Anda di halaman 1dari 17

Bab 1:Mendarat di Planet Asparagus

Pesawat Pesopati meluncur gagah membelah angkasa raya. Para P astronot Indonesia yang berusia
masih sangat muda sedang berkumpul dan berbincang-bincang.

"Kapan sih kita sampai di Planet Asparagus?" Tanya Donna.

"Sabar saja Don, kita pasti sampai di sana. Pokoknya kalau dalam waktu dua bulan kita belum
menemukan planet itu, kita harus segera pulang." Jawab Reza.

"Jangan khawatir seandainya planet itu tak bisa ditemukan, maka Komputer Navigaei Otomatis akan
langsung membawa kita kembali ke Bumi." Kata Aldo meyakinkan.

"Tenang saja dulu. Menurut pendapat Pak Purbaya dan para ahli, kita akan sampai sebelum waktu
satu bulan, Hal ini didasarkan perhitungan sebagai berikut: Jarak Bumi dengan Matahari adalah 150
juta kilometer. Jarak Mars dengan Matahari adalah 228 juta kilometer. Jadi jarak Bumi ke Mars hanya
78 juta kilometer. Kecepatan pesawat kita rata-rata 750 ribu kilometer per hari. Jadi lama perjalanan
dari Bumi ke Mars adalah 78 juta dibagi 750 ribu sama dengan 104 hari.

Planet Asparagus diperkirakan kurang dari setengah jarak Bumi dan

Mars. Kalau Asparagus itu terletak ditengah-tengah maka kita akan sampai dalam waktu 52 hari,
Akan tetapi karena Asparagus lebih dekat maka diperkirakan kira-kira 30 hari. Perjalanan Reza dan
kawan-kawan sudah menginjak hari ke-27.

Pesopati melaju dengan mantap. Puluhan juta kilometer telah ditempuh. Jagat raya yang maha luas
seolah tak ada tak dikenal ujungnya. Tiba-tiba Fajar berteriak:"Hai lihat di bawah kita ada bulatan
planet !"

"Aih indak sekali, belum pernah kusaksikan pandangan yang elok seperti ini. Donna terpesona.

"Aku merasa pasti inilah Planet Asparagus." Sahut Reza. Dengan cepat dia memutar arah Pesopati,
pesawat Pasopati sekarang mengorbit Planet Asparagus.

"Ayo siap kita akan memasuki Atmosfir Asparagus." Teriak Reza. Planet Asparagus mempunyai
angkasa, sehingga perbedaan suhu di Planet ini tidak terlalu menyolok. Panas dan dingin tidak terlalu
jauh berbeda.
Lain halnya di Bulan. Bulan tidak mempunyai angkasa. Akibat-nya Bulan yang mendapat sinar
Matahari mempunyai suhu melebihi titik didih yaitu 110°C. Bulan yang tidak terkena sinar Matahari
turun sarapai 175°C di bawah nol.

Di Bulan, suara tidak dapat merambat sehingga sangat sunyi di sana. Difusi cahaya juga tidak terjadi
sehingga langit Bulan menjadi gelap dan tidak biru seperti Bumi.

Bulan tidak mengenal air, akibatnya tanah di Bulan gersang, Jadi di sana tidak mungkin ada
kehidupan.

Dengan cepat Pasopati menerobos Atmosfir planet Asparagus. Beberapa detik kemudian Reza dan
kawan-kawannya sudah dapat menyaksikan adanya kehidupan di Planet ini, "Jar coba hidupkan
mesin jet pesawat," kata Reza, melaksanakan perintah dengan cepat, Tak lama deru mesin jet
terdengar.

Reza dan teman-temannya sangat senang karena mesin jet menyala dan mereka bisa mendengar
suaranya. Artinya Planet Asparagus memiliki udara. Luar angkasa planet Asparagus berwarna kuning
bukan biru seperti Bumi.

Pesawat sekarang kecepatannya berkurang. Mereka masih melayang- layang mencari tempat yang
baik untuk mendarat.

Reza dan kawan-kawannya menyaksikan hamparan Padang Pasir dan gunung-gunung batu yang
terjal. Daerah yang hijau oleh pohon-pohonan sangat jarang sekali.

Mereka kembali ke pesawat. Mengenakan pakaian khusus yang telah disiapkan. Pakaian ini didesain
tahan panas, antipeluru, dan tahan karat.

Mereka masing-masing membawa perlengkapan yang diperlukan, Reza dan kawan-kawannya mirip
orang yang tamasya atau orang yang mau berkemah.

Di pinggang mereka digantungkan senjata untuk mempertahankan diri ketika diserang musuh.

"Siap semua!" Kata Reza.


"Siap Komandan!" jawab mereka.

"Ayo kita mulai menjelajah planet asing ini!" Mereka melangkahkan kaki, meninggalkan pesawat
yang telah dilindungi dengan aman.

Kaki mereka menginjak pasir yang lembut namun agak panas. Langkah mereka pasti bergoyang.
Mencari Bukti Kehidupan di Planet Asparagus!

Bab 2: Menolong Orang Pribumi

Mereka sudah jauh meninggalkan pesawat Pesopati, namun belum menemukan makhluk hidup.
Yang mereka temukan hanyalah pasir dan bukit berbatu.

"Aku lelah sekali. Mari istirahat sebentar." Kata Donna. Mereka istirahat di bawah tebing batu, Batu-
batu di sini nampaknya terkikis oleh angin yang mengandung pasir. Goresan pada batu yang keras
selama ribuan mungkin ratusan ribu tahun membuat batu itu seperti diukir, menarik dan bagus.

"Apakah kita hanya akan menemukan pasir dan batu saja di planet

ini?" Kata Aldo.

"Sabar dulu Don, kan kita baru mulai." Jawab Fajar. "Coba sini teropongnya!" Sahut Reza.

Reza berdiri sambil mengarahkan teropongnya kesegala arah. Tiba- tiba dia berteriak gembra: "Nah
tempat itu banyak pohonnya. Mari kita ke sana."

Mereka menuju ke tempat itu. Langkah yang tadinya gontai kini bersemangat kembali. Mereka
berharap menemukan makhluk hidup di planet ini. "Aih alangkah sejuknya tempat ini," Donna
berteriak kegirangan. "Mari jalan terus, kita selidiki dulu tempatnya." Ajak Reza.

"Lihat di sana ada kolam air." Kata Aldo sambil berlari. Fajar segera mengeluarkan alat yang dapat
mengetahui kadar air itu. Ternyata bahwa
air itu masih murni belum terkena pengotoran yang membahayakan. Dengan mempergunakan alat
penyaring dan membubuhkan sebuah pil sucihama, Fajar minum air kolam itu.

"Aah segarnya air ini. Bagaikan minum segelas es sirop." "Coba aku minta! kalau bohong aku guyur
kau!" Kata Aldo. Aldo mereguk air kolam itu dengan perasaan ragu.

“Ah, biasa saja, tapi rasanya manis.” Kemudian Reza dan Donna bergantian meminum air tersebut.
Mereka minum dengan senang hati. Maklum selama ini mereka hanya minum dari

Kaleng. Minuman kaleng mereka sebetulnya bermacam-macam tapi lama-lama mereka bosan juga.

“Jika air di kolam ini diracuni maka kita semua akan mati,” kata Fajar.

“Akupikir mati semua lebih baik. Tapi.....siapayang akan memberitahukan peristiwa itu ke Bumi?”
Sahut Aldo.

“Jangan khawatir aku sangup pulang ke Bumi sendiri, Silahkan kamu semua mati!” Kata Donna.

Mereka asyik mengobrol, Tanpa mereka sadari sepasang mata mengintai dengan buasnya. Suara
gemuruh bagai gunung runtuh mengagetkan mereka.

“Awas gunung batu longsor!” Teriak Aldo.

Mereka menyangka di hadapan mereka itu gunung batu. Padahal itu adalah punggung binatang yang
mirip Buaya. Binatang ini tanpa sisik sama sekali.

Binatang ini adalah penguasa sumber air kolam. Binatang besar itu terbangun karena terganggu oleh
suara Reza dan kawan-kawan.

Mereka tidak menyangka akan bertemu dengan binatang raksasa. Mereka baru sadar ketika binatang
itu mengangkat kepala dan mengulurkan lidahnya. Tampak lidahnya bercabang dua di dalam mulut
yang berwarna merah.
Donna berteriak ketakutan, sambil berlari masuk ke dalam kamar dia berteriak: “Tolong: ........tolong!
terlalu lama!”

Reza dan teman-temannya kaget melihat monster itu. Mereka bertiga mundur ke dalam gua tempat
Donna berada di dalamnya.

Binatang besar merayap mendekati gua sambil mendengus keras.

Debu-debu pasir berterbangan menghalangi pandangan mata. Di depan gua binatang besar itu
berhenti. Binatang ini mencoba memasukan kepalanya yang besar. Dengan lidah terjulur binatang itu
mencoba menjilat mangsanya.

“Fajar, coba tembak binatang itu!” Seru Reza. Fajar membidik, kemudian terdengar suara tembakan
menggema dalam gua itu....daar.... daar....daar....daar.

Binatang itu terdiam dan sesaat kemudian mengangkat kakinya yang kuat dan besar. Kaki itu
mencakar dinding batu dengan sekuat tenaga. “Wah, malang sekali kalau batu ini terbongkar dan
roboh. Pasti kita terkubur di sini,” kata Aldo.

"Aldo, tembak saja!" Kata Reza. Aldo mengangkat senjatanya dan terdengar suara dees...dees.
Tembakannya tepat mengenai kepala binatang itu. Binatang ini sejenak seperti lumpuh, diam tak
berkutik. "Mati! pasti mati!" Aldo berteriak puas. "Tunggu duiu, jangan dekati berbahaya!" Kata Reza.

Tembakan Aldo adalah tembakan dari pistol yang menggunakan peluru kimia. Peluru ini bila kena
akan segera mengeluarkan racun berbahaya yang langsung menyerang syaraf otak. Sedangkan
tembakan Fajar keluar dari pistol biasa hanya lebih canggih dari ummnya. Tembakan Fajar tepat
mengenai kepala binatang itu, tapi mungkin tidak sampai mematikan.

Beberapa menit berlalu, Reza dan teman-temannya ingin keluar dari gua. Tiba-tiba terdengar
geraman buas, dan hewan raksasa itu tampak bergoyang sambil mengaum.

Binatang ini bangkit lagi. Cakarnya dikaiskan ke tanah, kaki depannya

menghantam dinding gua. Terdengar suara batu berguguran. "Reza, ayo cepat bertindak sebelum kita
terkubur di sini!" Teriak Aldo dan Donna.
Cepat Reza mengangkat senjatanya. Tembakan beruntun yang tak terdengar suaranya terpancar dari
senjata Reza.

Binatang terguncang kemudian rubuh. Bergerak sebentar dan menggelepar sesaat kemudian diam,
"Cepat keluar!" perintah Reza.

Mereka segera keluar dan slap untuk lari seandainya binatang raksasa lai hidup lagi. Dengan hati
sedikit gemetar mereka mendekati binatang itu. Panjang binatang ini lebih dari 10 meter. Rupanya
binatang besar ini pemakan daging dan tumbuh-tumbuhan. "

Mungkinkah binatang ini sisa dari binatang purba?" Tanya Donna,

"Kalau ada di Bum! kita bisa disebut demikian. Tapi ini kan di planet lain." Sahut Fajar,

"Aku merasa yakin binatang di sini pasti besar-besar. Kalau tidak ada senjata laser, past! kita sudah
jadi mengsa binatang buas ini. Kata Reza. Mereka masih memperbincangkan binatang hebat itu,
ketika mendadak

terdengar suara sorak sorai. Terlihat disekeliling mereka orang-orang asing mengurung mereka.
Orang-orang ini berkulit merah tembaga memakai pakaian warna hitam. Telinga orang ini kecil
dengan mata agak dalam, Hidungnya lebar dengan mulut berbibir tebal. Tinggi mereka hampir sama
dengan Reza dan kawan-kawannya.

Reza dan kawan-kawannya bersiap-siap untuk bertindak jika terjadi sesuatu. Mereka akan
mempertahankan nyawa mereka!

Akan tetapi Reza yakin bahwa orang-orang ini belum mempunyai peradaban maju. Hal ini terlihat
dari perlengkapan mereka. Senjata yang dipakai hanya pedang dan perisai. Pedang mereka seperti
bukan terbuat dari logam yang baik, Begitu pula parisainya kurang kokoh.

Tiba-tiba seorang dengan perawakan tegap maju ke depan, Dia bicara sebentar. Reza diam, semua
diam. Dari sikap dan reaksinya nampak dia adalah pemimpin kelompok tersebut.

Reza tak mengerti apa yang dikatakan orang itu. Akan tetapi melihat wajahnya orang ini seperti mau
berkawan dan berdamai. Reza mencoba menjawab perkataan orang itu dengan bahasa isyarat. Dia
menyatukan kedua tangannya dan berkata: "Kami sahabat anda sekalian," "Makhluk Asparugus itu
mendekat dan mengulurkan tangannya. Tangan itu disambut oleh Reza dengan hangat. Mereka
bersalaman,

suasana tegang dan mencekam berakhir dengan tawa yang berderai. Malam itu Reza dan kawan-
kawannya dibawa ketempat mereka. Pemukiman orang ini mirip pemukiman suku terasing yang
terdapat di berbagai negara di Bumi. Sangat sederhana dan memilukan

siapa yang melihatnya. Orang yang berjabat tangan dengan Reza kemungkinan besar adalah seorang
kepala suku. Beliau sangat dihormati dan segala perintahnya selalu dipatuhi dan dilaksanakan.

Malam itu diadakan jamuan makan. Reza dan kawan-kawan belum berani menyantap makanan
makhluk Asparagus. Reza hanya mencicipi makanan itu sesekali saja.

Kepala suku juga tidak memaksanya. Dia maklum mungkin tamunya masih ragu dan takut ada apa-
apanya.

Malam itu meriah, meski percakapan mereka masih berlangsung

menggunakan bahasa isyarat, "Kalau peradaban manusia di planet luar Bumi seperti ini aku yakin
benda terbang dari angkasa luar itu tidak ada." Kata Fajar.

"Kan planet itu banyak, Mungkin saja penduduk planet lain lebih hebat dari kita," sahut Aldo.

"Tugas kita adalah mengumpulkan keterangan bagaimana orang dapat hidup di planet ini. Serta
pekerjaan apa yang dapat dikerjakan orang Bumi di planet Asparagus." Kata Reza. "Ah kalian ribut
saja. Coba tolong aku belikan baso tahu atau baso mie," Kata Donna sambil tertawa. "Tuh makanan
itu mirip baso tahu," jawab Aldo.

Bab 3:Perang Antar Suzu

Udah hampir satu bulan Reza dan kawan-kawannya berada S di Planet Asparagus. Mereka sekarang
sedikit-sedikit sudah mengerti bahasa peduduk Asparagus.

Daerah ini dinamakan daerah Air Hltam. Di sini ada satu tempat yang airnya hitam. Air ini berkhasiat
dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
Kepala suku yang ramah dan beirwibawa namanya adalah Radix. Dengan bantuan Reza, Radix
membuat saluran air. Air yang jauh disalurkan ke dekat tempat mereka. Pipa air dibuat dari pohon
yang dibelah, Reza tidak menemukan pohon bambu di daerah ini seperti di Bumi.

Jika pulau di Bumi dikelilingi air laut maka tempat di planet Asparagus ini dikelilingi oleh laut pasir.
Daerah Air Hitam Ini mirip sebuah pulau yang meliputi luas ribuan kilometer persegi. Penduduknya
masih jarang dan tersebar dalam beberapa suku. Suku-suku ini kadang-kadang masih suka
berperang. Penduduk paling banyak berada disekitar sumber air. Keadaan ini seperti di Benua Afrika
yang berkerumun di sekitar oase-oase atau tanah subur di gurun pasir.

Fajar sangat tertarik sekali pada Air Hitam. Menurut penelitiannya air di Asparagus sama dengan air
di Bumi. Mengapa air di sini ada yang hitam?

Reza dan kawan-kawan disebut orang magis dan senjata lasernya disebut sinar magis. Mereka
mengira hanya manusia dan senjata ajaib yang bisa membunuh binatang itu.

Hari itu Chief Radix dan Reza sedang berkumpul. Mereka mendiskusikan berbagai masalah.

"Radix, apakah sebenarnya Air Hitam itu?" Tanya Fajar, "Air Hitam itu air yang manjur untuk obat.
Setiap orang yang sakit kalau minum air itu pasti sembuh." Jawab Radix pasti.

"Bagaimana rasanya?" "Rasanya tidak enak, sangat pahit. Kalau tidak kuat yang meminumnya bisa
langsung muntah."

“Bisakah semua orang mengambil airnya?” “Tidak bisa sembarangan

mengambil. Harus minta izin dulu pada ahli pengobatan. "Apakah kami boleh melihat tempat itu?"
"Boleh saja, kalau mau kita bisa berangkat sekarang," Ajak Radix.

"Tidak jauh, Tuan?" kata Donna. “Tidak jauh, hanya lima hari perjalanan. “Lima hari perjalanan? Jauh
sekali!" Donna dan teman-temannya kaget.

"Apakah itu berarti siang dan malam berganti lima kali?" Kata Aldo, "Bukan, tetapi seperti kita
mengambil air bolak-balik lima kali dari sini ke surmbernya di sana." Radix tertawa.
“Oh, syukurlah kalau begitu,” kata Reza dan temannya. Mereka segera berangkat tanpa melupakan
segala perlengkapan yang perlu mereka bawa.

Perjalanan mereka melewati bukit dan lembah yang ditumbuhi berbagai jenis tanaman. Tanaman di
daerah ini pohonnya tinggi-tinggi, Keadaannya terawat baik sekali.

"Apakah daerah ini perkebunan?" Tanya Reza. "Benar dan itu yohon yang tinggi adalah sumber
makanan pokok kami," sahut Radix.

Reza dan kawannya maklum, bahwa makanan pokok mereka terbuat dari saripati pohon itu. Pohon
itu mirip pohon sagu di Papua Indonesia. Ah, sayang kita tidak membawa padi," kata Donna. "Yah
melihat daerah ini, aku yakin padi, jagung atau tanaman biji-bijian lainnya pasti bisa tumbuh." Sahut
Fajar.

Mereka sampai di dataran yang sangat luas. Di sini banyak terdapat pepohonan dan rerumputan
yang tumbuh subur, hampir di tengah lapangan luas ini terdapat bangunan kubah besar. Di sekitar
gedung

ini dibuat pagar kayu yang kokoh. Beberapa meter dari kubah ini berdiri sebuah rumah besar. Dari
dalam rumah itu keluar seorang tua diiringi beberapa orang lainnya mereka memakal pakaian hitam.

"Ah ketua Radix, apa kabar? Apa ada yang sakit?" Tanyanya dengan ramah.

"Baik-baik saja Tabo. Saya datang kemari selain ingin bertemu, juga ingin memperkenalkan tamu dari
bintang lain." Jawab Radix.

"Tamu dari bintang lain? mana mungkin ada tamu dari langit!" Seru Tabo tidak percaya.

Kemudian Radix menceritakan segalanya. Tampak Tabo mengerti dan manggut-manggut. Sekarang
Tabo lebih hormat kapada tamu-tamunya. "Bila kalian ingin melihat, silakan!" Ajak Tabo.

Mereka menuju ke kubah yang berpagar itu. terlihat sebuah sumur dangkal dengan zat cair yang
kehitam-hitaman.

Tabo mengambil sesendok air hitam. Reza dan teman-temannya mengeluarkan air.
Di tempat yang terang Reza dan kawannya memperhatikan cairan itu. Mereka memeriksa cairan
berkhasiat itu dengan serius. "Aku kenal baunya seperti bau minyak tanah" Kata Fajar.

'Benar bau minyak tanah campur sedikit bau belerang," sahut Reza. "Ya ini memang bau minyak
tanah," sahut Aldo dan Donna pula. "Coba kumpulkan ranting kayu," kata Reza.

Setelah ranting kayu terkumpul kemudian Reza menuangkan cairan hitam itu dan langsung
menyulutnya. Segera api menyala dan membakar ranting. "Benar minyak tanah!" Seru mereka yakin.
Radix dan Tabo

memperhatikan perbuatan Reza. Mereka tercengang sekali ketika melihat

cairan hitam menyala di depan mereka.

"Jadi cairan apa sebenarnya ini?" Tanya Tabo. "Di tempat kami air hitam ini disebut minyak tanah.
Minyak tanah ini berguna untuk memasak bahkan dapat dijadikan bahan bakar kendaraan tapi
memang harus diolah terlebih dahul." Reza menerangkan sekilas.

“Kami di sini menganggap cairan ini sobagai penawar sakit dan penyembuh penyakit yang ampuh,”
kata tabo.

“Dulu kami juga demikian, tetapi sekarang tidak lagi!” sahut Reza sedikit ragu.

Reza tidak tahu pasti, apakah di Bumi dahulu orang menggunakan

Minyak tanah sobagai obat. Akan tetapi sebetulnya sesudah manusia menemukan cara pengobatan
modern, tetap ada orang yang mencari obat alternatif baru yang aneh-aneh. Konon minyak tanah
dapat menyembuhkan keracunan, diare dan

Rematik. Bahkan ada yang mengatakan dapat menyembuhkan penyakit berat siperti Kanker! Akan
tetapi tentu minyak tanah murni, yang sudah disuling.

“Kalau sumber minyak ini ditemukan oleb Pertamina, pasti sudah diolah menjadi sumber devisa.”
Kata Donna.
“Apa salahnya kita buat cabang Pertamina di sini.” Sahut Fajar tertawa. “Bagamana cara mengolah
minyak ini?’ Tanya Tabo dan Radix.

“Aah rumit sekali pak. Harus ada alat-alat berat dan alat pengeboran yang kuat dan panjang. Sebab
sumbernya ada di dalam tanah. Bahkan di tempat kami minyak ini digali juga dari dalam laut.” Jawab
Reza.”

Tabo dan Radix terpesona mendengar informasi ini. Mereka sama pintarnya dengan penduduk bumi

Mulai sekarang air hitam ini dapat kita gunakan untuk penerangan.”

Kata Radix. Sebelum pulang Fajar membawa minyak tanah itu. Ketika sampai di rumah dia membuat
lampu sederhana dari kaleng bekas minuman.

Malam harinya rumah itu tampak terang, Melihat hal aneh itu hampir semua penduduk datang
melihatnya.

Cahaya terang malam hari sangat didambakan oleh penduduk Air Hitam, Planet Anparagus tidak
mempunyai satelit atau Bulan. Tanpa Bulan berarti tidak ada cahaya matahari yang dapat dipantulkan
ke Planet Asparagus. Akibatnya malam akan gelip gulita kecuali ada kelap kelip sinar Bintang

Bab 4:Membuat Senjata Baru

Uasana di tempat pengungsian tampak menyedihkan sekali. Banyak S anak-anak dan orang dewasa
yang cdera. Sedangkan obat mujarab air hitam sekarang sudah dikuasai oleh musuh. Reza yang
merupakan seorang calon dokter segera memberikan pertolongan seadanya. Akan tetapi dalam
keadaan darurat yang segalanya jauh berbeda, sulit sekali bagi Reza untuk berbuat sesuai dengan
keahliannya.

“Apakah tidak sebaiknya kita akan segera pulang ke Bumi, aku kira apa

Ditugaskan kepada kami, kami telah menyelesaikannya.” Kata Donna. “Saya kasihan pada mereka.
Kita harus bantu dulu sebelum pulang,” kata Reza.
Sore itu Radix dan warga juga Heza dan teman-temannya sedang berkumpul.

“Kami masyarakat Air Hitam sudah berhutang budi kepada bapak dan ibu. Namun kini kami
menghadapi musibah baru. Daerah kami berada di bawah kendali musuh. Kami mohon bantuannya
untuk mengatasi kesulitan ini,” Radix berkata dengan sedih.

“Bagaimana caranya kami dapat menolong bapak?” sahut Reza. “Kami telah menyaksikan kehebatan
senjata bapak. Apakah kalian tidak dapat menolong kami dengan senjata ajaib itu?”

“Sebetulnya bisa saja, tetapi musuh kita banyak. Selain itu jika bapak menang karena senjata kami,
kami takut akan ada pembalasan dendam jika kami sendiri telah pulang nanti. Jadi sebaiknya
kemenangan ini harus dari kekuatan warga bapak sendiri. Akan tetapi kami semua akan membantu
bapak dengan sekuat tenaga,” sahut Reza.

Pertama, tim kami hanya berjumlah sekitar 50 orang. Kedua, senjata kami kurang pemaaf, sedangkan
mereka memakai pelindung tubuh. Ketiga, senjata mereka sangat kuat, banyak senjata kami yang
patah jika kami bertarung dengan senjata. .

“Tempat ini penduduknya sedikit bila dibandingkan dengan luas daerahnya. Sebetulnya kami ini baru
saja bebas dari pendudukan bangsa Kodar, Lima tahun yang lalu orang Kodar meninggalkan daerah
ini. Mereka tertimpa penyakit dan selalu digangu oleh binatang Radon yang buas itu.”

“Apakah air hitam itu tidak mampu mengobati mereka?” “Air hitam baru ditemukan setelah orang
Kodar pergi. Untuk menghilangkan kenangan buruk, maka nama daerah ini diganti dengan nama Air
Hitam. Asalnya daerah ini bernama Pasir Berkilau.

Pada waktu pendudukan, hampir semua orang dewasa yang terlibat perang dibunuh. Hidup kami
tertindas sekai. Ayah saya adalah ketua suku dan dibunuh karena melawan mereka. Atas persetujuan
warga kami, saya diangkat jadi kepala suku yang baru,” Jawab Radix sambil menerangkan riwayat
hidupnya yang penuh duka.

“Kalau begitu sebetulnya bapak baru hidup lima tahun ya.” Kata Aldo tertawa.

“Meraang benar. Kami ibarat telur yang baru menetas. Belum punya tenaga dan pengalaman,”

“Sekarang eobaiknya bapak mencari bantuan dari penduduk lain yang ada di daerah ini.” Usul Reza.
“Akan saya coba,” sahut Radix.
Reza dan teman-temannya berkonsultasi, mereka berencana

Menolong lebih jauh. “spertinya kita harus mempersenjatai mereka. Akan tetapi tentu bukan dengan
senjata otomatis. Kita tidak mungkin membuat pabrik senjata di sini. Senjata apa yang tepat untuk
mereka?” Tanya Reza.

“Perang di sini perang kuno, peralatannya juga kuno. Kita harus menciptakan senjata baru yang lebih
unggul. Aku pikir senjata panah sangat tepat buat mereka,” sahut Fajar. “Tepat sekali. Panah biea
dilepaskan dari jarak jauh, Personil yang sedikit tidak perlu kontak langsung dengan mu- suh. Korban
dari pihak kita bisa dikurangi.

Ayo kita buat anak panah dan ajari mereka.” Ajak Reza dengan gembira.

Reza dan kawan-kawan membuat rencana untuk membuat senjata baru. Radix sangat

Senang dengan itu. Radix tahu persis bahan apa yang bagus untuk membuat busur dan anak
panahnya. Tali elastis dan kuat ini terbuat dari kulit hewan Mason,

Dalam waktu singkat senjata baru itu telah selesai, Mereka menuju ke sebuah pohon yang besar.
Dengan hati-hati Reza memasang anak panah pada busurnya. Kemudian busurnya ditarik sampai
lengkung dan tiba- tiba dilepas, anak panah meluncur cepat sekali dan....clep! menancap di sasaran
latihan.

Para penonton bersorak gembira.

"Kalau memakai senjata itu, pasti aku makan daging Mason tiap hari." Kata Gibon,

"Aku sebentar lagi akan jadi Robinhood padang pasir." Kata Aldo. Donna dan Fajar tertawa dengan
komentar Aldo.

Dalam waktu singkat hampir seratus busur dan ribuan anak panah telah dibuat, warga Black Water
rajin belajar memanah, Sasarannya tidak hanya benda diam tetapi juga benda bergerak.

Mereka ternyata mempunyai kepandaian alamiah, Sasaran yang dibidik jarang meleset.
Apa yang dikatakan Gibon beberapa hari lalu kini menjadi kenyataan. Hampir setiap hari orang
makan daging buruan.

Panah mereka makin berbahaya karena pada setiap ujungnya memakai racun dari pohon Dexu, bisa
dipastikan setiap kena panah beracun ini akan mati.

Sayang panah beracua ini tidak dapat dipakai berburu. Sebab setiap binatang buruan yang kena
panah ini, dagingnya jadi beracun.

Tenaga bantuan dari suku lain ternyata hanya ada 45 orang. Dengan bantuan itu kekuatan sekarang
seluruhnya hanya ada 95 orang.

Perjuangan yang berat sekali kalau 95 harus menghadapi 1000, Satu lawan sepuluh hanya bisa
menang dalam cerita dongeng!

Orang-orang baru itu segera dilatih belajar menggunakan panah. Bakat mereka tidak mengecewakan.
Mereka ternyata cukup mahir menggunakan senjata baru ini.

Perang yang akan terjadi di antara kedua suku ini benar-benar tidak Hitanhang. Tanpa menggunakan
otak dan akal yang jitu pastilah kaum Air Hitam akan musnah dari planet Asparagus.

wab Fankhawatir, kita akan bantu mereka dengan akal dan pikiran kita Jawab Fajar.

Bab 5:Kembali Ke Bumi

Eza dan kawan-kawannya tidak hanya melakukan penelitian dan Rmengambil contoh barang di
planet Asparagus. Mereka telah melakukan hal yang sangat besar manfaatnya bagi penduduk
Asparagus terutama bagi penduduk daerah Air Hitam dan penduduk daerah Kuning. Di kedua tempat
itu penduduk telah diajari membuat alat pertanian

Seperti cangkul dan garpu tanah. Aldo dan Fajar berhasil membuat minyak goreng dari umbi pohon
pinut. Pohon pinut mempunyai umbi yang baik untuk bahan minyak goreng.
Mereka mencoba mengolah daging mason dengan cara digoreng. Ternyata hasinya lezat sekali dan
penduduk menyukainya. Radix menyebut makanan ini dengan ‘hidangan bintang’.

Donna mengajarkan wanita asparagus membuat tungku dari tanah liat. Tungku itu disebut ‘tungku
donna’. Donna pun memberitahu untuk membuat beragam alat masak yang dpat mempermudah
cara mengolah makanan sehingga wanita Asparagus sangat bahagia dengan ilmu baru tersebut.

Reza menganjurkan Radix untuk mengajak penduduk yang terpencar agar bergabung kembali di
wilayah Air Hitam. Radix mengikuti saran Reza. Radix adalah seorang pemimpin yang baik, dia
berpikiran maju untuk penduduknya. Berkat kedekatannya dengan Reza dan kawan- kawan,
pandangan dan ilmnya lebih luas dan matang. Berkeinginan untuk mewujudkan kesejahteraan
penduduk Aparagus dengan menggunakan ilmu pengetahuan.

Tibalah saatnya untuk Reza dan kawan-kawan kembali ke Bumi. Radix menyiapkan pesta perpisahan.
Reza memberikan kenang-kenangan berupa bendera Merah Putih yang terbuat dari lembaran baja
putih tahan karat. Selai itu mereahkan maket dari pesawat antariksa pasopati yang terbuat dari
platina. Kedua barang ini disimpan Radix di empat

Pertemuan warga.

“Agar selalu diingat dan terkenang,” katanya bangga

Terimalah baru ini sebagai kenang-kenangan dari kami,” sahut Radix terharu.

Reza menerima batu berwarna hijau, fajar berwarna biru, Aldo berwarna meran, sementara Donna
berwarna kuning. Batu yang mereka terima merupakan bintang, sebab batu bintang yang bersuhu
50.000°C atau lebih akan berwarna hijau atau biru. Sedangkan warna merah adalah bintang yang
mempunyai suhu sekitar 1500. °C. Warna kuning terjadi pada bintang yang mempunyai suhu 6000 °C.
Mungkinkah batu-batu itu sampai dari bintang ke planet Asparagus? Pertanyaan ini sulit dijawab
mengingat bintang terdekat saja yaitu Alpha Centaury berjarak 4 tahun cahaya. Satu tahun cahaya
sejauh 1 kali 10 panngkat 13, berapa? pokoknya angka nolnya banyaaaaaak sekali!

Selain membawa batu kenang-kenangan, Reza dan kawan-kawan juga meminta izin untuk membawa
contoh batu-batuan, tanah, pasir, tumbuh- tumbuhan, tulang hewan dari berbagai jenis. Tadinya
Donna berencana membawa kirik hewan kecil seperti anjing atau kucing di bumi tetapi hal itu sulit
terlaksana. Barang bawaan dari planet Asparagus ini banyak sekali hingga 10 karung besar lebih
untuk di bawa ke Bumi.
Radix dan warga Air Hitam mengantar Reza dan kawan-kawan ke tempat persembunyian pesawat
Pasopati. Meski begitu, pesawat ini dilengkapi dengan proteksi canggih sehingga bisa mengetahui
jika ada seseorang yang mendekat melalui jam tangan yang dikenakan Reza dan kawan-kawan.

Penduduk Air Hitam dan Radix tercengang melihat pesawat Pasopati yang besar. Reza pun sengaja
tidak menceritakan hal ini kepada penduduk Air Hitam.

Radix, Gibon, dan beberapa warga memeluk Reza dan kawan-kawan. mereka sulit berpisah dengan
orang-orang yang telah banyak berjasa membantu kehidupannya.

Reza, Donna, Fajar, dan Aldo memasuki pesawat Pasopati sambil melambaikan tangan tanda
perpisahan. Pintu pesawat pun tertutsekejap up, Reza dan kawan-kawan bersiap untuk tinggal
landas. Mesin pasopati dibunyikan sehingga membuat penduduk Air Hitam ketakutan dan menjauh.

Pasopati dengan suara gemuruh mulai berjalan perlahan, tambah lama tambah cepat. Kemudian
pesawat antariksa itu terbang ke atas.... Pasopati melayang terbang ke angkasa menembus langit
Asparagus bersama lambaian tangan penduduk Air Hitam.

Pada ketinggian 70.000 kali Pasopati bersiap melepaskan diri dari pengaruh planet Asparagus.
Kemudian pasopati pun mengorbit Asparagus melepaskan dirinya kembali ke angkasa raya.

“Don, coba lihat petunjuk arah bumi sekarang,” kata Reza. “Saat ini berada di 315 tepat,” jawab
Donna.

Dalam perjalanan Reza dan kawan-kawan beruntung dapat melihat Komet Halley. Padahal komet ini
mendekati orbit Bumi setiap 76 tahun sekali. Komet Halley terakhir terlihat bulan Maret dan April
tahun 1986. Diperkirakan orang bumi akan dapat melihatnya kembali tahun 2061 nanti. Komet ini
terkenal dengan sebutan Si Rambut Panjang Halley karena ekornya yang mencapai jutaan kilometer.

Reza, Donna, Fajar, dan Aldo sanagat beruntung dapat menyaksikan Komet Halley dengan mata
telanjang tanpa tertutup awan atau kabut. Dalam perjalanan pulang ini mereka banyak memfoto
bintang-bintang dari dalam pesawat. Mereka mendapatkan bekal bagi penelitian di bumi yang sangat
berharga nilainya.

Sudah hampir 30 hari Reza dan kawan-kawan melanglang buana di alam semesta. Mereka sudah
dekat dengan Bumi. Tak lama lagi mereka akan bertemu dengan keluarga dan para ahli di Indonesia
untuk menceritakan pengalaman yang luar biasa.
“Aldo, coba hubungi Stasiun Jatiluhur,” sahut Reza.

“Hallo, Jatiluhur..... Jatiluhur..... di sini Pasopati, apakah mendengar kami? Ganti.”

Keadaan sunyi sebentar, lalu tiba-tiba terdengar suara sorak sorai dan tepuk tangan ramai diiringi
suara, “Pasopati di sini Jatiluhur, silakan masuk, kami sudah menanti kalian dan siap menyambut
kalian.”

“Ya, kami mendengar, terima kasih rekan-rekan. Kami sudah tidak sabar lagi membawakan kalian
oleh-oleh yang luar biasa dari planet Asparagus.” Jawab Reza.

Pesawat antariksa Pasopati memasuki atmosfir bumi kemudian dengan kecepatan tinggi mulai masuk
langit bumi. Sebentar lagi mereka akan disambut dengan ucapara kehormatan. Kedatangan mereka
dianggap sebagai pahlawan bangsa yang telah berjasa mengharumkan nama dan martabat rakyat
Indonesia.

Reza, Fajar, Donna, dan Aldo telah berhasil melaksanakan misi mereka dengan gemilang. Petualangan
Reza dan kawan-kawan berakhir saat pesawat antariksa Pasopati mendarat selamat di Jatiluhur
dengan membawa kenang-kenangan yang takan pernah mereka lupakan. Mereka bangga karena di
usia sangat muda telah dapat menjadi astronot pertama Indonesia yang berhasil melakukan
penyelidikan di planet lain. Mereka adalah putra putri harapan bangsa Indonesia, mereka adalah
“Pelaut di antara Bintang-Bintang”.

Anda mungkin juga menyukai