai berikut :
Contoh beton diambil tepat sebelum dituangkan kedalam cetakan beton (bekisting).
Cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan diatas kayu yang rata atau plat beton.
Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya.Kemudian adukan tersebut ditusuk-
tusuk 25 kali dengan besi diameter 16 mm panjang 30 cm dengan ujung yang bulat
(seperti peluru).
9. Pengisian dilakukan dengan cara serupa untuk dua lapisan berikutnya. Setiap lapisan
ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk dalam satu lapisan yang
dibawahnya. Setelah atasnya diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-lahan dan
diukur penurunannya.
10. Slump Test dilakukan dibawah pengawasan Tim Teknis / Konsultan Pengawas dan
dicatat secara tertulis.
11. Biaya untuk uji mortar tersebut menjadi tanggung jawab sepenuhnya oleh pihak
Penyedia Barang/Jasa
12. Sample Besi diambil berdasarkan diameter besi yang di kerjakakan dan yang sudah
ada di lapangan serta telah disaksikan dan mendapat persetujuan dari direksi dan
konsultan pengawas untuk selanjutnya benda sample segera dibawa ke laboratorium
5. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Pada dasarnya pelaksanaan Pekerjaan Beton Bertulang harus dilakukan dengan peraturan-
peraturan yang disebutkan pada butir 2 pasal ini.
1. Adukan BetonYang Dibuat di tempat (SiteMixing) Adukan beton harus memenuhi
syarat-syarat :
 Semen diukur menurut berat.
 Agregat diukur menurut berat.
 Pasir diukur menurut berat.
 Adukan beton dibuat dengan menggunakan alat pengaduk mesin (concrete
batching plant).
 Jumlah adukan beton tidak boleh melebihi kapasitas mesin pengaduk.
 Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit harus dibersihkan lebih
dulu, sebelum adukan beton yang baru dimulai.
2. Test Kubus Beton (Pengujian Mutu Beton).
 Tim Teknis / Konsultan Pengawas berhak meminta setiap saat kepada
Penyedia Barang/Jasa untuk membuat benda uji silinder atau kubus dari
adukan beton yang dibuat, dengan jumlah sesuai dengan peraturan beton
bertulang yang berlaku.
 Untuk benda uji berbentuk silinder, cetakan harus berbentuk silinder dengan
ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm dan memenuhi syarat dalam
Peraturan Beton Indonesia. Untuk benda uji berbentuk kubus, cetakan harus
berbentuk bujur sangkar dalam segala arah dengan ukuran 15x15x15 cm dan
memenuhi syarat dalam Peraturan Beton Indonesia.
 Pengambilan adukan beton, percetakan benda uji kubus dan curingnya harus
dibawah pengawasan Tim Teknis / Konsultan Pengawas. Prosedurnya harus
memenuhi syarat-syarat dalam Peraturan Beton Indonesia.
 Pengujian.
Pada umunya pengujian dilakukan sesuai dengan Peraturan Beton Indonesia,
termasuk juga pengujian-pengujian susut (slump) dan pengujian tekan
(Crushing test).Jika beton tidak memenuhi syarat-syarat pengujian slump, maka
kelompok adukan yang tidak memenuhi syarat itu tidak boleh dipakai, dan
Penyedia Barang/Jasa harus menyingkirkannya dari tempat pekerjaan.Jika
pengujian tekanan gagal maka perbaikan-perbaikan atau langkah-langkah yang
diambil harus dilakukan dengan mengikuti prosedure-prosedure Peraturan
Beton Indonesia atas biaya Penyedia Barang/Jasa.
 Semua biaya untuk pembuatan dan percobaan benda uji kubus menjadi
tanggung jawab Penyedia Barang/Jasa.
 Benda uji kubus harus ditandai dengan suatu kode yang menunjukkan tanggal
pengecoran, bagian struktur yag bersangkutan dan lain-lain data yang perlu
dicatat.
 Semua benda uji kubus harus di Test diLaboraturium bahan bangunan dan
tempat pengetesan tersebut harus disetujui oleh Tim Teknis / Konsultan
Pengawas.
 Laporan asli (bukan photo copy) hasil Percobaan harus diserahkan kepada Tim
Teknis / Konsultan Pengawas segera sesudah selesai percobaan, dengan
mencantumkan besarnya kekuatan karakteristik, deviasi standard, campuran
adukan dan berat benda uji kubus tersebut. Percobaan/test kubus beton
dilakukan untuk umur-umur beton 3, 7, 14 dan juga untuk umur beton 28 hari.
 Apabila dalam pelaksanaan nanti ternyata bahwa mutu beton yang dibuat
seperti yang ditunjukkan oleh benda uji kubusnya gagal memenuhi syarat
spesifikasi, maka Tim Teknis / Konsultan Pengawas berhak meminta Penyedia
Barang/Jasa supaya mengadakan percobaan-percobaan non destruktif atau bila
perlu untuk mengadakan percobaan loading (Loading Test) atas biaya
Penyedia Barang/Jasa. Percobaan-percobaan ini harus memenuhi syarat-syarat
dalam Peraturan Beton Indonesia.
 Apabila gagal, maka bagian pekerjaan tersebut harus dibongkar dan dibangun
baru sesuai dengan petunjuk Tim Teknis / Konsultan Pengawas.
 Semua biaya-biaya untuk percobaan dan akibat-akibat gagalnya pekerjaan
tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia Barang/Jasa.
6. Pengecoran Beton.
a. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian-bagian struktural
dari pekerjaan beton, Penyedia Barang/Jasa harus mengajukan permohonan izin
pengecoran tertulis kepada Tim Teknis / Konsultan Pengawas minimum 3 (tiga) hari
sebelum tanggal/hari pengecoran.
 Permohonan izin pengecoran tertulis tersebut hanya boleh diajukan apabila
bagian pekerjaan yang akan dicor tersebut sudah “siap” artinya Penyedia
Barang/Jasa sudah mempersiapkan bagian pekerjaan tersebut sebaik mungkin
sehingga sesuai dengan gambar dan spesifikasi.
 Atas pertimbangan khusus Tim Teknis / Konsultan Pengawas dan pada
keadaan-keadaan khusus misalnya untuk volume pekerjaan yang akan dicor
relatif sedikit/kecil dan sederhana maka izin pengecoran dapat dikeluarkan lebih
awal dari 3 (tiga)hari tersebut.
 Izin pengecoran tertulis yang sudah dikeluarkan dapat menjadi batal apabila
terjadi salah satu keadaan sebagai berikut :
- Izin pengecoran tertulis telah melewati 7 (tujuh) hari dari tanggal rencana
pengecoran yang disebutkan dalam izin tersebut.
- Kondisi bagian pekerjaan yang akan dicor sudah tidak memenuhi syarat lagi
misalnya tulangan, pembersihan bekesting atau hal-hal lain yang tidak
sesuai gambar-gambar & spesifikasi.
 Jika tidak ada persetujuan tertulis dari Tim Teknis / Konsultan Pengawas,
maka Penyedia Barang/Jasa akan diperintahkan untuk menyingkirkan
/membongkar beton yang sudah dicor tanpa persetujuan tertulis dari Tim Teknis
/ Konsultan Pengawas, atas biaya Penyedia Barang/Jasa sendiri.
b. Adukan beton harus secepatnya dibawa ketempat pengecoran dengan menggunakan
cara (metode) yang sepraktis mungkin, sehingga tidak memungkinkan adanya
pengendapan agregat dan tercampurnya kotoran-kotoran atau bahan lain dari luar.
Penggunaan alat-alat pengangkut mesin harus mendapat persetujuan tertulis dari Tim
Teknis / Konsultan Pengawas, sebelum alat-alat tersebut didatangkan ketempat
pekerjaan. Semua alat-alat pengangkut yang digunakan pada setiap waktu harus
dibersihkan dari sisa-sisa adukan yang mengeras.
c. Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum pemasangan besi beton
selesai diperiksa dan mendapat persetujuan tertulis dari Tim Teknis / Konsultan
Pengawas.
d. Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat-tempat yang akan dicor terlebih dahulu
harus dibersihkan dari segala kotoran-kotoran (potongan kayu,batu, tanah dan lain-
lain) dan dibasahi dengan air semen.
e. Pengecoran dilakukan selapis demi selapis dan tidak dibenarkan menuangkan adukan
dengan menjatuhkan dari suatu ketinggian lebih dari 1,5 m yang akan menyebabkan
pengendapan/pemisahan agregat.
f. Pengecoran harus dilakukan secara terus menerus (continue/tanpa berhenti). Adukan
yang tidak dicor (ditinggalkan) dalam waktu lebih dari 15 menit setelah keluar dari
mesin adukan beton, dan juga adukan yang tumpah selama pengangkutan, tidak
diperkenankan untuk dipakai lagi.
7. Pemadatan Beton.
a. Beton yang dipadatkan dengan menggunakan vibrator dengan ukuran yang sesuai
selama pengecoran berlangsung dan dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak
merusak acuan maupun posisi/rangkaian tulangan.
b. Pekerjaan beton yang telah selesai harus bebas kropos (honey comb), yaitu
memperlihatkan permukaan yang halus bila cetakan dibuka.
c. Penyedia Barang/Jasa harus menyiapkan vibrator-vibrator dalam jumlah yang cukup
untuk masing-masing ukuran yang diperlukan untuk menjamin pemadatan yang baik.
d. Pada umumnya dengan pemilihan bahan-bahan yang seksama, cara mencampur dan
mengaduk yang baik dan cara pengecoran yang cermat tidak diperlukan penggunaan
sesuatu admixture. Jika penggunaan admixture masih dianggap perlu, Penyedia
Barang/Jasa diminta terlebih dahulu mendapatkan persetujuan tertulis dari Perencana
Struktur dan Tim Teknis / Konsultan Pengawas mengenai hal tersebut.
e. Untuk itu Penyedia Barang/Jasa diharuskan memberitahukan nama perdagangan
admixture tersebut dengan keterangan mengenai tujuan, data-data bahan, nama pabrik
produksi jenis bahan mentah utamanya, cara-cara pemakaiannya resiko/efek
sampingan dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu.
8. Siar Pelaksanaan dan Urutan / Pola Pelaksanaan.
a. Posisi dan pengaturan siar pelaksanaan harus sesuai dengan peraturan beton yang
berlaku dan mendapat persetujuan tertulis dari Tim Teknis / Konsultan Pengawas.
b. Umumnya posisi siar pelaksanaan terletak pada 1/3 bentang tengah dari suatu
konstruksi. Bentuk siar pelaksanaan harus vertikal dan untuk siar pelaksanaan yang
menahan gaya geser yang besar harus diberikan besi tambahan/dowel yang sesuai
untuk menahan gaya geser tersebut.
c. Sebelum pengecoran beton baru, permukaan dari beton lama supaya dibersihkan
dengan seksama dan dikasarkan. Kotoran-kotoran disingkirkan dengan air dan
menyikat sampai agregat kasar tampak. Setelah permukaan siar tersebut bersih,
“Calbond” harus
d. dilapiskan merata seluruh permukaan.
e. Untuk pengecoran dengan luasan dan atau volume besar maka untuk
menghindarkan/meminimalkan retak-retak akibat susut, pengecoran harus dilakukan
dalam pentahapan dengan pola papan catur, urutan pekerjaan harus diusulkan oleh
Penyedia Barang/Jasa untuk mendapat persetujuan tertulis dari Tim Teknis /
Konsultan Pengawas

9. Curing Dan Perlindungan Atas Beton.


a. Beton harus dilindungi sejauh mungkin terhadap matahari selama berlangsungnya
proses pengerasan, pengeringan oleh angin, hujan atau aliran air dan perusakan
secara mekanis atau pengeringan sebelum waktunya.
b. Semua permukaan beton harus dijaga tetap basah terus menerus selama 14 hari.
Khusus untuk kolom, maka curing beton dapat dilakukan dengan cara menutupi
dengan karung basah sedangkan untuk lantai selama 7 hari pertama dengan cara
menutupi dengan karung basah, mnyemprotkan air atau menggenangi dengan air
pada permukaan beton tersebut.
c. Terutama pada pengecoran beton pada waktu cuaca panas, curing dan perlindungan
atas beton harus lebih diperhatikan. Penyedia Barang/Jasa bertanggung jawab atas
retaknya beton karena susut akibat kelalaian ini.
d. Konstruksi beton secara natural harus diusahakan sekedap mungkin. Beton yang
keropos/bocor harus diperbaiki. Prosedure perbaikan beton yang keropos harus
mendapat persetujuan Tim Teknis / Konsultan Pengawas, dan Penyedia Barang/Jasa
tidak dikenakan biaya tambahan untuk perbaikan tersebut.
10. Sambungan, Pembengkokan dan Penyetelan Besi Beton.
a. Sambungan besi beton diperkenankan apabila panjang besi tidak cukup dalam
rentang elemen struktur yang akan dipasang besi beton dan harus sesuai dengan SNI
03-2847-2002 dan persetujuan Tim Teknis/Pengawas.
b. Khusus pada daerah kantilever, maka sambungan tidak diperkenankan, dan besi
beton harus dipasang menerus dari mulai ujung kantilever (lihat gambar kerja)
tersebut sampai dengan minimal pada sepanjang bentang balok disebelahnya.
c. Ketentuan I.2) tersebut di atas tidak berlaku balok ring yang tidak menerus.
d. Pembengkokan besi harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti/tepat pada posisi
pembengkokan sesuai gambar dan tidak menyimpang dari maupun Peraturan Beton
Indonesia.
e. Pembengkokan tersebut harus dilakukan oleh tenaga ahli, dengan menggunakan alat-
alat (Bar Bender) sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan cacat patah, retak-
retak, dan sebagainya. Semua pembengkokan tulangan harus dilakukan dalam
keadaan dingin, dan pemotongan harus dengan “Bar Cutter”, tidak boleh dengan api.
f. Sebelum penyetelan dan pemasangan besi beton dimulai, Penyedia Barang/Jasa
diwajibkan membuat gambar kerja (Shop Drawing) berupa penjabaran gambar
rencana Pembesian Struktur, rencana kerja pemotongan dan pembengkokan besi
beton (bending schedule) yang diserahkan kepada Tim Teknis / Konsultan Pengawas
untuk mendapatkan persetujuan tertulis.
g. Pemasangan dan penyetelan berdasarkan peil-peil, sesuai dengan gambar dan harus
sudah diperhitungkan mengenai toleransi penurunannya.
h. Pemasangan selimut beton (beton decking) harus sesuai dengan gambar detail
standard penulangan.
i. Sebelum besi beton dipasang, besi beton harus bebas dari kulit besi karat, lemak,
kotoran serta bahan-bahan lain yang dapat mengurangi daya lekat.
j. Pemasangan rangkaian tulangan yaitu kait-kait, panjang penjangkaran, overlap, letak
sambungan dan lain-lain harus sesuai dengan gambar standar penulangan. Apabila
ada Keraguan tentang rangkaian tulangan maka Penyedia Barang/Jasa harus
memberitahukan kepada Tim Teknis / Konsultan Pengawas / Perencana Struktur
untuk klarifikasi. Untuk hal itu sebelumnya Penyedia Barang/Jasa harus membuat
gambar pemengkokan baja tulangan (bending schedule), diajukan kepada Tim Teknis
/ Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan tertulis.
k. Penyetelan besi beton harus dilakukan dengan teliti, terpasang pada kedudukan yang
teguh untuk menghindari pemindahan tempat. Pembesian harus ditunjang dengan
beton atau penunjang besi, spacers atau besi penggantung lainnya sedemikian rupa
sehingga rangkaian tulangan terpasang kokoh,kuat dan tidak bergerak saat dilakukan
pengecoran beton.
l. Ikatan dari kawat harus dimasukkan dalam penampang beton, sehingga tidak
menonjol kepermukaan beton.
m. Sengkang-sengkang harus diikat pada tulangan utama dan jaraknya harus sesuai
dengan gambar dan panjang kait sesuai dengan SNI 03-2847-2002.
n. Beton decking harus digunakan untuk menahan jarak yang tepat pada tulangan, dan
minimum mempunyai kekuatan beton yang sama dengan beton yang akan dicor.
o. Sebelum pengecoran semua penulangan harus betul-betul bersih dari semua kotoran-
kotoran.
p. Penggantian Besi
 Penyedia Barang/Jasa harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah
sesuai dengan apa yang tertera pada gambar.
 Dalam hal ini dimana berdasarkan pengalaman Penyedia Barang/Jasa atau
pendapatnya terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu peyempurnaan
pembesian yang ada maka Penyedia Barang/Jasa dapat menambah ekstra besi
dengan tidak mengurangi pembesian yang tertera dalam gambar. Usulan
pengganti tersebut harus disetujui oleh Tim Teknis / Konsultan Pengawas.
 Jika Penyedia Barang/Jasa tidak berhasil mendapatkan diameter besi yang
sesuai dengan yang ditetapkan dalam gambar, maka dapat dilakukan penukaran
diameter besi dengan diameter yang terdekat dengan catatan :
- Harus ada persetujuan tertulis dari Tim Teknis / Konsultan Pengawas.
- Jumlah luas besi di tempat tersebut tidak boleh kurang dari yang tertera
dalam gambar. Khusus untuk balok induk, jumlah luas penampang besi
pada tumpuan juga tidak boleh lebih besar jauh dari pembesian aslinya.
- Penggantian tersebut tidak boleh mengakibatkan keruwetan pembesian
ditempat tersebut atau didaerah overlapping yang dapat menyulitkan
pembetonan atau pencapaian penggetar/vibrator.
- Tidak ada Pekerjaan Tambah dan tambahan waktu pelaksanaan
11. Pemasangan Alat-Alat Didalam Beton.
a. Penyedia Barang/Jasa tidak dibenarkan untuk membobok, membuat lubang atau
memotong konstruksi beton yang sudah jadi tanpa sepengetahuan dan ijin tertulis dari
Tim Teknis / Konsultan Pengawas.
b. Ukuran dan pembuatan lubang, pemasangan alat-alat didalam beton, pemasangan
sparing dan sebagainya, harus sesuai gambar atau menurut petunjuk-petunjuk Tim
Teknis / Konsultan Pengawas.

PASAL. 13
PEKERJAAN FINISHING LANTAI DAN DINDING

1. Ketentuan Umum
Sebelum pekerjaan penyelesaian lantai dilakukan, maka :
a. Bahan-bahan yang dipakai sebelum dipasang terlebih dahulu harus diserahkan contohnya
untuk mendapat persetujuan dari pengawas.
b. Penyedia Barang/Jasa menyerahkan spesifikasi dan persyaratan teknis operasional dari
pabrik sebagai informasi kepada pengawas.
c. Bahan-bahan yang dipsang tidak boleh cacat, retak-retak / pecah dan sisinya harus tajam,
tidak bergigi.
d. Hasil pemasangan harus rata tidak bergelombang, pertemuan naad-naadnya rata, spesie
harus padat tidak berongga dan permukaan harus bersih dengan warna dan sesuai dengan
peil yang tercantum dalam gambar.
2. Bahan
Finishing lantai dan dinding yang akan digunakan :
a. Keramik Lantai Ukuran 60 x 60 cm Platinum
b. Keramik Dinding ukuran 25 x 40 cm Motif warna Asia Tile
c. Keramik Lantai Ukuran 25 x 25 cm motif Asia Tile
3. Pelaksanaan Pemasangan Keramik
a. Lantai yang akan dipasang keramik harus dipersiapkan dengan baik dan disetujui oleh
pengawas, Pejabat Teknis Kegiatan dan atau pejabat Pembuat Komitmen. Keramik yang
akan dipasang harus direndam dalam air bersih lebih dahulu.
PASAL 14
PEKERJAAN SANITASI

A. Lingkup Pekerjaan
 Termasuk dalam pekerjaan pemasangan sanitair ini adalah penyediaan tenaga kerja,
bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya yang digunakan dalam pekerjaan ini
sehingga tercapai hasil pekerjaan yang bermutu dan sempurna dalam pemakaian dan
operasinya.
 Pekerjaan pemasangan sanitair ini harus sesuai dengan yang ditunjukkan dalam detail
gambar dan syarat-syarat dalam buku ini.
B. Reference/Persyaratan bahan
 Semua material harus memenuhi ukuran, standard dan mudah didapatkan di pasaran,
kecuali ditentukan lain.
 Semua peralatan dalam keadaan lengkap dengan segala perlengkapannya, sesuai
dengan yang telah disediakan oleh pabrik untuk masing-masing type yang dipilih
 Barang yang dipakai adalah dari produk yang telah disediakan oleh pabrik untuk
masing-masing type yang di pilih.
 Barang yang dipakai adalah dari produk yang telah disyaratkan dalam uraian dan
syarat-syarat yang telah ditentukan.
 Jenis dan produk yang dipakai adalah :
 Closet duduk (Flashing) setara TOTO
 Closet jongkok (Flashing) setara TOTO
 Wastafel model mangkok setara TOTO
 Floor drain stenless steel setara SUN-EI
 Kran air
C. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Semua bahan sebelum dipasang harus ditunjukkan kepada Perencana/Direksi
Lapangan beserta persyaratan/ketentuan pabrik untuk mendapatkan persetujuan.
b. Jika dipandang perlu diadakan penukaran/penggantian bahan, bahan pengganti harus
disetujui Perencana/Direksi Lapangan berdasarkan contoh yang diajukan Penyedia
Barang/Jasa.
c. Sebelum pemasangan dimulai, Penyedia Barang/Jasa harus meneliti gambar-gambar
yang ada
dan kondisi lapangan, termasuk mempelajari bentuk, pola, penempatan, pemasangan
sparing-sparing, cara pemasangan dan detail-detail.
d. Bila ada kelainan dalam hal ini apapun antara gambar dengan gambar, gambar
dengan spesifikasi dan sebagainya, maka Penyedia Barang/Jasa harus segera melaporkan
kepada Perencana/Direksi Lapangan.
e. Penyedia Barang/Jasa tidak dibenarkan memulai pekerjaan di suatu tempat bila ada
kelainan atai
perbedaan di tempat itu sebelum kelainan tersebut dilaksanakan.
f. Selama pelaksanaan harus diadakan pengujian/pemeriksaan untuk kesempurnaan
hasil pekerjaan dan fungsinya.
g. Penyedia Barang/Jasa wajib memperbaiki/mengulangi/mengganti bila ada kerusakan
yang terjadi
selama masa pelaksanaan dan masa pemeliharaan, atas biaya Penyedia Barang/Jasa,
selama
kerusakan bukan disebabkan oleh tindakan pemilik.
h. Seluruh pekerjaan Sanitair dan perlengkapannya, harus dipasang sesuai Letak,
ketinggian, Konstruksi dan Prosedur Pemasangan yang dikeluarkan oleh
Produsennya.
i. Seluruh pekerjaan Sanitair harus berfungsi dengan baik, rapih, tidak ada cacat dan
tidak ada kebocoran-kebocoran.

PASAL. 15
PEKERJAAN PENGECATAN

1. Cat kayu
a. Cat minyak digunakan pada pekerjaan cat kayu dan cat besi. Pemakaian cat minyak juga
menggunakan produk berstandar nasional atau kelas B, lolos SNI dan berkualitas bagus.
Cat ini berfungsi sebagai pelindung kayu / besi dari serangan rayap dan pengeroposan
serta cuaca
2. Cat dinding
a. Hasil pengecatan harus rata, tidak bergelombang, warna cat rata dan tidak berbintik-
bintik.
b. Tidak terdapat retak-retak rambut / cacat / noda kotoran pada bidang yang selesai dicat.
c. Cat dinding ex Catylac untuk dinding bagian luar dan bagian dalam gedung
d. Pengecatan dinding dilakukan setelah dinding diplester dengan baik dan sudah benar-
benar kering, yaitu kurang lebih 2 minggu sejak pengecatan
e. Bagian dinding yang berlubang-lubang diiisi dan diratakan dengan plamur
f. Pekerjaan plamur dilakukan dengan pisau lamur dari plat baja tipis dan lapisan plamur
dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang yang rata
g. Setelah plamur kering, pekerjaan dilanjutkan dengan pekerjaan cat
h. Pemberian lapisan cat dan jumlah lapisan sesuai dengan syarat-syarat dan petunjuk
masing-masing pabrik
i. Pengecatan dilakukan dengan rol, untuk sudut-sudut dinding dan langit-langit bagian
bawah dinding tetap menggunakan kuas
3. Bahan
a. Cat langit - langit ,Tembok Baru dan Lama kw B ex, Catylac, Propan, Mowilex
b. Cat Besi dan Kayu memakai ex avian, dulux, Propan

PASAL 16
PEKERJAAN KUSEN, PINTU, JENDELA

1. Ketentuan Umum
a. Pekerjaan Kusen 4” menggunakan Alumunium Warna Brown (Coklat) seperti yang
dinyatakan dalam gambar setara alexindo.
b. Pekerjaan Daun Pintu Kaca dengan Rangka Profil Allumunium setara alexindo.
c. Pekerjaan Kosen menggunakan Aluminium Coklat setara alexindo
d. Pekerjaan Daun Pintu Kaca menggunakan Rangka Profil Aluminium setara alexindo
Lebar 8 cm lapis multiplex finishing teak wood rangkap
e. Pekerjaan daun jendela kaca ( kaca bening 5 mm) rangka alumunium tebal 8 mm
dipasang pada seluruh detail sesuai yang dinyatakan dalam gambar ASAHIMAS, atau
MULIA.
2. Pelaksanaan
a. Bahan rangka pintu ukuran 3x12 dan 3x20 cm untuk rangka ambang bawah.
b. Bahan panil jendela dari kaca lembaran warna bening tebal 5 mm (produk ASAHI) mutu
M, bahan kaca harus memenuhi persyaratan PUBI 82 pasal 63 dan SII 0189-78.
c. Mutu dan kualitas kayu yang dipakai harus cukup tua, lurus kering dengan permukaan
rata bebas dari cacat lainnya.
d. Untuk daun jendela kaca setelah dipasang harus rata, tidak bergelombang, semua
peralatan dapat berfungsi dengan baik. Dengan jarak maksimal 2 mm dari sisi rangka
kusen.
e. Kelembaban yang disyaratkan maksimum 12 %.
f. Daun pintu dan jendela harus dapat dibuka dengan sempurna.

PASAL. 17
PEKERJAAN PERLENGKAPAN PINTU DAN JENDELA
1. Bahan
a. Semua bahan dalam pekerjaan ini harus bermutu yang baik dan disetujui oleh Pimpinan
Kegiatan/Pengawas.
b. Mekanisme kerja dari semua peralatan sesuai detail gambar.
c. Pekerjaan Pemasangan Engsel Pintu.
d. Pekerjaan Pemasangan Slot Kunci Pintu.
e. Pekerjaan Pemasangan Engsel Jungkit
f. Pekerjaan Pemasangan Handle Pintu Stainless
g. Seluruh kunci tanam yang dipasang lengkap dengan anak kunci.

2. Pemasangan
b. Kunci-kunci / pegangan pintu dipasang setinggi ± 105 cm dari lantai dan tidak boleh
mengenai ujung rangka horisontal daun pintu. Ketinggian pemasangan kunci / pegangan
daun pintu dengan yang lain harus sama.
c. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus dilakukan pengujian
secara kasar dan halus.
d. Untuk pintu yang menggunakan engsel kupu-kupu, engsel atas dipasang ± 28 cm dari
permukaan pintu, engsel tengah dipasang di tengah-tengah antara kedua engsel tersebut.
e. Bagian dalam allumunium sebagai tumpuan engsel dipasang klose kayu
f. Pembuka pintu / handle dipasang 100 cm (as) dari permukaan lantai.
g. Pemasangan seluruh hardware pintu dan jendela harus rapi, lurus dan sesuai dengan letak
posisi yang telah ditentukan oleh konsultan / direksi lapangan.
h. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik, untuk itu harus dilakukan pengujian
secara kasar dan halus.
i. Tanda pengenal anak kunci harus dipasang sesuai pintunya.
j. Penyedia Barang/Jasa wajib membuat shop drawing berdasarkan gambar dokumen
kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
k. Di dalam shop drawing harus jelas dicantumkan semua data yang diperlukan termasuk
keterangan produk, cara pemasangan atau detail-detail khusus yang belum tercakup
secara lengkap di dalam gambar kerja, sesuai dengan standar spesifikasi pabrik. Shop
drawing sebelum dilaksanakan harus disetujui dahulu oleh konsultan / direksi lapangan.
l. Bila hasil pemasangan hardware pada pintu dan jendela tidak sesuai dengan yang
disyaratkan oleh konsultan / direksi lapangan, Penyedia Barang/Jasa wajib membongkar
dan memperbaiki kembali sampai sempurna dan disetujui oleh konsultran / direksi
lapngan. Biaya yang tombul menjadi tanggungan Penyedia Barang/Jasa dan tidak dapat
diajukan sebagai pekerjaan tambah
PASAL 18
PEKERJAAN LISTRIK

1. Ketentuan Umum
Penyedia Barang/Jasa harus mempunyai PAS PLN golongan I dan dapat mengerjakan
seluruh lingkup pekerjaan yang dijelaskan dalam spesifikasi yang tertera dalam gambar-
gambar yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang tertera pada spesifikasi ini.
2. Lingkup Pekerjaan Listrik
 Pengadaan dan pemasangan penerangan dan stop kontak dalam bangunan.
 Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan diluar bangunan.
3. Persyaratan Teknik Pemasangan Dan Material
 Persyaratan umum.
 Kabel- kabel
 Konduit dan Fitting.
 Stop kontak dan Saklar.
- Stop kontak setara broco
- Saklar Ganda
- Saklar Tunggal
 Lampu Penerangan.
- Lampu LED 18 Watt
- Lampu RMI 2x18 Watt
 Instalasi Titik Kontak.
Instalasi titik kontak menggunakan kabel setara eterna.
 Pemindahan Box Panel.
 Pengujian.
Hasil pengujian harus disertai Berita Acara Pengujian yang disaksikan/diketahui
Pimpinan Kegiatan/Pengawas.
 Penyerahan, Pemeliharaan dan Jaminan.
Penyerahan dilakukan dua tahap dengan Berita Acara yang disertai lampiran-lampiran :
 Menyerahkan As Built Drawing.
 Menyerahkan Brosure, Operation Manual dan Sistem Maintenance.
 Menyerahkan Berita Acara lainnya.
 Trainning Operator.

PASAL. 19
PEKERJAAN JALAN UNTUK PAVING BLOCK

1. Lingkup Pekerjaan :
Penyediaan tenaga kerja, material, peralatan, pengangkutan dan pelaksanaan yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan jalan untuk paving block.Adabeberapa hal yang terkait dalam
pekerjaan ini yaitu :
 Pembersihan lahan
 Persiapan tanah untuk timbunan
 Pekerjaan pemadatan
 Pembuatan lapis pasir
 Pemasangan paving block
2. Sebelum melaksanakan pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa harus mengukur kembali semua
titik elevasi dan koordinat-koordinat. Dan apabila terjadi perbedaan-perbedaan di lapangan,
Penyedia Barang/Jasa wajib membuat gambar-gambar penyesuaian dan harus mendapat
persetujuan Pengawas.
3. Bahan Lapis Pasir untuk Paving Block
 Sumber Bahan
 Penyedia Barang/Jasa harus mencari lokasi sumber bahan untuk lapis ini biaya dari
pencarian dan pekerjaan muat, angkut, bongkar ke lokasi pekerjaan harus sudah
diperhitungkan dalam penawaran Penyedia Barang/Jasa. Kontrak harus melaporkan lokasi
tersebut kepada Konsultan Pengawas secepatnya secara tertulis disertai keterangan tentang
kualitas bahan, perkiraan kuantitas bahan dan rencana operasi pengangkutan bahan ke
lokasi proyek. Bahan tersebut harus memenuhi persyaratan dalam spesifikasi.
 Bahan pasir dapat berbentuk runcing lebih baik karena memberikan hasil yang stabil,
tetapi juga memerlukan pengontrolan kadar air yang lebih ketat pada saat pemadatan. Butir
pasir yang berbentuk runcing lebih baik karena membersihkan hasil yang stabil, tetapi juga
memerlukan pengontrolan kadar air yang lebih ketat pada saat pemedatan. Untuk
menghindari karakteristik pemadatan yang berbeda-beda harus diusahakan agar sumber
dari pasir tersebut adalah satu.
4. Bahan Paving Block
 Pasang Paving Hexagonal warna Tebal 6 Cm Tanpa Spesi
5. Pekerjaan Timbunan Tanah
Bahan timbunan harus baik untuk pekerjaan lapisan jalan, jika dipadatkan harus dapat
mencapai nilai CBR minimal yang disyaratkan sebesar 6 %. Jika menggunakan bahan
timbunan yang tidak atau kurang baik dan tidak mencapai nilai minimal CBR tersebut, ini
harus dibongkar dan diganti dengan bahan yang baik tanpa adanya tambahan pembiayaan
untuk itu. Penyedia Barang/Jasa harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas tentang
tahapan-tahapan persiapan untuk subgrade pekerjaan dan Penyedia Barang/Jasa harus
memperpanjang pekerjaan pemadatan, jika dianggap perlu, untuk mencapai tingkat
kepadatan yang diinginkan atau disyaratkan. Sebelum dipadatkan, suatu lapisan yang akan
dipadatkan tidak boleh lebih dari 20 cm. Setiap lapisan lepas harus dipadatkan dengan
stempel yang ukurannya telah ditentukan oleh Konsultan Pengawas. Pemadatan harus
dimulai dari tepi timbunan dengan arah membujur, kemudian bergeser ke arah sebelah
dalam (ketengah jalan). Lapisan terakhir harus diselesaikan dalam keadaan rata atau halus
sampai pada suatu lapisan dengan kerataan yang diinginkan.
Lereng-lereng urugan harus dibuat serapih mungkin dan tidak longsor.
Adapun hal yang harus diperhatikan adalah :
 Pemerliharaan terhadap bagian pekerjaan yang telah selesai
Bagian lapisan timbunan yang sudah selesai harus dijaga terhadap kemungkinan retak-
retak akibat pengeringan yang cepat atau akibat “traffic” kendaraan proyek atau hal-hal
lain yang menyebabkan lapisan tersebut rusak dan strukturnya terganggu.
 Tes atau pengujian
Test akan dilakukan baik di laboratorium maupun di lapangan, untuk mengetahui
kepadatan maksimum, derajat kepadatan lapangan, nilai CBR lapangan dan lain-lain yang
dianggap perlu pada lapisan ini. Pembiayaan test-test ini menjadi tanggungan Penyedia
Barang/Jasa.
6. Pekerjaan Lapis Pasir untuk Paving Block
 Penyimpanan :
Pasir alas harus disimpan sedemikian rupa sehingga tidak tercampur dengan tanah/kotoran
disekitarnya. Tempat penimbunan harus mempunyai drainase yang baik dan harus
terlindung dari hujan sehingga udara tetap merata.
 Penghamparan pasir / alas pasir :
Pasir harus dihamparkan dengan rata di atas lapisan dasar (base course) sampai ketebalan 4
cm padat dengan memperhatikan kadar air ketebalan 4 cm padat dengan memperhatikan
kadar air dan karakteristik gradasinya. Permukaan yang dihasilkan harus rata. Bila
concrete block telah selesai dipasang dan terlihat permukaan yang tidak rata maka paving
block tersebut harus diangkat kembali, pasir diratakan lagi sampai diperoleh hasil yang
rata. Bedding sand ini harus mempunyai ketebalan dan ketebalan yang sama sehingga
pemampatan akibat pemadatan merata. Lapisan yang lepas/belum dipadatkan biasanya
mempunyai ketebalan 5 sampai 15 mm lebih tebal dari ketebalan padat yang
disyaratkan. Selama penghamparan kadar air harus seragam dan pasir yang belum
dipadatkan tersebut harus dilindungi terhadap segala bentuk pemadatan dan lintas lalu,
sampai paving block selesai dipasang dan bersama-sama. Bila ada bagian lapisan pasir
yang tidak sengaja terkompaksi sebelum paving digaruk dan diratakan. Waktu
penghamparan harus diperhitungkan dengan baik sehingga tidak terdapat lapisan pasir
lepas yang tidak sempat ditutup dengan paving block pada hari yang sama.
7. Pekerjaan Lapis Permukaan untuk Paving Block
 Paving Block harus diletakkan berhimpitan satu dengan lainnya dengan pola sesuai dengan
gambar lansekap di atas hamparan pasir yang belum dipadatkan tapi sudah selesai
diratakan. Lebar celah antar blok tidak boleh lebih dari 4 mm, celah ini harus merupakan
garis lurus dan saling tegak lurus, untuk itu diperlukan snar pada 2 arah yang saling tegak
lurus untuk mengatur letak dan ikatan antar blok.
 Cara meletakkan block dan pengisian celah antara :
Dalam memasang blok harus diusahakan agar untuk pengisian celah antara blok dengan
elemen-elemen lain seperti pinggiran saluran, bingkai jalan, bak kontrol dan lain-lain, blok
digunakan dengan ukuran tidak lebih dari 25 % dari ukuran utuh. Ruang antara yang masih
tersisa harus diisi setelah pemadatan awal dari paving block. Untuk celah lebih besar dari
25 mm tetapi kurang dari 50 mm, tersedia agregat halus dengan ukuran 10 mm dan mortar
kering untuk celah yang lebih kecil. Untuk bagian jalan yang menanjak, menurun,
pemasangan blok harus dilakukan dari bagian terendah ke bagian yang lebih tinggi. Pola
pemasangan dan warna agar dibuat sesuai gambar, Penyedia Barang/Jasa wajib membuat
gambar kerja untuk pola di daerah-daerah khusus.
 Pemadatan Awal :
Alat kompaksi untuk keperluan ini harus merupakan "mechanical flat plate vibrator",
dengan karekteristik sebagai berikut :
 Plat dasar mempunyai luas : 0,25 - 0,50 m2.
 Gaya pemadatan yang dapat diberikan sebesar 1,5 ton sampai 2,0 ton.
 Frekuensi getaran : 75 - 100 Hz.
Paving Block harus terletak dengan mantap diatas alas pasir. Pemadatan harus dilakukan
segera setelah pemasangan paving block dengan minimal 2 lintasan. Jarak antara bagian
yang dipadatkan sampai bagian dimana pemasangan blok tidak boleh dilakukan kurang
dari 1,50 m. Adalah sangat penting untuk memadatkan bedding sand segera
setelah pemasangan block sehingga dapat dihindari berdahnya pasir yang masih dalam
keadaan lepas karena bergeraknya block yang tidak diletakkan dengan baik atau adanya air
yang mengalir ketempat tersebut. Pemadatan harus diulangi pada daerah selebar 1,00 m
yang diukur dari akhir pemasangan / pemasangan yang dilakukan pada hari sebelumnya
melanjutkan dengan pekerjaan selanjutnya. Semua blok yang rusak selama pemadatan dan
selama masa pemeliharaan harus segera diganti dengan yang baru tanpa adanya biaya
tambahan.Pejalan kaki dapat menggunakan jalan beton blok ini setelah pemadatan awal
sebelum penghamparan pengisi pasir, tetapi sebiknya setelah sambungan atau celah antar
blok terisi pasir dan dipadatkan.
 Pasir pengisi (pengisi sambungan) :
Pasir yang dipakai untuk mengisi celah antar blok harus mempunyai gradasi sedemikian
rupa sehingga 90 % dari berat lolos dari tapis 1,18 mm (BS-410).
Pasir ini harus cukup kering sehingga dapat mengisi celah dengan baik. Bahan ini bebas
dari garam dan zat-zat lain yang dapat merusak material paving block.
Segera setelah pemadatan awal dan pengisian akhiran-akhiran, pengisi pasir harus segera
dihamparkan dan diratakan dengan sapuan sepanjang permukaan jalan atau trotoar dan
dimasukkan ke dalam celah-celah antara dengan bantuan kompaktor. Celah harus benar-
benar terisi oleh pasir kasar.
Kompaktor dari jenis lain dapat digunakan setelah mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
Sebagai langkah pemadatan terakhir, permukaan jalan / trotoar harus dipadatkan dengan
vibrator pelat datar mekanis, sehingga diperoleh permukaan yang padat dan rata dengan
kemiringan terhadap kedua arah tepi jalan sebesar 2 %.
 Toleransi :
a. Toleransi ukuran bahan :
Bahan harus memiliki panjang dan lebar yang seragam dengan toleransi
maksimal tidak lebih dari 3 mm terhadap tebal nominalnya.
b. Toleransi kerataan permukaan jalan :
Toleransi kerataan permukaan blok level akhir harus 10 mm dari permukaan yang
tercantum dalam gambar, sehubungan dengan peil permukaan saluran air dll.
c. Deviasi diukur dengan jidar lurus sepanjang 3 meter atau tempalte tidak boleh
melebihi 8 mm dan perbedaan level dari satu blok terhadap blok disebelahnya tidak
boleh melebihi 2 mm.

PASAL 20
PEKERJAAN LETTERING
1. Pemasangan Huruf Tulisan “KECAMATAN PEKALONGAN TIMUR” dan Logo Kota
Pekalongan memakai Bahan Full Acrylic Warna
2. Sistem pemasangan memakai bor dengan dinabolt dan Perekat Huruf memakai Lem Fox
dengan dioleskan merata dibidang Spon atau Gabus
3. Sistem pemasangan bisa menggunakan memakai rangka Hollow sebagai acuan dalam
pemasangan huruf acrylic di media ada yang ada yaitu dinding granit
4. Tebal Spon atau Busa yaitu 20 mm
5. Lebar Huruf 6-8 cm ; Tebal Huruf 3 mm ; Tinggi Huruf 30 cm
6. Tinggi Logo Pemkot 100 cm (acuan gambar kerja)
7. Pencahayaan Huruf acrylic memakai Lampu LED Strip

PASAL 21
PEKERJAAN PENUTUP LANGIT-LANGIT
1. Ketentuan Umum
a. Pekerjaan Penutup Langit-langit (Pendopo) menggunakan Plafond PVC setara ANDA
Plafon PVC, Golden Plafon PVC dan Wifon Plafon PVC.
b. Rangka Plafond menggunakan Hollow galvanis ukuran 2/4 dan 4/4 dengan ketebalan
0.35 modul pemasangan 60 x 60 cm
c. List Siku Drop PVC Lebar 3 cm memakai List Dinding PVC Lebar 6 cm
d. Dimensi Plafon PVC memakai panjang 6 meter Lebar 20 cm tebal 7-8 mm.
e. Konsep pemasangan ceiling yaitu kombinasi Drop Ceiling dan Drop biasa serta Flat (tata
letak lihat gambar)
f. Pencahayaan memakai Lampu RMI 2x18 watt dan Lampu LED 18 Watt setara Philips
serta Variasi Ornamen Lampu Selang Strip LED (tata letak dan titik lampu lihat gambar)
g. Ornamen Lampu Hias memakai ukuran 60x60 cm dengan fitting hias berikut Lampu
LED 18 Watt (tata letak dan titik lampu lihat gambar)

PASAL 22
PEKERJAAN LAIN – LAIN
1. Selain persyaratan teknis yang tercantum diatas, Penyedia Barang/Jasa diwajibkan pula
mengadakan pengurusan-pengurusan antara lain :
a. Pengurusan Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dari Pemda setempat. Surat IMB ini
harus sudah diserahkan kepada Pemberi Tugas sebelum serah terima pekerjaan
pertama.
b. Surat Merger Listrik/ pengetesan listrik dari PLN dan surat lainnya.
2. Sebelum penyerahan pertama, Penyedia Barang/Jasa wajib meneliti semua bagian
pekerjaan yang belum sempurna harus diperbaiki, semua ruangan harus bersih, halaman
harus ditata rapi dan semua yang tidak berguna harus ditata rapi dan semua yang tidak
berguna harus disingkirkan dari lokasi kegiatan.
3. Meskipun telah ada pengawas dan unsur-unsur lainnya, semua penyimpangan dari
ketentuan bestek dan gambar menjadi tanggung jawab pelaksana, untuk itu pelaksana
harus menyelesaikan pekerjaan sebaik-baiknya.
4. Penyedia Barang/Jasa wajib menyerahkan bahan atap yang se-tipe dengan pekerjaan yang
dikerjakan kepada pemilik sebagai serep/cadangan. Penutup atap tersebut harus diserahkan
sebelum serah terima pekerjaan yang kedua kalinya.
5. Selama masa pemeliharaan, Penyedia Barang/Jasa wajib merawat, mengamankan,
memperbaiki segala cacat yang ditimbulkan, sehingga sebelum penyerahan kedua
dilaksanakan pekerjaan benar-benar yang telah sempurna.

PASAL 23
PENUTUP

1. Dalam terjadi perselisihan dapat diselesaikan secara musyawarah antara pelaksana


pekerjaan/pemenang tender dengan pemberi tugas
2. Bagi pelaksana pekerjaan/pemenang tender diharuskan untuk mematuhi ketentuan-
ketentuan/peraturan perubahan yang berlaku di Indonesia.
3. Hal-hal yang belum cukup diatur dalam rencana kerja dan syarat-syarat ini merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari dokumen lain dalam kegiatan selanjutnya dari tender
ini.

Pekalongan, 2023
Dibuat Oleh :
Konsultan Perencana
CV. NAUFAL KARYA

BAKTI WINDIAHASTUTI, S.Pd.


Direktur

Anda mungkin juga menyukai