Anda di halaman 1dari 17

Nama : Bet Saeyba Br Sembiring

Tingkat/Jurusan : V-C/Teologi

Mata Kuliah : Seminar Dogmatika

Dosen Pengampu : Pardomuan Munthe, M.Th (Perbaikan)

Babtisan Dan Keselamatan

(Suatu Tinjauan Dogmatis-Teologis Terhadap Pemahaman Jemaat GBKP Runggun


Pangkalan Susu Mengenai Babtisan dan Keselamatan Dan Implementasinya Bagi
jemaat GBKP Runggun Pangkalan Susu)

I. Pendahuluan
I.1. Latar Belakang Masalah
Babtisan merupakan lambang Kekristenan kita dan tanda kita diterima
kedalam persekutuan Gereja. Sehingga dengan disatukan dengan Kristus, kita bisa
dianggap sebagai bagian dari anak-anak Allah. 1 Keselamatan merupakan salah satu
doktrin utama di dalam Kekristenan. Keselamatan (Yunani: soteria) menunjuk pada
pembebasan dalam arti terhindar atau lepas dari suatu bahaya yang mengecam
kehidupan.
Mengenai pemahaman tentang Babtisan dan Keselamatan ini, penyeminar
menemukan masalah tentang pemahaman di jemaat runggun GBKP Pangkalan
Susu. Banyak jemaat yang masih salah memahami apa sebenarnya makna atau arti
dari babtisan dan darimana keselamatan itu diperoleh. Jemaat memahami bahwa
babtisan itu ada hubungannya dalam memperoleh keselamatan dan ada juga
pemahaman yang sering penyeminar dengar bahwa ketika kita berbuat baik maka
kita akan selamat. Sedangkan dalam aliran Calvinis khususnya GBKP memahami
bahwa babtisan adalah salah satu bentuk sakramen yang dimana sakramen (bahasa
Yunani :“misterious”) artinya suatu misteri yang menekankan tentang tindakan
Allah/perbuatan anugerah Allah kepada manusia. Menurut Calvin juga, sakramen
itu untuk menandai rahmat, hanya tanda yang kelihatan untuk menandai yang tidak
kelihatan.2 Oleh karena itu, keselamatan menurut Johanes Calvin terjadi hanya oleh
1
Francois Wendel, Calvin:Asal-usul dan PerkembanganPemikiran Religiusnya (Surabaya: Momentum,
2015), 363.
2
Pardomuan Munthe, Catatan Dogmatika 2, disusun oleh Bet Saeyba Br Sembiring, (Medan: STT Abdi
Sabda, 2019).
iman (Efesus 2:8), tetapi ketetapan dan kedaulatan Allah sangat berperan
didalamnya.
Pada kesempatan ini, penyeminar melakukan penelitian di GBKP Runggun
Pangkalan Susu mengenai pemahaman jemaat mengenai baptisan dan juga
keselamatan hal itu disebabkan kurangnya pemahaman bagi jemaat tentang ajaran
atau doktrin gereja yang dikarenakan beberapa alasan seperti sudah 7 tahun tidak
ada Pendeta yang melayani di runggun itu, Pertua/Diaken kurang pengetahuannya
tentang doktrin atau ajaran tersebut, dan warga jemaat juga kurang peduli
mengenai ajaran atau doktrin yang ada di GBKP.
Penyeminar melakukan penelitian secara kualitatif yaitu dengan melakukan
wawancara dengan beberapa jemaat GBKP Runggun Pangkalan Susu. Dengan
seminar ini, diharapkan dapat membantu jemaat GBKP Rg. Pangkalan Susu untuk
memahami dan mengimplementasikan apa sebenarnya makna babtisan dan
darimana sebenarnya kita memperoleh keselamatan.
II. Isi Penelitian dan Hasil
II.1. Gambaran Penelitian
Tempat Penelitian : GBKP Runggun Pangkalan Susu.
Alamat Penelitian : - Bukit Kubu, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat.
- Simpang Sungai Siur, Kecamatan Pangkalan Susu,
Kabupaten Langkat.
Nama Pendeta :-
Tanggal Berdiri : 25 September 1986
Jumlah KK : 64 KK
Tanggal Penelitian : 13 September 2021-14 September 2021
Metode Penelitian : Kualitatif/wawancara (langsung)
Pertanyaan yang diajukan:
1. Apa makna babtisan menurut pemahaman Bapak/Ibu?
2. Coba jelaskan, adakah hubungan Babtisan dalam memperoleh keselamatan
menurut pemahaman Bapak/Ibu?
3. Menurut pemahaman Bapak/Ibu: jika tidak dibabtis, apakah kita selamat ?
Mengapa?
II.2. Data Penelitan
Populasi : 64 KK
Sampel : 6 orang (jumlah sampel yang ditentukan sesuai dengan jumlah
populasi, yaitu 10% dari jumlah jemaat).
Metode : Wawancara
No Nama Data Pertanyaan Jawaban
Narasumber Narasumber
1. Pt. Arihta 49 Tahun 1. Apa makna babtisan 1. Tanda kita menjadi
Sinulingga Wirausaha menurut pemahaman pengikut Kristus
S.H Bapak/Ibu? (orang kristen).
2. Coba jelaskan, adakah 2. Ada hubungannya;
hubungan Babtisan karena Yesus yang
dalam memperoleh sebagai pedoman
keselamatan menurut hidup kita pun di
pemahaman babtis.
Bapak/Ibu? 3. Tidak selamat, karena
3. Menurut pemahaman kita orang kristen
Bapak/Ibu: jika tidak harus dibabtis.
dibabtis, apakah kita Keselamatan di
selamat ? Mengapa? peroleh ketika kita
mengikuti 10 hukum
taurat yang tertulis di
alkitab.3
2. Dk. Sri 45 tahun 1. Apa makna babtisan 1. Penyerahan diri
Yusrida Guru menurut pemahaman kepada Yesus Kristus,
Ginting Bapak/Ibu? tanda pengikut
S.Pd 2. Coba jelaskan, adakah Kristus, syarat agar
hubungan Babtisan kita bersekutu dengan
dalam memperoleh orang percaya.
keselamatan menurut 2. Ada hubungannya,
pemahaman kalau sudah dibabtis
Bapak/Ibu? berarti kita menjadi
3. Menurut pemahaman pengikut Kristus dan
Bapak/Ibu: jika tidak percaya kepada Yesus

3
Wawancara langsung dengan Pt. Arihta Sinulingga S.H, Minggu 12 September 2021, pukul 14.00
WIB.
dibabtis, apakah kita sebagai Juru selamat.
selamat ? mengapa? Ketika kita percaya
dan kita imani Dia
mati di salib untuk
kita kita
diselamatkanNya
3. Kalau dilihat dari
alkitab tentang kisah
Yohanes Pembabtis
yang membabtis
Yesus, kita sebagai
muridnya kan juga
mengikuti apa yang
dilakukan Yesus. Jadi
kalau kita tidak
dibabtis seperti Yesus
dibabtis; kita tidak
selamat.4
3. Enda 32 Tahun 1. Apa makna babtisan 1. Memperkenalkan diri
Mentari Wiraswasta menurut pemahaman atau anak ke Gereja,
Tarigan Bapak/Ibu? sah menjadi pengikut
S.Kom 2. Coba jelaskan, adakah Kristus dan sah
hubungan Babtisan menjadi anggota
dalam memperoleh Gereja.
keselamatan menurut 2. Ada hubungannya.
pemahaman Karena yang mau
Bapak/Ibu? selamat harus
3. Menurut pemahanan mengikut Yesus,
Bapak/Ibu: jika tidak dengan kita dibabtis
dibabtis, apakah kita (sah menjadi pengikut
selamat ? mengapa? Yesus) maka kita bisa
memperoleh
keselamatan. Seperti
4
Wawancara langsung dengan Dk. Sri Yusrida S.Pd, Minggu 12 September 2021, pukul 17.00 WIB.
yang dikatakan
Yohanes 14:16.
3. Sepertinya tidak
selamat, karena
keselamatan itu
tergantung perbuatan
baik yang kita
lakukan selama kita
hidup di bumi ini. 5
4. Mulia 50 tahun 1. Apa makna babtisan 1. Menyatakan bahwa
surbakti Petani menurut pemahaman kita orang Kristen dan
Bapak/Ibu? tanda kita Pengikut
2. Coba jelaskan, adakah Kristus.
hubungan Babtisan 2. Jelas ada. Karena
dalam memperoleh Yesus juga dibabtis
keselamatan menurut oleh Yohanes
pemahaman pembabtis, jadi
Bapak/Ibu? sebagai pengikut
3. Menurut pemahaman Yesus, kita juga harus
Bapak/Ibu: jika tidak dibabtis.
dibabtis, apakah kita 3. Tidak selamat,
selamat ? mengapa? darimana kita beroleh
keselamatan jika tidak
mengikut jejak
Kristus (dimana
Yesus pun dibabtis).6
5. Salim 49 Tahun 1. Apa makna babtisan 1. Menandakan kita sah
Tarigan Wiraswasta menurut pemahaman menjadi orang
Bapak/Ibu? Kristen.
2. Coba jelaskan, adakah 2. Tidak ada
hubungan Babtisan hubungannya, karena
5
Wawancara langsung dengan Enda Mentari Tarigan S.Kom, Senin 13 September 2021, pukul 09.00
WIB.
6
Wawancara langsung dengan Mulia Surbakti, Senin 13 September 2021, pukul 11.00 WIB.
dalam memperoleh keselamatan itu hanya
keselamatan menurut dari Yesus (lewat
pemahaman peyaliban Yesus
Bapak/Ibu? untuk kita yang
3. Menurut pemahaman berdosa).
Bapak/Ibu: jika tidak Keselamatan juga
dibabtis, apakah kita diperoleh ketika kita
selamat ? mengapa? menaati ajaran Tuhan
dan selalu berbuat
baik.
3. Babtisan bukan
jaminan keselamatan,
ketika tidak dibabtis
juga bisa selamat jika
selama hidupnya dia
bertingkah laku baik
dan melakukan
perbuatan yang baik.7
6. Bertha 51 tahun 1. Apa makna babtisan 1. Sah menjadi pengikut
Ginting Guru menurut pemahaman Kristus.
S.Pd Bapak/Ibu? 2. Ada hubungannya,
2. Coba jelaskan, adakah karena babtisan itu
hubungan Babtisan juga adalah tanda kita
dalam memperoleh mengikut Kristus dan
keselamatan menurut otomatis mengakui
pemahaman Yesus sebagai Juru
Bapak/Ibu? selamat, jadi kalau
3. Menurut pemahaman tidak dibabtis; tidak
Bapak/Ibu: jika tidak selamat.
dibabtis, apakah kita 3. Tidak selamat.
selamat ? mengapa? Karena di Alkitab
juga di ceritakan

7
Wawancara langsung dengan Salim Tarigan, Senin 13 September 2021, pukul 12.30 WIB.
tentang yesus yang
dibabtis oleh Yohanes
pembabtis, dan
sebagai pengikutNya;
kita juga harus
dibabtis.8

II.3. Temuan Penelitian


Adapun temuan penelitian oleh penyeminar yaitu sebagai berikut:
1. Beberapa jemaat memahami bahwa hanya dengan babtisan dapat memperoleh
keselamatan.
2. Beberapa jemaat memahami keselamatan diperoleh dari perbuatan baik.
III. Tinjauan Dogmatis dan Refleksinya Bagi Jemaat GBKP Rg. Pangkalan Susu
III.1. Tinjauan Dogmatis Tentang Babtisan Sebagai Jalan Keselamatan
III.1.1.Tinjauan Alkitab/Biblis
Sebelum babtisan ditetapkan, bagi umat Allah fungsinya ditempati
oleh sunat.9 Dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel diharuskan
mengkhitankan semua anak laki-lakinya pada waktu anak itu berumur 8
hari. Khitan merupakan tanda dan materai atau cap dari perjanjianNya
dengan umatNya (Kej 17:10).10 Dalam Kej 9:13 Tuhan Allah menjadikan
pelangi (busur Allah yang di awan) menjadi perjanjianNya dengan bumi,
sedangkan dalam Kej 17:11 Tuhan Allah menjadikan sunat menjadi tanda
perjanjianNya dengan Abraham dan keturunannya. Dalam Yoh 2:11 suatu
tanda adalah suatu perkara atau tindakan yang menunjuk kepada perkara
atau tindakan yang lain. Pelangi (busur Allah di awan) menunjuk kepada
perjanjian Tuhan Allah dengan bumi, sunat menunjuk kepada perjanjian
Tuhan dengan Abraham dan keturunannya, mujizat Tuhan Yesus menunjuk
kepada kemuliaannya (Yoh 2:11). Tanda itu berfungsi untuk meneguhkan,
mengokohkan dan menunjukkan kemurnian. Dalam Perjanjian Baru,
babtisan ialah pemersatu orang beriman dengan kristus. Dibabtiskan dalam
Kristus berarti “mengenakan Kristus” (Gal 3:27). Orang yang mengenakan

8
Wawancara langsung dengan Bertha Ginting S.Pd, Senin 13 September 2021, pukul 17.00 WIB.
9
Yohanes Calvin, Institutio: Pengajaran Agama Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), 293.
10
R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019), 237.
Kristus yaitu orang yang dimasukkan atau ditanamkan kedalam persekutuan
tubuh Kristus. Jadi babtisan memasukkan orang atau menanamkan orang
kedalam persekutuan yang telah ada diantara Kristus dan para orang
milikNya (Rm 6:6). Demikianlah babtisan menjadi “tanda” dari hal yang
indah dan mulia, menjadi “tanda” dari perjanjian Tuhan Allah, bahwa Ia
berkenan mengampuni dosa umatNya karena korban Tuhan yesus Kristus.11
III.1.2.Tinjauan Doktrin Denominasi; Calvinis

Menurut Calvin, babtisan adalah tanda bahwa kita diterima masuk ke


dalam persekutuan Gereja, supaya setelah kita ditanamkan didalam Kristus,
kita terhisab anak-anak Allah. Babtisan itu diberikan Allah kepada kita
dengan tujuan untuk membantu iman kita dalam hubungan dengan Dia,
selanjutnya untuk membantu pengakuan iman dalam hubungan dengan
manusia. Babtisan memberi 3 hal kepada iman kita, yang harus dibicarakan
satu per satu: babtisan diajukan Tuhan kepada kita sebagai tanda bukti
tentang pembersihan kita atau sebagai surat bermaterai yang menegaskan
kepada kita bahwa segala dosa kita telah dihapuskan, dicoret dan ditiadakan
sedemikian rupa hingga tak bakal muncul dihadapan-Nya dan tidak akan
diingat atau diperhitungkan kepada kita. Sebab, Dia mengkehendaki supaya
semua orang yang percaya dibabtis untuk pengampunan dosa mereka. Maka
mereka yang menyangka bahwa babtisan itu tidak lain dari suatu tanda
untuk menyatakan keagamaan kita kepada orang. Sebagaimana serdadu
membawa lambang panglima mereka sebagai tanda termasuk pasukannya,
mereka itu tidak mempertimbangkan apa yang menjadi hal yang terpenting
dalam babtisan itu. Yang dimaksud ialah bahwa babtisan itu harus kita
terima bersama dengan janji bahwa siapa yang percaya dan dibabtis, akan
diselamatkan (Markus 16:16). Babtisan tidak menjanjikan kepada kita
penyucian yang lain dari yang terjadi melalui pemercikan darah Kristus
yang digambarkan oleh air karena sama-sama membersihkan dan mencuci.
12
Babtisan juga merupakan tanda inisiasi yang memungkinkan kita diterima
kedalam persekutuan masyarakat Gereja. Sakramen babtisan ini merupakan
akomodasi yang penuh anugerah bagi kelemahan kita. Allah mengetahui
kelemahan kita dan menyesuaikan diri terhadap keterbatasan-keterbatasan
11
Harun hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997),429-440.
12
Yohanes Calvin, Institutio:Pengajaran Agama Kristen, 281-282.
kita. Calvin mendukung dengan kuat keabsahan babtisan anak. Karena ia
menganggap bahwa praktik itu merupakan tradisi yang otentik dari gereja
mula-mula.13 Calvin menolak segala bentuk babtisan darurat oleh orang-
orang yang tidak ditahbiskan, karena babtisan merupakan pelayanan gereja
dan dilakukan hanya oleh pelayan-pelayanNya. Bahkan jika anak-anak dari
orang yang percaya harus mati sebelum mereka dibabtis di gereja, mereka
tidak beresiko rohani apapun karena mereka sudah merupakan konvenan
Allah. Karena menurutnya babtisan hanya sebagai tanda permulaan dimana
kita diterima kedalam masyarakat gereja, agar dapat diperhitungkan diantara
anak-anak Allah.14 Menyangkut keabsahan baptisan anak-anak terletak pada
perjanjian anugerah antara Allah dan Gereja, kita melihat alasan pokok
mengapa ia mempertahankan tradisi Gereja yang membaptis bayi yang baru
lahir. Menurutnya baptisan anak-anak, iman para orangtua diperkuat karena
menyatakan dengan ketaatan yang kelihatan bahwa kesetiaan Allah juga
untuk anak mereka bahkan turun-temurun. Calvin menegaskan bahwa
keselamatan untuk anak yang meninggal sebelum dibaptis tidak perlu
diragukan, karena keselamatan itu terjamin oleh janji Allah bahwa Ia akan
menjadi Allah bagi kita dan bagi keturunan sesudah kita. Dengan itu dia
menyatakan bahwa anak-anak kita yang kecil sudah diterima-Nya sebagai
anak-anak-Nya sebelum mereka lahir, dalam kata ini tercakup keselamatan
mereka.15

III.1.3.Tinjauan Gereja Lokal; GBKP


Dalam Tata Gereja GBKP Pasal 29-30 terdapat dua babtisan kudus,
yaitu; babtisan kudus dewasa dan babtisan kudus anak. Babtisan kudus
dewasa adalah babtisan kudus yang dilayankan kepada orang yang mengaku
imannya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat dan babtisan
kudus anak adalah babtisan kudus yang dilayankan kepada anak berdasarkan
perjanjian anugerah Allah dalam Tuhan Yesus Kristus dan pengakuan iman
orang tua/walinya yang sah secara hukum.16

13
Alister E. McGrath, Sejarah Pemikiran Reformasi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019), 236-239.
14
David W. Hall, Penuntun ke dalam Theologi Institutes Calvin (Surabaya: Momentum, 2009), 427-430.
15
Yohanes Calvin, Institutio Pengajaran Agama Kristen, 291.
16
Moderamen GBKP, Tata Gereja GBKP 2015-2025 (Kabanjahe: Moderamen GBKP, 2015), 41-43.
Dalam memahami arti dan makna baptisan Kudus, harus dikaitkan
dengan baptisan Yesus seperti yang diceritakan dalam Injil Mat. 3:13-17,
Mrk. 1:9-11, Luk. 3:21-22. Untuk memahami Baptisan Yesus seperti yang
tertulis dalam Injil, perlu kita hubungkan dengan perkataan Yesus bahwa
pembaptisannya bukan saja dengan air tapi dengan atau dalam penderitaan
(Mrk. 10:38-39). Pembaptisan yang dibuat sekarang adalah pemberitaan
telah berlangsungnya pembaptisan yang sesungguhnya itu di Golgota yaitu
pembaptisan penderitaan Tuhan Yesus. Jadi, sakramen Baptisan Kudus
adalah tanda atau materai Perjanjian Allah tentang keselamatan karena
kematian Yesus Kristus pada kayu salib di Golgota. Perjanjian Allah
dimateraikan dalam sakramen Baptisan Kudus dan haruslah diterima dalam
percaya (Mrk. 16:16). Oleh karena itu, setiap orang dewasa yang
dibaptiskan, ia harus terlebih dahulu mengaku percaya, karena rahmat Allah
itu diberikan berdasarkan kepercayaan seseorang.17
III.2. Tinjauan Dogmatis Tentang Keselamatan Diperoleh Dari Perbuatan Baik
Berbagai agama di dunia mengajarkan perbuatan baik sebagai sarana dan
jaminan masuk surga, namun Alkitab tidak sependapat dengan keyakinan ini.
Alkitab tidak membenarkan dan mengajarkan pekerjaan baik sebagai sarana untuk
memperoleh hidup kekal. Untuk menelusuri kebenaran ini, Efesus 2:8-9 merupakan
bagian Firman penting yang berkaitan dengan topik ini. Paulus berkata, “Sebab
karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi
pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan
diri.” Perbuatan baik menurut manusia dan perbuatan baik menurut Allah harus
dibedakan. Allah sering mencela apa yang berharga di mata manusia, sedangkan
manusia sering mengabaikan dan memandang rendah apa yang baik dan berkenan
kepada Tuhan. Bukan manusia yang menentukan perbuatan mana yang berkenan
kepada Allah, hanya Allah yang bisa melakukannya.18
III.2.1.Tinjauan Alkitab/Biblis

Perbuatan baik dan kehidupan yang kudus berpangkal dari iman,


karena iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak 2:17). Hanya iman bekerja
oleh kasih (Gal 5:6). Tetapi iman tidak menyelamatkan karena menghasilkan
perbuatan baik; buah iman tidak memberikan kepada iman kuasa
17
Moderamen GBKP, Katekisasi GBKP, (Kabanjahe: Moderamen GBKP), 119-120.
18
Edward W.A. Koehler, Intisari Ajaran Kristen (Pematang Siantar: ALI,2012), 176.
pembenarannya sendiri. Manusia juga dibenarkan tanpa pengalaman hukum
Taurat (Rm 3:28). Iman tidak membenarkan dan menyelamatkan karena nilai
hakiki dan etisnya. Iman membenarkan bukan karena dan dengan alasan
bahwa ia adalah perbuatan yang baik atau kebajikan yang sangat adil,
melainkan karena berpegang dan menerima jasa Kristus dari janji injil yang
kudus. “apabila kita makan, bukan tindakan makan itu yang memelihara kita,
melainkan makanan yang dimakan”. Jadi bukan tindakan percaya yang
menyelamatkan, melainkan apa yang yang kita percayai. Kebenaran yang
menyelamatkan secara singkat terungkap dalam kata-kata Paulus: sebab Allah
mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak
memperhitungkan pelanggaran mereka (2 Kor 5:19). Seperti emas ditangan
seseorang bisa membuat kaya, demikian pula belas kasih Kristus yang
dipegang dengan iman menyelamatkan jiwanya. Karena itu, kuasa
penyelamatan tidak terletak pada iman, melainkan jasa Kristus, yang
dipegang secara pribadi dengan iman. Iman hanyalah jalan, alat, sehingga
orang memahami upah penyelamatan Juruselamat-Nya secara pribadi.19

III.2.2.Tinjauan Doktrin Denominasi; Calvinis


Perbuatan-perbuatan baik kita tidak menjadi sebab keselamatan.
Hendaklah tegas dalam hati kita, bahwa kerajaan sorga itu bukanlah suatu
pembayaran bagi pelayan-pelayan, melainkan suatu warisan bagi anak-anak,
yang hanya akan diperoleh mereka yang diangkat oleh Tuhan sebagai anak,
tanpa adanya sebab lain kecuali pengakuan itu. Sudah sangat jelas bahwa
untuk perbuatan baik dijanjikan imbalan, supaya kelemahan daging kita
diatasi dengan adanya sedikit bantuan, bukan supaya hati kita menjadi
sombong dan bermegah-megah. Jadi, barangsiapa dari hal itu menyimpulkan
adanya jasa dalam perbuatan, atau dengan timbang menimbang perbuatan dan
imbalannya, ia sangat jauh menyimpang dari maksud Allah yang benar.20
Kemuliaan Allah (Gloria Dei) adalah tujuan utama dari segala-
galanya, baik untuk Allah, maupun untuk manusia. Allah menciptakan dunia
dan manusia demi kemuliaan-Nya dan manusia tidak mempunyai tugas lain
dari memuliakan Allah. Karena dosanya, manusia tidak mampu memberikan

19
Edward W.A. Ko
ehler, Intisari Ajaran Kristen, 165-166
20
Yohanes Calvin, Institutio:Pengajaran Agama Kristen, 179.
kehormatan yang patut diberikan kepada-Nya. Tetapi kalau Allah
mengampuni dan membenarkannya, maka ia dapat memuliakan Allah dengan
hasil yang biar pun jauh dari sempurna, dapat berkenan kepada Allah.
Berhubungan dengan penekanan pada kemuliaan Allah, Calvin sangat
mementingkan kelahiran baru (regeneration) atau pengudusan (sanctification)
yang harus menyertai pembenaran orang berdosa (justification).21 Menurut
Calvin, anugerah iman bersifat rangkap dan terdiri atas pembaruan hidup
yang tampak dalam perbuatan-perbutan yang berkenan kepada Allah, serta
pembebasan dari hukuman atas dosa karena Kristus. Bagi Calvin
pembenaranlah yang menjamin keselamatan, bukan pengudusan. Calvin
yakin, sama seperti Luther, bahwa perbuatan-perbuatan yang paling baik pun
yang dilakukan orang-orang percaya, tidak dapat membebaskan mereka dari
hukuman Allah kalau Allah tidak menerima perbuatan-perbuatan hanya
karena Kristus saja. Bukan perbuatan melainkan iman yang mengalaskan
segala harapan pada Kristus, yang membenarkan manusia. Calvin sangat
menegaskan bahwa tidak mungkin manusia mencapai kesempurnaan dalam
usahanya untuk melakukan kehendak Allah. Ajaran tentang pembenaran
justru menyadarkan orang percaya bahwa mereka yang tetap berdosa dan
memerlukan anugerah Allah. Akan tetapi karena mereka dibebaskan dari
kekhawatiran mengenai keselamatan, mereka dapat mencurahkan segala
perhatian kepada pengudusan dan berusaha sekuat tenaga untuk menghidari
dosa dan menaati perintah-perintah Allah.22

Bagi Calvin tidak mungkin orang yang tak beriman menghasilkan perbuatan baik.
Calvin meneliti bagaimana kebenaran manusia selama hidupnya dibagi menjadi empat
golongan:

1. Tidak diperlengkapi dengan pengetahuan akan Allah, terbenam dalam


penyembahan berhala

2. Memang diberi tahu mengenai rahasia-rahasia iman tetapi kerena hidupnya penuh
kecemasan, dengan perbuatannya mengikari Allah yang dia akui dengan bibir, dan
hanya namanya saja orang Kristen

21
G.J. Baan, TULIP (Surabaya: Momentum, 2009), 126-127.
22
Christian de Jonge, Apa Itu Calvinisme? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 55-57.
3. Orang munafik yang menutupi kejahatan hatinya dengan berpura-pura.

4. Dilahirkan kembali oleh Roh Allah dan menjalani kesalehan hidup yang benar.

Pada golongan pertama Calvin menilai menurut bakat-bakat mereka yang


kodrati, tak terdapat sepercik pun kebaikan dari ubun-ubun kepala sampai ujung.
Tetapi, kalau ada diantara mereka yang menonjol karena kesopanan tingkah
lakunya, maka perlu diamati baik-baik dari sikap hati yang bagimana perbuatan-
perbuatan itu timbul. Karena sekalipun dianggap pantas dikagumi karena
harumnya kebajikan mereka, tidak layak mendapat imbalan, bahkan harus
mendapat hukum, oleh karena mereka mengotori pemberian-pemberian Allah
yang suci dengan kecemaran hati mereka. Hal-hal yang benar senantiasa bertujuan
supaya Allah dilayani; segala sesuatu yang diarahkan ke tujuan lain, sudah
sewajarnya kehilangan nama kebenaran. Dan karena mereka tidak memperhatikan
tujuan yang ditetapkan oleh hikmat Allah, maka karya mereka, meskipun
tampaknya dilaksanakan dengan baik, adalah dosa, sebab maksudnya jahat.
Sebab, kesetiaan dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban tidaklah diukur
menurut perbuatan, tetapi menurut maksud.

Pada golongan kedua dan ketiga yang disebut dalam pembagian diatas.
Sebab, tidak murninya hati sanubari mereka membuktikan bahwa kedua golongan
itu belum dilahirkan kembali oleh Roh Allah. Bahwasanya dalam diri mereka
tidak ada kelahiran kembali, memperlihatkan lagi tak adanya iman. Dari hal itu
ternyata mereka belum diperdamaikan dengan Allah, dan belum dibenarkan di
hadirat-Nya; sebab hal-hal ini hanya diperoleh melalui iman.

Pada golongan yang keempat meyakini bahwa Allah memperdamaikan


kita dengan diri-Nya dan menganggap kita sebagai orang benar karena kita
dianugerahi pengampunan dosa dengan cuma-cuma, maka dengan rahmat yang
sedemikian itu tergabung pula suatu pemberian dari Dia, yaitu: Dia diam di dalam
diri kita melalui Roh Kudus-Nya. Kekuatan Roh ini menyebapkan nafsu-nafsu
daging kita dari hari ke hari semakin dimatikan. Dan oleh-Nya kita disucikan,
artinya: diri kita diabadikan kepada Tuhan sehingga benar-benar menjalankan
hidup yang suci, oleh karena hati kita dibentuk menjadi taat pada Hukum Allah,
sehingga keinginan kita yang terutama ialah mengabdi pada kehendak-Nya, dan
hanya memperbesar kehormatan-Nya.23

Oleh karena itu, kita tidak bisa memperoleh kebenaran yang akan
membenarkan diri kita dihadapan Allah dari usaha kita sendiri. Jika kita memang
dibenarkan, itu karena kita telah dicangkokkan ke dalam Dia dan dalam
pengertian itu, kita telah menerima kebenaran-Nya. Secara singkat, Kristus
menempatkan diri-Nya menggantikan kita dan menggenapkan apa yang
seharusnya kita lakukan.24 Menurut Calvin; pembenaranlah yang menjamin
keselamatan, bukan pengudusan. Sebab calvin yakin bahwa perbuatan-perbuatan
yang paling baik pun yang dilakukan oleh orang-orang percaya, tidak dapat
membebaskan mereka dari hukuman Allah kalau Allah tidak menerima perbuatan-
perbuatan ini hanya karena Kristus saja. Bukan perbuatan, melainkan iman yang
mengalaskan segala harapan pada Kristus yang membenarkan manusia. Calvin
menegaskan bahwa tidak mungkin manusia mencapai kesempurnaan dalam
usahanya untuk melakukan kehendak Allah. Ajaran tentang pembenaran justru
menyadarkan orang percaya bahwa mereka tetap berdosa dan memerlukan
anugerah Allah. Akan tetapi karena mereka dibebaskan dari kekhawatiran
mengenai keselamatan, mereka dapat mencurahkan segala perhatian kepada
pengudusan dan berusaha sekuat tenaga untuk menghindari dosa dan menaati
perintah-perintah Allah. Calvin mendefinisikan predestinasi sebagai keputusan
Allah yang kekal yang denganNya Ia menetapkan untuk diriNya sendiri, apa yang
menurut kehendakNya akan terjadi atas setiap orang. Ajaran ini menjelaskan
bahwa orang percaya hanya diselamatkan karena mereka dipilih oleh Allah untuk
diberi keselamatan. Iman yang membenarkan bukan usaha manusia tetapi
anugerah Allah yang diberikan kepada orang-orang yang telah dipilih Allah.25

III.2.3.Tinjauan Gereja Lokal; GBKP


Dalam Konfesi GBKP bab XIV keselamatan adalah pemulihan
kembali citra Allah dalam diri manusia. Keselamatan merupakan inisiatif
Allah yang mengasihi manusia (Yohanes 3:16). Oleh karena itu, keselamatan
merupakan anugerah Allah, bukan hasil usaha manusia (Efesus 2:8-9).
Keselamatan dari Allah diterima oleh iman dan membuahkan hidup benar dan
23
Yohanes Calvin, Institutio: Pengajaran Agama Kristen, 168-171.
24
Francois Wendel, Calvin Asal-usul dan perkembangan Pemikiran Religiusnya, 292.
25
Christian de Jonge, Apa Itu Calvinisme?,(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 56-60.
kudus sesuai firman Allah serta semangat melakukan perbuatan-perbuatan
baik sebagai ucapan syukur atas keselamatan yang telah dianugerahkan
Kristus (2 Petrus 3:14; Kolose 1:17, 3:15-17; 1 Petrus 1:16).26
IV. Implementasinya bagi Jemaat GBKP Runggun Pangkalan Susu
Pada umumnya jemaat GBKP Runggun Pangkalan Susu meyakini
bahwa apabila seseorang tidak dibaptis, dia tidak akan selamat dan sebagian
jemaat juga menyatakan bahwa keselamatan juga diperoleh dari perbuatan
baik. Penyeminar mengatakan bahwa baptisan bukanlah sumber keselamatan,
tetapi hanya sebagai tanda dan materai Perjanjian Allah tentang keselamatan
karena kematian Yesus Kristus. Jadi sangat jelas bahwa baptisan bukanlah
sumber keselamatan tetapi hanyalah sebagai tanda. Melakukan perbuatan baik
juga tidak menentukan pembenaran dan keselamatan (Rm. 3:28), keselamatan
terjadi oleh iman; tetapi ketetapan/pemilihan dan kedaulatan Allah sangat
berperan didalamnya (Ef 2:8). Keselamatan Pemilihan atau penetapan tanpa
syarat menyatakan kedaulatan Allah dengan menunjukkan pada kita bahwa
pemilihan Allah atas manusia untuk menerima hidup kekal tidak didasarkan
pada apa yang dimiliki manusia. Pilihan-Nya tidak didasarkan pada
pengetahuan siapa yang mau bekerja sama dengan Dia dan menerima
pengorbanan Kristus. Pemilihan yang Allah lakukan adalah pemilihan tanpa
syarat.
V. Kesimpulan
- Dari hasil pemaparan mengenai baptisan di atas, penyeminar menyimpulkan
bahwa baptisan yang dimaksud sebagian jemaat adalah sebagai tanda. Setelah
menerima baptisan haruslah menyesuaikan tingkah laku dan perbuatan agar
memperoleh keselamatan.
- Jemaat GBKP Runggun Pangkalan Susu yang memahami bahwa baptisan ada
hubungannya dengan keselamatan adalah salah. Karena menurut ajaran GBKP
dan menurut aliran Calvin baptisan itu sebagai tanda pengampunan dosa dan
materai Perjanjian Allah tentang keselamatan karena kematian Yesus Kristus.
- Jemaat GBKP Runggun Pangkalan Susu yang memahami bahwa perbuatan baik
itu menyelamatkan adalah salah. Karena menurut ajaran GBKP dan menurut

26
Moderamen GBKP, Buku Saku: Pokok-Pokok Pengakuan Iman GBKP (Konfesi), (Kabanjahe:
Moderamen GBKP), 64.
aliran Calvin keselamatan terjadi hanya oleh iman, tetapi ketetapan dan
kedaulatan Allah sangat berperan didalamnya (Efesus 2:8).
VI. Daftar Pustaka

G.J. Baan, TULIP Surabaya: Momentum, 2009.


Calvin, Yohanes, Institutio: Pengajaran Agama Kristen Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2015.

de Jonge, Christian, Apa Itu Calvinisme? Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.

Hadiwijono, Harun, Iman Kristen Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997.

Hall, David W., Penuntun ke dalam Theologi Institutes Calvin Surabaya:


Momentum, 2009.

Koehler, Edward W.A., Intisari Ajaran Kristen Pematang Siantar: ALI,2012.


McGrath, Alister E., Sejarah Pemikiran Reformasi Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2019.
Moderamen GBKP, Buku Saku: Pokok-Pokok Pengakuan Iman GBKP
(Konfesi), Kabanjahe: Moderamen GBKP

Moderamen GBKP, Katekisasi GBKP Kabanjahe: Moderamen GBKP.

Moderamen GBKP, Tata Gereja GBKP 2015-2025 Kabanjahe: Moderamen


GBKP, 2015.

Munthe, Pardomuan, Catatan Dogmatika 2, disusun oleh Bet Saeyba Br


Sembiring, Medan: STT Abdi Sabda, 2019.

Soedarmo, R., Ikhtisar Dogmatika Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2019.

Wendel, Francois, Calvin:Asal-usul dan PerkembanganPemikiran Religiusnya


Surabaya: Momentum, 2015.
Sumber Wawancara:
Wawancara langsung dengan Pt. Arihta Sinulingga S.H, Minggu 12
September 2021, pukul 14.00 WIB.
Wawancara langsung dengan Dk. Sri Yusrida S.Pd, Minggu 12 September
2021, pukul 17.00 WIB.
Wawancara langsung dengan Enda Mentari Tarigan S.Kom, Senin 13
September 2021, pukul 09.00 WIB.
Wawancara langsung dengan Mulia Surbakti, Senin 13 September 2021, pukul
11.00 WIB.
Wawancara langsung dengan Salim Tarigan, Senin 13 September 2021, pukul
12.30 WIB.
Wawancara langsung dengan Bertha Ginting S.Pd, Senin 13 September 2021,
pukul 17.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai