Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MANAJEMEN OPERASIONAL
“PERENCANAAN PRODUK”

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3:
 RAMADHANI (2102361201155)
 HANDINI (2102361201139)
 WIWIK TUKAN (2102361201167)
 HIJRAH SATARUDDIN (2102361201131)
 YULPA PADANDI (2102361201154)
 NITA BUNGA PARE (2102361201161)
 MUSLIADI (1902361201292)
 RAMADHAN (2102361201147)

DOSEN PENGAMPUH:

CHARISMA EKAWATI S. E, M. AK

(KELAS D)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS ANDI DJEMMA PALOPO
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya kepada kita semua berupa, ilmu dan amal. Berkat rahmat dan karunianya pula, penulis
dapat menyelesaikan makalah tentang Manajemen operasional . Yang insya allah tepat pada
waktunya.

Terima kasih penulis ucapkan kepada ibu dosen mata pelajaran kuliah MANAJEMEN
OPERASIONAL yang telah memberikan arahan terkait tugas makalah ini. Tanpa arahan dari beliau,
mungkin penulis tidak akan dapat menyelesaikan sesuai dengan format yang telah di tentukan. Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan
makalah untuk kedepannya. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi peniliti dan pembacanya.

PALOPO 12 OKTOBER 2022

KELOMPOK 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG .............................................................................................................3


B. RUMUSAN MASALAH .......................................................................................................3
C. TUJUAN MASALAH ...........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................4

A. PENGERTIAN PERENCANAAN PRODUK .............................................................................4


B. TUJUAN DAN FUNGSI RENCANA PRODUKSI .....................................................................6
C. PROSES PERENCANAAN PRODUK .....................................................................................9
D. KARAKTERISTIK PERENCANAAN PRODUKSI ......................................................................11
E. LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN PRODUKSI ..............................................................12
F. MENETAPKAN SKALA PRODUKSI ......................................................................................15

BAB III PENUTUP ...........................................................................................................................16

KESIMPULAN............................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................................17


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Desain produk merupakan hal yang sangat penting dalam bidang manufaktur. Desain produk yang
baik akan dapat meningkatkan jumlah dan harga jual dari produk, sehingga dapat meningkatkan
keuntungan secara optimal. Akan tetapi, desain produk yang gagal mengakibatkan produk tidak
terjual di pasaran. Hal ini, akan menimbulkan kerugian tidak hanya dibidang desain saja, bidang yang
lain pun akan terkena imbasnya.

Desain produk yang baik, harus memenuhi 3 (tiga) aspek penting yang sering disebut segitiga aspek
produk, yaitu kualitas yang baik, biaya rendah, dan jadwal yang tepat. Selanjutnya segitiga aspek
produk di atas dikembangkan menjadi suatu persyaratan dalam desain, yaitu desain harus dapat
dirakit, didaur ulang, diproduksi, diperiksa hasilnya, bebas korosi, biaya rendah, serta waktu yang
tepat. Untuk itu dalam mendesain suatu produk, harus memperhatikan secara detail tentang fungsi-
fungsi dari produk yang didesain. Guna mengetahui secara rinci tentang fungsi produk, dapat
dilakukan dengan beberapa metode pendekatan mikro (MC, MR, Equilibrium), Linier
Programming/Dualitas, dan Manajemen Keuangan (BEP).

B. RUMUSAN MASALAH

A. Pengertian Perencanaan Produk ?

B. Tujuan Dan Fungsi Rencana Produksi ?

C. Proses Perencanaan Produk ?

D. Karakteristik Perencanaan Produksi ?

E. Langkah-Langkah Perencanaan Produksi ?

F. Menetapkan Skala Produksi ?

C. TUJUAN MASALAH
1. Menagetahui perencanaan produk

2. Mengetahui fungsi dan rencana produksi

3. Mengetahui proses perencanaan produk

4. Mengetahui karakteristik perencanaan produksi

5. Mengetahui langkah" produksi

6. Mengetahui cara menetapkan skala produksi


BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERENCANAAN PRODUK

Perencanaan produk adalah proses menciptakan ide produk dan menindaklanjuti sampai produk
diperkenalkan ke pasar. Selain itu, perusahaan harus memiliki strategi cadangan apabila produk
gagal dalam pemasarannya. Termasuk diantaranya ekstensi produk atau perbaikan, distribusi,
perubahan harga dan promosi.

Kesuksesan ekonomi suatu perusahaan manufaktur tergantung kepada kemampuan untuk


mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, kemudian secara cepat menciptakan produk yang dapat
memenuhi kebutuhan tersebut dengan biaya yang rendah. Hal ini bukan merupakan tanggung jawab
bagian pemasaran, bagian manufaktur, atau bagian desain saja, melainkan merupakan tanggung
jawab yang melibatkan banyak fungsi yang ada di perusahaan. Metode pengembangan produk
berdasarkan kepada permintaan atau persyaratan serta spesifikasi produk oleh customer adalah
metode yang cukup baik, karena dengan berbasis keinginan customer maka kemungkinan produk
tersebut tidak diterima oleh customer menjadi lebih kecil. Dari sudut pandang investor pada
perusahaan yang berorientasi laba, usaha pengembangan produk dikatakan sukses jika produk dapat
diproduksi dan dijual dengan menghasilkan laba.Namun laba seringkali sulit untuk dinilai secara
cepat dan langsung.

Terdapat 5 dimensi spesifik yang berhubungan dengan laba dan biasa digunakan untuk menilai
kinerja usaha pengembangan produk, yaitu:

1. Kualitas Produk

Seberapa baik produk yang dihasilkan dari upaya pengembangan dan dapat memuaskan kebutuhan
pelanggan. Kualitas produk pada akhirnya akan mempengaruhi pangsa pasar dan menentukan harga
yang ingin dibayar oleh pelanggan.

2. Biaya Produk

Biaya untuk modal peralatan dan alat bantu serta biaya produksi setiap unit disebut biaya
manufaktur dari produk. Biaya produk menentukan berapa besar laba yang dihasilkan oleh
perusahaan pada volume penjualan dan harga penjualan tertentu.

3. Waktu Pengembangan Produk

Waktu pengembangan akan menentukan kemampuan perusahaan dalam berkompetisi,

menunjukkan daya tanggap perusahaan terhadap perubahan teknologi dan pada akhirnya akan
menentukan kecepatan perusahaan untuk menerima pengembalian ekonomis dari usaha yang
dilakukan tim pengembangan.

4. Biaya Pengembangan

Biaya pengembangan biasanya merupakan salah satu komponen yang penting dari investasi yang
dibutuhkan untuk mencapai profit.
5. Kapabilitas Pengembangan.

Kapabilitas pengembangan merupakan asset yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk
mengembangkan produk dengan lebih efektif dan ekonomis dimasa yang akan datang.

Perancangan dan pembuatan suatu produk baik yang baru atau yang sudah ada merupakan bagian
yang sangat besar dari semua kegiatan teknik yang telah ada. Kegiatan ini didapat dari persepsi
tentang kebutuhan manusia, kemudian disusul oleh penciptaan suatu konsep produk, perancangan
produk, pengembangan dan penyempurnaan produk, dan diakhiri dengan pembuatan dan
pendistribusian produk tersebut.

B. TUJUAN DAN FUNGSI RENCANA PRODUKSI

1. Tujuan rencana produksi

 Meminimalkan biaya / memaksimalkan laba

 Memaksimalkan layanan nasabah

 Meminimalkan investasi inventaris

 Meminimalkan perubahan dalam nilai produksi

 Meminimalkan perubahan dalam tingkat tenaga kerja

 Memaksimalkan pemanfaatan pabrik dan perlengkapan

2. Fungsi rencana produksi

Fungsi dari perencanaan dan pengendalian produksi adalah:

 Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap rencana


strategis perusahaan

 Sebagai alat ukur performansi proses perencanaan produksi

 Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi

 Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi dan membuat penyesuaian.

 Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target produksi dan rencana startegis

 Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan Jadwal induik Produksi.

Tujuan dan Fungsi Perencanaan Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dalam jumlah
produk sebagai fungsi dari waktu. Memonitor permintaan yang aktual, membandingkannya dengan
ramalan permintaan sebelumnya dan melakukan revisi atas ramalan tersebut jika terjadi
penyimpangan. Menetapkan ukuran pemesanan barang yang ekonomis atas bahan baku yang akan
dibeli. Menetapkan sistem persediaan yang ekonomis, Menetapkan kebutuhan produksi dan tingkat
persediaan pada saat tertentu. Memonitor tingkat persediaan, membandingkannya dengan rencana
persediaan, dan melakukan revisi rencana produksi pada saat yang ditentukan. Membuat jadwal
produksi, penugasan, serta pembebanan mesin dan tenaga kerja yang terperinci
C. PROSES PERENCANAAN PRODUK

Rencana produk mengidentifikasi portofolio produk-produk yang dikembangkan dan waktu


pengenalan ke pasar. Proses perencanaan mempertimbangkan peluang-peluang pengembangan
produk, yang diidentifikasi oleh banyak sumber, mencakup usulan bagian pemasaran, penelitian,
pelanggan, tim pengembangan produk dan analisis keunggulan para pesaing. Rencana produk perlu
diperbarui secara berkala agar dapat mengakomodasi perubahan dan perkembangan yang ada.
Untuk mengembangkan suatu rencana produk dan pernyataan misi proyek perlu 5 (lima) tahapan
proses:

1. Mengidentifikasi peluang

Peluang-peluang melibatkan beberapa dari 4 (empat) tipe proyek pengembangan produk, yaitu:

a. Produk baru

b. Turunan dari produk yang sudah ada.

c. Perbaikan produk yang sudah ada.

d. Produk yang pada dasarnya baru.

Identifikasi peluang dapat dilakukan dengan cara:

a. Keluhan pelanggan terhadap produk sejenis yang sudah ada.

b. Analisa keunggulan dan kelemahan produk pesaing.

c. Usulan pelanggan yang dikumpulkan secara otomatis.

d. Pertimbangan implikasi terhaadap adanya kecenderungan dalam gaya idup, demografi dan
teknologi untuk kategori yang produk ada dan peluang-peluang kategori produk baru.

2. Mengevaluasi dan Memprioritaskan Proyek

Empat perspektif dasar yang berguna dalam mengevaluasi dan memprioritaskan peluang-peluang
bagi produk baru dalam kategori produk yang sudah ada adalah:

a. Strategi bersaing

Strategi bersaing perusahaan merupakan sebuah pendekatan pasar dan produk yang mendasar
dengan memperhatikan para pesaing. Strategi ini digunakan untuk memilih peluang. Pada umumnya
perusahaan melakukan diskusi pada tingkat manajemen merupakan sebuah kompetensi strategi dan
membantu dalam bersaing. Beberapa strategi yang mungkin untuk diterapkan:

a) Kepemimpinan yang berbasis pada teknologi.

b) Kepemimpinan berbasis efisiensi biaya.

c) Fokus pelanggan.

d) Produk tiruan.

b. Segmentasi pasar

Pembagian pasar ke dalam segmen-segmen memungkinkan perusahaan untuk mempertimbangkan


tindakan-tindakan pesaing dan kekuatan produk perusahaan sekarang berdasarkan kelompok
pelanggan yang jelas. Pemetaan produk-produk pesaing dan milik sendiri dalam segmen-segmen
akan membantu perusahaan dalam memperkirakan peluang produk yang menyebabkan kelemahan
lini produknya dan dan yang memanfaatkan kelemahan dari penawaran pesaing.

c. Perkembangan teknologi

Dalam bisnis yang sifatnya intensif teknologi, keputusan perencanaanyang utama adalah penentuan
waktu untuk menggunakan teknologi dasar yang baru dalam lini produk.

d. Perencanaan platform produk

Platform produk merupakan sekumpulan aset yang dibagi dalam sekumpulan produk. Platform yang
efektif dapat memungkinkan variasi turunan produk untuk dirancang lebih cepat dan mudah, yang
setiap produk memberikan ciri-ciri dan fungsi-fungsi yang diinginkan oleh pasar utama.

Keputusan mengenai platform produk sangat berkaitan dengan usaha pengembangan produk dari
perusahaan dan untuk memutuskan mengenai teknologi mana yang akan digunakan untuk produk
baru.

Satu teknik untuk mengkoordinasikan pengembangan teknologi dengan perencanaan produk adalah
peta jalur teknologi. Peta jalur teknologi merupakan cara untuk menunjukkan ketersediaan yang
diharapkan dan masa depan penggunaan berbagai teknologi yang relevan untuk produk yang
dipertimbangkan.

e. Evaluasi peluang produk baru secara fundamental

Beberapa kriteria untuk mengevaluasi peluang produk baru secara fundamental adalah:

a) Ukuran pasar (unit/tahun x harga rata-rata).

b) Tingkat pertumbuhan pasar (persen per tahun).

c) Intensitas persaingan (jumlah pesaing dan kekuatannya).

d) Pengetahuan perusahaan mengenai pasar.

e) Pengetahuan perusahaan mengenai teknologi.

f) Kesesuaian dengan produk perusahaan lain.

g) Kesesuaian dengan kemampuan perusahaan.

f. Menyeimbangkan portofolio proyek pengembangan


Metode penyeimbang portofolio akan melibatkan pemetaan portofolio sesuai dengan dimensi-
dimensi yang berguna, sehingga manajer akan mempertimbangkan implikasi dari keputusan
perencanaan. Pendekatan pemetaan yang dikemukakan Cooper et al (1998) melibatkan dimensi
seperti resiko teknis, pengembalian finansial, daya tarik pasar dan sebagainya.

3. Pengalokasian Sumber Daya dan Perencanaan Waktu

a. Pengelolaan sumber daya

Perencanaan agregat akan membantu perusahaan dalam penggunaan sumber daya secara efisien
dengan mengambil proyek-proyek yang beralasan untuk diselesaikan berdasarkan sumber daya yang
dianggarkan.

b. Penentuan waktu proyek


Penentuan waktu dan urutan proyek harus mempertimbangkan faktor-faktor:

a) Penentuan waktu pengenalan produk.

b) Kesiapan teknologi.

c) Kesiapan pasar.

d) Persaingan dalam penawaran produk.

4. Penyelesaian Perancangan Proyek Pendahuluan

Tahap ini dilakukan setelah proyek disetujui, tetapi sebelum sumber daya penting digunakan.
Kegiatan ini melibatkan tim fungsional silang yang disebut tim inti. Pada poin ini pernyataan
kesempatan yang lebih sesegera mungkin ditulis kembali sebagai suatu pernyataan visi produk.

Sasaran yang terdefinisi dalam pernyataan visi produk kadang sangatlah umum. Untuk memberikan
petunjuk yang jelas bagi organisasi pengembangan produk, biasanya tim memformulasikan suatu
definisi yang lebih detail dari pasar target dan asumsi-asumsi yang mendasari operasional tim
pengembangan. Keputusan-keputusan mengenai hal ini akan terdapat dalam suatu pernyataan misi.

a. Pernyataan misi

Pernyataan misi mencakup:

a) Uraian produk ringkas, mencakup manfaat produk utama untuk pelanggan namun menghindari
penggunaan konsep produk secara spesifik.

b) Sasaran utama bisnis, mencakup waktu, biaya dan kualitas.

c) Pasar target untuk produk, mengidentifikasi pasar utama dan pasar kedua yang perlu
dipertimbangkan dalam suatu pengembangan.

d) Asumsi dan batasan, untuk mengarahkan usaha pengembangan.

e) Stakeholder, untuk menjamin bahwa banyak permasalahan pengembangan ditujukan untuk


mendaftar secara eksplisit seluruh stakeholder dari produk. Daftar stakeholder dimulai dari
pengguna akhir dan pelanggan eksternal yang membuat keputusan-keputusan tentang produk.
Daftar stakeholder menyediakan suatu bayangan bagi tim untuk mempertimbangakn kebutuhan
setiap konsumen.

b. Asumsi dan batasan

Asumsi dan batasan diperlukan agar pengembangan teknis dari produk lebih terarah. Permasalahan
yang perlu dipertimbangkan dalam menyatakan asumsi dan batasan:

a) Manufaktur, mempertimbangkan kemampuan, kapasitas, dan batasan operasional manufaktur.

b) Pelayanan, Pelayanan pelanggan dan pendapatan pelayanan sangat menentukan keberhasilan


perusahaan, sehingga perusahaan perlu menyatakan sasaran strategis untuk tingkat-tingkat kualitas
pelayanan.

c) Lingkungan, Sasarannya adalah bahwa seluruh komponen akan dimanufaktur kembali atau didaur
ulang atau keduanya Sehingga seharusnya tidak ada komponen yang dibuang pelanggan.
c. Penentuan staf dan kegiatan perencanaan proyek pendahuluan lain.

5. Merefleksikan hasil dengan proses

Langkah terakhir dari perencanaan dan proses strategi, tim seharusnya menanyakan beberapa
pertanyaan untuk memperlirakan kualitas hasil dan proses.

Karena pernyataan misi merupakan pegangan untuk tim pengembangan, suatu reality check harus
dilakukan sebelum melalui proses pengembangan. Langkah awal ini merupakan waktu untuk
perbaikan.

D. KARAKTERISTIK PERENCANAAN PRODUKSI

Agar perusahaan lebih focus terhadap seluruh tingkat produksi, maka perencanaan produksi dapat
diklasifikasikan dalam kelompok produk atau famili (agregat). Mengingat satuan unit yang dipakai
dalam perencanaan produksi sangat bervariasi, bergantung dari jenis produk seperti : ton, liter,
kubik, jam mesin atau jam orang. Jika satuan unit sudah ditetapkan, maka faktor konversi harus
ditetapkan sebagai alat komunikasi dengan deperatemen lainnya (seperti departemen pemasaran
dan akuntansi). Selanjutnya satuan unit harus dikonversikan dalam bentuk satuan rupiah. Disamping
itu, satuan unit juga sangat diperlukan untuk menterjemahkan perencanaan produksi ke jadwal
produksi induk produksi.

Perencanaan produksi mempunyai waktu perencanaan yang cukup panjang; biasanya 5 tahun.
Rencana ini digunakan untuk perencanaan sumber daya seperti penambahan karyawan atau
pengadaan alat produksi.

Proses peramalan dapat memberikan informasi mengenai besarnya permintaan produk untuk
menunjang penyusunan rencana produksi. Dengan demikian, jastifikasi permintaan produk dari hasil
peramalan dapat disesuaikan dengan kapasitas produksi yang dimiliki. Pada dasarnya perencanaan
produksi adalah upaya menjabarkan hasil peramalan menjadi rencana produksi yang layak dilakukan
dalam bentuk jadwal rencana produksi.

E. LANGKAH-LANGKAH PERENCANAAN PRODUKSI.

Dari penelitian yang dilakukan baik terhadap proses produksi maupun terhadap produk yang
dihasilkan, langkah selanjutnya adalah tindak-lanjut penelitian dan pengembangan dengan tahapan :

a) Mencari gagasan, yaitu tahapan dalam mencari gagasan-gagaan baru dalam rangka
pengembangan produk. Gagasan ini dapat berasal dari pasar/konsumen, teknologi yang ada atau
digunakan dan dari pihak ketiga atau para ahli.

b) Seleksi produk, yaitu tahapan untuk memilih gagasan-gagasan yang masuk atau yang terbaik
berkaitan dengan pengembangan produk, sehingga gagasan yang dimanfaatkan adalah gagasan-
gagasan yang tidak akan mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian. Ada tiga alat yang
digunakan untuk menguji pengembangan gagasan, yaitu:

1) Kelayakan finansial.

Melalui alat yang dinamakan Project Value Index, maka dapat diketahui tentang tingkat kelayanan
financial dalam mewujudkan gagasan. Project Value Index ini menggunakan formulasi Return on
Investment (ROI) sebagai berikut:
Pt x Pc x AV x p x L PM

ROI = ------------------------- atau ROI = ------ x 100%

TDC TC

Keterangan:

· Pt : Technical probability atau kemungkinan keberhasilan teknik

(0 ≤ Pt ≤ 1)

· Pc : Commercial probability atau kemungkinan keberhasilan komersial (0 ≤ Pc ≤ 1)

· AV : Annual volume, yakni total penjualan produk dalam unit/tahun

· p : Profit, yaitu laba yang diperoleh per unit = Hasil – biaya (Revenue – cost)

· L : Life, yaitu waktu kehidupan/tahun

· TDC : Total development cost, yaitu jumlah seluruh biaya pengembangan produk.

· PM : Profit margin, yaitu margin laba yang diproyeksikan atau tingkat laba yang diinginkan.

· TC : Total cost, yaitu total biaya pengembangan produk Kriteria:

Bila ROI > Tingkat bunga umum (r) berarti gagasan memiliki kelayakan financial, dan bila ROI <
Tingkat bunga umum (r) berarti gagasan tidak memiliki kelayakan finansial

Contoh:

CV. Alhambra dalam setahun berharap memperoleh laba sebesar Rp.25.000.000, - dengan biaya
operasional sebesar Rp.10.000.000,- dan tingkat bunga umum (bank) 15%, maka dengan
menggunakan rumus ROI sederhana, diperoleh:

25.000.000

ROI = --------------- x 100% = 16,67%

150.000.000

ROI > r atau 16,67% > 15% berarti gagasan tersebut memiliki kelayakan finansial.

2) Kesesuaian operasi.

Khusus bagi perusahaan yang telah berproduksi, suatu gagasan yang memiliki kelayakan finansial
bukan berarti dapat langsung dikembangkan. Apabila operasi dari produk yang akan dikembangkan
berbeda dengan produk yang sudah ada, akan berdampak pada aspek lain, misalnya akan mengubah
layout, menambah biaya dan sebagainya. Oleh karena, itu pengembangan suatu gagasan tidak hanya
ditentukan oleh kelayakan financial melainkan pula oleh kesesuaian operasi.
3) Potensi pasar.

Pengembangan suatu gagasan mengenai produk harus ditentukan pula oleh potensi pasar dari
produk tersebut. Oleh karena bila potensi pasarnya belum jelas maka pengembangan produk
tersebut perlu dipertimbangkan kembali sampai potensi pasarnya jelas atau menguntungkan
perusahaan.

Untuk kepentingan pengembangan produk tersebut, maka harus diperhatikan beberapa faktor,
antara lain:

a. Persaingan. Apakah perusahaan pesaing juga telah melakukan pengembangan produknya? Kalau
ya, bagaimana bentuk pengembangan produknya?

b. Persediaan bahan, baik bahan baku maupun bahan penolong. Apakah bahan baku dan bahan
penolong tersedia dalam jumlah yang cukup untuk jangka panjang atau justru sebaliknya?

c. Kualitas produksi yang diinginkan. Apakah perusahaan akanmempertahankan kualitas produk


ataukah akan ada perbaikan kualitas?

d. Resiko teknik. Apakah dengan pengembangan produk yang direncanakan berakibat pada proses
secara teknis, misalnya perlunya mesin atau peralatan yang baru atau tenaga ahli yang baru?

e. Volume penjualan yang diharapkan. Apakah dengan pengembangan produk dapat meningkatkan
volume penjualan atau apakah perusahaan sudah puas dengan volume penjualan yang telah
dicapai?

f. Strategi perusahaan. Apakah perusahaan telah siap dengan strategi tertentu dalam upaya
pengembagan produk dan mempromosikannya, dalam bentuk yang bagaimana?

Faktor-faktor di atas harus mendapat perhatian dari pihak perusahaan, agar rencana pengembangan
produk benar-benar mendatangkan keuntungan sesuai yang diharapkan dan bukan sebaliknya yang
justru berakibat perusahaan mengalami kerugian.

Dengan demikian, pengembangan produk harus dilakukan dengan pertimbangan dan perhitungan
rasional-ekonomis (motif ekonomis), bukan hanya sekedar didorong oleh keinginan agar dianggap
sebagai perusahaan yang maju atau karena faktor prestise (motif psikologis)

c) Desain produk pendahuluan, bahwa sebelum ditetapkan desain produk/jasa yang akan
dikembangkan ada beberapa hal yang harus dilakukan perusahaan/wirausaha yaitu:

1) Penentuan bentuk serta fungsi produk baru yang akan diproduksi

2) Pemilihan bahan yang akan digunakan dengan mempertimbangkan:

a. Kebutuhan jenis (spesifikasi) produk atau bagian dari produk

b. Harga dari bahan yang akan digunakan

c. Biaya pemrosesan bahan atau biaya proses produksi.

3) Kesempatan diversifikasi.

Yaitu peluang untuk menambah atau memperbanyak jenis produk yang akan dihasilkan.

Misalnya:
· Dari hanya menghasilkan produk jasa angkutan, ditambah dengan produk jasa cuci
mobil/motor.

· Dari hanya menghasilkan mesin pemotong rumput, ditambah dengan menghasilkan pula mesin
penggiling rumput untuk makanan ternak.

· Dan sebagainya.

Bila telah diputuskan produk mana yang akan dikembangkan atau dihasilkan, maka tahap berikutnya
adalah membuat desain produk pendahuluan, yaitu desain dari produk-produk yang terpilih untuk
dikembangkan atau diproduksi. Desain produk pendahuluan yang kemudian dikembangkan ke
dalam prototype-nya diperlukan agar sebelum produk tersebut diproduksi, selain benar-benar sudah
memenuhi standar yang ditetapkan (baik standar bahan maupun standar kualitas), juga harus sesuai
dengan permintaan pasar/konsumen.

Ada tiga faktor yang harus dicantumkan dalam desain produk pendahuluan ini, yaitu:

1) frekuensi kerusakan komponen (reability),

2) kemudahan untuk pemeliharaan dan perbaikan (maintainability),

3) umur produk.

d) Pengujian, yaitu dimaksudkan untuk menguji apakah produk layak dikembangkan atau tidak,
baik dilihat dari potensi pasar atau konsumen maupun secara teknik dari produk tersebut.
e) Desain akhir, bahwa apabila hasil pengujian produk tersebut layak untuk dikembangkan, maka
dibuatlah disain akhir. Bila dari pengujian ada perbaikan-perbaikan, maka sebelum diproduksi, perlu
dibuat prototype baru untuk diuji kembali sampai produk tersebut lolos uji secara teknik maupun
potensi pasar.

F. MENETAPKAN SKALA PRODUKSI.

Apabila telah ditetapkan jenis produk yang akan dihasilkan, maka langkah selanjutnya adalah
menetapkan skala produksi, yaitu meliputi:

a) Penetapan waktu, yaitu kapan kegiatan proses produksi akan dilakukan

b) Penetapan kuantitas produk, yaitu berupa jumlah (volume) produk yang akan dihasilkan.

c) Menghitung keperluan biaya, yaitu berapa besar jumlah biaya yang dibutuhkan

d) Penetapan jumlah tenaga kerja yang diperkerjakan.

e) Penetapan peralatan apa saja yang akan digunakan.

f) Penetapan persediaan bahan baku yang optimal yang sesuai dengan kebutuhan.

Dalam implemntasinya, perencanaan produksi setidaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Tahap-tahap penetapan skala produksi

Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam menetapkan skala produksi, yaitu:
a) Routing, yaitu tahap menetapkan dan menentukan urutan-urutan proses produksi dari hahan
baku sampai menjadi barang jadi, termasuk di dalam tahap ini adalah penyusunan alat-alat/fasilitas
yang diperlukan dalam proses produksi.

b) Scheduling, yaitu tahap menetapkan dan menentukan jadwal kegiatan operasi proses produksi,
sebagai satu kesatuan dari keseluruhan kegiatan produksi.

c) Dispaching, yaitu tahap menetapkan dan menentukan proses pemberian perintah untuk mulai
melakukan kegiatan proses produksi sesuai dengan routing dan scheduling.

d) Follow-up, yaitu tahap menetapkan dan menentukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi
penundaan dan mengkoordinasi seluruh perencanaan kegiatan proses produksi.

2) Prinsip-prinsip yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan skala produksi :

Dalam menetapkan skala produksi, seorang wirausaha atau manajer produksi harus memperhatikan
prinsip-prinsip sebagai berikut:

a) Skala produksi harus sesuai dengan tujuan perusahaan atau tujuan usaha, artinya jangan
sampai tujuan perusahaan harus diubah disesuaikan dengan skala produksi yang terlanjur telah
ditetapkan.

b) Memperhatikan prinsip praktis dan kesederhanaan, artinya skala produksi harus mudah
dilaksanakan oleh siapa pun dan bersifat sederhana.

c) Skala usaha bermanfaat dalam memberikan analisis dan klasifikasi mengenai kegiatan proses
produksi.

3) Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam skala produksi.

Dalam menetapkan skala produksi, perusahaan harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut:

1. Sifat proses produksi


Telah diuraikan sebelumnya mengenai perencanaan produksi. Apabila berbicara mengenai
perencanaan produksi, maka sekaligus juga membicarakan masalah pemilihan proses produksi, yaitu
pemilihan proses produksi antara proses produksi atas dasar pesanan (job order) dan produksi
massal (mass production).

a) Produksi atas dasar pesanan (job order)

Jika perusahaan menggunakan proses produksi atas dasar pesanan, maka baik spesifikasi (jenis)
maupun jumlah (kuantitas) produk didasarkan atas pesanan yang masuk sesuai dengan permintaan
pihak pemesan.

Produksi atas dasar pesanan memiliki ciri utama:

1) Produk tidak dijual secara bebas di pasar (given market) Produk hanya diproduksi dalam jumlah
terbatas atau sejumlah pesanan, sehingga tidak dijual secara bebas di pasar-pasar.

2) Perusahaan tidak perlu mengadakan persediaan (zero inventory) Karena memproduksi


sebanyak yang dipesan, maka jumlah produksi selalu habis terjual. Oleh karena itu, perusahaan tidak
perlu memiliki persediaan, perusahaan baru akan memproduksi bila ada pesanan dari pelanggan/
konsumen.

b) Produksi massa (mass production)


Jika perusahaan menggunakan proses produksi massa, maka baik jenis maupun jumlah produksi
tidak didasarkan atas pesanan, melainkan atas apa yang diputuskan perusahaan. Biasanya
didasarkan atas pertimbangan volume produksi dan volume penjualan sebelumnya atau atas dasar
pertimbangan pihak-pihak tertentu (misalnya tenaga penjual, manajemen perusahaan, ekspert atau
pihak lainnya).

Produksi massa memiliki ciri utama:

1) Produk dihasilkan dalam jumlah besar (produksi besar-besaran)

2) Tujuan produksi adalah untuk menguasai pasar

3) Produk dijual di pasar bebas (free market)

4) Variasi produk kecil.

5) Harus ada persediaan untuk memenuhi permintaan pada masa tunggu (lead time)

Keputusan untuk memilih apakah perusahaan akan melakukan proses produksi pesanan atau
produksi massa, sangat tergantung pada kemungkinan keuntungan yang akan diraih perusahaan,
khususnya dilihat dari penguasaan pasar. Untuk memilih proses produksi massa, maka perusahaan
terlebih dahulu perlu melakukan analisis pasar tentang situasi dan kondisi pasar khususnya untuk
melihat pesaing. Hal ini diperlukan untuk menyusun peramalan penjualan, yaitu perkiraan tentang
penjualan barang hasil produksi pada masa yang akan datang.

Perusahaan dapat memilih salah satu atau kombinasi dari kedua proses produksi tersebut, yaitu
disamping menjalankan proses produksi massa pada suatu lini produk tertentu perusahaan juga
menerima pesanan khusus (job order) untuk lini produk lainnya, khususnya bagi perusahaan yang
telah lama berkiprah atau telah memiliki pengalaman produksi dan penjualan. Sedangkan, bagi
perusahaan yang baru atau wirausaha baru melakukan produksi atas dasar pesanan masih sulit
dilakukan karena belum dikenal.

Contoh:
Perusahaan memproduksi secara massa kemeja pria dewasa dengan ukuran umum S, M, dan L.
Namun, perusahaan juga memproduksi kemeja atas dasar pesanan, misalnya kemeja dengan desain
khusus sesuai permintaan konsumen, kemeja dengan ukuran extra, dan sebagainya.

2. Jenis dan mutu produk yang akan diproduksi

Perusahaan perlu mempertimbangkan jenis dan mutu produk yang akan diproduksi, yaitu:

(a) Sifat produk, apakah termasuk barang habis pakai (undurable goods) atau apakah barang tahan
lama (durable goods).

(b) Kegunaan produk, apakah termasuk barang konsumsi (consumer’s goods) atau barang produksi
(producer’s goods).

(c) Pembiayaan, apakah produk tersebut tergantung pada biaya satuan atau biaya total.

(d) Sifat permintaan, apakah produk tersebut diproduksi atas permintaan musiman atau rutin.

3. Pola/Kebijakan Produksi
Pola produksi menyangkut masalah mengenai pendistribusian produksi untuk masa produksi
tertentu (biasanya satu tahun) ke dalam periode yang lebih kecil (misalnya tengah tahunan, triwulan
atau bulanan).

Pola produksi diperlukan perusahaan yang sering kali mengalami fluktuasi penjualan produk yang
berakibat berfluktuasinya persediaan awal dan persediaan akhir produk.

Ada tiga macam pola/kebijakan produksi yang dikenal, yaitu:

a) Pola produksi konstan.

Yaitu distribusi produk dari tahunan ke bulanan yang relatif sama besar (konstan) setiap bulannya.
Dengan pola seperti ini, maka akan terdapat atau terjadi persediaan. Dengan adanya persediaan,
maka kekurangan dan kelebihan penjualan akan diseimbangkan oleh kelebihan dan kekurangan
persediaan yang dimiliki.

Contoh:

· Jumlah produksi setiap bulan sebanyak 1.500 unit.

· Misalnya, Bulan Juni terjual sebanyak 1.350 unit, berarti perusahaan memiliki persediaan
sebanyak 150 unit.

· Bulan Juli perusahaan mampu menjual sebanyak 1.600 unit, padahal perusahaan hanya
memproduksi sebanyak 1.500 unit. Kekurangan barang produksi ditutupi atau diseimbangkan dari
persediaan bulan sebelumnya (150 unit), berarti perusahaan masih memiliki persediaan sebanyak 50
unit.

· Dan seterusnya, kekurangan atau kelebihan barang penjualan diseimbangkan oleh kelebihan
atau kekurangan persediaan, kecuali untuk keadaan tertentu, misalnya saat terjadi permintaan
besarbesaran.

b) Pola produksi bergelombang.

Yaitu distribusi produk tahunan ke bulanan, dengan jumlah produksi dari bulan ke bulan tidak sama
besar tergantung pada besar kecilnya penjualan. Dengan pola produksi demikian, maka di samping
jumlah produk yang diproduksi akan naik turun, juga berakibat pada kondisi persediaan relatif stabil.
Bila penjualan naik maka produksi akan naik pula. Sedangkan, bila penjualan turun maka produksi
akan turun pula.

Contoh:

· Misalnya jumlah produksi suatu perusahaan sebanyak 1.500 unit dengan persediaan sebanyak
100 unit.

· Bulan Juni diperkirakan penjualan sebanyak 1.800 unit, maka perusahaan akan memproduksi
sebanyak 1.800 unit.
· Bulan Juli diperkirakan penjualan sebanyak 1.600 unit, maka perusahaan akan memproduksi
sebanyak 1.600 unit.

· Dengan demikian, maka persediaan akan relatif stabil = 100 unit.

c) Pola produksi moderat.


Yaitu distrubusi produk tahunan ke bulanan, dengan jumlah produksi dan persediaan yang berubah-
ubah tergantung pada naik turunnya penjualan. Artinya, naik turunnya penjualan akan berakibat
langsung pada naik turunnya baik produksi maupun persediaan.

Contoh:

· Misalnya, jumlah produksi suatu perusahaan sebanyak 1.500 unit dengan persediaan sebanyak
100 unit.

· Bulan Juni produksi sebanyak 1.600 unit dan penjualan sebanyak 1.400 unit, maka persediaan
menjadi 300 unit. (1.600 + 100 – 1.400 = 300 unit)

· Bulan Juli produksi sebanyak 1.300 unit dan penjualan sebanyak 1.000 unit, maka persediaan
menjadi 600 unit. (1.300 + 300 – 1.000 = 600 unit).

· Dan seterusnya, seperti di atas. Jumlah produksi dan persediaan tidak stabil atau berfluktuasi
seiring dengan fluktuasi penjualan.

Dari ketiga pola atau kebijakan produksi di atas, kebijakan atau pola produksi konstan memiliki
keunggulan karena pola produksi konstan atau stabil ini memiliki 3 keuntungan, yaitu:

(a) Penggunaan fasilitas pabrik yang lebih baik:

· Mengurangi kapasitas yang diperlukan untuk musim ramai

· Menghindari kapasitas menganggur pada saat musim sepi

(b) Stabilitas tenaga kerja:

· Memperbaiki moral dan meningkatkan efisiensi tenaga kerja

· Mengurangi perputaran tenaga kerja

· Menarik tenaga kerja yang lebih terampil dan berpengalaman

· Mengurangi biaya latihan tenaga kerja baru

(c) Pembelian bahan baku yang lebih ekonomis sebagai akibat:

· Tersedianya bahan baku secara merata

· Diperolehnya potongan pembelian

· Kebutuhan modal yang merata

· Penyederhanaan masalah penyimpanan

· Mengurangi risiko persediaan.


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Proses perencanaan produk dilakukan sebelum suatu proyek pengembangan produk secara formal
disetujui, sumber daya yang penting dipakai dan sebelum tim pengembang yang lebih besar
dibentuk. Perencanaan produk merupakan suatu kejadian yang mempertimbangkan portofolio suatu
proyek, sehingga suatu organisasi dapat mengikuti dan menetukan bagian apa dari proyek yang akan
diikuti selama periode tertentu. Kegiatan perencanaan produk menjamin bahwa proyek
pengembangan produk mendukung strategi bisnis perusahaan yang lebih luas dan menentukan:

Proyek-proyek pengembangan produk apa yang akan dilakukan.

Kombinasi pengembangan produk (produk baru, produk platform, atau produk turunan).

Keterkaitan antar proyek dalam suatu portofolio.

Waktu dan urutan proyek.

Setiap proyek terpilih dilengkapi dengan tim pengembang produk. Tim ini harus mengetahui misi
proyek sebelum dimulai pengembangan. Misi setiap proyek seharusnya memuat:

a. Segmen pasar yang dapat dipertimbangkan untuk merancang dan mengembangkan produk.

b. Teknologi yang digunakan.

c. Target proyek secara finansial.

d. Anggaran dan deadline proyek.


DAFTAR PUSTAKA

Dilworth, James B. 1992. Operations Management: Design, Planning, and Control for Manufacturing
and Services. McGraw Hill.

Fogarty, Hoffmann, dan Stonebroker. 1989. Production and Operations management. South-
Western Publishing.

Manahan P.Tampubolon, 2004, Manajemen Operasional, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Manullang, 1971, Dasar-Dasar Manajemen, CV Amanlaham, Medan

Murdifin Haming dan Mahfud Nurjamuddin. 2011, Manajemen Produksi Modern, Bumi Aksara edisi
kedua

Anda mungkin juga menyukai