DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
LINDA FITRIANI
MURNIANTI
WAHYU SETIAWAN
NURMA YUNITA
MELI AMANDA
AHMADI
AZRI B
FAKULTAS EKONOMI
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa
karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah hingga makalah yang berjudul
“MANAJEMEN PRODUKSI” ini dapat kami selesaikan dengan waktu yang
telah ditentukan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan mampu
menyelesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini kami buat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Produksi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Saina Nirwana
S.E.,M.M. selaku Dosen Manajemen Produksi yang telah memberikan
arahan dalam menyusun makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih kurang sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Terima Kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ...................................................................................................... i
iii
B. Macam – Macam Pola Produksi........................................................ 38
C. Pengertian Sistem Produksi ............................................................. 40
D. Ruang Lingkup Sistem Produksi ....................................................... 44
E. Fungsi Dan Tujuan Manajemen Produksi ......................................... 47
F. Sistem Produksi Dalam Dunia Industri Modern ................................ 49
G. Studi Kasus Dalam Manajemen Pola Dan Sistem Produksi ............. 51
iv
A. Definisi Perencanaan Fasilitas .......................................................... 88
B. Pentingnya Perencanaan Fasilitas Perusahaan................................ 90
C. Langkah-Langkah Dalam Perencanaan Fasilitas Perusahaan ......... 92
D. Faktor-Faktor Yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Perencanaan
Fasilitas Perusahaan ......................................................................... 94
E. Strategi Untuk Sukses Dalam Perencanaan Fasilitas Perusahaan ... 97
F. Tantangan Dan Peluang Dimasa Depan Dalam Perencanaan
Fasilitas Perusahaan ......................................................................... 100
G. Komponen Perencanaan Fasilitas Perusahaan ................................ 103
H. Proses Perencanaan Fasilitas ........................................................... 106
v
BAB I
A. Manajemen Produksi
1. Pengertian Manajemen Produksi
Manajemen produksi merupakan salah satu bagian dibidang
manajemen yang mempunyai peran dalam mengkoordinasikan
kegiatan untuk mencapai tujuan. Untuk mengatur kegiatan ini, perlu
dibuat keputusan-keputusan yang berhubungan dengan usaha-usaha
untuk mencapai tujuan agar barang dan jasa yang dihasilkan sesuai
dengan apa yang direncanakan. Dengan demikian, manajemen
produksi menyangkut pengambilan keputusan yang berhubungan
dengan proses produksi untuk mencapai tujuan organisasi atau
perusahaan.
Pada dasarnya manajemen produksi adalah suatu pengelolaan
proses pengubahan atau proses konversi dimana sumber-sumber daya
yang berlaku sebagai “input” diubah menjadi barang dan jasa ini biasa
disebut sebagai “output”. Manajemen produksi merupakan suatu proses
yang secara berkesinambungan (kontinu) dan efektif menggunakan
fungsi manajemen untuk mengintregasikan berbagai sumber daya
secara efisien dalam rangka mencapai tujuan. Jadi yang dimaksud
dengan manajemen produksi adalah seluruh aktifitas untuk mengatur
dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi secara efisien untuk
menciptakan dan menambah nilai dan benefit dari produk (barang dan
jasa) yang dihasilkan oleh organisasi. Dan manajemen produksi dan
dapat juga di definisikan sebagai suatu kegiatan mengelola secara
optimal penggunaan sumber daya (faktor produksi) dalam proses
transformasi menjadi produk barang dan jasa.
Dalam manajemen produksi, terdapat beberapa aspek yang perlu
diperhatikan, antara lain:
1
a. Perencanaan produksi
Tahap ini melibatkan perencanaan jumlah produksi, jadwal
produksi, dan alokasi sumber daya yang diperlukan. Perencanaan
produksi juga mencakup peramalan permintaan, pengendalian
persediaan, dan penentuan metode produksi yang efisien.
b. Pengorganisasian produksi
Tahap ini melibatkan pengaturan sumber daya manusia,
peralatan, dan bahan baku untuk melaksanakan produksi. Hal ini
melibatkan pembagian tugas, pembentukan tim kerja, dan
pengaturan alur produksi agar dapat mencapai efisiensi dan
efektivitas produksi.
c. Pengendalian produksi
Tahap ini melibatkan pengawasan dan pengendalian terhadap
pelaksanaan produksi. Hal ini meliputi pemantauan proses
produksi, pengendalian kualitas, dan penanganan masalah yang
muncul selama produksi. Tujuannya adalah untuk memastikan
bahwa produksi berjalan sesuai dengan rencana dan standar yang
telah ditetapkan.
d. Evaluasi dan perbaikan
Setelah produksi selesai, tahap ini melibatkan evaluasi
terhadap hasil produksi, baik dari segi kualitas, kuantitas, maupun
biaya produksi. Hasil evaluasi ini dapat digunakan untuk melakukan
perbaikan dan peningkatan proses produksi di masa mendatang.
Manajemen produksi juga melibatkan penerapan prinsip-prinsip
manajemen, seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian, serta penggunaan metode dan teknik produksi yang
efisien. Dalam era digital saat ini, teknologi informasi juga memainkan
peran penting dalam manajemen produksi, seperti penggunaan sistem
informasi manajemen produksi (Manufacturing Execution System)
untuk memantau dan mengendalikan proses produksi secara real-time.
2
2. Pengertian Manajemen Produksi Menurut Para Ahli
Pengertian manajemen produksi menurut beberapa ahli
diantaranya:
a. Menurut Heizer dan Render (2011 : 4)
Adalah “Serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam
bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output”.
b. Menurut Irham Fahmi (2012 : 3)
Manajemen produksi adalah “suatu ilmu yang membahas
secara komperhensif bagaimana pihak manajemen produksi
perusahaan mempergunakan ilmu dan seni yang dimiliki dengan
mengarahkan dan mengatur orang-orang untuk mencapai suatu
hasil produksi yang dinginkan”.
c. Menurut Handoko
Manajemen produksi adalah rangkaian kegiatan yang
menghasilkan nilai barang dan jasa dengan mengubah input
menjadi output atau produk. Menurutnya, manajemen produksi
adalah usaha pengelolaan secara optimal semua sumber daya,
seperti tenaga kerja dan mesin peralatan.
d. Harold Koon FZ Heint Weihrich
Mendefinisikan manajemen produksi sebagai proses
penyusunan dan pemeliharaan individu dalam lingkungannya,
individu dalam lingkungan kerjanya, yang bekerja secara efisien
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dikatakan bahwa
manajemen produksi memiliki hubungan erat dengan proses produksi
yang memiliki tujuan untuk menambah nilai guna barang maupun jasa
yang dihasilkan. Untuk menghasilkan produk yang memiliki kualitas
3
yang baik yang sesuai dengan standar yang ditentukan, maka
perusahaan dituntut untuk lebih meningkatkan proses produksinya.
4
4. Pengendalian
Pengendalian melibatkan pengawasan dan penyesuaian proses
produksi untuk memastikan bahwa tujuan produksi tercapai. Ini
melibatkan pengukuran kinerja, perbandingan kinerja dengan
standar yang telah ditetapkan, dan melakukan tindakan korektif jika
diperlukan.
5. Penyelesaian Akhir Produk
Ini adalah tahap akhir dalam proses manajemen produksi, di
mana produk jadi disiapkan untuk distribusi atau penjualan. Ini bisa
melibatkan pengemasan, penyimpanan, dan pengiriman produk.
Proses manajemen produksi ini bertujuan untuk mengatur dan
mengkoordinasikan penggunaan sumber daya secara efektif dan
efisien untuk menciptakan dan mempertahankan produk atau layanan
yang berkualitas.
5
proses produksi secara terus-menerus. TQM melibatkan seluruh
organisasi, dari manajemen hingga karyawan, dalam upaya untuk
mencapai kualitas yang tinggi dan kepuasan pelanggan. Beberapa
prinsip TQM meliputi: fokus pada pelanggan, partisipasi semua
anggota organisasi, penekanan pada perbaikan berkelanjutan,
penggunaan data dan fakta dalam pengambilan keputusan, dan
kolaborasi dengan pemasok.
3. Teknik Lean Manufacturing
Lean Manufacturing adalah pendekatan yang bertujuan untuk
menghilangkan pemborosan dalam proses produksi dan
meningkatkan efisiensi. Prinsip utama Lean Manufacturing adalah
mengurangi waktu siklus produksi, menghilangkan persediaan yang
tidak perlu, dan meningkatkan fleksibilitas produksi. Beberapa alat
dan teknik yang digunakan dalam Lean Manufacturing termasuk
Value Stream Mapping (pemetaan aliran nilai), 5S (pengaturan
tempat kerja), Kaizen (perbaikan berkelanjutan), dan Just-in-Time
(pengiriman tepat waktu).
4. Six Sigma
Six Sigma adalah metodologi yang digunakan untuk
mengurangi variabilitas dalam proses produksi dan meningkatkan
kualitas produk. Metode ini melibatkan pengumpulan dan analisis
data untuk mengidentifikasi penyebab kesalahan atau cacat dalam
proses produksi. Dengan menggunakan alat statistik, seperti
diagram pareto, diagram sebab-akibat, dan analisis regresi,
perusahaan dapat mengidentifikasi dan menghilangkan penyebab
utama cacat. Tujuan dari Six Sigma adalah mencapai tingkat cacat
yang sangat rendah, yaitu tidak lebih dari 3,4 per juta peluang.
5. Theory of Constraints (TOC)
Theory of Constraints (TOC) adalah pendekatan yang
digunakan untuk mengidentifikasi dan mengelola kendala atau
hambatan yang membatasi produktivitas dan efisiensi dalam proses
6
produksi. TOC berfokus pada mengidentifikasi kendala terbesar
dalam sistem produksi dan mengambil tindakan untuk
menghilangkannya atau mengelolanya dengan lebih efektif. Metode
yang digunakan dalam TOC meliputi penggunaan buffer,
penjadwalan yang bijaksana, dan pengoptimalan kapasitas.
7
5. Strategi Proses Produksi
Sebagai contoh, sebuah pabrik elektronik harus merencanakan
dan mengatur proses produksi mereka untuk memastikan efisiensi
dan kualitas produk.
8
Fungsi ini melibatkan pengawasan langsung terhadap proses
produksi untuk memastikan bahwa semua kegiatan berjalan sesuai
dengan rencana dan standar yang ditetapkan. Manajemen produksi
harus memantau kualitas produk, produktivitas tenaga kerja, dan
efisiensi penggunaan sumber daya produksi.
5. Peningkatan Produksi
Fungsi ini melibatkan identifikasi dan implementasi perbaikan
dalam proses produksi untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas,
dan kualitas produk. Manajemen produksi harus terus mencari cara
untuk mengoptimalkan proses produksi dan mengurangi
pemborosan.
6. Pengembangan Produk
Fungsi ini melibatkan pengembangan produk baru atau
pengembangan perubahan pada produk yang sudah ada.
Manajemen produksi harus bekerja sama dengan tim
pengembangan produk untuk memastikan bahwa produk yang
dihasilkan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan.
7. Pengawasan Kualitas
Fungsi ini melibatkan pengawasan dan pengendalian kualitas
produk yang dihasilkan. Manajemen produksi harus memastikan
bahwa standar kualitas terpenuhi dan mengimplementasikan sistem
pengendalian kualitas yang efektif.
Itulah beberapa fungsi utama dari manajemen produksi. Fungsi-
fungsi ini saling terkait dan penting dalam menjalankan kegiatan
produksi yang efisien dan efektif.
9
1. Meningkatkan produktivitas
Tujuan utama manajemen produksi adalah meningkatkan
produktivitas. Produktivitas yang tinggi berarti menghasilkan lebih
banyak output dengan menggunakan jumlah sumber daya yang
sama atau lebih sedikit. Hal ini dapat dicapai dengan memperbaiki
proses produksi, mengoptimalkan penggunaan sumber daya, dan
mengimplementasikan teknologi dan inovasi yang tepat.
2. Mengoptimalkan penggunaan sumber daya
Tujuan manajemen produksi adalah mengoptimalkan
penggunaan sumber daya yang ada, seperti tenaga kerja,
peralatan, bahan baku, dan modal. Hal ini melibatkan perencanaan
yang baik, pengendalian persediaan, dan pengaturan alur produksi
yang efisien. Dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya,
perusahaan dapat mengurangi pemborosan, mengurangi biaya
produksi, dan meningkatkan efisiensi.
3. Meningkatkan kualitas produk
Manajemen produksi bertujuan untuk menghasilkan produk
dengan kualitas yang baik. Hal ini melibatkan pengendalian kualitas
yang ketat selama seluruh proses produksi, mulai dari pengadaan
bahan baku hingga pengiriman produk jadi. Dengan meningkatkan
kualitas produk, perusahaan dapat memenuhi harapan pelanggan,
membangun reputasi yang baik, dan meningkatkan kepuasan
pelanggan.
4. Mengurangi biaya produksi
Salah satu tujuan penting dari manajemen produksi adalah
mengurangi biaya produksi. Hal ini dapat dicapai dengan
mengidentifikasi dan menghilangkan pemborosan dalam proses
produksi, meningkatkan efisiensi operasional, dan mengoptimalkan
penggunaan sumber daya. Dengan mengurangi biaya produksi,
perusahaan dapat meningkatkan profitabilitas, menjaga daya saing,
dan memberikan keuntungan yang lebih baik bagi pelanggan.
10
5. Memenuhi permintaan pasar
Tujuan manajemen produksi adalah memenuhi permintaan
pasar dengan tepat waktu dan dalam jumlah yang memadai. Hal ini
melibatkan perencanaan produksi yang baik, pengendalian
persediaan yang efektif, dan fleksibilitas dalam menghadapi
perubahan permintaan. Dengan memenuhi permintaan pasar,
perusahaan dapat mempertahankan dan meningkatkan pangsa
pasar, serta membangun hubungan yang baik dengan pelanggan.
6. Meningkatkan keberlanjutan
Manajemen produksi juga bertujuan untuk meningkatkan
keberlanjutan dalam proses produksi. Hal ini melibatkan
penggunaan sumber daya yang ramah lingkungan, pengurangan
limbah dan emisi, serta implementasi praktik produksi yang
bertanggung jawab secara sosial. Dengan meningkatkan
keberlanjutan, perusahaan dapat memenuhi tuntutan masyarakat
dan menjaga lingkungan hidup untuk generasi mendatang.
Tujuan- tujuan ini saling terkait dan saling mendukung dalam
mencapai kesuksesan dalam manajemen produksi. Dengan mencapai
tujuan-tujuan ini, perusahaan dapat mencapai efisiensi dan efektivitas
dalam proses produksi, menghasilkan produk berkualitas, memenuhi
kebutuhan pelanggan, dan berkontribusi pada keberlanjutan
lingkungan.
11
produksi, dan alokasi sumber daya. Permintaan yang berfluktuasi
atau sulit diprediksi juga dapat mempengaruhi perencanaan
produksi dan pengendalian persediaan.
2. Ketersediaan Sumber Daya
Ketersediaan sumber daya seperti tenaga kerja, bahan baku,
peralatan, dan fasilitas produksi dapat membatasi atau memperluas
ruang lingkup manajemen produksi. Jika sumber daya terbatas,
perusahaan harus mengelola dengan hati-hati alokasi dan
penggunaannya agar dapat memenuhi kebutuhan produksi.
3. Teknologi
Kemajuan teknologi mempengaruhi ruang lingkup manajemen
produksi dengan memperkenalkan metode dan sistem baru yang
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Implementasi
teknologi seperti otomatisasi, robotika, atau sistem manufaktur
terintegrasi dapat memperluas kemampuan produksi dan
meningkatkan kualitas produk.
4. Persaingan Pasar
Tingkat persaingan dalam industri atau pasar tertentu juga
mempengaruhi ruang lingkup manajemen produksi. Persaingan
yang ketat dapat mendorong perusahaan untuk meningkatkan
efisiensi, mengurangi biaya produksi, dan meningkatkan inovasi
produk untuk tetap kompetitif.
5. Peraturan dan Kebijakan Pemerintah
Peraturan dan kebijakan pemerintah, seperti regulasi
lingkungan, standar kualitas, atau kebijakan perdagangan, dapat
mempengaruhi ruang lingkup manajemen produksi. Perusahaan
harus mematuhi regulasi yang berlaku dan memastikan bahwa
proses produksi mereka sesuai dengan standar yang ditetapkan.
6. Perubahan Teknologi dan Tren Pasar
Perubahan teknologi dan tren pasar yang cepat dapat
mempengaruhi ruang lingkup manajemen produksi. Perusahaan
12
harus dapat beradaptasi dengan perubahan ini, baik dengan
mengadopsi teknologi baru atau mengubah strategi produksi
mereka untuk memenuhi kebutuhan dan ekspektasi pasar.
7. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan seperti cuaca, kondisi geografis, atau
bencana alam dapat mempengaruhi ruang lingkup manajemen
produksi. Perusahaan harus mengantisipasi dan mengelola risiko
yang terkait dengan faktor lingkungan ini agar produksi tetap
berjalan lancar.
8. Kebutuhan Pelatihan dan Pengembangan Karyawan
Keterampilan dan pengetahuan karyawan dalam proses
produksi juga mempengaruhi ruang lingkup manajemen produksi.
Perusahaan harus memastikan bahwa karyawan memiliki
keterampilan yang diperlukan dan terus melakukan pelatihan dan
pengembangan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas produksi.
9. Faktor Ekonomi
Kondisi ekonomi, seperti inflasi, fluktuasi mata uang, atau biaya
produksi, juga dapat mempengaruhi ruang lingkup manajemen
produksi. Perusahaan harus mempertimbangkan faktor-faktor
ekonomi ini dalam perencanaan produksi dan pengambilan
keputusan strategis.
10. Kebijakan Internal Perusahaan
Kebijakan internal perusahaan, seperti kebijakan pengadaan,
kebijakan persediaan, atau kebijakan pengendalian kualitas, juga
mempengaruhi ruang lingkup manajemen produksi. Perusahaan
harus memiliki kebijakan yang jelas dan efektif untuk memastikan
kelancaran proses produksi.
Faktor-faktor ini saling berinteraksi dan saling mempengaruhi
dalam menentukan ruang lingkup manajemen produksi. Perusahaan
harus mempertimbangkan faktor-faktor ini secara holistik dan
13
melakukan penyesuaian yang diperlukan untuk mengoptimalkan proses
produksi.
14
pabrik seharusnya dilakukan perencanaan yang baik, karena
dengan pemilihan lokasi pabrik yang tidak tepat dapat
menimbulkan berbagai macam kerugian bagi perusahaan yang
bersangkutan. Sebaliknya, apabila pemilihan lokasi pabrik bisa
tepat, maka akan menunjang kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh perusahaan yang bersangkutan sehingga
untuk mendapatkan keuntungan dari perusahaan yang
bersangkutan menjadi semakin besar.
c. Perencanaan letak fasilitas
produksi Letak fasilitas produksi atau layout pabrik
merupakan suatu hal yang perlu diperhatikan, karena
mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkat produktivitas
dalam perusahaan. Penyusunan letak fasilitas produksi yang
teratur serta memenuhi persyaratan teknis yang telah
ditentukan, akan dapat menunjang adanya efisiensi kerja serta
efektivitas pelaksanaan kegiatan produksi dalam perusahaan
yang bersangkutan.
d. Perencanaan lingkungan kerja
Mengenai lingkungan kerja ini tidak boleh diabaikan pula,
karena dengan lingkungan kerja yang baik akan dapat
mendukung adanya tingkat produktivitas kerja yang tinggi
sehingga akan dapat pula meningkatkan produktivitas dari
perusahaan yang bersangkutan. Di samping itu, dengan adanya
kecocokan dari lingkungan kerja dalam perusahaan tersebut,
maka karyawan yang bekerja pada perusahaan tersebut akan
dapat bekerja dengan baik serta dalam tingkat produktivitas
yang tinggi.
e. Perencanaan standar produksi
Standar produksi ini akan merupakan hal yang sangat
penting di dalam perusahaan. Karena dengan adanya standar
produksi, dalam perusahaan, maka karyawan yang bekerja
15
dalam perusahaan tersebut akan mempunyai pegangan untuk
pelaksanaan proses produksinya, sedangkan bagi manajemen
perusahaan juga akan mempunyai beberapa kemudahan untuk
mengadakan pengendalian dari kegiatan produksi dalam
perusahaannya, baik itu merupakan pengendalian terhadap
bahan baku dan biaya produksi maupun pengendalian tenaga
kerja dan lain sebagainya.
2. Sistem Pengendalian Produk
Ruang lingkup manajemen produksi yang mencakup kegiatan-
kegiatan yang menyangkut keputusan mengenai sistem
pengendalian produksi, meliputi berikut ini:
a. Pengendalian proses produksi
Pengendalian proses produksi ini menyangkut beberapa
masalah tentang perencanaan dan pengawasan dari proses
produksi dalam suatu perusahaan. Sebagai contoh misalnya
mengenai produk apa dan berapa jumlahnya yang akan
diproduksi pada suatu periode yang akan datang, bagaimana
penyelesaian proses produksinya dan kapan proses tersebut
seharusnya sudah selesai, dan lain sebagainya.
b. Pengendalian bahan baku
Di dalam sebuah perusahaan tersedianya persediaan
bahan baku untuk keperluan proses produksi merupakan suatu
hal yang mutlak diperlukan, karena bahan baku dalam suatu
perusahaan merupakan unsur yang sangat penting dalam
perusahaan yang bersangkutan. Ketiadaan bahan baku dalam
suatu perusahaan akan berarti terhentinya proses produksi
dalam perusahaan yang bersangkutan. Sehubungan dengan
persediaan bahan baku ini, yang perlu diperhatikan bagi suatu
perusahaan adalah supaya dapat menentukan suatu jumlah
persediaan dengan tepat di samping perusahaan tersebut tidak
mengalami gangguan dalam proses produksinya karena terlalu
16
sedikitnya jumlah persediaan bahan baku, juga dapat
melakukan penghematan-penghematan dalam penyediaan
bahan baku yang dipergunakan oleh perusahaan tersebut
dengan penyediaan yang tidak terlalu kelebihan.
c. Pengendalian tenaga kerja
Dengan dilaksanakannya pengendalian tenaga kerja yang
baik dalam perusahaan tersebut, diharapkan proses produksi
dalam perusahaan yang bersangkutan dapat berjalan dengan
baik, produk perusahaan dapat dihasilkan sesuai dengan
rencana yang telah disusun baik dari segi kuantitas maupun
kualitasnya. Hal ini mengingat bahwa tenaga kerja langsung
yang benar-benar menangani pelaksanaan produksi dalam
suatu perusahaan tersebut, sehingga akan mempunyai peranan
yang cukup penting dalam penentuan baik dan buruknya
kualitas produk perusahaan yang bersangkutan.
d. Pengendalian biaya produksi
Biaya produksi yang dipergunakan dalam pelaksanaan
proses produksi suatu perusahaan haruslah direncanakan dan
dikendalikan dengan sebaikbaiknya, karena besar-kecilnya
harga produksi ini akan menentukan besarkecilnya harga pokok
produksi. Apabila biaya produksinya terlalu tinggi sebagai
akibatnya harga pokok produksi akan tinggi pula, dan
selanjutnya akan mengakibatkan pula tingginya harga pokok
penjualan. Apabila harga pokok penjualan sudah terlalu tinggi,
maka akan menimbulkan kesulitankesulitan di dalam kegiatan
pemasarannya.
e. Pengendalian kualitas
Untuk menghadapi persaingan yang semakin tajam, maka
mengenai kualitas produk mempunyai peranan yang cukup
penting di dalam rangka usaha untuk mempertahankan
kelangsungan hidup dari perusahaan yang bersangkutan.
17
Apabila berproduksi tanpa memperhatikan kualitas hasil
produksinya, akan berakibat terancamnya kehidupan
perusahaan tersebut pada masa yang akan datang.
f. Pemeliharaan
Dalam pelaksanaan operasi produksi, pemeliharaan
peralatan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dengan pelaksanaan operasi produksi tersebut. Apabila
peralatan yang dipergunakan dalam pelaksanaan operasi
produksi tidak didukung dengan usaha pemeliharaan peralatan
dengan baik, maka apabila terjadi kerusakan dari peralatan
sebagai akibatnya akan mempengaruhi pelaksanaan operasi
produksi bahkan mungkin dapat menurunkan kualitas produksi
yang dihasilkannya.
3. Sistem Informasi Produk
Ruang lingkup manajemen produksi yang mencakup kegiatan-
kegiatan yang menyangkut keputusan mengenai sistem informasi
produksi yang meliputi:
a. Struktur organisasi
Di dalam penyusunan sistem informasi produksi dalam
suatu perusahaan, terlebih dahulu perlu diketahui mengenai
struktur organisasi yang dipergunakan oleh perusahaan. Apabila
struktur organisasi dalam perusahaan tersebut sudah diketahui,
maka sistem informasi produksi dalam perusahaan tersebut
akan dapat disusun dengan memperhatikan apakah
perusahaan tersebut merupakan suatu perusahaan yang
berproduksi untuk pasar ataukah perusahaan yang berproduksi
untuk kebutuhan pesanan/ pemesan.
b. Berproduksi atas dasar pesanan
Pada perusahaan yang berproduksi atas dasar pesanan,
maka kegiatan produksinya baru akan dilaksanakan apabila
terdapat pesanan yang masuk. Dengan demikian informasi dari
18
pesan yang masuk sampai dengan pelaksanaan produksi dalam
perusahaan tersebut perlu diatur sedemikian rupa, sehingga
semua bagian yang terlibat dengan pesanan tersebut dapat
mengetahuinya dengan pasti serta dalam waktu yang cepat.
c. Produksi untuk pasar
Berproduksi untuk pemenuhan kebutuhan pasar akan
mempunyai sifat yang berbeda apabila dibandingkan dengan
berproduksi untuk pesanan. Penentuan pelaksanaan kegiatan
produksi pada perusahaan yang berproduksi untuk pasar
ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan dalam
perusahaan yang bersangkutan, yaitu berdasarkan pengalaman
penjualan dan hasil analisis data lain yang dipergunakan untuk
penyusunan ramalan penjualan perusahaan. Jadi penentuan
kegiatan produksinya didasarkan atas perencanaan produksi
yang disusun berdasarkan ramalan penjualan perusahaan.
19
BAB II
A. Pengertian Produksi
Produksi adalah proses atau kegiatan untuk menciptakan barang atau
jasa yang memenuhi kebutuhan atau keinginan manusia. Produksi adalah
kegiatan yang dilakukan manusia dalam menghasilkan suatau produk baik
barang maupun jasa yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen. Pada
saat kebutuhan manusia masih sedikit dan sederhana, kegiatan produksi
dan konsumsi sering dilakukan sendiri, yaitu seorang memproduksi untuk
memenuhi kebutuhanya sendiri. Namun seiring dengan semakin
beragamnya kebutuhan dan keterbatasan sumber daya maka seorang
tidak dapat lagi memproduksi barang sendiri dan jasa yang dibutuhkan,
sehingga dia membutuhkan pihak lain untuk memproduksi apa yang
menjadi kebutuhanya tersebut.
Produksi dalam istilah konvesional adalah mengubah sumbersumber
dasar ke dalam barang jadi, atau proses dimana input diolah menjadi
output. Produksi merupakan kegiatan menciptakan kekayaan dengan
pemanfaatan sumber alam oleh manusia.
Beberapa ahli mendefinisikan yang berbeda mengenai pengertian
produksi, meskipun substansinya sama, berikut pengertian produksi
menurut para ekonomi konteporer :
1. Menurut Richard G.Lipser
Sebagaiamana dikutip oleh Rustam Effendi bahwa prodksi
merupakan tindakan dalam membuat komoditi, barang-barang dan
jasa.
2. Menurut Adi Waman Karin
Produksi adala sebuah proses yang telah terlahir dimuka bumi ini
smenjak manusia menghuni planet ini. Produksi sangat berkaitan bagi
kelangsungan hidup dan juga pendapatan manusia dan bumi.
20
Sesungguhnya produksi lahir dan tumbuh dari menyatakan manusia
dengan alam.
3. Menurut Vincent Gaspersz (2004)
Produksi adalah fungsi utama dalam berorganisasi, yang di
dalamnya mengandung unsur aktivitas meningkatkan nilai jual dalam
produk, sehingga secara umumnya produksi adalah peningkatkan hasil
dari apa yang telah di capai.
4. Menurut Miller (2000:295)
Bahwa pengertian produksi adalah sebagai berikut :“Produksi
adalah sebagai penggunaan atau sumber daya yang mengubah suatu
komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama”.Sedangkan pengertian
produksi menurut Sugianto dan kawan-kawan (2000:314) bahwa
:“Produksi adalah sejumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapat
sejumlah input yaitu secara akuntansi sama dengan jumlah uang keluar
yang dicatat”.
5. Menurut Ahyari(2000:37)
Produksi adalah kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan
manfaat atau terciptanya faedah baru dimana kegiatan ini dapat terdiri
dari penambahan manfaat bentuk,waktu dan tempat.
6. Heizer dan Reider (2001:2)
Produksi adalah penciptaan barang dan jasa sedang operasi adalah
serangkaian kegiatan membuat barang dan jasa melalui perubahan dari
masukan menjadi pengeluaran.
Manusia merupakan kesatuan dua unsur pokok yang tidak dapat
disiplinkan yaitu jasmani dan rohani. Manusia untuk mempertahankan
hidup membutuhkan makan, minum, pakaian dan perlindungan. Sehingga
manusia diwajibkan untuk berproduksi dan bekerja agar kebutuhan akan
dua unsur pokok terpenuhi.
Menciptakan kegiatan yang menghasilkan kemanfatan barang atau
jasa adalah bentuk dari memproduksi, sedangkan memproduksi adalah
21
bagian dari bekerja yang merupakan bagaian dari ibadah dan jihad jika
sang pekerja bersikap konsisten terhadap aturan Allah.
Dengan menekan bahwa kegiatan produksi merupakan kegiatan yang
sanagat penting kedudukanya dalam perusahaan, tidaklah berarti bahwa
peranan kegiatan lain hanya merupakan kegiatan yang mempunya
kedudukan yang sekunder atau kurang penting. Dan sebaliknya yang
benar kegiatan lainya bermutu tinggi, dihasilkan secara efesien dan
dengan biaya yang bersaing, dan berpenampilan yang sesuai dengan
secara masyarakat. Meciptakan hal ini bukan terbatas pada fungsi
produksi dan operasi. Tenaga kerja yang berdedikasi, manajemen yang
baik dan efesien, aliran dana yang cukup, program pemasaran yang baik
dan berbagai kegiatan lain yang penting perananya dalam mewujudkan
barang yang bermutu, disukai masyarakat dan dijual pada harga yang
bersaing
Kegiatan produksi dikelola oleh bagaian atau departemen produksi
dan operasi. Dengan demikan hal-hal yang berkaitan dengan pengurusan
(pengelolaan) kegiatan memproduksi digolongkan sebagai manajemen
produksi dan operasi. Hal ini yang berhubungan dengan usaha
mentransformasikan sesuatu barang menjadi barang yang lain merupakan
tanggung jawab dari manajemen. Tanggung jawab tersebut merancang
dan melaksanakan proses transformasi atau dari kemampuanya untuk
menciptakan barang dan jasa yang bermutu, meminimumkan biaya
produksi dan dalam jangka panjang mampu mengembangkan barang dan
jasa sesuai dengan perkembangan selerasi konsumen.
22
dihasilkan, kualitas produk yang diisyaratkan dan peralatan yang tersedia
untuk melaksanakan proses.
1. Jenis proses produksi ditinjau dari segi wujud proses produksi :
a. Proses produksi kimiawi
Proses produksi kimiawi merupakan suatu proses produksi yang
menitikberatkan kepada adanya proses analisa atau sintesa serta
senyawa kimia. Contoh perusahaan obat-obatan, perusahaan
tambang minyak dan lain-lain.
b. Proses produksi perubahan bentuk
Proses perubahan bentuk adalah proses produksi dimana dalam
pelaksanaannya menitik beratkan pada perubahan masukan (input)
menjadi keluaran (output) sehingga didapatkan penambahan
manfaat atau faedah dari barang tersebut. Contohnya perusahaan
mebel, perusahaan garmen dan lain-lain.
c. Proses produksi assembling
Proses produksi assembling merupakan suatu proses produksi
yang dalam pelaksanaan produksinya lebih mengutamakan pada
proses penggabungan dari komponen-komponen produk dalam
perusahaan yang bersangkutan atau membeli komponen produk
yang dibeli dari perusahaan lain. Contohnya perusahaan yang
memproduksi peralatan elektronika, perakitan mobil dan lain
sebagainya.
d. Proses produksi transportasi
Proses produksi transportasi merupakan suatu proses produksi
dengan jalan menciptakan jasa pemindahan tempat dari barang
ataupun manusia. Dengan adanya pemindahan tempat tersebut
maka barang atau manusia yang bersangkutan ini akan mempunyai
kegunaan atau merasakan adanya tambahan manfaat. Contohnya
perusahaan keretaapi, perusahaan angkutan dan lain-lain.
23
e. Proses produksi penciptaan jasa administrasi
Proses produksi penciptaan jasa administrasi adalah suatu
proses produksi yang memberikan jasa administrasi kepada
perusahaan-perusahaan yang lain atau lembaga-lembaga yang
memerlukannya. Pemberian metode penyusunan, penyimpanan dan
penyajian data serta informasi yang diperlukan oleh masingmasing
perusahaan yang memerlukannya merupakan jasa yang diproduksi
oleh perusahaan-perusahaan semacam ini. contohnya lembaga
konsultan manajemen dan akuntansi, biro konsultan manajemen,
dan lain-lain.
2. Jenis proses produksi ditinjau dari segi arus proses Produksi
a. Proses produksi terus-menerus (continuous processes)
Proses produksi terus-menerus adalah proses produksi yang
mempunyai pola atau urutan yang selalu sama dalam
pelaksanaan proses produksi di dalam perusahaan.
Ciri-ciri :
1) Produk yang dihasilkan dalam jumlah yang besar dan sudah
distandarisasikan dengan variasi yang sangat kecil.
2) Proses yang digunakan dengan cara penyusunan peralatan
berdasarkan urutan pengerjaan dari produk yang dihasilkan.
3) Menggunakan mesin-mesin yang bersifat khusus yang sesuai
dengan produk yang dibuat.
4) Karena mesin-mesin yang dipakai bersifat khusus dan otomatis,
maka pengaruh individual operator terhadap produk yang
dihasilkan kecil. Sehingga operator tidak perlu mempunyai
keahlian yang tinggi untuk pengerjaan produk.
5) Apabila terjadi salah satu mesin terhenti atau rusak, maka
seluruh proses produksi akan terhenti.
6) Karena mesin-mesin bersifat khusus maka proses dan variasi
produknya kecil maka job strukturnya sedikit dan jumlah tenaga
kerjanya tidak terlalu banya.
24
7) Persediaan bahan mentah dan bahan dalam proses adalah
lebih rendah dari pada intermitten prosess manifacturing.
8) Karena mesin-mesin bersifat khusus maka proses
membutuhkan maintenance specialist yang mempunyai
pengetahuan dan pengalaman banyak.
9) Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling
yang fixed yang menggunakan tenaga mesi seperti ban
berjalan.
Kebaikan:
1) Biaya per unit rendah bila produk dalam volume yang besar dan
distandarisasi.
2) Pemborosan dapatdi perkecil karena menggunakan tenaga
mesin.
3) Biaya tenaga kerja rendah.
4) Biaya pemindahan bahan di pabrik rendah karena jaraknya
lebih pendek.
Kekurangan:
1) Terdapat kesulitan dalam perubahan produk.
2) Proses produksi mudah terhenti yang menyebabkan kemacetan
seluruh proses produksi.
3) Terdapat kesulitan menghadapi perubahan tingkat permintaan.
b. Proses produksi terputus-putus (intermitten processes)
Proses produksi terputus-putus adalah suatu proses produksi
dimana arus proses yang ada dalam perusahaan tidak selalu sama.
Ciri-ciri:
1) Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sangat
kecil dengan variasi yang sangat besar dan didsarkan atas
pesanan
2) Proses yang seperti ini biasanya menggunakan system, atau
cara penyusunan peralatan berdasarkan atas fungsi dalam
proses produksi atau peralatan yang sama dikelompokkan pada
25
tempat yang sama, yang disebut dengan prosess lay out atau
departmentation by equipment.
3) Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi adalah mesin-
mesin yang bersifat umum yang dapat digunakan untuk
menghasilkan bermacam-macam produk dengan variasi yang
sama, mesin dikenal dengan nama General Purpose Machine.
4) Karena mesin bersifat umum dan biasanya kurang otomatis
maka pengaruh individu operator terhadap produk yang
dihasilkan sangat besar, sehingga operatornya perlu
mempunyai keahlian yang tinggi dalam mengerjakan produk.
5) Proses produksi tidak mudah/akan terhenti walaupun terjadi
kerusakan salah satu mesin.
6) Karena mesin-mesin bersifat umum dan variasi produk nya
besar, maka terhadap pekerjaan yang bermacam-macam
menimbulkan pengawasan.
7) Persediaan bahan mentah tinggi, karena tidak dapat ditentukan
pesanan apa yang akan dipesan pembelidan juga persediaan
dalam proses lebih tinggi dari pada continous prosess
manufacturing, karena prosesnya terputus.
8) Biasanya bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang
dapat fleksibel yang menggunakan tenaga manusia.
9) Dalam proses sering dilakukan pemindahan barang yang bolak-
balik sehingga perlu adanya ruang gerakyang besar dan ruang
tempat bahanbahan dalam proses yang besar.
Kelebihan:
Fleksibilitas yang tinggi dalam menghadapi perubahan produk
yang berhubungan dengan mesin bersifat umum yaitu system
pemindahan menggunakan tenaga manusia, diperoleh
penghematan uang dalam investasi mesin yang bersifat umum
dan proses produksi tidak mudah terhenti, walaupun ada
kerusakan disalah satu mesin.
26
Kekurangan:
1) Dibutuhkan scheduling dan routing yang banyak karena produk
berbeda tergantung pemesanan.
2) Pengawasan produksi sangat sukar dilakukan.
3) Persediaan bahan mentah dan bahan dalam proses cukup
besar.
27
6. Keselamatan
Memastikan bahwa lingkungan kerja aman bagi para pekerja dan
produk yang dihasilkan aman digunakan oleh konsumen.
7. Keberlanjutan
Mengintegrasikan praktik ramah lingkungan dalam proses
produksi untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
8. Inovasi
Mendorong pengembangan produk baru, proses baru, atau
teknologi baru untuk meningkatkan daya saing perusahaan dan
memenuhi kebutuhan pasar yang berkembang.
Dengan mencapai tujuan-tujuan ini, perusahaan dapat memperoleh
keunggulan kompetitif, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan mencapai
pertumbuhan yang berkelanjutan.
28
Cara kerja yang dipilih, alur produksi, dan prosedur operasional
memengaruhi efisiensi dan kualitas produksi.
6. Manajemen Produksi
Perencanaan produksi, pengawasan, dan pengaturan inventaris
merupakan faktor penting dalam memastikan kelancaran dan efisiensi
proses produksi.
7. Lokasi dan Tata Letak
Lokasi pabrik atau fasilitas produksi serta tata letak mesin dan area
kerja dapat memengaruhi efisiensi transportasi, penggunaan ruang,
dan logistik produksi.
8. Peraturan dan Kebijakan
Kebijakan pemerintah, peraturan lingkungan, dan standar
keselamatan kerja memengaruhi operasi dan biaya produksi.
9. Kapasitas Produksi
Kapasitas maksimum produksi yang dapat dicapai dalam suatu
periode waktu mempengaruhi perencanaan produksi dan pengelolaan
permintaan.
10. Kualitas dan Inovasi Produk
Fokus pada kualitas produk dan inovasi dapat membedakan
produk dari pesaing, mempengaruhi citra merek, dan kepuasan
pelanggan.
Faktor-faktor ini saling terkait dan perlu dipertimbangkan secara
holistik dalam perencanaan dan pengelolaan proses produksi.
29
2. Pengadaan Bahan Baku
Bahan baku yang diperlukan untuk produksi harus diperoleh dari
pemasok.
3. Penyimpanan Bahan Baku
Bahan baku disimpan dalam gudang atau tempat penyimpanan
yang sesuai untuk menghindari kerusakan atau kehilangan.
4. Pengolahan
Proses transformasi bahan baku menjadi produk jadi melalui
serangkaian langkah seperti pemotongan, pemrosesan, perakitan, atau
pembuatan.
5. Pengujian Kualitas
Setelah produk jadi dibuat, biasanya dilakukan pengujian kualitas
untuk memastikan produk memenuhi standar yang ditetapkan.
6. Pengemasan
Produk yang telah lolos pengujian kualitas dikemas dengan
menggunakan kemasan yang sesuai untuk melindungi produk dan
memudahkan distribusi.
7. Penyimpanan Produk Jadi
Produk jadi disimpan dalam gudang atau fasilitas penyimpanan
sampai siap untuk dikirim ke pelanggan.
8. Distribusi
Produk jadi didistribusikan ke pelanggan melalui jalur distribusi yang
telah ditentukan.
9. Pelayanan Pelanggan
Setelah produk mencapai pelanggan, pelayanan pelanggan yang
baik dilakukan untuk menjaga kepuasan pelanggan dan membangun
hubungan jangka panjang.
10. Evaluasi dan Perbaikan
Proses produksi dievaluasi secara berkala untuk mengidentifikasi
area yang dapat ditingkatkan atau diperbaiki. Langkah-langkah ini
30
dapat disesuaikan dan disesuaikan sesuai dengan kebutuhan dan jenis
produk yang diproduksi.
31
G. Langkah-Langkah Dalam Menetapkan Standar Waktu Proses
Berikut adalah langkah-langkah umum dalam menetapkan standar
waktu proses:
1. Identifikasi Proses
Tentukan proses atau tugas yang akan dianalisis untuk menetapkan
standar waktu. Pastikan untuk memahami dengan jelas langkah-
langkah yang terlibat dalam proses tersebut.
2. Observasi dan Pengumpulan Data
Amati proses secara langsung atau kumpulkan data terkait dari
proses tersebut. Catat waktu yang diperlukan untuk setiap langkah
dalam proses tersebut.
3. Analisis Data
Evaluasi data yang dikumpulkan untuk mengidentifikasi pola,
variasi, atau hambatan yang mungkin mempengaruhi waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan proses.
4. Identifikasi Waktu Optimal
Tentukan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap
langkah proses dengan efisiensi tertinggi. Ini mungkin melibatkan
mengidentifikasi waktu terpendek yang mungkin dicapai dengan kondisi
kerja yang optimal.
5. Hitung Total Waktu Proses
Jumlahkan waktu yang dibutuhkan untuk setiap langkah dalam
proses untuk menentukan total waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan proses dari awal hingga akhir.
6. Verifikasi dan Uji
Uji standar waktu yang ditetapkan dengan melakukan percobaan
nyata atau simulasi proses untuk memastikan bahwa waktu yang
ditetapkan realistis dan dapat dicapai dalam kondisi operasional.
32
7. Dokumentasikan Standar Waktu
Catat standar waktu yang telah ditetapkan secara jelas dan rinci
dalam dokumen yang sesuai. Pastikan untuk mengkomunikasikan
standar waktu kepada semua pihak yang terlibat dalam proses
tersebut.
8. Evaluasi dan Penyesuaian
Lakukan evaluasi berkala terhadap standar waktu yang ditetapkan
untuk memastikan bahwa masih relevan dan efektif. Sesuaikan standar
waktu jika diperlukan berdasarkan perubahan dalam proses atau
kondisi operasional.
33
I. Persyaratan Produksi
Persyaratan produksi dapat bervariasi tergantung pada jenis produk
dan industri yang terlibat. Namun, beberapa persyaratan umum termasuk:
1. Bahan baku
Memastikan ketersediaan dan kualitas bahan baku yang diperlukan
untuk produksi.
2. Tenaga kerja
Memiliki tim yang terampil dan terlatih untuk menjalankan proses
produksi.
3. Fasilitas produksi
Memiliki fasilitas yang memadai dan sesuai dengan standar untuk
memproduksi barang atau layanan.
4. Perizinan dan regulasi:
Mematuhi semua peraturan pemerintah dan perizinan yang
berlaku untuk industri tersebut.
5. Standar kualitas
Memastikan produk memenuhi standar kualitas yang ditetapkan
sebelumnya.
6. Proses produksi
Menetapkan proses produksi yang efisien dan efektif untuk
mencapai hasil yang diinginkan.
7. Pengendalian biaya
Mengelola biaya produksi agar tetap terkendali dan menguntungkan.
8. Pemeliharaan peralatan
Merawat dan memelihara peralatan produksi agar tetap beroperasi
secara optimal.
9. Pengelolaan risiko
Mengidentifikasi dan mengelola risiko yang terkait dengan produksi,
seperti gangguan pasokan atau perubahan permintaan pasar.
34
Memastikan semua persyaratan ini terpenuhi akan membantu dalam
mencapai hasil produksi yang sukses dan memuaskan.
J. Hasil Produksi
Hasil dari proses produksi dapat bervariasi tergantung pada jenis
industri dan produk yang diproduksi. Secara umum, hasil dari proses
produksi bisa berupa barang jadi, komponen, bahan baku yang telah
diolah, atau layanan yang disediakan. Contoh hasil dari proses produksi
antara lain:
1. Barang Jadi
Produk yang telah melalui seluruh tahap produksi dan siap untuk
dikirim ke pasar atau konsumen akhir, seperti mobil, pakaian jadi,
perangkat elektronik, dll.
2. Komponen
Bagian-bagian yang digunakan dalam perakitan produk akhir,
misalnya, mesin, rangkaian elektronik, atau bahan kimia yang
digunakan dalam produksi lainnya.
3. Bahan Baku yang Telah Diproses
Bahan mentah yang telah melalui tahap awal pengolahan atau
penyediaan untuk digunakan dalam proses produksi berikutnya, seperti
kain yang telah dicat atau logam yang telah dilebur.
4. Layanan
Hasil dari proses produksi juga dapat berupa layanan, seperti
layanan konsultasi, perbaikan, atau pendidikan.
Hasil dari proses produksi sangat penting karena merupakan produk
akhir yang akan memenuhi kebutuhan atau keinginan konsumen serta
menjadi sumber pendapatan bagi perusahaan. Oleh karena itu, penting
bagi perusahaan untuk memastikan bahwa hasil produksi mereka memiliki
kualitas yang baik, sesuai dengan standar yang ditetapkan, dan
memenuhi ekspektasi pelanggan.
35
BAB III
POLA DAN SISTEM PRODUKSI
36
pola produksi, perusahaan dapat meningkatkan efisiensi, mengurangi
biaya produksi, dan tetap bersaing dalam pasar yang dinamis. Dalam
esensi, konsep pola produksi memberikan pandangan holistik tentang
bagaimana suatu produk atau layanan dihasilkan dan didistribusikan
dalam rangka mencapai keberhasilan bisnis.
Penting untuk menyoroti bahwa pola produksi tidak hanya terkait
dengan langkah-langkah konkret dalam suatu proses, tetapi juga
mencakup waktu, frekuensi, dan interaksi antar elemen produksi.
Beberapa pola dapat bersifat musiman, terkait dengan tren pasar atau
peristiwa musiman tertentu, sementara yang lain mungkin berfokus
pada inovasi teknologi atau perubahan dalam preferensi konsumen.
Dalam hal ini, adaptabilitas terhadap perubahan pola produksi menjadi
kunci untuk menjaga daya saing perusahaan dalam industri yang
dinamis.
Pola produksi juga berkaitan erat dengan konsep efisiensi dalam
suatu proses bisnis. Dengan mengidentifikasi dan memahami pola
produksi yang efisien, perusahaan dapat mengurangi pemborosan
waktu, tenaga, dan bahan baku. Konsep efisiensi ini tidak hanya
mencakup penghematan biaya, tetapi juga menciptakan lingkungan
produksi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Selain itu, pola
produksi juga mencerminkan integrasi teknologi dalam proses produksi.
Dalam era industri 4.0, teknologi seperti sensor pintar,
otomatisasi, dan analisis data memainkan peran penting dalam
membentuk pola produksi yang canggih dan responsif. Perusahaan
yang berhasil mengadopsi teknologi ini dalam pola produksinya dapat
mengoptimalkan kinerja operasional, meningkatkan kualitas produk,
dan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan.
Namun, tidak dapat diabaikan bahwa terdapat tantangan dalam
mengelola pola produksi. Perubahan mendadak dalam kebutuhan
pasar, gangguan pasokan, atau bahkan masalah internal seperti konflik
tenaga kerja dapat mengubah pola produksi secara signifikan. Oleh
37
karena itu, strategi manajemen risiko dan rencana kontinjensi menjadi
penting dalam menjaga stabilitas dan ketangguhan pola produksi.
Pada akhirnya, pemahaman terhadap pola produksi bukan hanya
tanggung jawab departemen produksi semata, tetapi juga menjadi
perhatian seluruh organisasi. Pekerjaan tim lintas departemen dalam
memonitor dan menganalisis pola produksi dapat membantu
perusahaan untuk tetap adaptif dan proaktif dalam menghadapi
perubahan kondisi pasar. Dengan memahami pengertian pola produksi
secara holistik, perusahaan dapat memanfaatkan wawasan ini untuk
mengembangkan strategi yang terarah dan responsif. Dalam dunia
yang terus berubah, kemampuan untuk membaca dan mengelola pola
produksi bukan hanya menjadi keunggulan kompetitif, tetapi juga
menjadi kunci untuk kelangsungan dan kesuksesan jangka panjang
suatu perusahaan.
38
spesifik yang bersifat satu kali. Setiap produk dianggap sebagai proyek
yang memerlukan rencana dan pendekatan khusus. Meskipun
memberikan fleksibilitas penuh untuk produk-produk yang inovatif, pola
ini sering memerlukan pengelolaan sumber daya dan waktu yang lebih
besar.
Pemilihan tipe pola produksi ini sangat tergantung pada kebutuhan
dan karakteristik perusahaan, termasuk jenis produk yang dihasilkan,
skala produksi, dan fleksibilitas yang dibutuhkan untuk merespons
perubahan pasar. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang
setiap tipe pola produksi menjadi kunci untuk mengoptimalkan efisiensi
dan daya saing perusahaan di tengah persaingan industri yang ketat.
Adapun macam-macam tipe pola produksi yaitu :
1. Pola Produksi Linier: Pola produksi linier adalah tipe pola yang
menggambarkan alur kerja yang berlangsung secara terus-menerus
dan stabil. Proses produksi dilakukan secara berurutan tanpa
adanya perubahan signifikan. Ini sering ditemukan dalam produksi
massal, di mana produk dihasilkan dalam jumlah besar dengan
kebutuhan yang relatif konstan.
2. Pola Produksi Batch: Dalam pola produksi batch, produk diproduksi
dalam jumlah yang lebih kecil dalam satu waktu, kemudian
dilanjutkan dengan produk lainnya. Setiap batch dapat memiliki
karakteristik atau spesifikasi yang sedikit berbeda. Pola ini
memungkinkan lebih fleksibilitas dalam mengatasi variasi
permintaan pasar.
3. Pola Produksi Jarak Panjang (Discontinuous): Pola ini melibatkan
produksi yang terjadi dalam periode tertentu dengan jeda waktu
yang cukup panjang antara satu periode produksi dengan periode
berikutnya. Pada saat produksi aktif, biasanya dilakukan dalam
volume besar.
4. Pola Produksi Custom (Produksi Pesanan): Dalam pola produksi
custom, produk diproduksi berdasarkan pesanan spesifik dari
39
pelanggan. Ini umumnya terjadi dalam industri pembuatan produk
yang unik atau spesial, seperti produk custom-made atau pesanan
desain khusus.
5. Pola Produksi Just-In-Time (JIT): Pola produksi Just-In-Time
menekankan produksi barang atau layanan sesuai dengan
permintaan pelanggan tanpa menyimpan inventaris berlebih. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi biaya penyimpanan dan meminimalkan
pemborosan, sehingga produksi dilakukan hanya pada saat
diperlukan.
6. Pola Produksi Kanban: Sistem produksi Kanban melibatkan
penggunaan kartu (kanban) untuk mengontrol aliran produksi.
Setiap kartu mewakili tugas atau jenis produk tertentu. Saat suatu
tahap produksi selesai, kartu dipindahkan ke tahap berikutnya,
memicu permintaan untuk memulai produksi.
Memahami berbagai tipe pola produksi ini memberikan wawasan
yang lebih baik kepada perusahaan untuk memilih strategi produksi
yang sesuai dengan karakteristik produk, permintaan pasar, dan
sumber daya yang tersedia. Setiap tipe pola produksi memiliki
kelebihan dan kelemahan tersendiri, dan pemilihan tipe yang tepat
dapat berkontribusi pada kesuksesan operasional perusahaan.
40
tepat. Keberhasilan sistem produksi juga bergantung pada integrasi
yang efektif antara elemen teknologi dan manajerial. Dengan demikian,
sistem produksi menjadi fondasi untuk mencapai efisiensi, kualitas,
dan ketangguhan dalam lingkungan operasional suatu perusahaan.
Integrasi antara teknologi dan manajemen operasional
membentuk landasan kuat untuk mencapai tujuan sistem produksi.
Perangkat keras, seperti mesin dan peralatan produksi, mendukung
pelaksanaan tugas-tugas fisik dalam proses produksi. Sementara itu,
perangkat lunak, seperti sistem perencanaan sumber daya
perusahaan (ERP) dan perangkat lunak manufaktur,
mengkoordinasikan informasi dan memfasilitasi komunikasi
antarbagian.
Sistem kontrol otomatis memiliki peran penting dalam
meningkatkan efisiensi dan konsistensi produksi. Automatisasi proses
produksi dapat mengurangi ketergantungan pada pekerja manusia
untuk tugas-tugas rutin, meminimalkan kesalahan, dan meningkatkan
kecepatan produksi. Sistem kontrol otomatis juga dapat memberikan
respons cepat terhadap perubahan dalam kondisi operasional.
Manajemen operasional, di sisi lain, berkaitan dengan
perencanaan strategis untuk mencapai tujuan jangka panjang
perusahaan. Ini mencakup perencanaan kapasitas, perencanaan
kebutuhan material, serta perencanaan produksi dan distribusi. Melalui
pengawasan yang cermat, manajemen operasional dapat
mengidentifikasi potensi masalah dan mengambil tindakan korektif
sebelum memengaruhi produksi secara keseluruhan.
Pentingnya analisis data dalam sistem produksi tidak dapat
diabaikan. Data mengenai kinerja produksi, waktu siklus, dan kualitas
produk memberikan wawasan kritis untuk pengambilan keputusan
yang efektif. Dengan menerapkan analisis data yang canggih,
perusahaan dapat mengidentifikasi tren, memprediksi kebutuhan, dan
mengoptimalkan proses produksi.
41
Dalam konteks ini, keberhasilan sistem produksi terletak pada
kemampuannya untuk beradaptasi dengan perubahan dan inovasi.
Fleksibilitas sistem produksi memungkinkan perusahaan untuk
merespons perubahan permintaan pasar, teknologi baru, atau faktor-
faktor lain yang dapat memengaruhi operasional. Dengan demikian,
sistem produksi yang efektif dan terintegrasi menjadi kunci untuk
mencapai daya saing dan keberlanjutan jangka panjang dalam dunia
bisnis yang dinamis.
Dalam konteks globalisasi dan persaingan yang semakin ketat,
sistem produksi juga harus memperhitungkan aspek keberlanjutan.
Keberlanjutan dalam sistem produksi melibatkan penggunaan sumber
daya yang bijaksana, pengelolaan limbah yang efisien, dan
pengurangan dampak lingkungan. Penerapan praktik-produksi
berkelanjutan dapat mencakup penggunaan teknologi ramah
lingkungan, pemanfaatan energi terbarukan, dan perhatian terhadap
siklus hidup produk.
Manajemen rantai pasokan (supply chain management)
memainkan peran yang signifikan dalam integrasi sistem produksi
secara keseluruhan. Pengelolaan yang efektif dari rantai pasokan,
mulai dari pemasok hingga pelanggan, memastikan kelancaran arus
material dan informasi. Strategi keterlibatan pemasok, sistem
pengelolaan inventaris yang efisien, dan pendekatan kolaboratif
dengan mitra bisnis dapat meningkatkan kinerja keseluruhan sistem
produksi.
Ketika teknologi terus berkembang, sistem produksi harus tetap
relevan dengan mengadopsi inovasi baru. Internet of Things (IoT),
kecerdasan buatan (AI), dan analisis data canggih dapat memperkuat
sistem produksi dengan memberikan informasi real-time,
meningkatkan otomatisasi, dan memungkinkan pengambilan
keputusan yang lebih tepat.
42
Faktor manusia juga merupakan bagian integral dari sistem
produksi. Pelatihan karyawan, motivasi, dan keterlibatan mereka dalam
proses produksi dapat memengaruhi efisiensi dan kualitas. Oleh
karena itu, manajemen sumber daya manusia yang baik adalah unsur
krusial dalam merancang sistem produksi yang sukses. Dengan
mengintegrasikan semua aspek ini, perusahaan dapat mencapai
tujuan produksi dengan lebih efisien, meningkatkan daya saing, dan
menjawab tantangan yang terus berkembang dalam lingkungan bisnis
global. Sistem produksi yang baik dirancang dan terus ditingkatkan
akan menjadi landasan yang kokoh untuk kesuksesan perusahaan
dalam mencapai tujuan jangka panjangnya.
Mengelola risiko merupakan aspek penting dalam sistem
produksi. Perubahan dalam kondisi pasar, bencana alam, atau
masalah dalam rantai pasokan dapat memberikan dampak signifikan
terhadap produksi. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengidentifikasi
potensi risiko, merancang strategi mitigasi, dan merencanakan solusi
kontingensi untuk menjaga kelancaran operasional.
Keterlibatan dan partisipasi karyawan dalam pengambilan
keputusan dan perbaikan proses juga dapat memperkuat sistem
produksi. Tim kerja yang terlatih dengan baik dan memiliki peran aktif
dalam menemukan solusi untuk meningkatkan efisiensi produksi dapat
menciptakan lingkungan kerja yang produktif dan kreatif.
Banyak berarti bagi perusahaan yang bersangkutan. Tanpa
adanya masukan untuk sistem produksi, akan berakibat bahwa sistem
produksi dalam perusahaan tersebut tidak akan berfungsi
sebagaimana direncanakan semula, bahkan dapat berarti dalam pabrik
tersebut tidak akan berproduksi sehingga terjadi pengangguran dari
peralatan-peralatan yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan.
Demikian pula kalau sampai terjadi keluaran dari sistem produksi
dalam perusahaan tersebut tidak dapat dipasarkan atau dimanfaatkan,
maka berarti sistem produksi itupun menjadi kurang berfungsi dalam
43
perusahaan tersebut. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan
bahwa antara masukan sistem produksi, sistem produksinya sendiri
serta keluaran dari sistem produksi yang ada dalam perusahaan
tersebut tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lainnya.
44
persediaan, dan perhitungan kapasitas untuk memastikan produksi
berjalan sesuai target.
2. Proses Produksi: Proses produksi merinci langkah-langkah konkrit
yang terlibat dalam mengubah bahan baku menjadi produk jadi. Hal
ini mencakup pemilihan teknologi, metode produksi, dan
pengaturan alur kerja. Pemahaman yang mendalam terhadap
proses produksi memungkinkan perusahaan untuk mengoptimalkan
efisiensi dan mengidentifikasi area-area yang dapat ditingkatkan.
3. Manajemen Kualitas: Ruang lingkup produksi tak dapat dipisahkan
dari manajemen kualitas. Pengendalian kualitas di setiap tahap
produksi menjadi penting untuk memastikan produk atau layanan
memenuhi standar yang ditetapkan. Ini melibatkan pengawasan
ketat, pengujian produk, dan implementasi praktik kualitas yang
berkelanjutan.
4. Teknologi dan Otomatisasi: Integrasi teknologi dan otomatisasi
adalah bagian penting dari ruang lingkup produksi modern.
Penerapan teknologi seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan
buatan (AI), dan otomatisasi proses memungkinkan perusahaan
untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi kesalahan, dan
meningkatkan responsibilitas produksi.
5. Manajemen Rantai Pasokan: Ruang lingkup produksi juga
mencakup manajemen rantai pasokan. Pengelolaan yang efektif
dari pemasok, distribusi, dan logistik menjadi kunci dalam
memastikan kelancaran aliran material dan informasi dari awal
hingga akhir proses produksi.
6. Pengukuran Kinerja: Evaluasi kinerja produksi melibatkan
penetapan dan pemantauan Key Performance Indicators (KPIs).
Dengan mengukur faktor-faktor seperti waktu siklus, produktivitas,
dan tingkat kepuasan pelanggan, perusahaan dapat mengevaluasi
efektivitas sistem produksi mereka.
45
7. Keberlanjutan dan Lingkungan: Dalam ruang lingkup produksi,
keberlanjutan dan perhatian terhadap dampak lingkungan semakin
penting. Meminimalkan limbah, mengadopsi praktik-produksi hijau,
dan mempertimbangkan siklus hidup produk merupakan bagian
integral dari strategi produksi yang bertanggung jawab.
Meninjau ruang lingkup produksi secara menyeluruh
memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi peluang perbaikan,
mengatasi tantangan, dan memastikan keselarasan dengan tujuan
strategis perusahaan. Dengan memahami elemen-elemen ini,
perusahaan dapat mencapai operasional yang lebih efisien dan adaptif
dalam menghadapi dinamika pasar.
Ruang lingkup produksi melibatkan serangkaian elemen yang
mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian proses
produksi dalam suatu perusahaan. Perencanaan produksi menjadi
langkah awal yang krusial, yang mencakup penetapan tujuan, alokasi
sumber daya, dan strategi produksi untuk memastikan ketercapaian
target yang diinginkan. Tahap ini melibatkan pengaturan jadwal,
manajemen persediaan, dan perhitungan kapasitas agar produksi
berlangsung sesuai rencana.
Proses produksi merinci langkah-langkah konkret yang terlibat
dalam mengubah bahan baku menjadi produk jadi. Dari pemilihan
teknologi hingga pengaturan alur kerja, pemahaman mendalam
tentang proses produksi memungkinkan perusahaan untuk
mengoptimalkan efisiensi dan mengidentifikasi potensi perbaikan.
Proses produksi juga mencakup kontrol kualitas yang ketat untuk
memastikan bahwa produk yang dihasilkan memenuhi standar yang
ditetapkan.
Manajemen kualitas menjadi aspek penting dalam ruang lingkup
produksi. Ini melibatkan pengawasan ketat, pengujian produk, dan
penerapan praktik kualitas yang berkelanjutan. Fokus pada
manajemen kualitas membantu perusahaan memitigasi risiko cacat
46
produk, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan membangun reputasi
merek yang positif. Teknologi dan otomatisasi juga menjadi unsur
integral dengan peranannya dalam meningkatkan efisiensi,
mengurangi kesalahan, dan mempercepat proses produksi.
Keberlanjutan dan perhatian terhadap dampak lingkungan
semakin penting dalam ruang lingkup produksi modern. Perusahaan
perlu mempertimbangkan praktik-produksi hijau, pengelolaan limbah
yang efisien, dan penerapan teknologi ramah lingkungan untuk
meminimalkan jejak ekologis. Dengan demikian, ruang lingkup
produksi tidak hanya mencakup aspek teknis, tetapi juga tanggung
jawab sosial dan lingkungan perusahaan dalam mengelola kegiatan
operasionalnya.
47
3. Pelaksanaan dan Pengendalian:
Fungsi pelaksanaan melibatkan eksekusi rencana produksi.
Ini mencakup penggunaan sumber daya, implementasi teknologi,
dan penerapan proses produksi. Pengendalian berkaitan dengan
pemantauan kinerja, pengawasan, dan pengendalian kualitas
selama proses produksi.
4. Evaluasi dan Perbaikan:
Setelah produksi berlangsung, fungsi evaluasi dan perbaikan
menjadi penting. Manajemen produksi harus mengevaluasi hasil
produksi, mengidentifikasi potensi perbaikan, dan menerapkan
strategi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional.
Adapun tujuan manajemen produksi yaitu:
1. Mencapai Efisiensi
Salah satu tujuan utama manajemen produksi adalah
mencapai efisiensi dalam penggunaan sumber daya. Ini mencakup
optimalisasi waktu, tenaga kerja, dan bahan baku untuk
menghasilkan output yang maksimal dengan biaya yang minimal.
2. Menjamin Kualitas Produk
Menjamin kualitas produk adalah tujuan esensial.
Manajemen produksi harus memastikan bahwa setiap langkah
dalam proses produksi mematuhi standar kualitas yang ditetapkan.
Hal ini memungkinkan perusahaan untuk mempertahankan reputasi
dan memenuhi harapan pelanggan.
3. Mengelola Biaya Produksi
Pengelolaan biaya produksi menjadi tujuan krusial.
Manajemen produksi harus mencari cara untuk mengurangi
pemborosan, meningkatkan efisiensi, dan mengoptimalkan
penggunaan sumber daya agar biaya produksi dapat dikendalikan
dengan baik.
4. Memenuhi Permintaan Pasar
48
Tujuan manajemen produksi juga melibatkan responsibilitas
untuk memenuhi permintaan pasar dengan tepat waktu. Ini
mencakup penyesuaian kapasitas produksi, manajemen
persediaan, dan fleksibilitas untuk mengatasi fluktuasi permintaan.
5. Inovasi dan Pengembangan
Manajemen produksi perlu mempertimbangkan tujuan
inovasi dan pengembangan produk. Dengan terus meningkatkan
proses produksi dan mengadopsi teknologi baru, perusahaan dapat
tetap relevan, berdaya saing, dan memenuhi tuntutan pasar yang
terus berkembang.
Melalui fungsi-fungsi dan pencapaian tujuan ini, manajemen
produksi berkontribusi secara signifikan terhadap keseluruhan strategi
bisnis perusahaan, memastikan kelangsungan operasional, dan
memberikan nilai tambah kepada pelanggan. Dalam upaya mencapai
tujuan manajemen produksi, fokus pada peningkatan produktivitas juga
menjadi aspek penting. Manajemen produksi harus berupaya untuk
meningkatkan efisiensi operasional tanpa mengorbankan kualitas
produk. Penerapan teknologi terbaru, pelatihan karyawan, dan
optimalisasi proses kerja merupakan strategi yang dapat diterapkan
untuk mencapai peningkatan produktivitas.
Selain itu, tujuan manajemen produksi melibatkan adaptabilitas
terhadap perubahan dalam lingkungan bisnis. Perusahaan perlu dapat
merespons perubahan permintaan pasar, tren industri, atau bahkan
perkembangan teknologi. Fleksibilitas dalam merancang dan
mengelola proses produksi memungkinkan perusahaan untuk tetap
bersaing dan mempertahankan posisinya di pasar yang dinamis. Oleh
karena itu, manajemen produksi tidak hanya tentang menjalankan
operasi saat ini, tetapi juga tentang merencanakan keberlanjutan
jangka panjang dan kemampuan untuk beradaptasi dengan dinamika
yang terus berubah. Dengan mencapai efisiensi, kualitas, dan
adaptabilitas ini, manajemen produksi dapat berperan sebagai
49
pendorong keberhasilan strategis perusahaan dalam industri yang
kompetitif.
50
kebutuhan pelanggan. Ini melibatkan desain sistem produksi yang
modular, penggunaan teknologi otomatisasi yang adaptif, dan strategi
manajemen risiko yang responsif.
Tidak hanya itu, sistem produksi modern juga menempatkan
fokus pada inovasi produk dan proses. Perusahaan yang mampu
mengintegrasikan inovasi dalam sistem produksinya dapat
menciptakan keunggulan kompetitif jangka panjang. Ini melibatkan
investasi dalam riset dan pengembangan, kolaborasi dengan pihak
eksternal, dan keberanian untuk mengadopsi pendekatan yang
inovatif.
Namun, perubahan tidak selalu berjalan mulus, dan itulah
mengapa sistem produksi modern membutuhkan manajemen risiko
yang cermat. Perubahan mendadak dalam kondisi pasar, gangguan
pasokan, atau bahkan ancaman keamanan siber dapat mempengaruhi
kinerja sistem produksi. Oleh karena itu, perusahaan perlu memiliki
rencana kontinjensi dan kebijakan manajemen risiko yang kuat.
Dengan demikian, dalam dunia industri modern, sistem produksi bukan
hanya tentang memproduksi barang atau layanan secara efisien, tetapi
juga tentang beradaptasi, berinovasi, dan berkelanjutan. Perusahaan
yang berhasil mengelola sistem produksinya dengan baik akan
memiliki keunggulan kompetitif yang signifikan dalam menghadapi
tantangan dan peluang yang terus berkembang.
51
Toyota menggunakan JIT untuk mengurangi pemborosan dan
meningkatkan respons terhadap permintaan pelanggan. Sebagai
contoh, Toyota tidak memproduksi mobil hingga ada pesanan dari
konsumen, yang mengurangi kebutuhan akan ruang penyimpanan
besar dan mengurangi biaya persediaan yang tidak produktif. Hal ini
memungkinkan Toyota untuk mengurangi biaya produksi,
meningkatkan efisiensi, dan mempercepat siklus produksi.
Selain itu, Toyota menerapkan konsep "kanban" dalam JIT,
yaitu kartu yang digunakan untuk mengoordinasikan dan mengontrol
aliran produksi. Setiap kartu merepresentasikan tugas atau jenis
produk tertentu. Ketika suatu tahap produksi selesai, kartu dipindahkan
ke tahap berikutnya, memicu permintaan untuk memulai produksi. Ini
membantu Toyota untuk menghindari overproduction dan memastikan
bahwa setiap tahap produksi sesuai dengan permintaan pasar.
Keberhasilan Toyota dalam menerapkan JIT tidak hanya
berdampak pada efisiensi operasional, tetapi juga pada peningkatan
kualitas produk. Dengan meminimalkan persediaan, Toyota dapat lebih
fokus pada perbaikan proses dan peningkatan kualitas secara
keseluruhan. Keterlibatan karyawan dalam mendeteksi dan
memperbaiki masalah produksi secara langsung juga menjadi bagian
integral dari kesuksesan sistem ini.
Studi kasus Toyota menunjukkan bagaimana penerapan sistem
produksi yang tepat, seperti JIT, dapat menghasilkan keunggulan
kompetitif. Prinsip-prinsip ini dapat diadaptasi oleh perusahaan lain
untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi pemborosan, dan
meningkatkan kualitas produk. Dalam konteks Just-In-Time (JIT) di
Toyota, manajemen pola dan sistem produksi mencerminkan budaya
perusahaan yang dikenal sebagai "Toyota Production System" (TPS).
TPS tidak hanya terkait dengan metode produksi, tetapi juga
melibatkan aspek manajemen kualitas, pelatihan karyawan, dan
penerapan prinsip-prinsip lean. Toyota mendasarkan operasinya pada
52
konsep "Kaizen," yang menggambarkan filosofi perbaikan
berkelanjutan dan inovasi terus-menerus.
Sistem JIT Toyota memiliki dampak positif pada rantai pasokan.
Keterlibatan erat dengan pemasok dan penerapan konsep "JIT supply
chain" memungkinkan aliran material yang efisien. Pemasok-pemasok
Toyota dilibatkan dalam proses produksi, dan mereka bertanggung
jawab untuk memasok komponen-komponen sesuai kebutuhan. Hal ini
menciptakan kemitraan yang saling menguntungkan dan mengurangi
risiko kelebihan persediaan.
Keberhasilan Toyota dalam menerapkan JIT juga menunjukkan
pentingnya pengelolaan risiko. Meskipun JIT dapat membawa efisiensi,
namun keberhasilannya bergantung pada ketepatan waktu dan
keandalan pemasok. Toyota terlibat dalam diversifikasi pemasok,
implementasi rencana kontinjensi, dan evaluasi risiko secara terus-
menerus.
Dalam menghadapi perubahan pasar, Toyota juga menunjukkan
fleksibilitas sistem produksi. Mereka dapat dengan cepat mengubah
model produksi, menyesuaikan kapasitas, dan menghadapi fluktuasi
permintaan pasar dengan responsif. Fleksibilitas ini menciptakan
keunggulan kompetitif dalam menghadapi ketidakpastian dan
perubahan lingkungan bisnis. Toyota juga menegaskan pentingnya
pemberdayaan karyawan dalam sistem produksinya. Karyawan
didorong untuk terlibat dalam proses perbaikan dan memberikan
umpan balik langsung. Budaya partisipatif ini menciptakan lingkungan
di mana inovasi dan ide-ide perbaikan berasal dari sumber daya
manusia yang paling dekat dengan proses produksi sehari-hari.
Dengan demikian, studi kasus Toyota mengilustrasikan bahwa
manajemen pola dan sistem produksi bukanlah sekadar mengelola
proses produksi secara efisien, tetapi juga melibatkan inovasi
berkelanjutan, manajemen risiko yang cermat, dan keterlibatan
karyawan.
53
BAB IV
54
sumber daya mental.
55
juga turut memainkan peran penting dalam memastikan bahwa
keputusan yang diambil sesuai dengan nilai-nilai moral dan norma
yang berlaku. Teknologi informasi dan analisis data telah menjadi
elemen penting dalam mendukung pengambilan keputusan,
memungkinkan akses cepat terhadap informasi relevan dan analisis
prediktif.
Meskipun demikian, pengambilan keputusan tidak terlepas
dari tantangan, seperti ketidakpastian, kompleksitas, dan
keterbatasan informasi. Responsivitas terhadap perubahan,
pengelolaan emosi, dan pemahaman terhadap hambatan-hambatan
ini menjadi kunci keberhasilan dalam proses pengambilan keputusan.
Ketika berbicara tentang keberlanjutan pengambilan
keputusan, penting untuk mencermati peran emosi dalam proses ini.
Emosi seringkali memainkan peran yang signifikan dalam membentuk
preferensi dan memengaruhi keputusan. Keputusan yang diambil oleh
individu atau kelompok dapat dipengaruhi oleh perasaan seperti
kebahagiaan, kecemasan, atau harapan. Pemahaman tentang
dinamika emosional ini membuka peluang untuk mengembangkan
strategi pengambilan keputusan yang lebih holistik, mengintegrasikan
aspek-aspek rasional dan emosional untuk hasil yang lebih seimbang.
Di samping itu, dalam menghadapi kompleksitas dan
ketidakpastian, pengambilan keputusan seringkali dihambat oleh
berbagai faktor. Tantangan seperti ketidakjelasan informasi, kebijakan
organisasi yang tidak konsisten, atau bahkan resistensi terhadap
perubahan dapat merintangi proses ini. Memahami hambatan-
hambatan ini membantu dalam merancang strategi yang lebih efektif
untuk mengatasi kompleksitas lingkungan dan meningkatkan kualitas
keputusan. Dengan menggali lebih dalam ke dalam dinamika ini, kita
dapat memperkuat pondasi pengambilan keputusan untuk
menghadapi tantangan masa depan dengan lebih mantap.
56
B. Dasar – Dasar Pengambilan Keputusan
Dalam Pengambilan keputusan merupakan proses kritis yang
memerlukan pemahaman mendalam terhadap dasar-dasar yang
membentuk kerangka kerja evaluasi dan seleksi opsi. Faktor-faktor
psikologis seperti persepsi, sikap, dan motivasi individu memainkan
peran kunci dalam membentuk preferensi dan keputusan. Penerapan
model rasional, yang menekankan analisis logis dan penilaian risiko,
seringkali menjadi elemen dasar yang digunakan untuk mengarahkan
proses pengambilan keputusan. Namun, kompleksitas kehidupan
sehari-hari seringkali menjadikan pengambilan keputusan sebagai
proses yang lebih dinamis, melibatkan aspek-aspek sosial seperti
norma sosial, nilai kolektif, dan dinamika kelompok. Terlebih lagi,
tantangan seperti kompleksitas informasi, ketidakpastian masa depan,
dan tekanan waktu menjadi bagian integral dari proses ini. Meskipun
demikian, dalam tantangan tersebut, terdapat peluang untuk
meningkatkan keterampilan analitis, inovasi, dan adaptabilitas,
membuka potensi untuk mencapai hasil yang optimal melalui
pengelolaan pengambilan keputusan yang efektif.
Ketika kita memahami dasar-dasar pengambilan keputusan,
kita dapat melihatnya sebagai perjalanan yang dinamis dalam
menghadapi berbagai situasi. Adanya interaksi antara faktor-faktor
psikologis, model rasional, aspek sosial, dan tantangan sehari-hari
menciptakan kerangka kerja yang kompleks untuk pengambilan
keputusan. Pemahaman ini memungkinkan kita untuk melihat lebih
jauh dari sekadar proses mekanis, melibatkan elemen-elemen
humanistik dan sosial yang turut membentuk keputusan. Dengan
mempertimbangkan semua elemen tersebut, individu dan organisasi
dapat mengembangkan strategi pengambilan keputusan yang lebih
holistik, responsif, dan adaptif untuk menghadapi berbagai kondisi
yang mungkin timbul.
57
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses yang penting
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam konteks bisnis dan
manajemen. Proses pengambilan keputusan didasari oleh beberapa
prinsip dasar yang penting untuk dipahami, di antaranya adalah:
1. Pola Rasionalitas: Konsep rasionalitas mengacu pada pengambilan
keputusan yang didasarkan pada pertimbangan yang logis dan
objektif. Pengambilan keputusan yang rasional mencakup evaluasi
alternatif secarasistematis untuk mencapai tujuan tertentuk.
2. Informasi yang Tepat: Pengambilan keputusan yang efektif
memerlukan akses terhadap informasi yang akurat, relevan, dan
tepat waktu. Informasi ini memungkinkan pengambil keputusan
untuk membuat keputusan yang terinformasi.
3. Analisis Alternatif: Proses pengambilan keputusan melibatkan
penilaian dan analisis berbagai alternatif yang tersedia. Ini
memungkinkan pengambil keputusan untuk mempertimbangkan
konsekuensi dari setiap pilihan sebelum membuat keputusan akhir.
4. Konsistensi: Keputusan yang diambil haruslah konsisten dengan
tujuan dan nilai-nilai yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini
memastikan bahwa keputusan yang diambil mendukung visi dan
misi organisasi atau individu.
5. Pertimbangan Lingkungan: Pengambilan keputusan juga harus
mempertimbangkan kondisi lingkungan, baik itu faktor internal
maupun eksternal, yang dapat memengaruhi hasil keputusan.
Pengambilan keputusan merupakan suatu pemilihan alternatif
terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti
sebagai suatu cara pemecahan masalah. Teori pengambilan
keputusan adalah kumpulan teori, teknik, atau pendekatan.
58
Materi ini sangat berguna karena kehidupan sehari-hari tidak
pernah luput dari berbagai masalah yang sangat kompleks. Dasar-
dasar yang digunakan dalam pengambilan keputusan bermacam-
macam, tergantung dari permasalahannya. Pada pengambilan
keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan yang dihasilkan
bersifat objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk
memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu,
sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan
apa yang diinginkan.
Terdapat beberapa model pengambilan keputusan yang tepat
di tempat kerja, yang mencakup pengumpulan informasi, penilaian
alternatif, dan penentuan pilihan akhir. Model pengambilan keputusan
kreatif juga diperlukan untuk menghadapi keputusan yang lebih
menantang di tempat kerja. Dalam pengambilan keputusan, terdapat
tiga tahap utama dalam proses pengambilan keputusan menurut
Herbert Simon, yaitu aktivitas intelegensi, aktivitas desain, dan
aktivitasmemilih. Tahap ini melibatkan penelusuran kondisi lingkungan
yang memerlukan pengambilan keputusan, tindakan penemuan,
pengembangan, analisis masalah, dan pemilihan tindakan tertentu
dari yang tersedia .
Pengambilan keputusan harus dilandasi oleh prosedur dan
teknik serta didukung oleh informasi yang tepat, benar, dan tepat
waktu. Ada beberapa landasan yang digunakan dalam pengambilan
keputusan yang sangat bergantung dari permasalahan itu sendiri.
Menurut George R.Terry dan Brinckloe, dasar-dasar pendekatan dari
pengambilan keputusan yang dapat digunakan meliputi manajemen
gangguan (disturbance), pemecahan persoalan (problem solving),
atau pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan merupakan
fungsimanajemen yang paling dasar.
59
Pengambilan keputusan merupakan proses pemilihan suatu
alternatif untuk memastikan keberlangsungan perusahaan. Dalam
proses tersebut, perusahaan harus mempertimbangkan faktor internal
dan eksternal yang memengaruhi pengambilan keputusan. Faktor
internal contohnya sumber daya yang diperlukan oleh perusahaan
untuk pengambilan keputusan dengan baik, sementara faktor
eksternal meliputi situasi dan kondisi lingkungan di luar perusahaan
yang akan berdampak pada pengambilan keputusan. Proses
pengambilan keputusan melibatkan langkah-langkah dalam
membantu dan membuat keputusan yang lebih terdidik agar dapat
mencegah pengambilan keputusan yang salah.
60
Selanjutnya, pada tahap pengambilan keputusan, opsi
dievaluasi lebih lanjut dan dipilih berdasarkan pertimbangan yang
telahdilakukan sebelumnya. Pada titik ini, penting bagi pengambil
keputusan untuk mempertimbangkan dampak jangka panjang dari
keputusan tersebut dan memastikan konsistensi dengan nilai dan
tujuan yang mendasari. Keputusan yang diambil pada tahap ini
menjadi dasar untuk tindakan selanjutnya.
Setelah keputusan diimplementasikan, tahap evaluasi dan
pemantauan dimulai. Pengambil keputusan mengamati hasil dari
keputusan yang telah diambil, dan jika diperlukan, melakukan
penyesuaian atau perubahan keputusan berdasarkan umpan balik
yang diterima. Evaluasi ini memberikan peluang untuk pembelajaran
dan perbaikan di masa mendatang, memungkinkan pengambil
keputusan untuk menjadi lebih adaptif terhadap perubahan
lingkungan atau pergeseran kondisi. Dengan demikian, proses
pengambilan keputusan menjadi siklus yang terus berulang,
membentuk dasar untuk pengelolaan yang efektif dalam menghadapi
kompleksitas dan ketidakpastian dalam kehidupan dan organisasi.
Penting untuk diakui bahwa proses pengambilan keputusan
tidak selalu berjalan linier dan terstruktur. Beberapa keputusan
mungkin membutuhkan waktu dan analisis yang lebih intensif,
sementara yang lain dapat diambil dengan cepat berdasarkan
pengalaman atau kebijaksanaan yang telah terakumulasi. Konteks,
urgensi, dan kompleksitas situasi dapat memengaruhi dinamika
prosespengambilan keputusan.
Faktor-faktor psikologis juga memainkan peran dalam
proses ini. Emosi, preferensi pribadi, dan bias kognitif dapat
mempengaruhi penilaian dan keputusan yang diambil. Kesadaran
akan pengaruh ini membantu pengambil keputusan untuk lebih
berhati-hati dan objektif dalam mengevaluasi opsi yang ada.
61
Teknologi informasi dan sistem pendukung keputusan
memainkan peran penting dalam memberikan akses terhadap
informasi yang diperlukan dan menyediakan alat analisis yang
mendukung proses pengambilan keputusan. Pendekatan ini
memungkinkan pengambil keputusan untuk mengambil keputusan
yang lebih terinformasi dan mendukung pengelolaan data yang
kompleks.
62
Pengambilan keputusan dalam organisasi memerlukan proses
yang demokratis dan partisipatif, terutama dalam keputusan yang
memiliki dampak signifikan. Pemangku kepentingan harus dilibatkan
sejak awal untuk memastikan berbagai perspektif diperhitungkan.
Setelah keputusan diambil, implementasi menjadi langkah penting.
Komunikasi yang jelas dan efektif diperlukan agar semua anggota
organisasi memahami dan mendukung keputusan yang diambil.
Tahap pemantauan dan evaluasi terhadap implementasi
keputusan membantu organisasi untuk memahami efektivitasnya.
Pengukuran kinerja dan umpan balik dari berbagai tingkatan
organisasi membantu dalam menilai apakah keputusan telah
mencapai tujuan yang diinginkan. Proses evaluasi ini juga
menciptakan kesempatan untuk perbaikan dan penyesuaian
keputusan di masa depan. Penting untuk dicatat bahwa dalam
konteks organisasi, pengambilan keputusan seringkali melibatkan
risiko. Oleh karena itu, organisasi perlu mengembangkan strategi
manajemen risiko yang efektif untuk mengidentifikasi, mengukur, dan
mengelola potensi risiko yang dapat timbul dari keputusan yang
diambil.
Seiring dengan kemajuan teknologi, organisasi dapat
memanfaatkan sistem pendukung keputusan yang menggunakan
analisis data dan teknologi informasi untuk memberikan wawasan
lebih dalam. Pendekatan ini dapat meningkatkan kecerdasan
pengambilan keputusan dengan menyediakan informasi real-time dan
proyeksi yang lebih akurat dan peningkatan kontinu menjadi bagian
integral dari pengambilan keputusan organisasi. Mengevaluasi
keputusan masa lalu, belajar dari pengalaman, dan beradaptasi
dengan perubahan lingkungan membantu organisasi untuk tetap
relevan dan kompetitif di pasar yang dinamis. Dengan demikian,
proses pengambilan keputusan di dalam organisasi tidak hanya
63
menjadi respons terhadap tantangan, tetapi juga peluang untuk
pertumbuhan dan inovasi yang berkelanjutan.
Peran kepemimpinan dalam proses pengambilan keputusan di
dalam organisasi sangat penting. Kepemimpinan yang efektif harus
mampu memberikan arah dan visi yang jelas, memfasilitasi dialog
terbuka, dan mendukung pengambilan keputusan yang kolaboratif.
Seorang pemimpin yang memotivasi dan mendukung kreativitas
dapat menciptakan lingkungan di mana ide-ide inovatif muncul dan
dapat diintegrasikan ke dalam proses pengambilan keputusan.
Dalam beberapa situasi, organisasi mungkin dihadapkan pada
keputusan yang sulit atau kontroversial. Pengambilan keputusan
menjadi krusial. Organisasi harus memastikan bahwa keputusan yang
diambil sesuai dengan norma dan nilai-nilai etika yang dianut,
meminimalkan dampak negatif terhadap para pemangku kepentingan
dan masyarakat secara keseluruhan.
Selain itu, keberlanjutan juga menjadi pertimbangan penting
dalam pengambilan keputusan organisasi. Keputusan harus
mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap lingkungan,
masyarakat, dan ekonomi. Organisasi yang mengintegrasikan
pertimbangan keberlanjutan dalam keputusan mereka dapat
mencapai kesuksesan jangka panjang dan membangun reputasi yang
berkelanjutan.
Perubahan cepat dalam lingkungan bisnis memerlukan
organisasi untuk menjadi adaptif. Keterlibatan dengan proses
pengambilan keputusan yang cepat dan responsif dapat memberikan
keunggulan kompetitif. Kemampuan untuk mengidentifikasi peluang
baru dan menyesuaikan strategi dengan cepat dapat membantu
organisasi untuk tetap relevan dan sukses di pasar yang dinamis.
Dalam mengelola konflik yang mungkin muncul selama proses
pengambilan keputusan, penting untuk memahami berbagai
pendekatan manajemen konflik. Kepemimpinan yang bijaksana dapat
64
membantu menyatukan pandangan yang berbeda, menciptakan
ruang untuk dialog konstruktif, dan mencapai kesepakatan yang
memuaskan semua pihak.
Teknologi dan data analytics juga memainkan peran penting
dalam pengambilan keputusan organisasi. Sistem pendukung
keputusan yang canggih dapat memberikan analisis data yang
mendalam, memprediksi tren masa depan, dan menyediakan dasar
untuk keputusan yang lebih terinformasi. Pemanfaatan teknologi ini
dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses
pengambilan keputusan. Dalam menyusun keputusan yang dapat
diterima oleh semua pihak, komunikasi yang efektif menjadi
elemen kunci. Informasi yang disampaikan dengan jelas, transparansi
dalam proses pengambilan keputusan, dan dialog terbuka dengan
para pemangku kepentingan dapat membangun kepercayaan dan
dukungan terhadap keputusan yang diambil.
Terakhir, organisasi harus memiliki kultur pembelajaran yang
mendorong refleksi dan penyesuaian terus-menerus. Pemahaman
yang mendalam tentang keberhasilan dan kegagalan dalam
pengambilan keputusan sebelumnya dapat membentuk landasan
untuk peningkatan dan inovasi di masa depan. Dengan demikian,
keberhasilan organisasi tidak hanya bergantung pada keputusan
tunggal, tetapi pada kemampuannya untuk terus belajar dan
berkembang seiring waktu.
65
memastikan bahwa keputusan yang diambil adalah tidak hanya legal
tetapi juga sesuai dengan standar moral yang diakui.
Salah satu aspek sentral etika dalam pengambilan keputusan
adalah kejujuran. Keputusan yang diambil berdasarkan informasi
yang tidak jujur atau manipulatif dapat menghasilkan konsekuensi
yang merugikan dan merusak kepercayaan. Oleh karena itu, etika
menekankan pentingnya transparansi dan integritas dalam proses
pengambilan keputusan. Etika juga memainkan peran kunci dalam
mempertimbangkan dampak keputusan terhadap semua pihak yang
terlibat. Prinsip keadilan dan tanggung jawab sosial menjadi
pertimbangan utama, memastikan bahwa keputusan yang diambil
tidak hanya menguntungkan sekelompok kecil, tetapi juga
memperhatikan kepentingan masyarakat secara luas.
Pertimbangan etika mencakup pula keseimbangan antara
keuntungan jangka pendek dan keberlanjutan jangka panjang.
Keputusan yang menghasilkan keuntungan segera namun merugikan
lingkungan atau keberlanjutan jangka panjang mungkin bertentangan
dengan nilai-nilai etika yang menekankan tanggung jawab terhadap
generasi mendatang. Dalam situasi di mana keputusan sulit diambil,
etika memberikan panduan untuk menilai nilai-nilai yang mendasari
keputusan tersebut. Pemahaman tentang norma-norma etika
membantu pengambil keputusan untuk mengidentifikasi nilai-nilai
yang mungkin bertentangan dan mencari solusi yang menghormati
nilai-nilai tersebut.
Aspek etika juga mencakup pengelolaan konflik kepentingan.
Kepentingan pribadi atau kelompok seringkali dapat memengaruhi
keputusan, dan etika memerlukan transparansi dalam
mengidentifikasi dan mengatasi konflik ini agar keputusan yang
diambil dapat dianggap adil dan obyektif. Sebagai panduan moral,
etika membantu memandu individu dan organisasi untuk menghindari
perilaku yang merugikan dan merusak reputasi. Dengan
66
mempertimbangkan dampak moral dari keputusan, individu dapat
memastikan bahwa tindakan mereka sesuai dengan nilai-nilai moral
yang dipegang teguh. Pentingnya konsultasi dan dialog dalam
pengambilan keputusan juga mencerminkan nilai- nilai etika.
Keterlibatan pihak-pihak yang terkena dampak dan memperoleh
masukan mereka adalah praktik etis yang memastikan bahwa
keputusan diambil dengan memperhitungkan berbagaiperspektif.
Dalam konteks bisnis, etika memiliki dampak langsung pada
reputasi dan kepercayaan pelanggan. Konsumen semakin memilih
untuk mendukung perusahaan yang beroperasi dengan etika dan
tanggung jawab sosial. Dengan demikian, etika bukan hanya
masalah moral, tetapi juga elemen kunci dalam membangun dan
mempertahankan hubungan positif dengan pemangku kepentingan.
Dalam dunia yang semakin terkoneksi dan transparan, pelanggaran
etika dapat dengan cepat menjadi informasi publik. Oleh karena itu,
organisasi yang menerapkan etika dalam pengambilan keputusan
tidak hanya memenuhi tuntutan moral, tetapi juga melindungi diri dari
risiko reputasi yang merugikan.
Dalam menghadapi berbagai dilema etika, penting untuk
memahami bahwa etika bersifat dinamis dan kontekstual. Nilai-nilai
dan norma-norma dapat berubah seiring waktu, dan etika dalam
pengambilan keputusan melibatkan keterlibatan yang berkelanjutan
dalam refleksi dan penyesuaian. Dengan memahami dan mengakui
peran etika, individu dan organisasi dapat menciptakan lingkungan
yang mendukung.
Sistem etika yang baik dalam pengambilan keputusan juga
melibatkan pelatihan dan pengembangan karyawan. Dengan
memberikan pemahaman yang mendalam tentang etika dan
memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana nilai-nilai
tersebut dapat diimplementasikan dalam konteks keputusan sehari-
hari, organisasi dapat membentuk budaya yang mendorong perilaku
67
etis.
Aspek keberlanjutan juga menjadi fokus utama dalam
pertimbangan etika dalam pengambilan keputusan. Organisasi perlu
mempertimbangkan dampak jangka panjang dari keputusan-
keputusan mereka terhadap lingkungan dan masyarakat. Kewajiban
etika untuk mempertimbangkan warisan yang ditinggalkan bagi
generasi mendatang menjadi landasan untuk kebijakan dan praktik
yang berkelanjutan.
Keterlibatan organisasi dalam tanggung jawab sosial juga
mencerminkan komitmen etika. Keputusan yang mendukung
masyarakat lokal, memberdayakan komunitas, dan berkontribusi
pada kesejahteraan umum adalah langkah-langkah etis yang dapat
memperkuat citra organisasi. Etika dalam pengambilan keputusan
juga melibatkan keterbukaan terhadap umpan balik dan akuntabilitas.
Organisasi harus bersedia mengakui kesalahan atau ketidakpastian
dalam keputusan yang diambil dan berkomitmen untuk belajar dan
memperbaiki keputusan di masa depan. Hal ini membantu
membangun kepercayaan dan menjaga integritas organisasi.
Terakhir, etika bukanlah hanya tanggung jawab individu atau
bagian tertentu dalam organisasi. Keterlibatan dan dukungan dari
seluruh tingkatan organisasi, terutama dari pimpinan puncak, sangat
penting. Kesadaran dan komitmen kolektif terhadap etika dalam
pengambilan keputusan menciptakan budaya yang kuat, di mana
nilai- nilai etika menjadi dasar dari setiap langkah yang diambil oleh
organisasi. Dengan menjunjung tinggi etika dalam pengambilan
keputusan, organisasi dapat membangun kepercayaan,
meminimalkan risiko, dan menciptakan dampak positif dalam
masyarakat secara lebih luas.
68
F. Contoh Studi Kasus
Seorang direktur di sebuah perusahaan properti sedang
bingung, bagaimana mereka harus membangun gedung kantor baru,
dan rancangan seperti apa yang akan dipakai. Kondisi ekonomi
sedang baik, dan penyewa ruang kantor semakin banyak sehingga
ketersediaan ruang-ruang kantor semakin tipis. Untuk mengambil
keputusan ini, direktur menggunakan teknik Six Thinking Hats dalam
sebuah rapat perencanaan. Teknik Six Thinking Hats dari Edward de
Bono ini membantu si direktur perusahaan pengembang dalam
mempertimbangkan berbagai perspektif tanpa banyak bias agar dapat
mengambil keputusan terbaik. Selain itu, terdapat contoh kasus lain
yang melibatkan permasalahan pak Bambang tentang penyusutan
harga, yang termasuk ke dalam keputusan secara strategis. Hal ini
disebabkan oleh manajemen puncak yakni CEO dari suatu organisasi.
Di sini pak Bambang mengambil keputusan dengan metode
keputusan intuisi dengan pengembangan serta analisis terhadap
bermacam tindakan. Dari sumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pengambilan keputusan dapat melibatkan berbagai teknik dan
metode, seperti teknik Six Thinking Hats dan metode keputusan
intuisi. Dalam situasi tertentu, pengambilan keputusan juga dapat
dipengaruhi oleh kondisi ekonomi dan faktor-faktor strategis lainnya.
Dalam menghadapi penurunan tajam dalam permintaan pasca-
pandemi, PT Autoparts memiliki beberapa opsi strategis. Pertama,
mereka dapat mempertahankan tingkat produksi saat ini dan berharap
permintaan pasar pulih dalam waktu dekat. Namun, ini berisiko
meningkatkan persediaan yang tidak terjual dan menimbulkan biaya
penyimpanan yang tinggi. Alternatif kedua adalah mengurangi
produksi secara proaktif untuk menyesuaikan diri dengan permintaan
yang berkurang. Meskipun ini dapat membantu mengurangi biaya
persediaan, itu juga dapat menyebabkan penurunan pendapatan dan
kehilangan pangsa pasar.
69
BAB V
70
B. Faktor menentukan produk perusahaan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam menentukan
produk perusahaan. Berikut adalah beberapa faktor utama yang perlu
dipertimbangkan:
1. Kebutuhan Pasar
Permintaan dan kebutuhan konsumen menjadi faktor utama.
Perusahaan perlu memahami secara mendalam apa yang diinginkan
dan dibutuhkan oleh pasar.
2. Tren Industri
Mengikuti dan memahami tren industri merupakan langkah
penting untuk tetap relevan dan bersaing. Perusahaan perlu melihat
inovasi dan perubahan dalam industri terkait.
3. Kemampuan Produksi
Kapasitas produksi, teknologi yang dimiliki, dan keahlian
produksi perusahaan akan mempengaruhi jenis produk yang dapat
dihasilkan.
4. Analisis Persaingan
Memahami produk-produk yang sudah ada di pasar dan
mengidentifikasi peluang untuk berbeda atau meningkatkan fitur
produk adalah faktor penting
5. Regulasi dan Kepatuhan
Memastikan produk memenuhi regulasi dan standar keselamatan
serta kepatuhan hukum lainnya.
6. Risiko Keuangan
Faktor keuangan, termasuk biaya produksi, distribusi, dan
pemasaran, harus diperhitungkan untuk menilai kelayakan ekonomis
produk.
7. Sumber Daya Manusia
Ketersediaan keterampilan dan pengetahuan dalam perusahaan
dapat membatasi jenis produk yang dapat dihasilkan.
71
8. Tujuan dan Nilai Perusahaan
Produk perusahaan sebaiknya sejalan dengan visi, misi, dan
nilai-nilai perusahaan untuk membangun citra merek yang konsisten.
9. Ketahanan Terhadap Perubahan Pasar
Kemampuan produk beradaptasi dengan perubahan pasar dan
teknologi adalah faktor kunci dalam memastikan keberlanjutan
produk.
10. Faktor Lingkungan dan Keberlanjutan
Kesadaran akan dampak lingkungan dan tuntutan keberlanjutan
dapat memengaruhi jenis produk yang diterapkan, serta strategi
produksi dan distribusinya.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, perusahaan dapat
mengambil keputusan yang lebih informasional dan dapat menentukan
produk yang lebih sesuai dengan pasar dan kebutuhan konsumen.
72
3. Pengembangan Pesan Pemasaran
Dengan mengetahui target pasar secara mendalam, perusahaan
dapat merancang pesan pemasaran yang lebih efektif dan relevan
untuk menarik perhatian dan minat konsumen potensial.
4. Pengambilan Keputusan Strategis
Informasi tentang target pasar membantu perusahaan dalam
pengambilan keputusan strategis terkait pengembangan produk,
penetapan harga, distribusi, dan promosi.
Langkah-langkah Menentukan Target Pasar yaitu:
1. Analisis Demografis
Memahami karakteristik demografis seperti usia, jenis kelamin,
pendapatan, dan lokasi geografis dari calon konsumen.
2. Analisis Psikografis
Meneliti gaya hidup, nilai-nilai, kepercayaan, dan preferensi
konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian mereka.
3. Penelitian Pesaing
Menganalisis target pasar pesaing dan melihat peluang yang
mungkin terbuka untuk menarik segmen pasar yang belum
dimanfaatkan dengan baik.
4. Evaluasi Potensi Pasar
Mengukur potensi pasar untuk produk atau layanan tertentu
berdasarkan faktor-faktor seperti ukuran pasar, pertumbuhan pasar,
dan tren konsumen.
5. Segmentasi Pasar
Memecah target pasar menjadi segmen yang lebih kecil dan
terdefinisi dengan jelas, yang memungkinkan perusahaan untuk
menyesuaikan strategi pemasaran secara lebih spesifik.
6. Pemilihan Target Pasar
Memilih segmen pasar yang paling menjanjikan dan konsisten
dengan kompetensi perusahaan serta tujuan bisnis jangka panjang.
73
Contoh Penerapan Target Pasar dalam Penentuan Produk:
Misalnya, sebuah perusahaan teknologi yang mengembangkan
smartphone dapat menggunakan informasi tentang preferensi konsumen,
seperti harga yang terjangkau, kualitas kamera yang tinggi, dan daya
tahan baterai yang baik, untuk menentukan target pasar yang paling
cocok, seperti pengguna muda yang aktif secara digital.
Dengan memahami target pasar mereka dengan baik, perusahaan
tersebut dapat merancang dan memasarkan produk mereka dengan cara
yang paling menarik bagi segmen tersebut, yang pada gilirannya
meningkatkan peluang kesuksesan dalam pasar yang kompetitif.
74
b. Menggunakan strategi penetapan harga yang sesuai dengan tujuan
pemasaran perusahaan, seperti penetapan harga premium atau
penetapan harga diskon.
3. Promosi yang Efektif
a. Merancang kampanye promosi yang kreatif dan menarik
berdasarkan karakteristik target pasar.
b. Menggunakan saluran promosi yang sesuai, seperti media sosial,
iklan digital, promosi penjualan, dan kemitraan merek.
4. Pengembangan Branding yang Kuat
a. Membangun identitas merek yang kuat dan kohesif yang
mencerminkan nilai, citra, dan kepribadian produk.
b. Menggunakan strategi branding untuk membedakan produk dari
pesaing dan membangun hubungan emosional dengan konsumen.
Strategi Pendistribusian yang Efektif
1. Pemilihan Saluran Distribusi yang Tepat
a. Memilih saluran distribusi yang sesuai dengan karakteristik produk,
target pasar, dan tujuan bisnis.
b. Mempertimbangkan saluran distribusi tradisional seperti pengecer
dan grosir, serta saluran distribusi modern seperti e-commerce dan
pasar online.
2. Manajemen Rantai Pasokan yang Efisien
a. Memastikan ketersediaan produk yang cukup di pasar dengan
mengelola rantai pasokan dengan baik, termasuk produksi,
penyimpanan, dan distribusi.
b. Meminimalkan biaya dan risiko dengan mengoptimalkan proses
logistik dan manajemen persediaan.
3. Peningkatan Aksesibilitas Produk
a. Membuat produk lebih mudah diakses oleh konsumen dengan
menempatkan mereka di lokasi yang strategis dan menggunakan
saluran distribusi yang efisien.
75
b. Menggunakan teknologi dan inovasi untuk meningkatkan
kenyamanan dan aksesibilitas konsumen terhadap produk.
4. Kemitraan Strategis
a. Membangun kemitraan dengan pihak-pihak terkait seperti
distributor, pengecer, dan mitra logistik untuk memperluas
jangkauan distribusi dan memperkuat posisi pasar.
b. Mengembangkan hubungan jangka panjang yang saling
menguntungkan dengan mitra distribusi untuk meningkatkan
efektivitas pendistribusian.
Contoh Penerapan Strategi Pemasaran dan Pendistribusian
Sebagai contoh, perusahaan yang memproduksi produk kecantikan
dapat menerapkan strategi pemasaran yang difokuskan pada promosi
melalui influencer media sosial untuk menjangkau target pasar yang lebih
luas. Secara bersamaan, mereka dapat menggunakan saluran distribusi
online dan offline yang beragam, termasuk toko ritel, situs e-commerce,
dan langganan produk, untuk memastikan ketersediaan produk di
berbagai titik akses.
Dengan menggunakan strategi pemasaran dan pendistribusian
yang efektif, perusahaan dapat meningkatkan kesadaran merek,
mencapai target pasar yang lebih luas, dan meningkatkan penjualan
produk mereka secara signifikan.
76
2. Inovasi Produk
a. Menerapkan inovasi dalam pengembangan produk untuk
mengantisipasi dan merespons tren pasar yang sedang
berkembang.
b. Mengintegrasikan fitur atau teknologi baru yang relevan dengan
tren pasar untuk meningkatkan daya tarik produk.
3. Kolaborasi dan Kemitraan
a. Berkolaborasi dengan pihak-pihak terkait, seperti supplier, mitra
teknologi, atau influencer, untuk mengakses sumber daya dan
pengetahuan tambahan dalam mengikuti tren pasar.
b. Memanfaatkan kemitraan strategis untuk merespons tren pasar
dengan lebih cepat dan efektif.
Relevansi dengan Kebutuhan Pelanggan
1. Pemahaman Mendalam tentang Pelanggan
a. Melakukan penelitian pasar dan analisis konsumen untuk
memahami kebutuhan, preferensi, dan masalah yang dihadapi oleh
pelanggan.
b. Menggunakan wawasan ini untuk merancang produk yang secara
langsung memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan.
2. Pengembangan Produk yang Dibutuhkan
a. Fokus pada pengembangan produk yang mengatasi masalah nyata
atau memenuhi kebutuhan spesifik pelanggan.
b. Mendengarkan umpan balik pelanggan secara teratur untuk
memperbaiki dan mengadaptasi produk sesuai dengan perubahan
kebutuhan pasar.
3. Personalisasi dan Penyesuaian
a. Menawarkan opsi personalisasi atau penyesuaian produk untuk
memenuhi kebutuhan individual pelanggan.
b. Menggunakan data pelanggan untuk memberikan pengalaman
yang lebih relevan dan memuaskan.
77
F. Metode Menetukan produk perusahaan
Dalam menentukan produk perusahaan, perusahaan umumnya
menggunakan beberapa metode strategis. Berikut adalah beberapa
metode umum yang digunakan:
1. Analisis Pasar
a. Melibatkan penelitian pasar untuk memahami kebutuhan dan
preferensi konsumen.
b. Menganalisis tren pasar, pesaing, dan potensi pertumbuhan.
2. Penelitian dan Pengembangan (R&D)
a. Fokus pada inovasi produk melalui penelitian dan
pengembangan.
b. Memperhatikan kebutuhan pasar yang belum terpenuhi atau
peningkatan produk yang mungkin diperlukan.
3. Analisis Biaya-Nilai
a. Membandingkan biaya produksi dengan nilai yang diberikan
kepada konsumen.
b. Memastikan bahwa produk memberikan nilai tambah yang
sebanding dengan biaya produksinya.
4. Analisis SWOT
a. Menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
yang dihadapi perusahaan.
b. Menentukan produk berdasarkan keunggulan kompetitif dan
potensi pertumbuhan.
5. Konsultasi Pelanggan
a. Mengumpulkan umpan balik langsung dari konsumen atau
pelanggan potensial.
b. Memahami kebutuhan dan harapan konsumen untuk
mengarahkan pengembangan produk.
6. Pemantauan Tren Industri
a. Mengamati perkembangan terbaru dalam industri terkait.
78
b. Mengidentifikasi peluang baru atau kebutuhan pasar yang
berkembang.
7. Pertimbangan Etika dan Keberlanjutan
a. Memperhitungkan dampak lingkungan dan sosial produk.
b. Mengembangkan produk yang mematuhi standar etika dan
keberlanjutan.
Kombinasi metode-metode ini membantu perusahaan dalam
menentukan produk yang tidak hanya memenuhi kebutuhan
konsumen, tetapi juga memiliki daya saing di pasar dan sesuai
dengan nilai perusahaan.
79
b. Kualitas Produk Kesalahan desain atau produksi dapat
mengakibatkan produk tidak memenuhi standar atau mengalami
cacat.
3. Risiko Operasional:
a. Gangguan Produksi Masalah operasional atau kegagalan
peralatan dapat mengganggu produksi dan pengiriman produk.
b. Manajemen Rantai Pasokan Ketergantungan pada pemasok
dapat menyebabkan risiko ketersediaan bahan baku.
c. Keamanan Produk Risiko terkait keamanan produk seperti
cacat atau kebocoran informasi sensitif.
4. Risiko Keuangan:
a. Biaya Produksi Biaya produksi yang tinggi dapat mengurangi
profitabilitas produk.
b. Perubahan Harga Bahan Baku Fluktuasi harga bahan baku
dapat mengganggu margin keuntungan.
c. Pengendalian Biaya Kesulitan dalam mengendalikan biaya
operasional dapat mengakibatkan kerugian finansial.
5. Risiko Regulasi:
a. Kepatuhan Hukum Pelanggaran aturan atau peraturan dapat
mengakibatkan sanksi atau reputasi buruk.
b. Perubahan Regulasi Perubahan dalam regulasi industri atau
lingkungan dapat mempengaruhi operasi perusahaan.
6. Risiko Reputasi:
a. Kualitas Produk Produk yang buruk dapat merusak citra
perusahaan dan kepercayaan konsumen.
b. Kontroversi Publik Terlibat dalam kontroversi atau skandal
dapat merugikan reputasi perusahaan.
7. Risiko Strategis:
a. Inovasi Pesaing: Keberhasilan pesaing dalam inovasi produk
dapat mengancam pangsa pasar perusahaan.
80
b. Ketidaksesuaian Strategi: Tidak sesuainya produk dengan visi
dan strategi perusahaan dapat mengakibatkan kerugian
jangka panjang.
Langkah-langkah Pengelolaan Risiko:
a. Identifikasi risiko potensial secara menyeluruh.
b. Evaluasi dampak dan probabilitas masing-masing risiko.
c. Mengembangkan strategi mitigasi untuk mengurangi risiko.
d. Melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap
risiko yang telah diidentifikasi.
Menyadari dan mengelola risiko-risiko ini dengan baik adalah
kunci untuk mengoptimalkan keberhasilan produk perusahaan dan
meminimalkan dampak negatif pada bisnis secara keseluruhan.
81
4. Variabilitas Tenaga Kerja Keterampilan atau tingkat pelatihan yang
berbeda di antara pekerja dapat mempengaruhi konsistensi dalam
proses produksi.
5. Kondisi Lingkungan Faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban,
atau tekanan udara dapat memengaruhi performa peralatan
produksi.
Strategi Mengurangi Ketidakstabilan Proses Produksi yaitu:
1. Pemantauan dan Pengendalian Kualitas Implementasikan sistem
pemantauan kualitas yang ketat untuk mendeteksi variasi dalam
proses produksi secara dini.
2. Standardisasi Prosedur Operasional Tetapkan prosedur
operasional standar (SOP) yang jelas untuk setiap tahap produksi
dan pastikan semua pekerja mematuhinya.
3. Pelatihan Karyawan Berikan pelatihan reguler kepada karyawan
untuk meningkatkan keterampilan dan pemahaman mereka tentang
proses produksi.
4. Perawatan Preventif Mesin Jadwalkan perawatan preventif secara
teratur untuk memastikan mesin dan peralatan produksi beroperasi
dengan optimal.
5. Penerapan Teknologi Otomatisasi Gunakan teknologi otomatisasi
untuk mengurangi ketergantungan pada variabilitas tenaga kerja
dan meningkatkan konsistensi proses produksi.
6. Manajemen Rantai Pasokan yang Efisien Pastikan pasokan bahan
baku stabil dan berkualitas dengan menjalin kemitraan yang solid
dengan pemasok terpercaya.
Manfaat Mengurangi Ketidakstabilan Proses Produksi
1. Konsistensi Kualitas Produk Dengan mengurangi variasi dalam
proses produksi, perusahaan dapat menghasilkan produk dengan
kualitas yang lebih konsisten.
82
2. Efisiensi Operasional Penurunan jumlah cacat dan waktu henti
mesin dapat meningkatkan efisiensi operasional secara
keseluruhan.
3. Peningkatan Kepuasan Pelanggan Kualitas yang konsisten dan
pengiriman tepat waktu dapat meningkatkan kepuasan pelanggan
dan membangun reputasi perusahaan.
4. Penghematan Biaya Mengurangi ketidakstabilan proses produksi
dapat mengurangi biaya yang terkait dengan pemrosesan ulang
produk cacat atau perbaikan mesin.
83
4. Pengembangan Prototipe: Jika evaluasi kelayakan menunjukkan
bahwa produk layak untuk dikembangkan, tahap selanjutnya adalah
pengembangan prototipe. Ini melibatkan pembuatan versi awal produk
untuk diuji dan dievaluasi lebih lanjut sebelum produk final diproduksi.
5. Uji Pasar: Sebelum diluncurkan secara luas, produk harus diuji di
pasar untuk mendapatkan umpan balik dari pelanggan potensial. Uji
pasar dapat dilakukan melalui survei, kelompok fokus, atau uji coba
produk. Umpan balik dari uji pasar ini dapat digunakan untuk
melakukan penyesuaian terakhir sebelum produk diluncurkan.
6. Peluncuran Produk: Setelah melalui semua tahapan pengembangan
dan pengujian, produk siap untuk diluncurkan ke pasar. Langkah ini
melibatkan pengembangan strategi pemasaran dan distribusi yang
sesuai untuk mencapai target pasar yang ditentukan.
7. Monitoring dan Evaluasi: Setelah produk diluncurkan, penting untuk
terus memantau kinerja produk dan merespons perubahan dalam
pasar atau persaingan. Evaluasi terus-menerus diperlukan untuk
memastikan produk tetap relevan dan memenuhi kebutuhan
pelanggan.
84
3. Pertumbuhan Bisnis Pengembangan produk baru atau diversifikasi
lini produk dapat menjadi strategi untuk meraih pertumbuhan bisnis.
Dengan menghadirkan produk inovatif atau menargetkan segmen
pasar baru, perusahaan dapat memperluas pangsa pasar dan
mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan.
4. Keunggulan Kompetitif Menentukan produk yang unik dan
membedakan diri dari pesaing dapat memberikan keunggulan
kompetitif. Produk yang berkualitas tinggi, inovatif, atau memiliki
fitur khusus dapat membuat perusahaan lebih menonjol di pasar.
5. Mengikuti Tren Pasar Menentukan produk yang sejalan dengan
tren pasar dapat membantu perusahaan tetap relevan dan
bersaing. Memahami perubahan dalam preferensi konsumen dan
teknologi membantu perusahaan untuk mengembangkan produk
yang sesuai dengan perkembangan pasar.
6. Pemenuhan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan seringkali
memiliki tanggung jawab sosial untuk menyediakan produk yang
aman, berkelanjutan, dan memberikan dampak positif pada
masyarakat. Mengembangkan produk dengan memperhatikan
faktor-faktor sosial dan lingkungan dapat meningkatkan citra
perusahaan di mata konsumen.
7. Pengembangan Hubungan Pelanggan Produk yang berkualitas
tinggi dan memenuhi ekspektasi pelanggan dapat membantu
membangun dan memelihara hubungan baik dengan konsumen. Ini
dapat menghasilkan loyalitas pelanggan jangka panjang dan
mendukung pertumbuhan bisnis secara berkelanjutan.
85
potensial, menganalisis pesaing, dan mengidentifikasi tren pasar
yang relevan. Penelitian pasar menyediakan wawasan penting
yang diperlukan untuk mengarahkan pengembangan produk.
2. Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Berdasarkan penelitian pasar,
perusahaan perlu mengidentifikasi kebutuhan dan masalah yang
dihadapi oleh pelanggan. Memahami masalah yang perlu
dipecahkan atau kebutuhan yang perlu dipenuhi membantu dalam
merancang produk yang relevan dan bermanfaat bagi pelanggan.
3. Generasi Ide Produk Setelah kebutuhan pelanggan teridentifikasi,
langkah selanjutnya adalah menghasilkan ide produk. Ini dapat
melibatkan brainstorming di antara tim pengembangan produk,
mendengarkan umpan balik pelanggan, atau mengeksplorasi tren
industri untuk mendapatkan inspirasi untuk produk baru atau
perbaikan produk yang ada.
4. Evaluasi dan Pemilihan Ide Dari berbagai ide produk yang
dihasilkan, perusahaan perlu mengevaluasi setiap ide secara kritis.
Kriteria evaluasi dapat mencakup potensi pasar, keunggulan
kompetitif, kelayakan teknis, dan kesesuaian dengan strategi bisnis
perusahaan. Ide produk yang paling menjanjikan kemudian dipilih
untuk dikembangkan lebih lanjut.
5. Pengembangan Prototipe Ide produk yang dipilih kemudian
dikembangkan menjadi prototipe yang dapat diuji dan dievaluasi.
Pengembangan prototipe melibatkan proses desain dan
pembuatan versi awal produk yang dapat digunakan untuk menguji
fungsionalitas, kinerja, dan desain produk sebelum produksi
massal.
6. Uji Pasar Sebelum meluncurkan produk ke pasar secara luas,
perusahaan perlu menguji produk di pasar. Ini dapat dilakukan
melalui uji coba produk, survei pelanggan, atau kelompok fokus. Uji
pasar membantu dalam memvalidasi konsep produk,
86
mengidentifikasi kelemahan atau area perbaikan, dan memperoleh
umpan balik dari pelanggan potensial.
7. Peluncuran Produk Setelah melalui semua tahapan pengembangan
dan uji pasar, produk siap untuk diluncurkan ke pasar. Langkah
peluncuran melibatkan pengembangan strategi pemasaran dan
komunikasi yang efektif untuk memperkenalkan produk kepada
target pasar yang dituju.
8. Pemantauan dan Perbaikan Setelah peluncuran, perusahaan perlu
terus memantau kinerja produk dan merespons umpan balik dari
pelanggan. Evaluasi terus-menerus diperlukan untuk
mengidentifikasi peluang perbaikan atau inovasi produk di masa
depan.
87
BAB VI
PERENCANAAN FASILITAS PERUSAHAAN
88
pemilihan lokasi yang strategis, perancangan fasilitas, dan penentuan
langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Dalam perencanaan fasilitas, terdapat juga perencanaan lokasi yang
merupakan kegiatan strategis untuk memaksimalkan keuntungan lokasi
bagi perusahaan. Pemilihan lokasi dapat dilakukan dengan menggunakan
metode transportasi yang membantu dalam memilih lokasi yang dapat
meminimalkan jarak atau biaya menuju fasilitas-fasilitas yang sudah ada.
Perencanaan fasilitas melibatkan beberapa aspek, antara lain:
1. Perencanaan lokasi
kegiatan strategis yang bertujuan untuk memaksimalkan
keuntungan lokasi bagi perusahaan sehingga perusahaan dapat
beroperasi dengan lancar, dengan biaya yang rendah, dan
memungkinkan perluasan di masa yang akan datang.
2. Perencanaan tata letak
mencakup desain atau konfigurasi dari bagian-bagian, pusat kerja,
dan peralatan yang membentuk proses produksi. Tujuannya adalah
untuk memastikan aliran proses dan pemindahan bahan di dalam
perusahaan berjalan dengan lancar, meminimalkan biaya, dan
mengoptimalkan keuntungan.
3. Perencanaan kapasitas
melibatkan penentuan kapasitas produksi yang diperlukan untuk
memenuhi permintaan pasar. Perencanaan kapasitas dapat dilakukan
dalam jangka panjang, menengah, dan pendek, tergantung pada
waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh atau membuang sumber
daya produktif seperti gedung, peralatan, atau fasilitas.
Pengertian perencanaan fasilitas menurut para ahli adalah sebagai
berikut:
1. Erly Suandy
Perencanaan adalah proses dalam menentukan tujuan organisasi
dan menyajikannya secara jelas dengan strategi, taktik, dan operasi
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan utama organisasi.
89
2. Barbara Becker
Perencanaan adalah cara rasional dalam menyiapkan masa depan
yang lebih baik.
3. Jacqueline Alder
Perencanaan adalah proses dalam menentukan apa yang ingin
dicapai di masa depan dan menetapkan langkah-langkah yang
diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
4. John Douglas
Perencanaan strategis melibatkan penetapan tujuan jangka
panjang dan strategi untuk mencapai tujuan tersebut.
Jadi, pengertian perencanaan fasilitas perusahaan menurut para
ahlinya adalah kegiatan yang dilakukan sebelum dan setelah perusahaan
beroperasi untuk menentukan bagaimana suatu aset tetap perusahaan
digunakan secara baik untuk menunjang tujuan perusahaan.
90
2. Kelancaran Proses Produksi
Perencanaan dan perancangan tata letak fasilitas memungkinkan
aliran proses dan pemindahan bahan di dalam perusahaan berjalan
dengan lancar, yang pada gilirannya dapat meminimalkan biaya dan
mengoptimalkan keuntungan.
3. Optimisasi Hubungan Antar Aktivitas
Perencanaan fasilitas juga berguna untuk mengoptimalkan
hubungan antar aktivitas di dalam perusahaan, yang dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas keseluruhan.
4. Mengurangi Risiko Ketidakpastian
Dalam lingkungan bisnis yang tidak pasti dan terus berubah,
perencanaan fasilitas dapat membantu mengurangi risiko
ketidakpastian dengan mengantisipasi perubahan di masa depan dan
merencanakan kegiatan dengan cara terbaik.
5. Menentukan Visi dan Misi
Perencanaan fasilitas membantu menetapkan visi dan misi
perusahaan, serta menganalisis target pasar dengan metode seperti
SWOT.
6. Peningkatan Produktivitas
Dengan merencanakan fasilitas yang sesuai, perusahaan dapat
meningkatkan produktivitas karyawan dan proses produksi. Fasilitas
yang dirancang dengan baik dapat meminimalkan gangguan dan
hambatan dalam proses kerja, sehingga karyawan dapat bekerja
dengan lebih efektif dan efisien.
7. Pengendalian Biaya
Perencanaan fasilitas membantu perusahaan dalam
mengendalikan biaya operasional. Dengan merencanakan tata letak
yang efisien, perusahaan dapat mengurangi biaya transportasi, biaya
persediaan, dan biaya lainnya yang terkait dengan operasional
fasilitas.
91
8. Fleksibilitas dan Skalabilitas
Perencanaan fasilitas memungkinkan perusahaan untuk
merencanakan ruang yang dapat disesuaikan dengan perubahan
kebutuhan bisnis di masa depan. Dengan merencanakan fasilitas yang
fleksibel, perusahaan dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan
perubahan permintaan pasar dan memperluas operasionalnya tanpa
mengalami hambatan yang signifikan.
9. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Perencanaan fasilitas juga memperhatikan aspek keselamatan dan
kesehatan kerja. Dengan merencanakan fasilitas yang aman dan
ergonomis, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang
sehat dan aman bagi karyawan, sehingga mengurangi risiko
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
10. Keunggulan Kompetitif
Perencanaan fasilitas yang baik dapat memberikan keunggulan
kompetitif bagi perusahaan. Dengan memiliki fasilitas yang efisien,
fleksibel, dan inovatif, perusahaan dapat memberikan produk atau
layanan yang lebih baik kepada pelanggan, meningkatkan kepuasan
pelanggan, dan memenangkan persaingan di pasar.
92
adalah beberapa faktor lingkungan yang perlu diperhatikan dalam
perencanaan fasilitas.
2. Mengembangkan Rencana atau Serangkaian Kegiatan
Tahap ini meliputi pengembangan berbagai alternatif kegiatan
untuk pencapaian tujuan, penilaian alternatif-alternatif tersebut, dan
pemilihan alternatif terbaik di antara berbagai alternatif. Rencana ini
dikembangkan untuk mencapai tujuan-tujuan khusus tertentu dan tidak
akan digunakan lagi bila telah tercapai, atau serangkaian kegiatan
terperinci yang kemungkinan tidak berulang dalam bentuk yang sama
di waktu mendatang.
3. Penentuan Tata Letak Fasilitas Produksi
Pemilihan dan penempatan alternatif tata letak merupakan langkah
kritis dalam proses perencanaan fasilitas produksi, karena tata letak
yang dipilih akan menentukan hubungan fisik dari aktivitas produksi
yang berlangsung. Ada beberapa tipe tata letak fasilitas produksi yang
umum diaplikasikan dalam desain tata letak, yaitu:
a. Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Aliran Produksi
Tata letak ini didasarkan pada aliran produk yang mengikuti
urutan tertentu dalam proses produksi. Fasilitas-fasilitas produksi
ditempatkan berurutan sesuai dengan aliran produk yang
dihasilkan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi
produksi dan mengurangi waktu pemrosesan.
b. Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Lokasi Material Tetap
Tata letak ini didasarkan pada lokasi material tetap yang
tidak dapat dipindahkan. Fasilitas produksi ditempatkan
berdasarkan lokasi material yang tidak dapat dipindahkan, seperti
sumber daya alam atau infrastruktur yang ada. Tujuannya adalah
untuk meminimalkan biaya transportasi dan memaksimalkan
penggunaan sumber daya yang ada.
c. Tata Letak Fasilitas Berdasarkan Kelompok Produk
93
Tata letak ini didasarkan pada kelompok produk yang
memiliki kesamaan dalam proses produksi. Fasilitas produksi
ditempatkan berdasarkan kelompok produk yang memiliki proses
produksi yang serupa. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
efisiensi produksi dan meminimalkan perubahan dalam proses
produksi.
Pemilihan tata letak fasilitas produksi yang tepat dapat
membantu meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi biaya
produksi, dan meningkatkan kualitas produk. Dalam perencanaan tata
letak, juga perlu mempertimbangkan faktor-faktor seperti biaya
material handling, kesederhanaan proses produksi, dan efisiensi
pengelolaan fasilitas produksi.
4. Menentukan Tipe Tata Letak Fasilitas Produksi
Ada empat macam atau tipe tata letak yang umum diaplikasikan
dalam desain tata letak, yaitu tata letak fasilitas berdasarkan aliran
produksi, tata letak fasilitas berdasarkan lokasi material tetap, dan tata
letak fasilitas berdasarkan kelompok produk.
94
daerah tersebut di planet bumi. Pemilihan lokasi pabrik harus
mempertimbangkan geografi lokal dan iklim. Hal ini termasuk
identifikasi wilayah yang sesuai dengan kebutuhan produksi dan
kondisi iklim yang mendukung.
2. Ketersediaan Ruang dan Tanah
Perusahaan perlu mempertimbangkan ketersediaan ruang dan
tanah untuk memastikan bahwa fasilitas dapat ditempatkan dengan
optimal dan memiliki ruang untuk pengembangan di masa depan.
Beberapa point yang penting terkait ketersediaan ruang dan tanah
dalam perencanaan fasilitas yakni: pemilihan lokasi dan kondosi
lingkungan, pengaturan penggunaan lahan, konservasi SDA, dan
pemantauan pertumbuhan populasi.
3. Aksesibilitas dan Transportasi
Lokasi fasilitas harus mudah diakses dan terhubung dengan
jaringan transportasi yang memadai untuk distribusi produk dan akses
tenaga kerja. Dalam perencanaan fasilitas, aksesibilitas dan
transportasi memainkan peran penting dalam menentukan lokasi dan
desain fasilitas. Aksebilitas mengacu pada kemudahan dan
kenyamanan seseorang atau suatu kelompok dalam mencapai suatu
tempat atau fasilitas. Transportasi, di sisi lain, melibatkan sistem dan
sarana yang digunakan untuk memeindahkan orang dan barang dari
satu tempat ke tempat lain. Aksebilitas yang baik dalam perencanaan
fasilitas dapat memberikan beberapa manfaat, seperti Kemudahan
akses, Efisiensi oprasional, dan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan
dalam transportasi juga harus dipertimbangkan dengan baik, seperti
infrastruktur transportasi, modal transportasi, dan ketersediaan
transportasi
4. Ketersediaan Sumber Daya
Perencanaan fasilitas harus mempertimbangkan ketersediaan
sumber daya seperti air, listrik, bahan baku, dan tenaga kerja yang
diperlukan untuk operasional fasilitas. Proses perencanaan sumber
95
daya manusia dalam perencanaan fasilitas dapat melibatkan beberapa
langkah yakni; mengenali ketersediaan tenaga kerja saat ini,
menghitung kebutuhan SDM dimasa mendatang.
5. Peraturan Pemerintah
Faktor-faktor regulasi dan peraturan pemerintah, seperti izin
lingkungan, perizinan usaha, dan peraturan zonasi, juga perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi fasilitas.
6. Lokasi
Pemilihan lokasi yang tepat sangat penting dalam perencanaan
fasilitas. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
penentuan lokasi pabrik adalah ketersediaan tenaga kerja dan tenaga
ahli, ketersediaan fasilitas, transportasi, ketersediaan masukan,
ketersediaan jasa-jasa, kecocokan tanah dan iklim, peraturan-
peraturan regional, ruangan untuk perluasan, persyaratan keamanan,
dan biaya tempat.
7. Tata Letak
Perencanaan tata letak melibatkan desain atau konfigurasi dari
bagian-bagian, pusat kerja, dan peralatan yang membentuk proses
produksi. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan tata letak meliputi aliran proses, pemindahan bahan,
efisiensi ruang, dan optimasi biaya.
8. Kapasitas
Perencanaan kapasitas melibatkan penentuan kapasitas produksi
yang diperlukan untuk memenuhi permintaan pasar. Faktor-faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam perencanaan kapasitas adalah
permintaan pasar, ketersediaan sumber daya, dan fleksibilitas
produksi.
9. Biaya
Aspek biaya juga merupakan faktor penting dalam perencanaan
fasilitas. Perusahaan perlu mempertimbangkan biaya pembangunan,
biaya operasional, biaya perawatan, dan biaya perluasan fasilitas
96
10. Ketersediaan Sumber Daya
Perencanaan fasilitas juga harus mempertimbangkan ketersediaan
sumber daya seperti tenaga kerja, bahan baku, peralatan, dan energi.
Memastikan ketersediaan sumber daya yang cukup dan efisien dapat
membantu perusahaan dalam menjalankan operasionalnya dengan
baik.
11. Kebutuhan Keamanan
Faktor keamanan juga harus dipertimbangkan dalam perencanaan
fasilitas. Perusahaan perlu memastikan bahwa fasilitas yang
direncanakan memenuhi persyaratan keamanan yang diperlukan,
termasuk perlindungan terhadap kebakaran, kecelakaan kerja, dan
keamanan fisik.
12. Peraturan dan Kebijakan
Perencanaan fasilitas juga harus mempertimbangkan peraturan
dan kebijakan yang berlaku, baik dari pemerintah maupun dari industri
terkait. Perusahaan perlu memastikan bahwa fasilitas yang
direncanakan mematuhi semua peraturan dan kebijakan yang berlaku.
13. Perluasan dan Fleksibilitas
Faktor perluasan dan fleksibilitas juga perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan fasilitas. Perusahaan perlu mempertimbangkan
kemungkinan perluasan fasilitas di masa depan dan memastikan
bahwa fasilitas yang direncanakan dapat dengan mudah diubah atau
disesuaikan dengan kebutuhan yang berubah.
14. Kesesuaian dengan Tujuan Organisasi
Perencanaan fasilitas harus selaras dengan tujuan dan strategi
organisasi. Fasilitas yang direncanakan harus dapat mendukung
pencapaian tujuan perusahaan dan memberikan keuntungan
kompetitif.
97
E. Strategi Untuk Sukses dalam Perencanaan Fasilitas
Untuk mencapai kesuksesan dalam perencanaan fasilitas, terdapat
beberapa strategi yang dapat diterapkan. Berikut adalah beberapa strategi
untuk sukses dalam perencanaan fasilitas yaitu:
1. Perumusan Rencana Strategis:
a. Rencana strategis digunakan untuk menguraikan strategi untuk
pertumbuhan dan kesuksesan di masa depan dengan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia.
b. Manfaat perencanaan strategis meliputi peningkatan keterlibatan
karyawan, produktivitas yang meningkat, dan pemahaman yang
lebih baik tentang tujuan yang ingin dicapai.
2. Identifikasi Masalah dalam Bisnis:
a. Identifikasi masalah dalam bisnis merupakan langkah penting untuk
menjalankan strategi yang tepat guna mendapatkan keuntungan
maksimal bagi bisnis.
b. Identifikasi masalah yang ada dalam bisnis dapat dilakukan dengan
menilai apa yang dianggap kurang efisien, serta melibatkan orang
lain yang terlibat dalam bisnis untuk mengurangi bias dalam
penilaian.
3. Komunikasi Rencana Strategis:
a. Komunikasi rencana strategis merupakan hal yang penting dalam
perencanaan strategis. Rencana strategis harus meliputi rencana
aksi yang mampu mewujudkan tujuan tersebut dengan
mempertimbangkan aspek-aspek penting bisnis lainnya.
b. Komunikasi rencana strategis memungkinkan perusahaan untuk
selalu siap menghadapi tantangan dan perubahan, serta meraih
peluang yang ada sebaik mungkin.
4. Diferensiasi Produk
Strategi ini melibatkan mengidentifikasi faktor-faktor pembeda
produk dan jasa dari kompetitor. Perusahaan perlu melakukan riset
mendalam untuk mengembangkan nilai pembeda yang tidak selalu
98
mengeluarkan biaya tambahan. Diferensiasi produk dapat meliputi
inovasi dalam business model, desain produk, atau pendekatan pada
layanan.
5. Strategi Harga
Strategi harga melibatkan penetapan harga produk yang lebih
tinggi dibandingkan kompetitor, terutama pada fase awal pengenalan
produk. Strategi ini dapat menjadi motor akselerasi untuk membalikkan
modal produksi dan iklan yang telah dilakukan jika berhasil
diimplementasikan.
6. Taktik Operasional
Strategi bisnis harus merinci taktik operasional yang mendukung
efisiensi. Rincian tentang bagaimana tugas dilakukan untuk mencapai
tujuan perusahaan perlu dipertimbangkan dalam perencanaan fasilitas.
7. Melibatkan Karyawan
Melibatkan karyawan dalam proses perencanaan strategis dapat
meningkatkan kepuasan kinerja karyawan dan produktivitas. Karyawan
dapat memberikan wawasan berharga tentang kebutuhan operasional
dan memberikan kontribusi dalam mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan perusahaan.
8. Kesesuaian dengan Tujuan Organisasi
Perencanaan fasilitas harus selaras dengan tujuan dan strategi
organisasi. Diskusi mengenai perencanaan strategis membantu
menempatkan bisnis pada posisi terbaik untuk sukses di masa depan.
9. Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis yang komprehensif dan terperinci sangat
penting dalam perencanaan fasilitas. Perusahaan perlu memiliki arah
yang jelas tentang bagaimana bisnis akan berjalan di masa depan dan
menguraikan strategi untuk pertumbuhan dan kesuksesan.
10. Perencanaan Kapasitas
Perencanaan kapasitas yang baik adalah strategi penting dalam
perencanaan fasilitas. Perusahaan perlu mempertimbangkan
99
permintaan pasar, ketersediaan sumber daya, dan fleksibilitas produksi
untuk menentukan kapasitas produksi yang diperlukan.
11. Perencanaan Keuangan
Strategi keuangan yang baik juga perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan fasilitas. Perusahaan perlu memastikan bahwa rencana
fasilitas dapat diakomodasi dalam anggaran dan mempertimbangkan
biaya pembangunan, biaya operasional, dan biaya perluasan fasilitas.
12. Perencanaan Risiko
Perencanaan fasilitas harus mencakup perencanaan risiko yang
mempertimbangkan kemungkinan risiko yang mungkin terjadi dan
langkah-langkah yang akan diambil untuk mengurangi dampaknya. Ini
termasuk perlindungan terhadap kebakaran, kecelakaan kerja, dan
keamanan fisik.
100
c. Perubahan Regulasi
Perubahan dalam regulasi pemerintah terkait lingkungan,
izin usaha, dan peraturan zonasi dapat menjadi tantangan dalam
perencanaan fasilitas perusahaan. Perusahaan perlu memastikan
bahwa fasilitas mereka mematuhi regulasi yang berlaku dan dapat
beradaptasi dengan perubahan regulasi tersebut.
d. Perubahan Teknologi
Perkembangan teknologi yang cepat akan menjadi
tantangan dalam perencanaan fasilitas. Perusahaan perlu
mengikuti perkembangan teknologi terkini dan memastikan bahwa
fasilitas mereka dapat mendukung penggunaan teknologi tersebut.
e. Perubahan Kebutuhan Pelanggan
Kebutuhan pelanggan dapat berubah seiring waktu, dan
perusahaan perlu dapat menyesuaikan fasilitas mereka dengan
kebutuhan yang berubah ini. Hal ini melibatkan pemantauan tren
pasar dan pemahaman yang mendalam tentang preferensi
pelanggan.
f. Keterbatasan Sumber Daya
Sumber daya seperti lahan, energi, dan air dapat menjadi
terbatas di masa depan. Perusahaan perlu mempertimbangkan
ketersediaan sumber daya ini dalam perencanaan fasilitas mereka
dan mencari solusi yang berkelanjutan.
g. Perubahan Iklim
Perubahan iklim dapat mempengaruhi infrastruktur dan
operasional fasilitas perusahaan. Perusahaan perlu
mempertimbangkan dampak perubahan iklim dalam perencanaan
fasilitas mereka, seperti risiko banjir, kekeringan, atau peningkatan
suhu.
101
2. Peluang
a. Optimisasi Teknologi
Perkembangan teknologi juga memberikan peluang untuk
meningkatkan efisiensi operasional fasilitas melalui penggunaan
alat-alat digital dan teknologi yang inovatif.
b. Kerja Sama Internasional
Peluang kerja sama internasional dalam pengembangan
fasilitas dan distribusi produk dapat membuka peluang baru bagi
perusahaan.
c. Inovasi dan Adaptasi
Peluang untuk inovasi dan adaptasi terhadap perubahan
lingkungan bisnis dapat membantu perusahaan dalam
merencanakan fasilitas yang responsif dan efektif.
d. Inovasi Teknologi
Perkembangan teknologi juga memberikan peluang dalam
perencanaan fasilitas. Perusahaan dapat memanfaatkan teknologi
terbaru untuk meningkatkan efisiensi operasional, mengurangi
biaya, dan meningkatkan kualitas produk atau layanan.
e. Peningkatan Efisiensi
Perencanaan fasilitas yang baik dapat membantu
perusahaan meningkatkan efisiensi operasional. Dengan
merancang fasilitas yang efisien, perusahaan dapat mengurangi
biaya produksi, mengoptimalkan penggunaan sumber daya, dan
meningkatkan produktivitas.
f. Fleksibilitas dan Skalabilitas
Perencanaan fasilitas yang fleksibel dan dapat diskalakan
memberikan peluang bagi perusahaan untuk beradaptasi dengan
perubahan kebutuhan bisnis. Fasilitas yang dapat dengan mudah
diubah atau diperluas memungkinkan perusahaan untuk mengikuti
pertumbuhan dan perkembangan bisnis.
102
g. Keberlanjutan
Perencanaan fasilitas yang berkelanjutan dapat memberikan
peluang bagi perusahaan untuk mengurangi dampak lingkungan
dan memenuhi tuntutan konsumen yang semakin peduli terhadap
isu lingkungan. Perusahaan dapat mempertimbangkan
penggunaan energi terbarukan, pengelolaan limbah yang efisien,
dan desain bangunan yang ramah lingkungan.
h. Peningkatan Kualitas dan Layanan
Perencanaan fasilitas yang baik dapat membantu
perusahaan meningkatkan kualitas produk atau layanan yang
mereka tawarkan. Dengan merancang fasilitas yang
memungkinkan proses produksi yang lebih efisien dan kontrol
kualitas yang lebih baik, perusahaan dapat memberikan nilai
tambah kepada pelanggan.
103
selalu termotivasi untuk bekerja dengan baik. Selain itu, pengawasan
terhadap kinerja pegawai juga perlu dilakukan untuk memonitor
kualitas kerja. Perusahaan juga harus menciptakan iklim yang nyaman
bagi pekerja dan memberikan jaminan kesehatan agar karyawan dapat
fokus bekerja dengan performa terbaik.
4. Evaluasi Perencanaan SDM dan Monitoring
Setelah perusahaan memiliki perencanaan SDM yang baik dan
dijalankan dengan maksimal, tahap selanjutnya adalah evaluasi dan
monitoring terhadap SDM yang dimiliki. Evaluasi ini dapat dilakukan
secara online menggunakan aplikasi simpeg berbasis cloud. Proses ini
memberikan gambaran jelas tentang bagaimana SDM bekerja dan
memenuhi target perusahaan.
5. Deskripsi Fasilitas
Komponen ini mencakup deskripsi lengkap tentang fasilitas yang
akan direncanakan. Hal ini meliputi ukuran, lokasi, jenis bangunan, dan
fitur khusus lainnya yang diperlukan untuk operasional perusahaan.
6. Tata Letak
Tata letak fasilitas adalah pengaturan ruang dan peralatan di dalam
fasilitas. Perencanaan tata letak yang baik mempertimbangkan aliran
proses kerja, efisiensi operasional, dan kebutuhan khusus dari setiap
departemen atau area kerja.
7. Peralatan dan Teknologi
Komponen ini mencakup perencanaan dan pemilihan peralatan
serta teknologi yang diperlukan untuk mendukung operasional
perusahaan. Hal ini meliputi mesin, perangkat lunak, peralatan kantor,
dan infrastruktur teknologi lainnya.
8. Kapasitas dan Skalabilitas
Perencanaan fasilitas juga harus mempertimbangkan kapasitas
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan produksi atau layanan
perusahaan. Selain itu, perencanaan harus mempertimbangkan
104
kemampuan fasilitas untuk ditingkatkan atau dikurangi sesuai dengan
perubahan kebutuhan bisnis di masa depan.
9. Keamanan dan Keselamatan
Komponen ini melibatkan perencanaan untuk keamanan dan
keselamatan fasilitas serta karyawan yang bekerja di dalamnya. Hal ini
mencakup sistem keamanan, pencegahan kebakaran, prosedur
evakuasi, dan kepatuhan terhadap peraturan keselamatan kerja.
10. Lingkungan Kerja
Perencanaan fasilitas juga harus mempertimbangkan lingkungan
kerja yang nyaman dan produktif bagi karyawan. Hal ini meliputi desain
interior, pencahayaan, ventilasi, dan fasilitas kesehatan dan
kenyamanan lainnya.
11. Perawatan dan Pemeliharaan
Komponen ini melibatkan perencanaan untuk perawatan dan
pemeliharaan fasilitas agar tetap berfungsi dengan baik. Hal ini
mencakup jadwal perawatan, perbaikan, dan penggantian peralatan
yang rusak atau usang.
12. Biaya dan Anggaran
Perencanaan fasilitas juga harus mempertimbangkan aspek
keuangan. Hal ini meliputi estimasi biaya pembangunan, biaya
operasional, dan anggaran yang diperlukan untuk perencanaan,
pembangunan, dan pemeliharaan fasilitas.
13. Peraturan dan Kepatuhan
Komponen ini melibatkan pemahaman dan kepatuhan terhadap
peraturan dan regulasi yang berlaku dalam industri atau wilayah
tempat perusahaan beroperasi. Hal ini mencakup peraturan zonasi,
perizinan, dan persyaratan lingkungan lainnya.
14. Rencana Darurat
Perencanaan fasilitas juga harus mencakup rencana darurat untuk
menghadapi situasi darurat atau bencana yang mungkin terjadi. Hal ini
105
meliputi prosedur evakuasi, sistem peringatan, dan koordinasi dengan
pihak berwenang terkait.
15. Evaluasi dan Pemantauan
Komponen ini melibatkan evaluasi dan pemantauan terhadap
kinerja fasilitas setelah direncanakan dan dibangun. Hal ini bertujuan
untuk memastikan bahwa fasilitas berfungsi sesuai dengan harapan
dan dapat ditingkatkan jika diperlukan.
106
c. Menentukan kinerja sistem fasilitas
Menentukan parameter-parameter kinerja yang harus
dipenuhi oleh fasilitas, seperti kapasitas, efisiensi energi, atau
keamanan, sesuai dengan kebutuhan pengguna.
d. Menentukan sumber daya yang dibutuhkan
Mengidentifikasi sumber daya manusia, perangkat keras, dan
perangkat lunak yang diperlukan untuk membangun dan
mengoperasikan fasilitas.
e. Menaksir biaya
Melakukan estimasi biaya yang diperlukan untuk
membangun dan mengoperasikan fasilitas sesuai dengan
kebutuhan yang telah diidentifikasi.
Dengan melakukan identifikasi kebutuhan yang komprehensif,
perencana fasilitas dapat memastikan bahwa fasilitas yang
direncanakan dapat memenuhi kebutuhan pengguna dengan baik. Hal
ini akan membantu dalam menciptakan fasilitas yang efektif, efisien,
dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
2. Analisis lokasi
Analisis lokasi adalah proses untuk mempelajari dan mengevaluasi
lokasi yang paling sesuai untuk suatu kegiatan atau proyek. Tujuan
dari analisis lokasi adalah untuk memastikan bahwa lokasi yang dipilih
dapat memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam konteks perencanaan fasilitas, analisis lokasi melibatkan
beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan, antara lain:
a. Aksesibilitas
Mempertimbangkan aksesibilitas lokasi terhadap
transportasi, jaringan jalan, dan infrastruktur pendukung lainnya.
Lokasi yang mudah diakses akan memudahkan pengguna,
karyawan, dan pelanggan untuk mencapai fasilitas tersebut.
107
b. Demografi dan pasar
Menganalisis demografi wilayah sekitar lokasi untuk
memahami profil penduduk, kebutuhan pasar, dan potensi
pelanggan. Hal ini penting untuk memastikan bahwa lokasi dapat
menarik dan melayani target pasar dengan baik.
c. Lingkungan
Menilai kondisi lingkungan sekitar lokasi, termasuk faktor-
faktor seperti kebersihan, keamanan, dan ketersediaan fasilitas
publik. Lingkungan yang baik akan memberikan pengaruh positif
terhadap pengguna dan karyawan.
d. Infrastruktur
Memperhatikan ketersediaan infrastruktur pendukung seperti
listrik, air bersih, telekomunikasi, dan fasilitas lainnya. Infrastruktur
yang memadai akan mendukung operasional fasilitas dengan baik.
e. Persaingan
Menganalisis keberadaan pesaing di sekitar lokasi yang
dipilih. Memahami persaingan akan membantu dalam
mengidentifikasi peluang dan tantangan yang mungkin dihadapi.
f. Regulasi dan perizinan
Memperhatikan peraturan dan perizinan yang berlaku di
lokasi tersebut. Memastikan bahwa fasilitas yang direncanakan
sesuai dengan peraturan dan dapat memperoleh izin yang
diperlukan.
3. Desain fasilitas
Desain fasilitas adalah proses menciptakan tata letak fisik yang
optimal untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan suatu fasilitas. Desain
fasilitas melibatkan pemilihan dan penempatan yang tepat dari
berbagai elemen, seperti ruang kerja, peralatan, jalur produksi, dan
fasilitas pendukung lainnya.
Terdapat beberapa langkah yang umum dilakukan dalam desain
fasilitas, antara lain:
108
a. Analisis Kebutuhan
Melakukan analisis untuk memahami kebutuhan pengguna
fasilitas. Hal ini melibatkan identifikasi fungsi-fungsi yang harus ada
dalam fasilitas dan menentukan parameter kinerja yang harus
dipenuhi.
b. Tata Letak Fasilitas
Memilih dan menentukan tata letak yang optimal untuk
fasilitas. Ada beberapa tipe tata letak yang umum digunakan,
seperti tata letak berdasarkan aliran produksi, tata letak
berdasarkan lokasi material tetap, dan tata letak berdasarkan
kelompok produk.
c. Penggunaan Ruang
Merencanakan penggunaan ruang yang efisien dalam
fasilitas. Hal ini melibatkan pemilihan ukuran ruang, pengaturan
peralatan, dan pengaturan jalur produksi yang optimal.
d. Ergonomi
Memperhatikan faktor ergonomi dalam desain fasilitas. Hal ini
melibatkan penempatan peralatan dan ruang kerja yang sesuai
dengan prinsip ergonomi untuk meningkatkan kenyamanan dan
produktivitas pengguna fasilitas.
e. Keamanan dan Kebutuhan Lingkungan
Memperhatikan aspek keamanan dan kebutuhan lingkungan
dalam desain fasilitas. Hal ini melibatkan pemilihan material yang
aman, pengaturan sistem keamanan, dan mempertimbangkan
dampak lingkungan dari fasilitas tersebut.
f. Estetika
Memperhatikan aspek estetika dalam desain fasilitas. Hal ini
melibatkan pemilihan desain yang menarik dan sesuai dengan citra
atau branding perusahaan.
Dalam desain fasilitas, penting untuk mempertimbangkan
berbagai faktor, seperti kebutuhan pengguna, efisiensi operasional,
109
keamanan, dan keberlanjutan lingkungan. Dengan melakukan desain
fasilitas yang baik, dapat menciptakan lingkungan kerja yang efisien,
aman, dan nyaman untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
4. Perencanaan kapasitas
Perencanaan kapasitas adalah proses untuk menganalisis dan
menentukan seberapa besar kapasitas produksi yang diperlukan oleh
suatu organisasi atau perusahaan untuk memenuhi permintaan
pelanggan. Tujuan dari perencanaan kapasitas adalah untuk
memastikan bahwa kapasitas yang tersedia dapat memenuhi
kebutuhan produksi dengan efisien dan efektif. Beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan dalam perencanaan kapasitas antara lain:
a. Kapasitas Desain
Merupakan tingkat output maksimum atau kapasitas layanan
dari suatu operasi, proses, atau fasilitas. Kapasitas desain ini
mencerminkan kondisi ideal tanpa adanya produk cacat atau rusak,
hanya mempertimbangkan perawatan rutin.
b. Kapasitas Efektif
Merupakan kapasitas yang dapat dicapai oleh suatu
perusahaan dengan mempertimbangkan keterbatasan operasional
yang ada. Kapasitas efektif biasanya lebih rendah daripada
kapasitas desain karena faktor-faktor seperti rancangan produk,
kualitas bahan, motivasi tenaga kerja, perawatan mesin/fasilitas,
dan rancangan pekerjaan dapat mempengaruhi kapasitas yang
sebenarnya dapat dicapai.
c. Kapasitas Aktual
Merupakan output nyata yang dapat dihasilkan oleh fasilitas
produksi. Kapasitas aktual ini dapat berbeda dengan kapasitas
desain atau kapasitas efektif, tergantung pada faktor-faktor seperti
efisiensi operasional, penggunaan peralatan, dan faktor-faktor lain
yang mempengaruhi produktivitas.
110
Perencanaan kapasitas dapat dibagi menjadi tiga jenis
berdasarkan jangka waktu:
a. Perencanaan Kapasitas Jangka Pendek
Merupakan perencanaan dengan jangka waktu kurang dari
tiga bulan. Fokus utama dari perencanaan ini adalah pada
penjadwalan harian atau mingguan serta penyesuaian-penyesuaian
yang diperlukan untuk mengurangi perbedaan antara output yang
direncanakan dan output yang sebenarnya.
b. Perencanaan Kapasitas Jangka Menengah
Merupakan perencanaan dengan jangka waktu antara 3
sampai 36 bulan. Perencanaan ini melibatkan rencana bulanan
atau kuartalan untuk memperhitungkan perubahan yang akan
datang dalam permintaan dan kebutuhan produksi.
c. Perencanaan Kapasitas Jangka Panjang
Merupakan perencanaan dengan jangka waktu lebih dari
satu tahun. Perencanaan ini melibatkan keputusan strategis yang
melibatkan investasi jangka panjang, seperti pembangunan
bangunan baru, pengadaan peralatan baru, atau perluasan fasilitas
produksi.
Perencanaan kapasitas yang baik dapat membantu organisasi
atau perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan sumber daya,
mengurangi risiko investasi berlebihan, dan memastikan bahwa
permintaan pelanggan dapat terpenuhi dengan baik.
5. Pemilihan peralatan
Pemilihan peralatan dalam konteks perencanaan fasilitas adalah
proses untuk memilih peralatan yang tepat untuk digunakan dalam
operasional fasilitas. Pemilihan peralatan yang baik sangat penting
karena dapat mempengaruhi efisiensi, produktivitas, dan keselamatan
dalam pelaksanaan pekerjaan. Beberapa faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam pemilihan peralatan antara lain:
111
a. Fungsi dan Spesifikasi
Pemilihan peralatan harus sesuai dengan fungsi yang akan
dilaksanakan. Peralatan harus memiliki spesifikasi yang sesuai
dengan kebutuhan pekerjaan, seperti kapasitas, daya, ukuran, dan
fitur-fitur lainnya.
b. Kapasitas
Pemilihan peralatan harus mempertimbangkan kapasitas
yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan efisien.
Kapasitas peralatan harus sesuai dengan volume atau berat
material yang akan diangkut atau dikerjakan.
c. Biaya
Selain biaya investasi atau biaya sewa peralatan, biaya
operasi dan pemeliharaan juga merupakan faktor penting dalam
pemilihan peralatan. Perlu dipertimbangkan biaya-biaya yang
terkait dengan penggunaan, perawatan, dan perbaikan peralatan.
d. Ketersediaan dan Waktu Pengiriman
Pemilihan peralatan harus mempertimbangkan ketersediaan
peralatan yang diinginkan dan waktu pengiriman. Perlu dipastikan
bahwa peralatan yang dipilih dapat tersedia tepat waktu untuk
memenuhi jadwal pekerjaan.
e. Keandalan dan Kualitas
Peralatan yang dipilih harus memiliki tingkat keandalan yang
tinggi dan kualitas yang baik. Peralatan yang handal dan
berkualitas dapat mengurangi risiko kerusakan atau kegagalan
yang dapat mengganggu kelancaran pekerjaan.
f. Keselamatan
Pemilihan peralatan harus memperhatikan aspek
keselamatan kerja. Peralatan yang dipilih harus memenuhi standar
keselamatan yang berlaku dan dapat digunakan dengan aman oleh
operator.
112
Pemilihan peralatan yang tepat dapat membantu meningkatkan
efisiensi, produktivitas, dan keselamatan dalam pelaksanaan
pekerjaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis yang cermat dan
mempertimbangkan faktor-faktor yang relevan sebelum memutuskan
pemilihan peralatan.
6. Pengelolaan proyek
Pengelolaan proyek perencanaan fasilitas melibatkan serangkaian
tahapan dan aktivitas yang dilakukan untuk merencanakan dan
mengelola proyek perencanaan fasilitas dengan efisien. Berikut adalah
penjelasan mengenai pengelolaan proyek perencanaan fasilitas:
a. Identifikasi Proyek
Tahap ini melibatkan pengidentifikasian kebutuhan dan
tujuan proyek perencanaan fasilitas. Tujuan proyek perencanaan
fasilitas dapat mencakup perencanaan tata letak, perencanaan
kapasitas, perencanaan pemilihan peralatan, dan lain sebagainya.
b. Perencanaan Proyek
Tahap perencanaan proyek melibatkan pengembangan
rencana proyek perencanaan fasilitas. Rencana ini mencakup
berbagai aspek seperti jadwal proyek, anggaran, sumber daya yang
dibutuhkan, dan risiko yang terkait dengan proyek perencanaan
fasilitas.
c. Eksekusi Proyek
Tahap eksekusi proyek perencanaan fasilitas melibatkan
pelaksanaan rencana yang telah disusun. Pada tahap ini, tugas-
tugas yang telah ditetapkan dalam rencana proyek akan dikerjakan,
jadwal proyek diperbarui, anggaran dielola, dan kualitas
perencanaan fasilitas dijaga.
d. Monitoring dan Pengendalian
Tahap ini melibatkan pemantauan dan pengendalian
terhadap kemajuan proyek perencanaan fasilitas. Manajer proyek
113
akan memantau kinerja proyek, mengidentifikasi perubahan yang
diperlukan, dan mengambil tindakan korektif jika diperlukan.
e. Penyelesaian Proyek
Tahap ini melibatkan penyelesaian semua tugas dan
kegiatan proyek perencanaan fasilitas, serta penyerahan hasil
perencanaan fasilitas kepada pihak yang berkepentingan.
Pengelolaan proyek perencanaan fasilitas juga melibatkan
pengelolaan tim proyek, komunikasi yang efektif, dan koordinasi antara
berbagai pihak yang terlibat dalam proyek. Tujuan utama dari
pengelolaan proyek perencanaan fasilitas adalah untuk mencapai
tujuan perencanaan fasilitas yang telah ditetapkan dengan
memanfaatkan sumber daya yang tersedia secara efisien.
114
BAB VII
115
mengenai jumlah unit produk yang akan diproduksi selama periode
yang akan datang, yang di dalamnya mencakup rencana mengenai
jenis (kualitas), jumlah (kuantitas), waktu (kapan) produksi yang akan
dilakukan. Anggaran produksi berarti anggaran kegiatan, karena
produksi adalah proses kegiatan membuat produksi
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa biaya produksi
semua biaya yang berhubungan dengan produksi atau kegiatan
pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Dari definisi tersebut
dapat diketahui bahwa elemen- elemen dari biaya produksi terdiri dari :
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik.
116
termasuk dalam anggaran biaya bahan baku. Sedangkan perencanaan
bahan baku tak langsung akan direncanakan dalam anggaran biaya
overhead pabrik.
Anggaran bahan baku merupakan faktor utama yang dibutuhkan
dalam proses produksi. Munandar (2001:136) menjelaskan bahwa
anggaran bahan baku langsung adalah anggaran yang merencanakan
secara lebih terperinci tentang biaya bahan baku untuk produksi selama
periode yang akan datang, di dalamnya meliputi rencana tentang harga,
jenis (kualitas) bahan baku yang diolah, dan kapan bahan baku
tersebut diolah dalam proses produksi. Selanjutnya Rudianto
(2009:185) mengatakan anggaran bahan baku adalah perencanaan
kuantitas bahan baku yang dibutuhkan untuk keperluan produksi pada
periode mendatang. Anggaran bahan baku ini akan menggambarkan
berapa kas yang keluar untuk kebutuhan bahan baku langsung pada
periode yang akan datang.
Anggaran bahan baku diperlukan karena memiliki beberapa tujuan
dan manfaat. Tujuan dan manfaat utama anggaran bahan baku adalah
untuk memperkirakan kebutuhan bahan baku dan memperkirakan
harga pokok produksi dengan adanya pemakaian bahan baku.
Adisaputro dan Anggraini (2011:184) menyebutkan tujuan penyusunan
anggaran bahan baku yaitu memperkirakan kebutuhan bahan baku,
memperkirakan pembelian bahan baku, memperkirakan kebutuhan
dana untuk pembelian bahan baku, dan memperkirakan komponen
harga pokok dengan adanya pemakaian bahan baku. Selain itu Rahayu
dan Rachman (2013:64) menyebutkan tujuan anggaran bahan baku
adalah untuk merencanakan jumlah kebutuhan/pemakaian bahan baku,
merencanakan jumlah pembelian bahan baku, memperkirakan jumlah
biaya bahan baku sebagai dasar untuk perhitungan anggaran biata
produksi, merencanaan kebutuhan dana yang diperlukan untuk
pembelian bahan baku, dan untuk melaksanakan fungsi pengawasan
atas pengelolaan bahan baku.
117
Dengan disusunnya anggaran bahan baku perusahaan dapat
memperkirakan kebutuhan bahan baku untuk produksi dan
memperkirakan harga pokok produksi dengan adanya pemakaian
bahan baku untuk periode mendatang sehingga harga pokok produksi
dapat ditentukan secara lebih tepat
2. Kebijakan Penyusunan Anggaran Bahan Baku
Setiap perusahaan dapat mempunyai kebijakan dalam menilai
persediaan. Adisaputro dan Asri menyebutkan beberapa kebijakan
tentang penilaian persediaan yaitu sebagai berikut:
a. Kebijakan FIFO (First In First Out)
Dalam kebijakan ini, bahan baku yang lebih dahulu digunakan
untuk produksi adalah bahan baku yang lebih dahulu masuk di
gudang.
b. Kebijakan LIFO (Last In First Out)
Kebijakan LIFO adalah harga bahan baku yang masuk ke gudang
lebih akhir justru dipakai untuk menentukan nilai bahan baku yang
digunakan dalam produksi.
Namun, Nafarin (2007:206) mengatakan bahwa dalam penyusunan
anggaran bahan baku tidak diperlukan metode penilaian persediaan
karena metode penilaian persediaan berkaitan dengan penentuan harga
pokok bahan baku per unit, sedangkan dalam penyusunan anggaran
sudah ditentukan harga pokok per unitnya. Metode penialian sediaan
pada umumnya diterapkan pada akuntansi keuangan. Dalam penyusunan
anggaran, harga bahan baku per unit dianggap tidak berubah pada
periode anggaran.
Kebijakan perusahaan yang akan memengaruhi anggaran bahan
baku berkaitan dengan penetapan sediaan bahan baku akhir yaitu dapat
dilakukan dengan menetapkan batas maksimum minimum, persiapan
kebutuhan bulanan, dan tingkat perputaran persediaan. Dalam
penyusunan anggaran bahan baku tidak diperlukan metode penilaian
persediaan karena metode penilaian persediaan berkaitan dengan
118
penentuan harga pokok bahan baku per unit, sedangkan dalam
penyusunan anggaran sudah ditentukan harga pokok per unitnya. Selain
itu, pemilihan bahan baku yang berkualitas perlu diperhatikan oleh
perusahaan sehingga target penjualan dapat tercapai dan produk yang
dihasilkannya pun berkualitas.
3. Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Bahan Baku
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun anggaran
biaya bahan baku menurut Munandar (2001:137) adalah sebagai berikut:
a. Anggaran kebutuhan atau pemakaian bahan baku langsung.
b. Anggaran pembelian bahan baku langsung.
c. Metode Akuntansi (pembukuan bahan baku) yang dipakai oleh
perusahaan, khususnya yang berhubungan dengan masalah penilaian
bahan baku yang diolah dalam proses produksi
119
tentang upah yang akan dibayarkan kepada para tenaga kerja langsung
selama periode yang akan datang. Sedangkan Rudianto (2009:88)
mengatakan bahwa anggaran tenaga kerja langsung merupakan
rencana pembayaran biaya tenaga kerja di dalam periode tertentu yang
dibutuhkan untuk memproduksi seluruh produk yang direncanakan
dalam periode tertentu.
Anggaran tenaga kerja langsung diperlukan karena memiliki
beberapa tujuan dan manfaat. Tujuan dan manfaat utama anggaran
biaya tenaga kerja langsung adalah memperkirakan jumlah tenaga kerja
langsung yang digunakan beserta biayanya untuk periode mendatang.
Nafarin (2007:224) mengatakan anggaran tenaga kerja langsung
bermanfaat untuk menyiapkan sejumlah kas untuk pembayaran biaya
tenaga kerja langsung, sehingga dapat memperlancar kegiatan produksi.
Dengan disusunnya anggaran tenaga kerja langsung yang baik, dapat
memberikan keuntungan bagi perusahaan, yaitu biaya tenaga kerja
dapat direncanakan dan diatur lebih efisien serta membantu perhitungan
harga pokok barang secara tepat. Sedangkan Prawironegoro dan
Purwanto (2010:56) menjelaskan manfaat anggaran tenaga kerja
langsung yaitu sebagai pedoman kerja manajer atau mandor untuk
mendorong efektivitas buruh mencapai sasaran kerja, alat ukur efisiensi
kerja melalui analisis penyimpangan tarif upah dan jam kerja, dan alat
untuk menentukan besarnya harga pokok produksi.
2. Kebijakan penyusunan anggaran biaya tenaga kerja langsung
Rudianto (2009:88) menjelaskan beberapa kebijakan yang
berkaitan tarif biaya tenaga kerja yaitu:
a. Tarif per Jam Kerja
Jika pembayaran ditentukan berdasarkan jam kerja, maka tinggal
dihitung taksiran jam kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan satu
unit produk, dikalikan dengan tarif per jamnya.
120
b. Tarif per Hari Kerja
Jika pembayaran biaya tenaga kerja ditetapkan berdasarkan hari
kerja, maka harus dihitung hari kerja dalam satu bulan, dikalikan
dengan jumlah tenaga kerja keseluruhan.
c. Tarif per unit produk
Jika pembayaran tenaga kerja ditetapkan berdasarkan unit
produksi yang dihasilkan, maka tinggal dihitung tarif upah per unit
produknya, dikalikan dengan volume produksi
3. Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Biaya Tenaga Kerja
Langsung
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun anggaran
biaya tenaga kerja langsung menurut Munandar (2001:146) adalah
sebagai berikut:
a. Unit yang akan diproduksi
b. Berbagai standar waktu untuk mengerjakan proses produksi yang telah
ditetapkan perusahaan.
c. Sistem pembayaran upah atau satuan tarif upah yang dipakai
perusahaan.
121
kerja yang direncanakan akan dibayarkan dalam suatu periode tertentu.
Anggaran biaya overhead pabrik diperlukan karena memiliki beberapa
tujuan dan manfaat. Tujuan dan manfaat utama dari penyusunan
anggaran biaya overhead pabrik adalah untuk dapat mengetahui
penggunaan biaya overhead pabrik secara lebih efisien.
Rahayu dan Rachman (2013:85) menjelaskan pada umumnya
anggaran biaya overhead pabrik disusun sebagai perencanaan,
pengkoordinasian, dan pengendalian kegiatan-kegiatan pabrikasi yang
dapat membantu pihak manajemen dalam menjalankan kegiatan
perusahaan.
Secara khusus tujuan penyusunan anggaran biaya overhead pabrik
adalah untuk mengetahui penggunaan biaya overhead pabrik secara lebih
efisien, menentukan harga pokok produksi secara lebih tepat, mengetahui
pengalokasian biaya overhead pabrik di setiap departemen produksi, dan
sebagai alat pengendalian biaya overhead pabrik. Berdasarkan uraian di
atas, dapat dikatakan bahwa anggaran biaya overhead pabrik
merencanakan biaya pabrik tidak langsung selama periode yang akan
datang. Anggaran biaya overhead pabrik digunakan untuk dapat
mengetahui penggunaan biaya overhead pabrik secara lebih efisien.
Selain itu anggaran biaya overhead pabrik juga sangat penting dibuat
sehingga perencanaan harga pokok produksi dapat dilakukan secara lebih
tepat.
2. Kebijakan Penyusunan Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Rahayu dan Rachman (2013:87) mengatakan bahwa biaya
overhead pabrik terdiri dari tiga macam sifat biaya, maka dalam
penyusunan anggaran BOP adalah sebagai berikut:
a. Biaya yang sifatnya tetap maka biaya pada periode yang akan datang
ditentukan sama dengan periode sebelumnya.
b. Biaya yang bersifat variabel ditentukan berdasarkan tarif tertentu
yang disesuaikan dengan kondisi yang akan datang.
122
c. Biaya yang bersifat semivariabel akan ditentukan dengan
menganalisis biaya pada beberapa periode yang lalu, kemudian
mengelompokkannya menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
Telah disebutkan bahwa untuk dapat menyusun anggaran biaya
overhead pabrik di masa mendatang diperlukan besarnya tarif biaya
overhead pabrik yang dibebankan ke produk. Jika perusahaan ingin
menetapkan suatu tarif tertentu sebagai dasar perhitungan biaya
overhead pabrik, besarnya biaya overhead yang dianggarkan dijadikan
dasar untuk menetapkan tarif tersebut. Rudianto (2009:95) menjelaskan
bahwa tarif biaya overhead adalah biaya overhead yang ditetapkan
sebagai dasar menghitung biaya overhead per unit produk. Jadi tanpa
menetapkan tarif biaya overhead, maka perusahaan tidak akan dapat
menghitung biaya overhead dan biaya produksi per unit produknya.
3. Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Anggaran Biaya Overhead
Pabrik
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun
anggaran biaya overhead pabrik menurut Rahayu dan Rachman
(2013:87) adalah sebagai berikut:
a. Anggaran unit yang akan diproduksi, terutama yang berkaitan dengan
kualitas dan kuantitasnya dari waktu ke waktu selama periode yang
akan datang.
b. Berbagai standar yang telah ditetapkan perusahaan, misalnya
standar pemakaian bahan penolong, pemakaian listrik, dan
sebagainya.
c. Sistem pembayaran upah yang dipakai perusahaan.
d. Metode penyusutan, khususnya terhadap aktiva tetap.
e. Metode alokasi biaya yang dipakai oleh perusahaan untuk membagi
biaya biaya yang semula merupakan satu kesatuan, menjadi
beberapa kelompok biaya di mana biaya tersebut terjadi.
123
E. Analisa Penyimpangan Biaya Produksi
Analisa penyimpangan biaya produksi dapat dibedakan menjadi :
1. Penyimpangan Biaya Bahan Baku
a. Penyimpangan harga bahan baku (material price variance / MPV)
Penyimpangan harga bahan baku merupakan selisih antara harga
beli bahan yang sesungguhnya dengan harga bahan menurut
standar. Apabila harga aktual per unit lebih besar dari harga
menurut standar, maka penyimpangan yang terjadi adalah
penyimpangan yang merugikan (unfavorable variance). Sebaliknya,
apabila harga aktual per unit lebih kecil dari harga menurut standar,
maka selisihnya merupakan selisih yang menguntungkan (favorable
variance).
b. Penyimpangan pemakaian bahan baku (Material Quantity Variance
/ MQV) Yaitu selisih antara pemakaian bahan yang sesungguhnya
dengan bahan menurut standar. Apabila pemakaian bahan baku
yang sesungguhnya lebih besar dari pemakaian menurut standar,
berarti terjadi penyimpangan yang merugikan bagi perusahaan.
Begitu juga sebaliknya, bila pemakaian aktual lebih kecil dari
pemakaian standar, berarti telah terjadi penyimpangan yang
menguntungkan, dan hal ini merupakan prestasi bagian produksi
yang telah mampu melakukan efisiensi.
2. Penyimpangan Tenaga Kerja Langsung
a. Penyimpangan tarif upah buruh (Labor Rate Variance / LRV)
Adalah selisih antara tarif upah yang dibayar dengan upah
standar. Apabila terjadi penyimpangan baik yang menguntungkan
maupun yang merugikan perlu dianalisa untuk mengetahui sebab
terjadinya penyimpangan dan agar dapat tindakan yang diperlukan.
Dengan tetap mempertimbangkan peraturan pemerintah tentang tarif
upah yang berlaku.
b. Penyimpangan jam kerja buruh (Labor Time Variance / LTV)
Adalah selisih antara jam kerja aktual dengan jam kerja standar.
124
3. Penyimpangan biaya overhead pabrik (Overhead Variance)
Yaitu selisih yang terjadi antara biaya overhead pabrik aktual
dengan biaya overhead pabrik yang dibebankan (Overhead applied).
Berdasarkan tingkah lakunya, biaya overhead yang terjadi pada suatu
perusahaan dapat dibedakan atas variable overhead dan fixed ove.
125
Buatlah anggaran pembelian bahan baku jika persediaan bahan
baku awal dan akhir adalah sebagai berikut:
126
2. Biaya tenaga kerja langsung
Informasi yang diperlukan untuk penyusunan anggaran tenaga
kerja langsung. Kegiatan kegiatan yang dilakukan untuk
memproduksi barang dan jasa. jumlah barang jadi yang direncakan
untuk diproduksi. Jumlah jam dan tenaga kerja yang diperlukan
untuk memproduksi satu unit barang atau jadi atau disebut standar
penggunaan jam tenaga kerja langsung.
127
3. Biaya overhead pabrik
PT.BAJ hendak menyusun anggaran biaya overhead produksi
untuk bulan Januari 2017. Berikut anggaran produksi untuk bulan
Januari 2017.
128
untuk perawatan mesin untuk kedua departemen sebesar Rp.1.000
per jam
Biaya tetap untuk sewa pabrik sebesar Rp. 6.000.000 per bulan
dialokasikan berdasarkan luas bangunan yang dipakai oleh setiap
departemen.
Biaya listrik yang bersifat variabel untuk setiap pemakaian
mesin per jam adalah Rp. 3.000. Tinggi atau rendahnya biaya listrik
untuk setiap departemen ditentukan oleh waktu pemakain mesin.
Biaya listrik yang bersifat tetap sebesar Rp. 4.000.000 dialokasikan
ke departemen penjahitan dan departemen pengemasan dengan
propordi 60% dan 40%..
Biaya asuransi tetap pegawai pabrik sebesar Rp. 5.000.000 per
bulan dialokasikan kedua departemen berdasarkan biaya tenaga
kerja langsung per departemen per bulannya.
129
4. Anggaran biaya produksi
130
G. Metode Penyusunan Anggaran Biaya Produksi
Menurut Rahayu dan Rachman (2013: 7), metode penyusunan
yang dapat dipergunakan dalam penyusunan anggaran adalah sebagai
berikut:
1. Otoriter atau Top Dwon
Dalam metode ini anggaran disusun dan ditetapkan sendiri oleh
pimpinan dalam anggaran ini dilaksanakan oleh bawahan tanpa
adanya keterlibatan bawahan dan penyusunannya. Metode ini ada
baiknya digunakan bila karyawan tidak mampu menyusun anggaran
atau dianggap terlalu lama dan tidak tepat jika diserahkan kepada
bawahannya. Hal ini bisa terjadi dalam perusahaan yang
131
karyawannya tidak memiliki cukup keahlian untuk menyusun
anggaran. Atasan bisa saja menggunakan jasa konsultan atau tim
khusus untuk melaksanakan.
2. Demokrasi atau Bottom Up
Dalam metode ini, anggaran disusun berdasarkan hasil
keputusan karyawan. Anggaran disusun mulai dari bawahan sampai
atasan, di mana diserahkan sepenuhnya menyusun anggaran yang
ditargetkan 16 pada masa yang akan datang. Metode ini digunakan
jika karyawan sudah memiliki kemampuan dalam menyusun
anggaran dan tidak dikhawatirkan akan menimbulkan proses yang
lama dan berlarut.
3. Campuran antara Top Down dan Bottom Up
Metode terakhir ini merupakan campuran dari kedua metode di
atas, penyusunan anggaran dimulai dari atas dan selanjutnya
diserahkan untuk dilengkapi dan dilanjutkan oleh karyawan
bawahan. Jadi pedoman dari atasan atau pimpinan dan kemudian
dijabarkan oleh bawahan sesuai dengan arahan dari atasan.
Disamping itu dapat pula disusun langkah-langkah utama yang
dilakukan dalam rangka menyusun anggaran produksi dan
pelaksanaanya;
1. Tahap Perencanaan
a. Menentukan Periode waktu yang akan dipakai sebagai dasar
dalam penyusunan bagian produksi.
b. Menentukan jumlah satuan fisik dari barang yang harus
dihasilkan.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Menentukan kapan barang diproduksi.
b. Menentukan di mana barang akan diprodusir.
c. Menentukan urut-urutan proses Produksi.
d. Menentukan standar penggunaan fasilitas-fasilitas produksi untuk
mencapai efisiensi.
132
e. Menyusun Progam tentang penggunaan bahan mentah, buruh,
service dan peralatan.
f. Menyusun standar biaya Produksi.
g. Membuat Perbaikan-Perbaikan bilamana diperlukan.
Dalam tahap perencanaan diatas, dikatakan bahwa penentuan
jumlah satuan fisik barang yang harus diproduksi disesuaikan dengan
rencana penjualan. Pada umumnya rencana Penjualan disajikan dalam
unit fisik, sehingga menghitung jumlah barang yang harus di produsir
adalah mudah.
Kemudian, pada tahap pelaksanaan terdapat langkah yang
menentukan kapan barang akan diprodusir oleh perusahaan. Dalam
menentukan kapan suatu barang akan diprodusir, terlebih dahulu
diperkirakan :
1. Lamanya Proses Produksi, yakni jangka waktu yang diperlukan
untuk memproses bahan mentah menjadi barang jadi.
2. Jumlah barang yang akan dihasilkan selama satu periode, dengan
melihat kembali anggaran Penjualan.
Bagi perushaan yang telah berkali-kali menghasilkan barang yang
sama, lamanya proses Produksi dapat diketahui dengan mengingat
pengalaman-pengalaman di masa lalu. Sedangkan bagi Perusahaan
yang belum pernah menghasilkan barang tertentu sehingga tidak
mempunyai data historis tentang barang tersebut, dapat melakukan
penelitian dengan cara sederhana berupa pembuatan proto type
barang yang akan dihasilkan.
Dalam menentukan atau memperkirakan jangka waktu produksi
dan jumlah barang yang akan dihasilkan, beberapa factor harus
dipertimbangkan. Factor-faktor tersebut berupa :
1. Fasilitas Pabrik Progam-Progam Produksi harus selalu dikaitkan
dengan fasilitas yang tersedia dalam pabrik, serta selalu
mempertimbangkan efisiensi penggunaan fasilitas tersebut.
133
2. Fasilitas Pergudangan Beberapa Jenis Barang membutuhkan
system Penyimpanan secara khusus karena sifat-sifatnya yang
khusus Pula. Produksi yang terlalu jauh melebihi kemampuan
gudang untuk menyimpanya akan mengakibatkan risiko-risiko, yang
tentu saja menimbulkan biaya bagi perusahaan.
3. Stabilitas Tenaga Kerja Beberapa Jenis barang mempunyai sifat
permintaan yang musiman. Dengan berdasarkan pada anggaran
Penjualan. Pada bulan-bulan tertentu dimana volume penjualan
diperkirakan tinggi mungkin perusahaan harus memaksakan diri
dalam berproduksi. Dalam hal ini Perusahaan dapat menambah
buruhnya atau menambah jam kerja buruh setiap harinya. Apabila
buruh yang diperlukan sebagai tambahan mudah didapat maka tidak
ada masalah yang dapat mempengaruhi kelancaran proses
Produksi. Tetapi bila buruh tidak mudah didapat, berarti stabilitas
tenaga kerja di perusahaan itu terganggu. Ini dapat dihindarkan
dengan membuat perencanaan produksi secara hari-hati dan
membuat kebijaksanaan dalam hal persediaan dengan lebih teratur.
4. Stabilitas bahan mentah Apabila bahan mentah yang dipakai selalu
tersedia di pasar hal itu dapat membahayakan kelancaran Proses
Produksi . karena itu kebijaksanaan dalam pembelian bahan mentah
sangat perlu diperhatikan.
5. Modal yang digunakan Besar kecilnya Modal kerja yang tersedia
akan mempunyai pengaruh terhadap besar kecilnya volume produksi
dan kebijaksanaan persediaan. Dengan kata lain kebijaksanaan
produksi harus diseimbangkan dengan kemampuan financial.
134
a. Perubahan anggaran produksi menggunakan anggaran tahun
sebelumnya
b. Perubahan yang diharapkan tentang harga bahan baku dan jasa
yang dibeli
c. Perubahan upah tenaga kerja.
d. Perubahan pada kegiatan pelaksanaan produksi
e. Perubahan biaya overhead pabrik
2. Perubahan karena kebijakan dan praktik internal.
a. Perubahan biaya produksi.
b. Perubahan biaya kebijakan.
c. Perubahan dalam hal pangsa pasar dan bauran produk.
Menurut Henry Simamora menyatakan bahwa faktor penyebab
anggaran tidak optimal antara Iain:
1. Dalam pembuatan anggaran selalu ada unsure taksiran dan seperti
diketahui taksiran ada kalanya tidak tepat, oleh karena itu anggaran
perlu direvisi dari waktu kewaktu yang lain apabila dirasa memang
perlu.
2. Dalam segala kegiatan akan selalu dihadapkan kepada masalah
tenaga kerja yang berupa hubungan antara manusia itu sendiri
ataupun hubungan antar manusia dan organisasi dimana ia bekerja
dan apabila terdapat ketidakharmonisan dalam organisasi tersebut
akan menyebabkan anggaran yang dibuat tidak tepat sasaran.
Selain itu faktor penyebab tidak optimalnya suatu anggaran biaya
produksi antara lain :
1. Kurangnya informasi yang akurat, Jiaka informasi yang digunakan
dalam menyusun anggaran biaya produksi tidak akurat atau tidak
lengkap, maka anggaran tersebut tidak akan optimal. Informasi yang
kurang akurat dapat menyebabkan perkiraan biaya produksi menjadi
terlalu rendah atau terlalu tinggi.
2. Perubahan lingkungan eksternal, perubahan dalam lingkungan
eksternal seperti perubahan harga bahan baku, perubahan regulasi
135
pemerintah, atau perubahan kondisi pasar dapat membuat anggaran
biaya produksi menjadi tidak optimal. Jika anggaran tidak
memperhitungkan perubahan ini,maka biaya produksi bisa menjadi
tidak sesuai dengan realitas.
3. Kurangnya keterlibatan stakeholder, jika stakeholder yang terkait
dengan proses produksi tidak terlibat dalam penyusunan anggaran
biaya produksi, maka anggaran tersebut tidak mencerminkan
kebutuhan dan harapan mereka. Hal ini dapat menyebabkan
anggaran tidak optimal dan sulit untuk diimplementasikan .
4. Ketidakpastian pasar, ketidakpastian dalam kondisi pasar seperti
fluktuasi permintaan,persaingan yang meningkat, atau perubahan
tren konsumen dapat membuat anggaran biaya produksi tidak
optimal.
5. Ketidakkonsistenan dalam perencanaan, jika tidak ada konsistensi
antara anggaran biaya produksi dengan rencana strategis
perusahaan, maka anggaran tersebut tidak akan optimal.
perencanaan yang tidak konsisten dapat membuat perusahaan sulit
untuk mencapai tujuan jangka panjangnya.
6. Kurangnya monitoring dan evaluasi, jika tidak ada monitoring dan
evaluasi yang dilakukan secara berkala terhadap anggaran biaya
produksi maka perusahaan mungkin tidak bisa mengidentifikasi
permasalahan atau kesenjangan yang terjadi.
136
BAB VIII
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manajemen Produksi Dan Ruang Lingkupnya
a. Manajemen produksi merupakan salah satu bagian dibidang
manajemen yang mempunyai peran dalam mengkoordinasikan
kegiatan untuk mencapai tujuan. Untuk mengatur kegiatan ini, perlu
dibuat keputusan-keputusan yang berhubungan dengan
usahausaha untuk mencapai tujuan agar barang dan jasa yang
dihasilkan sesuai dengan apa yang direncanakan. Dengan
demikian, manajemen produksi menyangkut pengambilan
keputusan yang berhubungan dengan proses produksi untuk
mencapai tujuan organisasi atau perusahaan.
b. Proses manajemen produksi melibatkan serangkaian tahapan yang
dirancang untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan
mencapai efisiensi dan produktivitas yang tinggi.
c. Teknik Dan Metode Manajemen Produksi yaitu, Teknik Just In Time
(JIT), Teknik Total Quality Management (TQM), Teknik Lean
Manufacturing, Six Sigma, dan Theory of Constraints (TOC).
d. Contoh manajemen produksi yaitu, Misalnya disebuah pabrik
pembuatan sepatu, manajemen produksi akan terlibat dalam
merencanakan proses produksi sepatu dari awal hingga akhir.
Mereka akan memastikan bahan baku yang diperlukan tersedia,
mengatur jadwal produksi agar tepat waktu, memastikan mesin dan
peralatan berfungsi dengan baik, serta mengawasi kualitas sepatu
yang dihasilkan
137
e. Fungsi manajemen produksi mencakup serangkaian tugas dan
tanggung jawab yang bertujuan untuk mengelola dan
mengoordinasikan kegiatan produksi dalam sebuah organisasi.
f. Tujuan utama dari manajemen produksi adalah untuk mencapai
efisiensi dan efektivitas dalam produksi barang atau jasa.
g. Faktor yang mempengaruhi ruang lingup manajemen produksi yaitu,
permintaan pelanggan, ketersediaan sumber daya, teknologi,
persaingan pasar, peraturan dan kebijakan pemerintah, perubahan
teknologi dan tren pasar, faktor lingkungan, kebutuhan pelatih dan
pengembangan karyawan, faktor ekonomi, dan kebijakan internal
perusahaan.
h. Manajemen produksi mencakup kegiatan-kegiatan yang cukup luas,
menyangkut bermacam-macam keputusan manajemen, baik
keputusan jangka pendek maupun keputusan jangka panjang yang
diterapkan dalam bidang produksi di suatu perusahaan.
2. Jenis-Jenis Proses Produksi
a. Produksi adalah proses atau kegiatan untuk menciptakan barang
atau jasa yang memenuhi kebutuhan atau keinginan manusia
b. Jenis-jenis proses produksi yaitu:
1) Jenis proses produksi ditinjau dari segi wujud proses produksi
(a) proses produksi kimiawi
(b) proses produksi perubahan bentuk
(c) proses produksi assembling
(d) proses produksi transportasi
(e) proses produksi penciptaan jasa administrasi
2) jenis proses produksi ditinjau dari segi arus proses produksi
(a) proses produksi terus-menerus (continuous processes)
(b) proses produksi terputus-putus (intermitten processes)
138
c. Tujuan proses produksi yaitu:
1) Kualitas
2) Efisiensi
3) Waktu
4) Fleksibilitas
5) Keandalan
6) Keselamatan
7) Keberlanjutan
8) Inovasi
d. Faktor-faktor proses produksi yaitu:
1) Tenaga kerja
2) Bahan baku
3) Teknologi
4) Mesin dan peralatan
5) Metode produksi
6) Lokasi dan tata letak
7) Peraturan dan kebijakan
8) Kapasitas produksi
9) Kualitas dan inovasi produk
e. Langkah-langkah proses produksi:
1) Perencanaan
2) Pengadaan bahan baku
3) Penyimpanan bahan baku
4) Pengolahan
5) Pengujian kualitas
6) Pengemasan penyimpanan produk jadi
7) Distribusi
8) Pelayanan pelanggan
139
9) Evaluasi dan perbaikan
f. Standar waktu produksi adalah perkiraan waktu yang dibutuhkan
guna
menyelesaikan suatu proses produksi atau tugas tertentu dengan
sebaik-baiknya.
g. Langkah-langkah dalam menetapkan standar waktu proses yaitu:
1) Identifikasi proses
2) Observasi dan pengumpulan data
3) Analisis data
4) Identifikasi waktu optimal
5) Hitung total Waktu proses
6) Verifikasi dan uji
7) Dokumentasikan standar waktu
8) Evaluasi dan penyusunan
h. Strategi meningkatkan efisiensi produksi yaitu:
1) Penerapan teknologi
2) Perbaikan proses
3) Pelatihan karyawan
4) Manajemen rantai pasokan yang efisien
5) Penjadwalan produksi yang efektif
i. Persyaratan produksi yaitu:
1) Bahan baku
2) Tenaga kerja
3) Fasilitas produksi
4) Perizinan dan regulasi
5) Standar kualitas
6) Proses produksi
7) Pengendalian biaya
140
8) Pemeliharaan peralatan
9) Pengelolaan risiko
j. Hasil produksi yaitu:
1) Barang jadi
2) Komponen
3) bahan baku yang telah diproses
4) Layanan
3. Pola Dan Sistem Produksi
a. Dengan memahami pengertian pola produksi secara holistik,
perusahaan dapat memanfaatkan wawasan ini untuk
mengembangkan strategi yang terarah dan responsif. Dalam dunia
yang terus berubah, kemampuan untuk membaca dan mengelola
pola produksi bukan hanya menjadi keunggulan kompetitif, tetapi
juga menjadi kunci untuk kelangsungan dan kesuksesan jangka
panjang suatu perusahaan.
b. Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan ada beberapa macam –
macam pola produksi yaitu :
1) Pola Produksi Linier: Pola produksi linier adalah tipe pola yang
menggambarkan alur kerja yang berlangsung secara terus-
menerus dan stabil.
2) Pola Produksi Batch: Dalam pola produksi batch, produk
diproduksi dalam jumlah yang lebih kecil dalam satu waktu,
kemudian dilanjutkan dengan produk lainnya.
3) Pola Produksi Jarak Panjang (Discontinuous): Pola ini
melibatkan produksi yang terjadi dalam periode tertentu dengan
jeda waktu yang cukup panjang antara satu periode produksi
dengan periode berikutnya.
4) Pola Produksi Custom (Produksi Pesanan): Dalam pola
produksi custom, produk diproduksi berdasarkan pesanan
spesifik dari pelanggan.
141
5) Pola Produksi Just-In-Time (JIT): Pola produksi JustIn-Time
menekankan produksi barang atau layanan sesuai dengan
permintaan pelanggan tanpa menyimpan inventaris berlebih.
6) Pola Produksi Kanban: Sistem produksi Kanban melibatkan
penggunaan kartu (kanban) untuk mengontrol aliran produksi.
c. Sistem adalah merupakan suatu gabungan dari beberapa unit atau
elemen yang saling menunjang untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan pengertian dari produksi adalah sebagaimana sudah
diuraikan dalam Kegiatan Belajar 1, yaitu segala kegiatan dalam
menciptakan dan menambah kegunaan sesuatu barang/jasa, untuk
kegiatan mana dibutuhkan faktor-faktor produksi. Dengan demikian
yang dimaksud dengan sistem produksi adalah gabungan dari
beberapa unit atau elemen yang saling berhubungan dan saling
menunjang untuk melaksanakan proses produksi dalam suatu
perusahaan.
d. Ruang lingkup produksi melibatkan serangkaian elemen yang
mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian proses
produksi dalam suatu perusahaan. Perencanaan produksi menjadi
langkah awal yang krusial, yang mencakup penetapan tujuan,
alokasi sumber daya, dan strategi produksi untuk memastikan
ketercapaian target yang diinginkan. Tahap ini melibatkan
pengaturan jadwal, manajemen persediaan, dan perhitungan
kapasitas agar produksi berlangsung sesuai rencana.
e. Fungsi dan tujuan manajemen produksi memiliki peran krusial
dalam mencapai efisiensi, kualitas, dan keselarasan operasional.
Adapun fungsi manajemen produksi yaitu:
1) Perencanaan Produksi
2) Organisasi Produksi
3) Pelaksanaan dan Pengendalian
4) Evaluasi dan Perbaikan
142
f. Dalam era di mana perubahan teknologi, perubahan pasar, dan
kebutuhan pelanggan dapat terjadi dengan cepat, pengelolaan
sistem produksi yang efektif menjadi kunci untuk mengatasi
dinamika yang kompleks. Sistem produksi modern tidak hanya
melibatkan perencanaan dan eksekusi operasi harian, tetapi juga
mencakup integrasi teknologi terkini. Penerapan Internet of Things
(IoT), kecerdasan buatan (AI), dan analisis data canggih
memungkinkan perusahaan untuk mengumpulkan, menganalisis,
dan menggunakan informasi secara real-time. Hal ini memperkuat
responsibilitas sistem produksi terhadap perubahan kondisi pasar,
permintaan pelanggan, atau peristiwa di lingkungan bisnis.
g. Studi kasus Toyota memberikan contoh konkret bagaimana
penerapan prinsip-prinsip ini dapat menciptakan keunggulan
kompetitif, mempercepat respons terhadap perubahan pasar, dan
meningkatkan kualitas secara berkelanjutan. Dengan memahami
dan mengimplementasikan konsepkonsep ini, perusahaan dapat
menghadapi tantangan dan peluang dalam dunia industri modern
dengan lebih adaptif dan efektif.
4. Strategi Pengambilan Keputusan
a. Dalam pengambilan keputusan, penting untuk mempertimbangkan
berbagai perspektif dan informasi yang relevan sebelum membuat
keputusan. Keputusan dibuat sebagai respons terhadap masalah
yang dihadapi, yang merupakan kesenjangan antara kondisi yang
ada dengan kondisi yang diharapkan. Proses pengambilan
keputusan dapat melibatkan teknik-teknik seperti Six Thinking Hats
dan metode keputusan intuisi. Kesimpulan yang baik dan benar
merupakan hasil dari analisis yang jelas dan ringkas, serta memuat
poin-poin utama yang mendukung keputusan yang diambil. Dengan
demikian, pengambilan keputusan yang efektif memerlukan
pemikiran yang cermat dan evaluasi yang teliti terhadap informasi
yang tersedia.
143
b. Pengambilan keputusan merupakan suatu proses yang penting
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam konteks bisnis dan
manajemen.
c. Dalam konteks organisasi, pengambilan keputusan juga melibatkan
koordinasi dan komunikasi antaranggota tim atau unit. Proses ini
dapat bersifat partisipatif, dengan melibatkan berbagai pemangku
kepentingan dan ahli di bidang terkait.
d. Organisasi membutuhkan data dan analisis yang akurat untuk
membentuk dasar pengambilan keputusan yang informasional.
Sumber informasi dapat berasal dari luar organisasi, seperti tren
industri atau riset pasar, serta dari internal organisasi, seperti data
kinerja dan umpan balik karyawan. Identifikasi alternatif dalam
konteks organisasi melibatkan pemikiran strategis dan kreatif untuk
mengeksplorasi opsi terbaik. Dalam konteks ini, keterlibatan
pemangku kepentingan, seperti pimpinan, manajemen, dan
karyawan, dapat membuka peluang untuk mendapatkan berbagai
pandangan.
e. Dalam konteks bisnis, etika memiliki dampak langsung pada reputasi
dan kepercayaan pelanggan. Konsumen semakin memilih untuk
mendukung perusahaan yang beroperasi dengan etika dan tanggung
jawab sosial. Dengan demikian, etika bukan hanya masalah moral,
tetapi juga elemen kunci dalam membangun dan mempertahankan
hubungan positif dengan pemangku kepentingan. Dalam dunia yang
semakin terkoneksi dan transparan, pelanggaran etika dapat dengan
cepat menjadi informasi publik.
144
f. Studi kasus memberikan contoh konkret bagaimana Dalam
pengambilan keputusan, penting untuk memahami bahwa tidak ada
metode yang sempurna dan setiap keputusan dapat memiliki risiko
dan konsekuensi. Oleh karena itu, para pengambil keputusan perlu
menggunakan informasi yang tersedia, melakukan analisis yang
teliti, dan mempertimbangkan berbagai alternatif sebelum membuat
keputusan akhir.
5. Menentukan Produk Perusahaan
a. Produk perusahaan adalah barang atau jasa yang dihasilkan
oleh suatu perusahaan sebagai hasil dari kegiatan produksi
atau operasionalnya. Barang atau jasa tersebut dapat
ditujukan untuk dijual kepada konsumen akhir, digunakan
sebagai bahan baku atau komponen dalam proses produksi
lebih lanjut, atau disediakan sebagai layanan kepada
pelanggan. Produk perusahaan merupakan hasil dari usaha
dan kegiatan operasional perusahaan, dan merupakan salah
satu komponen penting dalam menjalankan bisnis.
b. Faktor menentukan produk perusahaan yaitu:
1) Kebutuhan pasar
2) Tren industry
3) Kemampuan produksi
4) Analisis persaingan
5) Regulasi dan kepatuhan
6) Resiko keuangan
7) Sumber daya manusia h. Tujuan dan nilai perusahaan
8) Ketahanan terhadap perubahaan pasar
9) Faktor lingkungan dan keberlanjutan
145
c. Menentukan target pasar adalah langkah penting dalam strategi
pemasaran perusahaan yang berhasil. Dengan memahami dan
memilih target pasar yang tepat, perusahaan dapat
mengoptimalkan upaya pemasaran mereka, meningkatkan
daya saing produk mereka, dan memenuhi kebutuhan
konsumen dengan lebih baik.
d. Dengan menggunakan strategi pemasaran dan pendistribusian
yang efektif, perusahaan dapat meningkatkan kesadaran
merek, mencapai target pasar yang lebih luas, dan
meningkatkan penjualan produk mereka secara signifikan.
e. Dengan mengikuti tren pasar dan memahami kebutuhan
pelanggan dengan baik, perusahaan dapat menghasilkan
produk yang lebih menarik dan memenuhi ekspektasi
konsumen, meningkatkan daya saing mereka di pasar.
f. Metode menentukan produk perusahaan yaitu:
1) Analisis pasar
2) Penelitian dan pengembangan
3) Analisis biaya-nilai
4) Analisis SWOT
5) Konsultasi pelanggan
6) Pemantauan tren industry
7) Pertimbangan etika dan keberlanjutan
g. Menyadari dan mengelola risiko-risiko ini dengan baik adalah
kunci untuk mengoptimalkan keberhasilan produk perusahaan
dan meminimalkan dampak negatif pada bisnis secara
keseluruhan.
146
h. Mengurangi ketidakstabilan proses produksi merupakan
langkah kunci dalam meningkatkan kinerja dan daya saing
perusahaan. Dengan mengidentifikasi penyebab utama
ketidakstabilan dan menerapkan strategi yang sesuai,
perusahaan dapat mencapai efisiensi operasional yang lebih
tinggi, konsistensi kualitas produk, dan kepuasan pelanggan
yang lebih baik.
i. Teknik menentukan produk perusahaan yaitu:
1) Analisis pasar
2) Penelitian produk
3) Evaluasi kelayakan
4) Pengembangan prototype
5) Uji pasar f. Pengeluaran produk
6) Monitoring dan evaluasi
j. Dengan memiliki tujuan yang jelas dalam menentukan produk
perusahaan, perusahaan dapat memandu strategi
pengembangan produk mereka untuk mencapai keberhasilan
jangka panjang dan membangun posisi yang kuat di pasar.
k. Dengan mengikuti langkah-langkah ini secara sistematis,
perusahaan dapat mengembangkan produk yang relevan,
kompetitif, dan memenuhi kebutuhan pelanggan, yang pada
gilirannya dapat mendukung pertumbuhan dan kesuksesan
bisnis jangka panjang.
6. Perencanaan Fasilitas Perusahaan
a. Perencanaan fasilitas perusahaan merupakan kegiatan yang
dilakukan sebelum dan setelah perusahaan beroperasi.
Tujuannya adalah untuk menentukan bagaimana aset tetap
perusahaan digunakan secara baik untuk menunjang tujuan
perusahaan.
b. Pentingnya Perencanaan Fasilitas Perusahaan:
147
1) Efesiensi operasional
2) Kelancaran proses produksi
3) Optimasi hubungan antar aktivitas
4) Mengurangi resiko ketidakpastian
5) Menentukan visi dan misi
6) Peningkatan produktivitas
7) Pengendalian biaya
8) Fleksibilitas dan skalabilitas
9) Keselamatan dan kesehatan kerja
10) Keunggulan kompetitif
c. Langkah-langkah Dalam Perencanaan fasilitas:
1) Mengindentifikasi Faktor Lingkungan
2) Mengembangkan rencana atas rangkaian kegiatan
3) Penentuan tata letak fasilitas produksi
4) Menentukan tipe tata letak fasilitas produksi
d. Faktor-Faktor Yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Perencanaan
Fasilitas yaitu:
1) Geografi lokal dan iklim
2) Ketersediaan ruang dan tanah
3) Aksesibilitas dan transportasi
4) Ketersediaan sumber daya
5) Peraturan pemerintah
6) Lokasi
7) Tata letak
8) Kapasitas
9) Biaya
10) Ketersediaan sumber daya
11) Kebutuhan keamanan
148
12) Peraturan dan kebijakan
13) Perluasan dan fleksibilitas
14) Kesesuaian dengan tujuan organisasi
e. Strategi Untuk Sukses Dalam Perencanaan Fasilitas yaitu:
1) Perumusan rencana strategi
2) Identifikasi masalah dalam bisnis
3) Komunikasi rencana bisnis
4) Diferensiasi produk
5) Strategi harga
6) Taktik operasional
7) Melibatkan karyawan
8) Kesesuaian dengan tujuan organisasi
9) Perencanaan strategi
10) Perencanaan kapasitas
11) Perencanaan keuangan
12) Perencanaan risiko
f. Tantangan dan Peluang di Masa Depan Dalam Perencanaan
Fasilitas Perusahaan yaitu:
1. Tantangan:
(a) Transportasi digital
(b) Ketersediaan sumber daya
(c) Perubahan regulasi
(d) Perubahan teknologi
(e) Perubahan kebutuhan pelanggan
(f) Keterbatasan sumber daya
(g) Perubahan iklim
2. Peluang:
(a) Optimasi teknologi
149
(b) Kerjasama internasional
(c) Inovasi dan adaptasi
(d) Inovasi teknologi
(e) Peningkatan efisiensi
(f) Fleksibilitas dan sklabilitas
(g) Keberlanjutan
(h) Peningkatan kualitas dan layanan
g. Komponen Perencanaan Fasilitas Perusahaan yaitu:
1) Desain pengembangan
2) Deskripsi produk dan layanan
3) Hubungan dengan pekerja atau SDM
4) Evaluasi perencanaan SDM dan monitoring
5) Deskripsi fasilitas
6) Tata letak
7) Peralatan dan teknologi
8) Kapasitas dan skalabilitas
9) Keamanan dan keselamatan
10) Lingkungan kerja
11) Perawatan dan pemeliharaan
12) Biaya dan anggaran
13) Peraturan dan kepatuhan
14) Rencana darurat
15) Evaluasi dan pemantauan
h. Proses Perencanaan Fasilitas yaitu:
1) Identifikasi kebutuhan
2) Analisis lokasi
3) Desain Fasilitas
4) Perencanaan kapasitas
150
5) pemilihan peralatan
6) Pengelolaan proyek
7. Anggaran Biaya Produksi
a. Menurut Sasongko Catur dan Safrida Anggaran Biaya Produksi
adalah anggaran yang disusun untuk mengetahui biaya produksi
yang akan dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka
memproduksi barang jadi. Menurut Mangasa Sinurat, dkk Biaya
produksi adalah biaya yang terdiri dari biaya bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
b. Anggaran bahan baku adalah anggaran yang merencanakan
secara lebih terperinci tentang biaya bahan baku untuk produksi
selama periode yang akan datang, di dalamnya meliputi rencana
tentang harga, jenis (kualitas) bahan baku yang diolah, dan kapan
bahan baku tersebut diolah dalam proses produksi.
c. Anggaran tenaga kerja langsung adalah anggaran yang
merencanakan secara lebih terperinci tentang upah yang akan
dibayarkan kepada para tenaga kerja langsung selama periode
yang akan datang. Sedangkan Rudianto (2009:88) mengatakan
bahwa anggaran tenaga kerja langsung merupakan rencana
pembayaran biaya tenaga kerja di dalam periode tertentu yang
dibutuhkan untuk memproduksi seluruh produk yang direncanakan
dalam periode tertentu.
d. Munandar (2001:159) menjelaskan bahwa anggaran biaya
overhead pabrik adalah anggaran yang merencanakan secara lebih
terperinci mengenai biaya pabrik tidak langsung selama periode
yang akan datang, yang di dalamnya meliputi rencana tentang jenis
biaya pabrik tidak langsung dan waktu biaya pabrik tidak langsung
tersebut dibebankan, yang masingmasing dikaitkan dengan tempat
(departemen) di mana biaya pabrik tidak langsung tersebut terjadi.
151
e. Penyimpangan Biaya Bahan Baku meliputi penyimpangan harga
bahan baku (material price variance / MPV) dan penyimpangan
pemakaian bahan baku (Material Quantity Variance / MQV),
Penyimpangan Tenaga Kerja Langsung meliputi Penyimpangan
tarif upah buruh (Labor Rate Variance / LRV) dan Penyimpangan
jam kerja buruh (Labor Time Variance / LTV) sedangkan
Penyimpangan biaya overhead pabrik (Overhead Variance) Yaitu
selisih yang terjadi antara biaya overhead pabrik aktual dengan
biaya overhead pabrik yang dibebankan (Overhead applied).
Berdasarkan tingkah lakunya, biaya overhead yang terjadi pada
suatu perusahaan dapat dibedakan atas variable overhead dan
fixed ove.
f. Dalam penyusunan anggaran biaya produksi hal yang pertama
dilakukan yaitu mengetahui total bahan baku kemudian total berapa
upah yang dikeluarkan untuk tenaga kerja langsung pada saat
masa produksi setelah itu mengetahui berapa total biaya overhead
pabrik. Barulah semua hasil itu di jumlahkan untuk mengetahui
biaya produksinya dalam periode tertentu.
g. Menurut Rahayu dan Rachman (2013: 7), metode penyusunan
yang dapat dipergunakan dalam penyusunan anggaran adalah
sebagai berikut : Otoriter atau Top Dwon, Demokrasi atau Bottom
Up dan Campuran antara Top Down dan Bottom Up
152
h. Menurut Henry Simamora menyatakan bahwa faktor penyebab
anggaran tidak optimal antara Iain: Dalam pembuatan anggaran
selalu ada unsure taksiran dan seperti diketahui taksiran ada
kalanya tidak tepat, oleh karena itu anggaran perlu direvisi dari
waktu kewaktu yang lain apabila dirasa memang perlu. Selain itu
Dalam segala kegiatan akan selalu dihadapkan kepada masalah
tenaga kerja yang berupa hubungan antara manusia itu sendiri
ataupun hubungan antar manusia dan organisasi dimana ia bekerja
dan apabila terdapat ketidak harmonisan dalam organisasi tersebut
akan menyebabkan anggaran yang dibuat tidak tepat sasaran.
A. Saran
Saran untuk pembaca Setelah menyimpulkan pembahasan
diharapkan dapat memahami materi tentang Manajemen Produksi,
meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan
yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya
pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan
evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan karya
tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.
153
DAFTAR PUSTAKA
154
Eunike, Agusnita. 2010. “Strategi untuk sukses dalam Perencanaan
Fasilitas”. Tersedia: https://www.jurnal.id/id/blog/strategi-bisnis-
untuk-mencapaikeuntungan-maksimal/. Di akses pada 22 Februari
2024 pukul 11:19 Wita.
Julyanthry, J., Siagian, V., Asmeati, A., Hasibuan, A., Simanullang, R.,
Pandarangga, A. P.& Syukriah M, E. A. (2020). Manajemen
Produksi dan Operasi. Tersedia https://google.com /pengertian
+manajemen +produksi. Diakses pada 19 Februari 2024 pukul
11.50 Wita.
Julyanthry, J., Siagian, V., Asmeati, A., Hasibuan, A., Simanullang, R.,
Pandarangga, A. P.,& Syukriah M,E.A. (2020). Manajemen
Produksi dan Operasi. Tersedia https://google.com/contoh+tentang
+mana jemen+produksi. Diakses pada 19 Februari 2024 pukul
13.15 Wita.
Lia, F., & Perdana, D. T. 2017. Sistem Produksi Agroindustri Kopi Arabika
(Studi Kasus Pt Sinar Mayang Lestari, Kecamatan Pangalengan,
Kabupaten Bandung) Agroindustry Production System Of Arabica
Coffee (Case Study Of Pt Sinar Mayang Lestari, Pangalengan
SubDistrict, Bandung Regency). Agrisep, 16(2), 123–132. Tersedia
155
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/agrisep/article/view/ 30 26.
Diakses 21 Februari 2024 Pukul 20.26 Wita.
Lisaria Putri, R. (n.d.). 2016. Peningkatan Kualitas Produk Melalui
Penerapan Prosedur dan Sistem Produksi: Studi Pada UD Wijaya
Kusuma. Tersedia https://ejournal.unp.ac.id/index.php/wra/article
/view/7 223/. Diakses 22 Februari 2024 Pukul 18.20 Wita.
Maharani, Riza. 2022. “Preoses Perencanaan Fasilitas”. Tersedia:
https://www.ilmu ekonomi id.com/2018/03/perencanaan fasilitas
perancangan-sistem-kerja-dan-perencanaan-agregat.html. Di akses
pada 23 Februari pukul 10:15 Wita.
Maskur, Arief, Agung. 2021. “Komponen perencanaan fasilitas
perusahaan”. Tersedia: https://www.ilmu-ekonomi-id.com/2018/03
/perencanaanfasilitas perancangan sistem kerja dan
perencanaanagregat. Di akses pada 23 Februari 2024 pukul 08:20
Wita.
Mayasari, Riska. 2022. “Tantangan dan Peluang di masa depan dalam
perencanaan fasilitas perusahaan”. Tersedia: https://gobi
z.co.id/pusat/pengetahuan/komponen-perencanaan-usaha/. Diaks-
espada 23 Februari 2024 pukul 08:14 Wita.
Musfita MB, 2021. Menurangi ketidak stabilan proses peroduksi pada
perusahaan. https://ojs.serambimekkah.ac.id. Di akses pada 22
Februari 2024 pukul 23.27 Wita.
Nasytha safara zalafina, 2023. Langka-langkah menentukan produk
perusahaan. https://umkm.kompas.com. Di akses pada 23 Februari
2024 pukul 20.15 Wita.
Panudju, A. T., Panulisan, S., & Fajriati, E. 2018. Hong Tannery Indonesia
Serang Banten. Jisi: Jurnal Integrasi Sistem INDUSTRI,5(2).
Tersedia https://jurnal.utb.ac.id/index.php/indstrk/article/view/945
.5.2.70-80 Diakses 22 Februari 2024 Pukul 22.12 Wita.
156
Pandarangga, A & Syukriah M, E. A. (2020). Manajemen Prod uksi dan
Operasi. Tersedia:https://.google.com/produksi. Diakses pada
tanggal 21 Februari 2024 pukul 07.45 Wita.
Pashar, I., & Dwiantoro, L. 2020. Pengaruh Empowerment Terhadap
Pengambilan Keputusan Perawat: Kajian Literature Review. Journal
Of Holistic Nursing Science, 7(2), 124–132. Tersedia
https://doi.org/10.31603/nursing Diakses 21 Februari 2024 Pukul
13.46 Wita.
Pratama dicky cahya, 2020. Faktor menentukan produk perusahaan.
Tersedia https://www.kompas.com. Di akses pada 21 Februari 2024
pukul 21.06 Wita.
Purnama, Tomi. 2012. “Pentingnya perencanaa fasilitas perusahaan”.
Tersedia: https://ipqi.org/perancangan-tata-letak-fasilitas/.” Di akses
pada 22 Februari 2024 pukul 10:20 Wita.
Pratama dicky cahya, 2020. Tujuan menentukan produk perusahaan.
https://www.kompas.com. Di akses pada 23 Februari 2024 pukul
19.28 Wita.
Rachman, Andry Arifin dan Sri Rahayu. 2013. Penyusunan Anggaran
Perusahaan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Rezki, Muahmaad. 2014. “Strategi untuk sukses Dalam Perencanaan
Fasilitas”. Tersedia: https://foresight.bpk.go.id/wp-content/uploads
36 /2022/07/Buku-Seri-2-Foresight-BPK-2022.pdf. Di akses pada
23 Februari 2024 pukul 07:12 Wita.
Rohman, Abdul. 2014.“Definisi perencanaan fasilitas perusahaan”.
Tersedia https://www.temukanpengertian.com/2016/01/pengertian
perencanaan fasilitas.html. Di akses pada 22 Februari 2024 pukul
10:00 Wita.
Yasmin. 2021. “Langkah-langkah dalam perencanaan fasilitas”. Tersedia:
https://zahiraccounting.com/id/blog/perencanaan-produksi-yang-
tepa -atbagaimana-caranya/. Di akses pada 22 februari pukul 10:45
Wita.
157
Santoso teguh joseph, 2021. Menentukan produk yang relevan dengan
tren pasar dan sesuai kebutuhan pelanggan.
https://alumni.stekom.ac.id. Di akses pada 22 Februari 2024 pukul
22.21 Wita.
158