Buku Anggaran Operasional
Buku Anggaran Operasional
net/publication/356785176
ANGGARAN OPERASIONAL
CITATIONS READS
0 15,232
8 authors, including:
All content following this page was uploaded by Neneng Susanti on 05 December 2021.
ISBN: 978-623-6398-72-2
ISBN digital: 978-623-6398-73-9 (PDF)
Diterbitkan oleh:
ZAHIR PUBLISHING
Kadisoka RT. 05 RW. 02, Purwomartani,
Kalasan, Sleman, Yogyakarta 55571
e-mail : zahirpublishing@gmail.com
Anggota IKAPI D.I. Yogyakarta
iii
DAFTAR ISI
v
vi Daftar Isi
3.5.Kesimpulan............................................................................................. 46
BAB 4. ANGGARAN BAHAN BAKU LANGSUNG .................. 48
4.1.Pendahuluan.......................................................................................... 48
4.2. Pengertian Bahan Baku Langsung................................................ 48
4.3. Kuantitas Pesanan Ekonomis.......................................................... 50
4.4. Reoder Point.......................................................................................... 52
4.5. Penyusunan Anggaran Bahan Baku Langsung......................... 54
4.6. Persediaan Model JIT......................................................................... 56
4.6.1.Prinsip Dasar JIT............................................................................. 56
4.6.2.Peningkatan Kualitas.................................................................... 56
4.6.3.Perancangan Bisnis....................................................................... 57
4.6.4.Proses Produksi.............................................................................. 57
4.6.5.Tujuan Menggunakan Model JIT............................................. 59
4.7.Kesimpulan............................................................................................. 62
BAB 5. ANGGARAN TENAGA KERJA LANGSUNG................. 64
5.1.Pendahuluan.......................................................................................... 64
5.2. Pengertian Anggaran Tenaga Kerja Langsung......................... 65
5.3. Manfaat Anggaran Tenaga Kerja .................................................. 66
5.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyusunan
Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung.................................... 66
5.5. Penyusunan Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung........... 67
5.5.1.Tarif Jam Kerja................................................................................. 67
5.5.2.Tarif Per Hari Kerja......................................................................... 68
5.5.3.Tarif Per Unit Produk..................................................................... 69
5.6.Kesimpulan............................................................................................. 72
BAB 6. ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK.................... 74
6.1.Pendahuluan.......................................................................................... 74
6.2.Pengertian ............................................................................................. 74
6.2.1.Bahan Pembantu ........................................................................... 75
6.2.2.Tenaga Kerja Tidak Langsung .................................................. 75
6.2.3.Pabrikasi ........................................................................................... 75
6.3. Tujuan Menyusun Anggaran Biaya Overhead Pabrik............ 75
Daftar Isi vii
1.1 Pendahuluan
Manajemen secara umum dapat dibagi menjadi 4 (empat) fungsi
utama, yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling. Fungsi
planning (perencanaan) meliputi kegiatan-kegiatan yang akan
menghasilkan elemen-elemen yang terdiri atas tujuan didirikannya
perusahaan, strategi yang akan ditempuh oleh perusahaan yang
selaras dengan tujuan perusahaan, program-program perusahaan
yang akan mendukung strategi perusahaan, prosedur-prosedur
pelaksanaan kegiatan perusahaan, serta anggaran perusahaan yang
terdiri atas rencana penerimaan, pengeluaran, pendapatan, dan
biaya perusahaan (Terry & Rue, 2010).
Penyusunan Program
Penyusunan Anggaran
1
2 Bab 1. Pendahuluan Anggaran Operasional
Budget Penjualan
1.5 Kesimpulan
Anggaran perusahaan merupakan sebuah rencana formal,
sistematis, bertanggung jawab, dan terkoordinasi yang disusun
oleh perusahaan yang dalam pengukurannya menggunakan ukuran
kuantitatif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai
sumber penerimaan dan pengeluaran perusahaan dalam kurun
waktu satu tahun (Haruman & Rahayu, 2007; Munandar, 2015).
Kondisi yang harus menjadi perhatian dalam penyusunan
anggaran perusahaan adalah anggaran harus memiliki sifat yang
realistis, luwes, dan kontinyu (Haruman & Rahayu, 2007).
Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang dalam
kegiatan usahanya memiliki persediaan antara lain adalah persediaan
bahan baku, persediaan bahan penolong, persediaan barang dalam
proses, dan persediaan barang jadi.
Anggaran operasional perusahaan manufaktur terdiri atas
anggaran penjualan, anggaran produksi, anggaran bahan baku
langsung, anggaran tenaga kerja langsung, anggaran biaya overhead
pabrik, anggaran harga pokok penjualan, anggaran beban usaha,
dan anggaran laporan laba rugi.
Daftar Pustaka
Harahap, S. S. (2013). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. PT
Rajagrafindo Persada.
Haruman, T., & Rahayu, S. (2007). Penyusunan Anggaran Perusahaan
(Kedua). Graha Ilmu.
Bab 1. Pendahuluan Anggaran Operasional 13
14
Bab 2. Anggaran Penjualan 15
Contoh Kasus
PT ABC menghasilkan dan menjual minuman instan dengan merk
“Marquisa”. Penjualan “Marquisa”selama delapan tahun terakhir
cenderung meningkat. Untuk tahun 2020 yang akan datang,
pimpinan perusahaan berencana menyusun ramalan penjualan
yang lebih baik agar target penjualan perusahaan dapat tercapai.
Berikut ini disajikan data historis penjualan “Marquisa”selama tahun
2012 sampai dengan tahun 2019:
Tabel 2.1 Data penjualan Marquisa tahun 2012-2019
Tahun Penjualan (dalam botol) Biaya Iklan (Rp Juta)
2012 15.000 200
2013 16.500 350
2014 18.000 460
2015 20.000 600
2016 22.000 750
2017 23.500 800
2018 25.000 850
2019 26.000 950
x2 – x1
b=
n1
24.125 – 17.375
b=
4
b = 1.687,5
Persamaan trend semi average adalah:
Y = a + bX
Y = 17.375 + 1.687,5 X
Ramalan penjualan untuk tahun 2020 adalah (beri skor untuk
nilai X = 5):
Y2020 = 17.375 + 1.687,5 (5)
Y2020 = 25.813 botol (pembulatan)
3. Metode Trend Moment
Hasil trend moment adalah:
Tabel 2.3 Hasil trend moment
Tahun Y X X2 XY
2012 15.000 0 0 0
2013 16.500 1 1 16.500
2014 18.000 2 4 36.000
2015 20.000 3 9 60.000
2016 22.000 4 16 88.000
2017 23.500 5 25 117.500
2018 25.000 6 36 150.000
2019 26.000 7 49 182.000
Total (Σ) 166.000 28 140 650.000
6. Metode Regresi
Hasil metode regresi adalah:
Tabel 2.6 Hasil metode regresi
Penjualan Biaya Iklan
Tahun (botol) (Rp Juta) XY X2 Y2
(Y) (X)
2012 15.000 200 3.000.000 40.000 225.000.000
2013 16.500 350 5.775.000 122.500 272.250.000
2014 18.000 460 8.280.000 211.600 324.000.000
2015 20.000 600 12.000.000 360.000 400.000.000
2016 22.000 750 16.500.000 562.500 484.000.000
2017 23.500 800 18.800.000 640.000 552.250.000
2018 25.000 850 21.250.000 722.500 625.000.000
2019 26.000 950 24.700.000 902.500 676.000.000
Total (Σ) 166.000 4.960 110.305.000 3.561.600 3.558.500.000
a = 11.338,4
Maka dibentuklah persamaan regresi sederhana, yaitu:
Y = a + bX
Y = 11.338,4 + 15,18 X
Jika biaya iklan untuk tahun 2020 diperkirakan akan mengalami
kenaikan sebesar 10% dari biaya iklan tahun 2019, maka biaya
iklan tahun 2020 adalah sebesar Rp 1.045 juta.
Maka ramalan penjualan untuk tahun 2020 adalah:
Y2020 = 11.338,4 + 15,18 (1.045)
Y2020 = 27.202 botol (pembulatan)
Σ(X – Y)2
SKP =
n–2
di mana:
X adalah penjualan nyata
Y adalah penjualan yang diramalkan
n adalah jumlah data yang dianalisis
-2 adalah 2 derajat kebebasan hilang karena dua parameter
populasi sedang diramalkan dengan nilai sampel data
yaitu a dan b
Bab 2. Anggaran Penjualan 27
Contoh Kasus
Persamaan trend least square berdasarkan contoh sebelumnya
adalah:
Y = 20.750 + 821,43 X
Maka, ramalan penjualan produk untuk tahun 2012 sampai tahun
2019 dengan menggunakan metode trend least square adalah
sebagai berikut:
Y2012 = 20.750 + 821,43 (-7) = 15.000 (pembulatan)
Y2013 = 20.750 + 821,43 (-5) = 16.643 (pembulatan)
Y2014 = 20.750 + 821,43 (-3) = 18.286 (pembulatan)
Y2015 = 20.750 + 821,43 (-1) = 19.929 (pembulatan)
Y2016 = 20.750 + 821,43 (1) = 21.571 (pembulatan)
Y2017 = 20.750 + 821,43 (3) = 23.214 (pembulatan)
Y2018 = 20.750 + 821,43 (5) = 24.857 (pembulatan)
Y2019 = 20.750 + 821,43 (7) = 26.500 (pembulatan)
Persamaan trend parabola kuadrat berdasarkan contoh sebelumnya
adalah:
Y = 20.937,53 + 821,43 X – 8,93 (X)2
Maka, ramalan penjualan produk untuk tahun 2012 sampai tahun
2019 dengan menggunakan metode trend parabola kuadrat adalah
sebagai berikut:
Y2012 = 20.937,53 + 821,43 (-7) – 8,93 (-7)2 = 14.750 (pembulatan)
Y2013 = 20.937,53 + 821,43 (-5) – 8,93 (-5)2 = 16.607 (pembulatan)
Y2014 = 20.937,53 + 821,43 (-3) – 8,93 (-3)2 = 18.393 (pembulatan)
Y2015 = 20.937,53 + 821,43 (-1) – 8,93 (-1)2 = 20.107 (pembulatan)
Y2016 = 20.937,53 + 821,43 (1) – 8,93 (1)2 = 21.750 (pembulatan)
Y2017 = 20.937,53 + 821,43 (3) – 8,93 (3)2 = 23.321 (pembulatan)
Y2018 = 20.937,53 + 821,43 (5) – 8,93 (5)2 = 24.821 (pembulatan)
Y2019 = 20.937,53 + 821,43 (7) – 8,93 (7)2 = 26.250 (pembulatan)
28 Bab 2. Anggaran Penjualan
Σ(X – Y)2
SKP =
n–2
634.572
SKP =
8–2
SKP = 325,21
Triwulan
Tahun Setahun
I II III IV
2016 35 30 33 42 140
2017 35 35 37 43 150
2018 40 45 45 40 170
2019 45 47 44 44 180
Jumlah 185 185 190 200 760
Rata-Rata 37 37 38 40 -
% 24,34 24,34 25,00 26,32 100
Wilayah pemasaran yaitu Medan (Mdn) dan Bandung (Bdg) dengan
angka perbandingan 1:2. Berikut ini disajikan harga jual per botol
saos sambal:
Medan Bandung
Saos tomat Rp 3.000 Rp 2.000
Sambal Rp 4.000 Rp 3.500
Saos Sambal Rp 5.000 Rp 4.000
Tasksiran distribusi untuk penjualan setiap jenis produk yaitu saos
tomat 30%, sambal 50%, dan saos sambal sebesar 20%.
Dari data di atas, diminta:
1. Hitunglah ramalan penjualan untuk tahun 2020 dengan metode
trend least square.
2. Susunlah anggaran penjualan untuk tahun 2020 secara
terperinci.
Jawaban
1. Ramalan penjualan tahun 2020 dengan menggunakan metode
trend least square
Tabel 2.11 Ramalan penjualan tahun 2020
Tahun Y X X2 XY
2015 120 -3 9 -360
2016 140 -1 1 -140
Bab 2. Anggaran Penjualan 33
Tahun Y X X2 XY
2017 150 0 0 0
2018 170 1 1 170
2019 180 3 9 540
Total (Σ) 760 0 20 210
Medan
Saos tomat 30% x 68 = 20 botol
Sambal 50% x 68 = 34 botol
Saos Sambal 20% x 68 = 14 botol +
Total 1 = 68 botol
Bandung
Saos tomat 30% x 137 = 41 botol
Sambal 50% x 137 = 69 botol
Saos Sambal 20% x 137 = 27 botol +
Total 2 = 137 botol
Total 1 dan 2 = 205 botol
Medan :
Triwulan I
Saos tomat 24,34% x 20 = 5 botol x Rp 3.000 = Rp 15.000
Sambal 24,34% x 34 = 8 botol x Rp 4.000 = Rp 32.000
Saos Sambal 24,34% x 14= 3 botol x Rp 5.000 = Rp 15.000+
Total Triwulan I = 16 botol = Rp 62.000
Triwulan II
Saos tomat 24,34% x 20 = 5 botol x Rp 3.000 = Rp 15.000
Sambal 24,34% x 34 = 8 botol x Rp 4.000 = Rp 32.000
Saos Sambal 24,34% x 14 = 3 botol x Rp 5.000 = Rp 15.000+
Total Triwulan II = 16 botol = Rp 62.000
Triwulan III
Saos tomat 25% x 20 = 5 botol x Rp 3.000 = Rp 15.000
Sambal 25% x 34 = 9 botol x Rp 4.000 = Rp 36.000
Saos Sambal 25% x 14 = 4 botol x Rp 5.000 = Rp 20.000+
Total Triwulan III = 18 botol = Rp 71.000
Triwulan IV
Saos tomat 26,32% x 20 = 5 botol x Rp 3.000 = Rp 15.000
Sambal 26,32% x 34 = 9 botol x Rp 4.000 = Rp 36.000
Saos Sambal 26,32% x 14 = 4 botol x Rp 5.000 = Rp 20.000+
Total Triwulan IV = 18 botol = Rp 71.000
Total keseluruhan = 68 botol = Rp 266.000
Bab 2. Anggaran Penjualan 35
Bandung :
Triwulan I
Saos tomat 24,34% x 41 = 10 botol x Rp 2.000 = Rp 20.000
Sambal 24,34% x 69 = 17 botol x Rp 3.500 = Rp 59.500
Saos Sambal 24,34% x 27 = 7 botol x Rp 4.000 = Rp 28.000
Total Triwulan I = 34 botol = Rp 107.500
Triwulan II
Saos tomat 24,34% x 41 = 10 botol x Rp 2.000 = Rp 20.000
Sambal 24,34% x 69 = 17 botol x Rp 3.500 = Rp 59.500
Saos Sambal 24,34% x 27 = 7 botol x Rp 4.000 = Rp 28.000
Total Triwulan II = 34 botol = Rp 107.500
Triwulan III
Saos tomat 25% x 41 = 10 botol x Rp 2.000 = Rp 20.000
Sambal 25% x 69 = 17 botol x Rp 3.500 = Rp 59.500
Saos Sambal 25% x 27 = 7 botol x Rp 4.000 = Rp 28.000
Total Triwulan III = 34 botol = Rp 107.500
Triwulan IV
Saos tomat 26,32% x 41 = 10 botol x Rp 2.000 = Rp 20.000
Sambal 26,32% x 69 = 18 botol x Rp 3.500 = Rp 63.000
Saos Sambal 26,32% x 27 = 7 botol x Rp 4.000 = Rp 28.000
Total Triwulan IV = 35 botol = Rp 111.000
Total keseluruhan = 137 botol = Rp 433.500
2. Anggaran penjualan tahun 2020 secara rinci.
Tabel 2.12 Perusahaan Saos Sambal Anggaran Penjualan per
Triwulan Selama Tahun 2020
Triwulan
Daerah Penj Setahun
dan Jenis Satu Dua Tiga Empat
Kecap
Botol Rp Botol Rp Botol Rp Botol Rp Botol Rp
Medan:
Saos tomat 5 15.000 5 15.000 5 15.000 5 15.000 20 60.000
Sambal 8 32.000 8 32.000 9 36.000 9 36.000 34 136.000
Saos Sambal 3 15.000 3 15.000 4 20.000 4 20.000 14 70.000
Total 1 16 62.000 16 62.000 18 71.000 18 71.000 68 266.000
36 Bab 2. Anggaran Penjualan
Triwulan
Daerah Penj Setahun
dan Jenis Satu Dua Tiga Empat
Kecap
Botol Rp Botol Rp Botol Rp Botol Rp Botol Rp
Bandung:
Saos tomat 10 20.000 10 20.000 10 20.000 10 20.000 40 80.000
Sambal 17 59.500 17 59.500 17 59.500 18 63.000 69 241.500
Saos Sambal 7 28.000 7 28.000 7 28.000 7 28.000 28 112.000
Total 2 34 107.500 34 107.500 34 107.500 35 111.000 137 433.500
Total 1 + 2 50 169.500 50 169.500 52 178.500 53 182.000 205 699.500
2.3 Kesimpulan
Ramalan penjualan atau sales forecasting ialah suatu proses
kegiatan yang memperkirakan dan memprediksi produk apa yang
nantinya akan dijual di masa yang akan datang dalam keadaan
dan situasi tertentu yang disusun berdasarkan data historis atau
data yang sudah terjadi ataupun data yang mungkin akan terjadi.
Hasil dari ramalan penjualan yaitu berbentuk pernyataan ataupun
penilaian yang dapat diukur atau dikuantifisir terhadap kondisi di
masa yang akan datang terkait penjualan selama jangka waktu
tertentu. Pendekatan yang dapat dipakai oleh perusahaan dalam
rangka meramalkan penjualan adalah pendekatan baik secara
kualitatif dan secara kuantitatif. Pendekatan secara kualitatif
umumnya menggunakan pendapat atau judgement, sedangkan
pendekatan secara kuantitatif umumnya menggunakan metode
matematik dan statistik yaitu antara lain metode trend bebas, trend
semi average, trend moment, least square, trend parabola kuadrat
dan regresi. Anggaran penjualan atau sales budget merupakan
anggaran yang disusun secara detail atau rinci mengenai penjualan
dari produk perusahaan untuk waktu yang akan datang antara lain
terkait rencana tentang kualitas atau jenis produk yang nantinya
akan dijual, kuantitas atau jumlah barang, harga jual per unit, waktu
penjualan, serta wilayah pemasarannya. Manfaat dari anggaran
penjualan adalah sebagai acuan dalam penyusunan anggaran yang
lain dan juga sebagai ujung tombak perusahaan dalam mewujudkan
tujuan perusahaan yaitu memperoleh profit atau keuntungan.
Bab 2. Anggaran Penjualan 37
Daftar Pustaka
Ariani, F. (2020). Penerapan Anggaran Penjualan dalam
Memperkirakan Pendapatan pada Usaha Warung Cemilan di
Kota Bukittinggi. Journal of Technopreneurship on Economics and
Business Review, 1(1), 58–68. https://jtebr.unisan.ac.id/index.
php/jtebr/article/view/11/6
Indriastiningsih, E., & Darmawan, S. (2019). Analisa Pengendalian
Persediaan Sparepart Motor Honda Beat Fi dengan Metode
EOQ Menggunakan Peramalan Penjualan Di Graha Karyaahass
XY. Dinamika Teknik, 12(2), 24–43. https://www.unisbank.ac.id/
ojs/index.php/ft1/issue/view/408
Nafarin, M. (2008). Penganggaran Perusahaan. Salemba Empat.
Rudianto. (2009). Konsep dan Teknik Penyusunan Anggaran. Erlangga.
Sudarismiati, A., & Sari, M. T. (2016). Analisis Peramalan Penjualan
Untuk Menentukan Rencana Produksi Pada UD RIFA’I. Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis GROWTH Vol. 14, No. 2, November
2016 :17-30, 53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/
CBO9781107415324.004
Syahyunan. (2015). Penganggaran Perusahaan. USU Press.
BAB 3
ANGGARAN PRODUKSI
Ady Inrawan
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sultan Agung
adindr@gmail.com
38
Bab 3. Anggaran Produksi 39
Contoh 2
PT Kemilau tahun 2016 merencakan penjualan dengan pola sebagai
berikut:
Tabel 3.2 Rencana Penjualan PT Kemilau Tahun 2016
Bulan Rencana Penjualan
Januari 36.000
Februari 38.400
Maret 37.400
April 33.600
Mei 25.800
Juni 24.000
Juli 16.800
Agustus 14.400
September 21.600
Oktober 25.400
November 25.800
Desember 33.600
Jumlah 332.800
Jawab :
Penjualan : 332.800
Persediaan Akhir : 28.200 +
Kebutuhan : 361.000
Persediaan Awal : 60.000 –
Rencana Produksi : 301.000 unit
Pengalokasian setiap bulan yang harus diproduksi adalah :
Produksi per bulan = 301.000 unit/12 = 25.083,33 unit atau dibulatkan
sebesar 25.000 unit, maka kekurangannya adalah 301.000 – (25.000
x 12) = 301.000 – 300.000 = 1.000 unit (ditambahkan dalam bulan
yang tingkat penjualannya tinggi yaitu Januari, Februari, Maret,
April, dan Desember), masing-masing ditambah 1.000 unit : 5 bulan
= 200 unit/bulan, sehingga anggaran produksinya sebagai berikut :
Tabel 3.3 Rencana Anggaran Produksi PT Kemilau Tahun 2016
Rencana Persediaan Persediaan Rencana
Bulan Kebutuhan
Penjualan Akhir Awal Produksi
Januari 36.000 49.200 85.200 60.000 25.200
Februari 38.400 36.000 74.400 49.200 25.200
Maret 37.400 23.800 61.200 36.000 25.200
April 33.600 15.400 49.000 23.800 25.200
Mei 25.800 14.600 40.400 15.400 25.000
Juni 24.000 15.600 39.600 14.600 25.000
Juli 16.800 23.800 40.600 15.600 25.000
Agustus 14.400 34.400 48.800 23.800 25.000
September 21.600 37.800 59.400 34.400 25.000
Oktober 25.400 37.400 62.800 37.800 25.000
November 25.800 36.600 62.400 37.400 25.000
Desember 33.600 28.200 61.800 36.600 25.200
Jumlah 332.800 28.200 361.000 60.000 301.000
Contoh 3
Dengan menggunakan data soal 1 di atas, metode dilakukan
menghitung selisih persediaan awal dan akhir dibagi dengan
periode/waktu yang direncanakan.
Jawab :
Selisih persediaan = (Persediaan Awal – Perserdiaan Akhir) : 4
= (60.000 – 50.000) : 4 = 2.500
Sehingga rencana anggaran produksinya selama setahun adalah:
Tabel 3.4 Rencana Anggaran Produksi PT Rajawali Perkasa Tahun
2016
Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Total
Penjualan 125.000 90.000 90.000 125.000 430.000
Persediaan Akhir 57.500 55.000 52.500 50.000 50.000
Kebutuhan 182.500 145.000 142.500 175.000 480.000
Persediaan Awal 60.000 57.500 55.000 52.500 60.000
Produksi 122.500 87.500 87.500 122.500 420.000
Contoh 4
Dengan menggunakan data soal 2 di atas, metode/cara yang
dilakukan adalah membagi selisih antara persediaan awal dan akhir
dengan waktu yang direncanakan.
Jawab :
Selisih persediaan = (Persediaan Awal – Perserdiaan Akhir) : 12
= (60.000 – 28.200) : 12 = 2.650
Sehingga rencana anggaran produksinya selama setahun adalah :
Tabel 3.4 Rencana Anggaran Produksi PT Kemilau Tahun 2016
Rencana Persediaan Persediaan Rencana
Bulan Kebutuhan
Penjualan Akhir Awal Produksi
Januari 36.000 57.350 93.350 60.000 33.350
Februari 38.400 54.700 93.100 57.350 35.750
Maret 37.400 52.050 89.450 54.700 34.750
April 33.600 49.400 83.000 52.050 30.950
44 Bab 3. Anggaran Produksi
Contoh 5
Berdasarkan data soal 1 di atas, seandainya ditetapkan kebijakan
sebagai berikut :
a. Rencana produksi berfluktuasi, namun tidak melebihi 25% dari
tingkat produk rata-rata.
b. Rencana persediaan di triwulan 1 dan 2 berfluktuasi sebesar
6.000 unit, sementara triwulan 3 dan 4 berfluktuasi sebesar
4.000 unit.
Jawab :
Tingkat produksi maksimum = 105.000 x 125% = 131.250 unit
Tingkat produksi minimum = 105.000 x 75% = 78.750 unit
Sehingga anggaran produksinya selama setahun adalah :
Bab 3. Anggaran Produksi 45
Contoh 6
Dengan menggunakan data soal 2 di atas, seandainya ditetapkan:
a. Fluktuasi rencana produksi tidak lebih dari 60% di atas maupun
di bawah rata-rata produksi selama setahun.
b. Tingkat persediaan berfluktuasi sebesar rata-rata persediaan
setahun (12 bulan).
Jawab :
Tingkat produksi maksimum = 25.083 x 160% = 40.133 unit
Tingkat produksi minimum = 25.083 x 40% = 10.033 unit
Sehingga anggaran produksinya selama setahun adalah :
Tabel 3.6 Rencana Anggaran Produksi PT Kemilau Tahun 2016
Rencana Persediaan Persediaan Rencana
Bulan Kebutuhan
Penjualan Akhir Awal Produksi
Januari 36.000 56.325 92.325 60.000 32.325
Februari 38.400 52.650 91.050 56.325 34.725
Maret 37.400 48.975 86.375 52.650 33.725
April 33.600 45.300 78.900 48.975 29.925
Mei 25.800 41.625 67.425 45.300 22.125
Juni 24.000 37.950 61.950 41.625 20.325
Juli 16.800 34.275 51.075 37.950 13.125
Agustus 14.400 30.600 45.000 34.275 10.725
September 21.600 26.925 48.525 30.600 17.925
Oktober 25.400 23.250 48.650 26.925 21.725
46 Bab 3. Anggaran Produksi
3.5 Kesimpulan
Anggaran produksi adalah suatu perencanaan secara terperinci
mengenai jumlah unit produk yang akan diproduksi selama periode
yang akan datang, yang di dalamnya mencakup rencana mengenai
jenis (kualitas), jumlah (kuantitas), waktu (kapan) produksi akan
dilakukan.
Tujuan disusunnya anggaran produksi antara lain adalah
untuk: 1) mendukung aktivitas penjualan, untuk itu produk dapat
disediakan sesuai dengan waktu yang sudah direncanakan; 2)
menjamin stabilitas persediaan. Maksudnya: stok persediaan tidak
terlalu banyak maupun terlalu sedikit; dan 3) mengendalikan
produksi sehingga biaya dapat diminimalkan.
Dalam mengendalikan jumlah barang untuk diproduksi, ada
faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain: 1) kapasitas
mesin serta perlengkapan produksi yang ada, dan mungkin
perluasannya di masa mendatang; 2) ketersediaan tenaga kerja,
baik jumlah, keterampilan serta kemampuan, dan mungkin
pengembangan kariernya; 3) modal perusahaan dan rencana
pengembangannya di masa mendatang; 4) sarana dan prasarana
perusahaan, khususnya yang berhubungan dengan proses produksi,
dan pengembangannya di masa mendatang; dan 5) stok bahan
baku yang akan digunakan dalam proses produksi dan kebijakan
pengendaliannya.
Ada 3 macam kebijakan dalam menyusun anggaran produksi,
yaitu: 1) mengendalikan stabilitas produksi; 2) mengutamakan
pengendalian tingkat persediaan; dan 3) kebijakan kombinasi, di
mana rencana produksi dan persediaan berfluktuatif.
Bab 3. Anggaran Produksi 47
Daftar Pustaka
Adisaputro, G., & Asri, M. (2008). No Title (Kedua). BPFE-Yogyakarta.
Cristina, E., Fuad, M., Sugiarto, & Sukarno, E. (2002). No Title (Kedua).
PT Gramedia Pustaka Utama.
Didit, H. (2011). Teknik Penyusunan Anggaran Operasional
Perusahaan. In Penerbit Gosyen Publishing.
Iswara, P. W. (2016). Anggaran Perusahaan. Politeknik NCS Surabaya.
BAB 4
ANGGARAN BAHAN BAKU LANGSUNG
Hery Pandapotan Silitonga, S.E., M.Ak.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sultan Agung
herypsilitonga@gmail.com
4.1 Pendahuluan
Semakin banyak kegiatan yang harus dilakukan, maka dibutuhkan
perencanaan yang cermat dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
Dalam lingkungan bisnis membuat keputusan penganggaran
yang baik merupakan faktor penting dalam kelangsungan hidup
perusahaan (Siziba & Hall, 2020). Salah satu alat bantu manajemen
dalam perencanaan kegiatan yang akan dilakukan adalah anggaran.
Anggaran dalam perusahaan mencakup berbagai kegiatan yang
dilakukannya, salah satu kegiatan tersebut merupakan kegiatan
bahan baku.
Perusahaan harus mempertimbangkan jumlah bahan baku
sebelum memulai kegiatan produksinya. Dengan menerapkan
anggaran bahan baku diharapkan penggunaan bahan
baku dilakukan secara efektif dan efisien. Perusahaan harus
mempertimbangkan mengenai ketersediaan bahan baku agar dapat
memeneuhi kebutuhan produksi yang dilakukan. Anggaran bahan
baku langsung berisi mengenai jumlah bahan yang harus dibeli
perusahaan pada suatu periode waktu untuk memenuhi kebutuhan
produksi perusahaan (Pike & Ooi, 1988).
48
Bab 4. Anggaran Bahan Baku Langsung 49
Contoh:
Perusahaan kecap memproduksi kecap sebanyak 182 botol selama
tahun 2020, dengan bahan baku sebagai berikut 2 ons kedelai dan
2 ons gula merah. Harga per ons kedelai Rp 100 dan gula merah
Rp 60.
Dari pernyataan di atas diketahui untuk memproduksi 82 botol
kecap diperlukan 182 x 2 ons = 364 ons bahan baku. Bahan baku
tersebut dihitung menggunakan satuan rupiah sebagai berikut:
Kedelai 364 ons x Rp 100 = Rp 36.400
Gula merah 364 ons x Rp 60 = Rp 21.840
Jumah Biaya bahan baku langsung = Rp 58.240
Apabila persediaan bahan baku awal dan akhir sama maka pembelian
bahan baku sama dengan biaya bahan baku yang digunakan.
4 kali pesanan
Nilai rata-rata persediaan = (91ons x Rp 160) : 2 = Rp 7.280
Biaya penyimpanan setahun 40% x Rp 7.280 = Rp 2.912
Biaya pesanan setahun 4 x Rp 728 = Rp 2.912
Biaya bahan baku setahun 364 ons x Rp 160 = Rp 58.240
Jumlah biaya setahun = Rp 64.064
7 kali pesanan
Nilai rata-rata persediaan = (52ons x Rp 160) : 2 = Rp 4.160
Biaya penyimpanan setahun 40% x Rp 4.160 = Rp 1.664
Biaya pesanan setahun 7 x Rp 728 = Rp 5.096
Biaya bahan baku setahun 364 ons x Rp 160 = Rp 58.240
Jumlah biaya setahun = Rp 65.000
2 x 364 x 728
EOQ =
160 x 0,40
= 8,281
= 91 ons
Artinya pemesanan kembali dilakukan pada saat persediaan
tersisa 42 ons. Maka,
Persediaan maksimum = persediaan pengaman + EOQ
= 14 ons + 91 ons = 105 ons
Persediaan rata-rata termasuk pengaman
= (EOQ/2) + persediaan pengaman
= (91/2) + 14 ons = 59,5 ons
Persediaan rata-rata yang termasuk aktiva lancar
= 59,5 ons – 14 = 45,5 ons
54 Bab 4. Anggaran Bahan Baku Langsung
Soal Latihan 1
PT Kecap Manis Kelewat adalah perusahaan yang bergerak di
bidang farmasi dan ingin meramalkan untuk penjualan vaksin yang
kurang menguntungkan, khususnya yang berhubungan dengan
manajemen persediaan, sehingga PT. Covid 19 mengusahakan
60 Bab 4. Anggaran Bahan Baku Langsung
Penyelesaian:
Penjualan 35.000 unit Kebutuhan BB = 33.000 x 2 kg
Pers. akhir 10.000 unit + = 165.000 kg
Tersedia 45.000 unit
Pers. awal 12.000 unit –
Produksi 33.000 unit
4.7 Kesimpulan
Semakin banyak kegiatan yang harus dilakukan, maka dibutuhkan
perencanaan yang cermat dalam melaksanakan kegiatan tersebut.
Perusahaan harus mempertimbangkan jumlah bahan baku sebelum
memulai kegiatan produksinya. Dengan menerapkan anggaran
bahan baku diharapkan penggunaan bahan baku dilakukan secara
efektif dan efisien.
Bahan baku merupakan bahan langsung yang diperlukan
dalam memproduksi suatu produk yang terpisah dari produk jadi.
Bahan baku merupakan produk utama untuk komponen membuat
produk. Bahan baku langsung sangat mudah ditelusuri dalam suatu
perusahaan dikarenakan harganya yang relatif tinggi dibandingkan
dengan bahan pembantu. Besarnya biaya penyimpanan pada
Bab 4. Anggaran Bahan Baku Langsung 63
Daftar Pustaka
Cristina, E., M.Fuad, Sugiarto, & Sukarno, E. (2017). Anggara
Perusahaan (5th ed.). PT Gramedia Pustaka Utama.
Darsono, & Purwanti, A. (2010). Penganggaran Perusahaan. Mitra
Wacana Media.
Nafarin, M. (2019). Penganggaran Perusahaan. (Ketiga). Salemba
Empat.
Pike, R. H., & Ooi, T. S. (1988). The impact of corporate investment
objectives and constraints on capital budgeting practices.
The British Accounting Review, 20(2), 159–173. https://doi.
org/10.1016/0890-8389(88)90038-8
Siziba, S., & Hall, J. H. (2020). The evolution of the application of
capital budgeting techniques in enterprises. Global Finance
Journal, 100504. https://doi.org/10.1016/j.gfj.2019.100504
BAB 5
ANGGARAN TENAGA KERJA LANGSUNG
Debi Eka Putri, S.E., M.M.
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sultan Agung
debiekaputri@stiesultanagung.ac.id
5.1 Pendahuluan
Umumnya aktivitas dunia usaha yaitu mencari keuntungan.
Keuntungan (profit) dapat diperoleh dari tiga unsur perpaduan
yang meliputi tenaga kerja, alat untuk bekerja, dan sasaran kerja.
Tenaga kerja tersebut menentukan penghasilan keuntungan, karena
pengoperasian alat kerja oleh tenaga kerja untuk mencapai sasaran
kerja. Contoh tenaga kerja adalah buruh. Buruh disebut sebagai
tenaga kerja manusia yang bekerja dan mendapatkan upah yang
lazim.
Suatu produk atau jasa tertentu yang dihasilkan dari sumbangsih
manusia yang bekerja dengan mental maupun fisik merupakan
definisi dari tenaga kerja. Setiap perusahaan atau sebuah usaha
harus memiliki satu elemen terpenting ini. Perusahaan manufaktur
maupun jasa pentingnya memiliki keberadaan tenaga kerja ini,
karena tanpa adanya faktor produksi yang satu ini, sebuah produk
atau jasa tidak akan tercipta. Maka dari itu, setiap tenaga kerja yang
mengabdi tentunya akan mendapat kompensasi yaitu berupa upah
ataupun gaji yang sesuai dengan kinerja hingga prestasi mereka
pada perusahaan tertentu.
Perusahaan juga harus memberi perhatian pada tenaga kerja
untuk meningkatkan produktivitas yang ada di perusahaan itu
selain berfokus pada imbalan yang diberikan pada tenaga kerja.
Perusahaan jangan sampai membiarkan produktivitas menurun.
Hal ini disebabkan, meningkatnya produktivitas perusahaan akan
membuat meningkatnya output yang dihasilkan oleh perusahaan.
64
Bab 5. Anggaran Tenaga Kerja Langsung 65
Contoh:
Menentukan standar jam dalam pembuatan satu jenis boneka
dibutuhkan waktu 0,2 jam dan standar tarif upah yang dibutuhkan
per jam Rp 7.000. Dengan demikian, standar tenaga kerja langsung
untuk membuat satu boneka = 0,2 jam @Rp 7.000=Rp 1.400
Setelah menetapkan STKL, kemudian menyusun anggaran
JTKLT. Dalam penyusunan anggaran JTKLT diperlukan data anggaran
produksi dan standar JTKL. Misalkan anggaran Perusahaan Boneka
selama tahun 2019 sebagai berikut:
JTKLT = P x SJTKL
Keterangan:
JTKLT = Jam tenaga kerja langsung terpakai
P = Produksi
SJTKL = Standar jam tenaga kerja langsung
Menyusun anggaran JTKLT dengan menggunakan data tersebut
di atas yaitu sebagai berikut:
Tabel 5.1 Perusahaan Boneka ABC
ANGGARAN JTKLT
Setiap Triwulan tahun 2019
Boneka Boneka Boneka
Triwulan Total
A B C
I 21 jam 41 jam 10 jam 72 jam
II 22 jam 42 jam 11 jam 75 jam
III 23 jam 43 jam 12 jam 78 jam
IV 24 jam 44 jam 13 jam 81 jam
Setahun 90 jam 170 jam 46 jam 306 jam
5.6 Kesimpulan
Tenaga manusia yang bekerja langsung untuk mengolah produk
secara langsung dan terikat dalam melakukan proses produksi
disebut tenaga kerja langsung. Biaya tenaga kerja langsung
dikaitkan pada biaya produksi atau pada barang yang dihasilkan.
Para buruh pabrik yang ikut dalam kegiatan proses produksi dari
bahan baku sampai berbentuk barang jadi merupakan kategori dari
tenaga kerja langsung.
Biaya tenaga kerja langsung (BTKL) adalah sebutan untuk upah
untuk tenaga kerja langsung. Anggaran BTKL mencakup perkiraan
tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melakukan proses produksi
jenis dan jumlah produk yang direncanakan pada anggaran
produksi. Salah satu elemen dari penentuan harga pokok produk
yaitu anggaran BTKL. Oleh karena itu, anggaran BTKL dibutuhkan
untuk penentuan harga pokok produk per unit. Pentingnya setelah
menentukan harga pokok produk per unit adalah untuk menentukan
harga jual.
Bab 5. Anggaran Tenaga Kerja Langsung 73
Daftar Pustaka
Nafarin. (2004). Penganggaran Perusahaan (Revisi). Jakarta: Salemba
Empat.
Prawironegoro, D., & Purwanto, A. (2010). Penganggaran Perusahaan
Teknik Mengetahui dan Memahami Penyajian Anggaran
Perusahaan sebagai Pedoman Pelaksanaan dan Pengendalian
Aktivitas Bisnis (Edisi 2). Jakarta: Mitra Wacana Media.
Rudianto. (2009). Penganggaran Konsep dan Teknik Penyusunan
Anggaran. (A. Maulana & W. Hardani, Eds.). Jakarta: Erlangga.
Syahyunan. (2015). Penganggaran Perusahaan. Medan: USU Press.
BAB 6
ANGGARAN BIAYA OVERHEAD PABRIK
Sepbeariska Manurung
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Sultan Agung
sepbeariska@stiesultanagung.ac.id
6.1 Pendahuluan
Perusahaan jasa, dagang ataupun manufaktur, biasanya
membuat anggaran perusahaan dalam rangka mengawasi kinerja
perusahaan dan demi tercapainya proses produksi dengan baik.
Anggaran perusahaan dilakukan pada setiap periode tergantung
kepada kebijakan manajemen dalam perusahaan.
Salah satu cara yang dilakukan agar anggaran dalam perusahaan
dapat tercapai secara efektif dan efisien adalah dengan membuat
anggaran biaya overhead pabrik. Hal ini perlu dilakukan karena
setiap perusahaan manufaktur memerlukannya dan biaya overhead
pabrik juga memiliki peranan penting untuk kelangsungan hidup
perusahaan, secara khusus dalam memproduksi suatu barang.
Ketentuan dalam menyusun biaya overhead pabrik bisa
berdasarkan jam kerja atau biaya per satuan produk atau bisa juga
berdasarkan persentase tertentu dari biaya produksi. Perhitungan
yang lebih terinci dapat dilakukan jika memang kebutuhan setiap
komponen biaya overhead per unit produk diketahui (Rudianto,
2011).
6.2 Pengertian
Suatu perkiraan yang dirinci terkait dengan biaya-biaya
tidak langsung yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan untuk
melakukan produksi suatu barang pada periode mendatang yang
terdiri dari kelompok biaya, jangka waktu dan lokasi (divisi) terjadinya
biaya merupakan pengertian dari anggaran biaya overhead pabrik.
74
Bab 6. Anggaran Biaya Overhead Pabrik 75
6.2.3 Pabrikasi
Biaya pabrikasi merupakan biaya overhead di luar dari biaya
bahan pembantu dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya pabrikasi
lainnya ini dapat berupa pajak, biaya utilitas, biaya penyusutan,
biaya pemeliharaan mesin, dan lain-lain.
Dari data yang telah diuraikan di atas, Anda diminta untuk membuat
anggaran biaya overhead.
Penyelesaian:
a. Alokasi biaya tetap gaji supervisor
Alokasi untuk divisi produksi = 70% x Rp 82jt = Rp 57,4jt
Alokasi untuk divisi perakitan = 30% x Rp 82jt = Rp 24,6jt
b. Alokasi biaya tetap perawatan mesin
Alokasi untuk divisi produksi = 20/50 x Rp 25jt = Rp 10jt
Alokasi untuk divisi perakitan = 30/50 x Rp 25jt = Rp 15jt
Biaya variabel perawatan mesin untuk masing-masing divisi :
Divisi produksi = 4.000 jam x Rp 3.000 = Rp 12jt
Divisi perakitan = 6.000 jam x Rp 3.000 = Rp 18jt
c. Alokasi biaya tetap sewa pabrik untuk setiap divisi
Divisi produksi = 3.000/7.000 x Rp 110jt =Rp 47jt
Divisi perakitan = 4.000/7.000 x Rp 110jt = Rp 63jt
d. Alokasi biaya tetap listrik untuk setiap divisi
Divisi produksi = 55% x Rp 30jt = Rp 16,5jt
Divisi perakitan = 45% x Rp 30jt = Rp 13,5jt
Biaya variabel listrik untuk masing-masing divisi :
Divisi produksi = 4.000 jam x Rp 11.500 = Rp 46jt
Divisi perakitan = 6.000 jam x Rp 11.500 = Rp 69jt
Bab 6. Anggaran Biaya Overhead Pabrik 81
Divisi Perakitan:
Beban Gaji Supervisor 24.600.000 24.600.000
Beban Perawatan Mesin 18.000.000 15.000.000 33.000.000
Beban Sewa Pabrik 63.000.000 63.000.000
Beban Utilitas 69.000.000 13.500.000 82.500.000
Beban asuransi 51.600.000 51.600.000
Total 87.000.000 167.700.000 254.700.000
Total BOP 486.000.000
Contoh Soal 2
PT Handalan merupakan sebuah perusahaan manufaktur yang
memproduksi 3 jenis produk. Adapun produk yang dihasilkan adalah
82 Bab 6. Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Penyelesaian:
1. Perhitungan BOP netto untuk setiap departemen jasa:
Persamaan:
X = 9.000.000 + 0,2 Y
Y = 7.500.000 + 0,15 X
X = 9.000.000 + 0,2 (7.500.000 + 0,15 X)
X = 9.000.000 + 1.500.000 + 0.03 X
0,97 X = 10.500.000
X = 10.824.742 Rp 10.824.742
Y = 7.500.000 + 0,15 (10,824.742)
Y = 7.500.000 + 1.623.711
Y = 9.123.711 Rp 9.123.711
Jadi, jumlah BOP yang dihasilkan untuk masing-masing
departemen jasa adalah sbb.:
6.8 Kesimpulan
Perusahaan jasa, dagang ataupun manufaktur, biasanya
membuat anggaran perusahaan dalam rangka mengawasi kinerja
perusahaan dan demi tercapainya proses produksi dengan baik.
Anggaran perusahaan dilakukan pada setiap periode tergantung
kepada kebijakan manajemen dalam perusahaan.
Tujuan khusus dari penyusunan anggaran biaya overhead pabrik
adalah penggunaan biaya lebih efektif dan efisien, pengalokasian
sesuai dengan kebutuhan, dan merupakan suatu alat pengawasan
dalam sebuah entitas. Terkait kepada penentuan biaya, maka hal
yang perlu diperhatikan adalah penanggung jawab perencanaan
biaya, penentuan jumlah biaya, dan pengawasan biaya overhead
pabrik.
86 Bab 6. Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Daftar Pustaka
Christina, E. et al. (2002) Anggaran Perusahaan Suatu Pendekatan
Praktis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Rudianto (2011) Pengganggaran Konsep dan Teknik Penyusunan
Anggaran. Edited by A. Maulana and W. Hardani. Jakarta:
Erlangga.
Syahyunan (2015) Penganggaran Perusahaan. Medan: USU Press.
BAB 7
ANGGARAN HARGA POKOK PENJUALAN
Nelly Ervina
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Sultan Agung
nellyervinastie@gmail.com
7.1 Pendahuluan
Harga pokok penjualan (HPP) adalah salah satu bagian
dari laporan laba rugi perusahaan terutama dalam perusahaan
dagang dan manufaktur. Harga pokok penjualan adalah jumlah
secara keseluruhan dari seluruh biaya yang telah dikeluarkan oleh
perusahaan secara langsung untuk produk yang akan dijual.
Perhitungan harga pokok penjualan dapat mempengaruhi nilai
keakuratan dari laba yang akan diperoleh oleh perusahaan maupun
rugi yang akan ditanggung oleh perusahaan. Harga pokok penjualan
biasanya dijadikan sebagai acuan sebagai penentuan harga jual.
Apabila harga pokok penjualan lebih rendah dari harga jual, maka
perusahaan memperoleh keuntungan. Sebaliknya, perusahaan
akan mengalami kerugian jika harga pokok penjualan lebih tinggi
dari harga jual sehingga diperlukan suatu anggaran yang disebut
dengan anggaran harga pokok penjualan.
Anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja, dan
anggaran biaya overhead pabrik diperlukan untuk pengembangan
penyusunan anggaran harga pokok penjualan (Indonesia, 2019).
87
88 Bab 7. Anggaran Harga Pokok Penjualan
dari harga pokok penjualan (Rudianto, 2010). Selain itu, harga pokok
penjualan juga merupakan harga pokok dari barang yang akan
dijual dan harga pokok dari barang yang tersedia untuk dijual
dikurangi dengan inventory dagang (Hery, 2012).
Suatu rencana yang disusun berurut dalam bentuk angka
(dalam bentuk moneter) dan berisikan seluruh aktivitas entitas
selama waktu tertentu di masa depan dapat dikatakan sebagai arti
dari anggaran (Cristina et al., 2002). Selain itu, anggaran juga bisa
berarti sebagai suatu rencana kerja organisasi untuk masa depan
yang diimplementasikan dalam bentuk angka, resmi, dan berurut
(Rudianto, 2013).
Oleh karena itu, anggaran harga pokok penjualan dapat
diartikan sebagai suatu perencanaan kerja yang digunakan untuk
mengetahui total dari keseluruhan biaya yang akan dikeluarkan
secara langsung oleh perusahaan sehingga melalui hal tersebut
dapat ditentukan harga jual dari suatu produk yang diproduksi
oleh perusahaan.
tersisa pada akhir periode dan biaya bahan tambahan serta biaya
pembelian bahan baku dihitung agar dapat menentukan harga
bahan baku.
Anggaran tenaga kerja digunakan untuk menghitung upah
yang diterima oleh tenaga kerja dalam proses produksi barang.
Sedangkan anggaran overhead pabrik digunakan untuk mengetahui
secara terinci biaya tidak langsung yang dikeluarkan sehubungan
dengan proses produksi yang meliputi jenis biaya, waktu, dan
departemen di mana biaya tersebut terjadi (Indonesia, 2019).
Daftar Pustaka
Cristina, E. et al. (2002) Anggaran Perusahaan Suatu Pendekatan
Praktis. Cetakan Ke. Jakarta: PT Sun.
Eka (2020) Harga Pokok Penjualan (HPP) – Arti, Rumus, Komponen,
Cara Hitung HPP Dagang dan Manufaktur, 18 Mei 2020.
Available at: https://www.kabaruang.com/2020/05/harga-
pokok-penjualan-hpp-arti-rumus-komponen-cara-hitung-
hpp-dagang-dan-manufaktur/ (Accessed: 20 September 2020).
Ekonomi, G. (2020) Harga Pokok Penjualan, 20 September 2020.
Available at: https://sarjanaekonomi.co.id/hpp/ (Accessed: 20
September 2020).
Hery (2012) Cara Mudah Memahami Akuntansi. Jakarta: Prenada.
Indonesia, A. (2019) Komponen Dasar dalam Menghitung Harga
Pokok Penjualan, 12 April 2019. Available at: https://blog.
id.aspireapp.com/3-komponen-dasar-menghitung-harga-
pokok-penjualan/#:~:text=Anggaran harga pokok penjualan
pada,patokan dalam menentukan harga jual. (Accessed: 20
September 2020).
Rudianto (2010) Akuntansi Koperasi. Jakarta: Erlangga.
Rudianto (2013) Akuntansi Manajemen Informasi untuk Pengambilan
Keputusan Strategis. Jakarta: Erlangga.
Siregar, R. (2020) Perhitungan Harga Pokok, 20 September 2020.
Available at: https://slideplayer.info/slide/13135933/ (Accessed:
20 September 2020).
Soemarso, S. R. (2010) Akuntansi Suatu Pengantar Jilid 2. Jakarta:
Salemba Empat.
Utami, N. W. (2019) Contoh Laporan Perhitungan Harga Pokok
Penjualan Perusahaan Dagang & Manufaktur, 31 Desember
2019. Available at: https://www.jurnal.id/id/blog/contoh-
laporan-perhitungan-harga-pokok-penjualan-perusahaan-
dagang-manufaktur/ (Accessed: 20 September 2020).
BAB 8
SUB-ANGGARAN BEBAN USAHA
Abdurohim
STIE Portnumbay
Rohim_er@yahoo.co.uk
8.1 Pendahuluan
Setiap perusahaan dalam menyusun anggaran disesuaikan
dengan kebutuhan serta jenis perusahaan, bagi perusahaan yang
bergerak pada bidang jasa keuangan untuk keperluan penyusunan
anggaran tentunya berbeda dengan perusahaan manufaktur
terutama untuk item beban yang dikeluarkan, disesuaikan dengan
kebutuhan perusahaan tersebut dalam berproduksi guna memenuhi
kebutuhan pelanggannya. Untuk diperoleh perencanaan dan
pengendalian perusahaan yang baik, diperlukan penyusunan
anggaran terlebih dahulu (Muljadi & Goestaman, 2012).
Penyusunan anggaran juga dibedakan dengan waktu anggaran
yang dibutuhkan, ada penyusunan perencanaan anggaran untuk
waktu jangka panjang selama lima tahun, dan juga ada penyusunan
anggaran perusahaan diperuntukkan dalam jangka pendek atau
untuk kebutuhan satu tahun. Kedua jenis anggaran jangka pendek
maupun jangka panjang sama-sama untuk memenuhi kebutuhan
penganggaran perusahaan guna dipergunakan sebagai alat untuk
mengukur kinerja pertumbuhan dan pengeluaran baik pimpinan
tertinggi, manajer, karyawan, karena itu dalam penyusunan anggaran
tidak boleh bertentangan satu sama lain, saling berkolaborasi
antara satu dengan lainnya, sehingga apa yang dicapai dalam
realisasi anggaran jangka waktu pendek, dapat mendorong dan
memperkuat realisasi anggaran jangka waktu panjang. Membuat
anggaran disesuaikan dengan rencana kerja sesuai waktu yang
dibutuhkan (Mahsun, 2019). Sebagaimana dijelaskan di bawah ini.
100
Bab 8. Sub-Anggaran Beban Usaha 101
Perencanaan • Perencanaan
Strategi jangka panjang
Penyusunan • Perencanaan
Progran jangka menengah
Penyusunan • Perencanaan
Anggaran jangka pendek
8.4 Kesimpulan
Anggaran perusahaan disusun oleh perusahaan untuk
dipergunakan sebagai dasar penilaian kinerja dari mulai pemimpin
tertinggi, manajer, dan staf dalam menghasilkan barang/jasa yang
dihasilkan, sehingga pencapaian melampaui apa yang ditetapkan
dalam rencana sebelumnya. Keikutsertaan semua pihak dalam
penyusunan anggaran merupakan modal keberhasilan dalam
pelaksanaannya (Widanaputra & Mimba, 2014).
Dalam penyusunan anggaran perusahaan dilakukan untuk
pemenuhan jangka panjang yaitu lima tahun, serta yang disusun
jangka waktu pendek atau hanya satu tahun. Masing-masing
anggaran memiliki fungsi dan tujuan sendiri-sendiri, namun
keduanya saling berkolaborasi karena penetapan anggaran
jangka panjang untuk diimplementasikan pada jangka pendek
atau tahunan. Dengan demikian, apa yang dicapai pada anggaran
jangka pendek akan mendukung keberhasilan pencapaian anggaran
lima tahunan. Penyusunan anggaran dipergunakan oleh pengelola
perusahaan untuk mencapai target yang ditetapkan (Monik Zarinah,
Darwanis, 2016).
Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang bergerak
pada kegiatan pemrosesan barang mentah menjadi barang jadi
seperti yang terjadi pada perusahaan garmen, elektronik dan
sebagainya. Dalam melakukan kegiatan operasionalnya perusahaan
manufacturing tersebut menyusun anggarannya berbeda dengan
perusahaan jasa ataupun dagang. Hal ini disebabkan perusahaan
manufaktur melakukan pemrosesan bahan mentah menjadi bahan
jadi, sedangkan perusahaan jasa merupakan perusahaan yang tidak
mengolah bahan, namun menjual layanan berupa fisik kepada
pelanggannya. Keunggulan perusahaan manufaktur pada sektor
usaha kecil mampu beradaptasi dengan perubahan secara cepat
(Monik Zarinah, Darwanis, 2016). Karena itu, dalam penyusunan
anggaran beban perusahaan manufaktur disesuaikan dengan fungsi
dan tujuan perusahaan manufaktur tersebut. Untuk beban yang
dikeluarkan dicatat pada akuntansi sesuai dengan peruntukannya
Bab 8. Sub-Anggaran Beban Usaha 113
Daftar Pustaka
Adnyana, I. M. (2010). Analisis Anggaran Komprehensif. Unas, 32.
Ardansyah. (2015). Effect Of Operating Cost And Working Capital
To Profitability In PT Fika Abadi Mandiri, 5(2).
de Souza, P., & Lunkes, R. J. (2016). Capital budgeting practices by
large Brazilian companies. Contaduria y Administracion, 61(3),
514–534. https://doi.org/10.1016/j.cya.2016.01.001
Erawati, T., & Widayanto, I. J. (2016). Pengaruh Working Capital To
Total Asset, Operating Income To Total Liabilities, Total Asset
Turnover, Return on Asset, Dan Return on Equity Terhadap
Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi, 4(2), 49–60. https://
doi.org/10.24964/ja.v4i2.227
Ermawati, N. (2017). Pengaruh Partisipasi Anggaran Terhadap Kinerja
Manajerial Dengan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Pemoderasi
(Studi Kasus Skpd Kabupaten Pati). Jurnal Akuntansi Indonesia,
6(2), 141. https://doi.org/10.30659/jai.6.2.141-156
Ginting, M. (2018). Partisipasi Anggaran Dan Kinerja Manajerial
Organisasi. Jurnal Manajemen, 4(1), 23–33.
Hariyanti, W., Purnamasari, P., & Magnaz Lestira O. (2015). Pluriform
Motivation as Antecedent and its Relationships to Budgeting
Participation and Managerial Performance (Empirical Study on
Manufacturing Companies Listed on Indonesian Stock Exchange).
Procedia - Social and Behavioral Sciences, 211(September), 836–
843. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.11.110
Haryanto, W. (2018). Analisis Pembebanan Biaya Overhead Terhadap
Harga Jual. Pengetahuan, Jurnal Ilmu Komputer, D A N Teknologi,
4(1), 137–142.
Horvat, D., Moll, C., & Weidner, N. (2019). Why and how to implement
strategic competence management in manufacturing SMEs?
Procedia Manufacturing, 39, 824–832. https://doi.org/10.1016/j.
promfg.2020.01.422
114 Bab 8. Sub-Anggaran Beban Usaha
9.1 Pendahuluan
Anggaran laporan laba rugi dapat dikatakan sebagai suatu
anggaran yang wajib disusun oleh setiap perusahaan, di mana
anggaran-anggaran lain yaitu: anggaran penjualan, kas, dan juga
piutang, dan lain-lain. Apa yang menjadi alasan yang mendasari
sebuah perusahaan harus menyusun anggaran laporan laba rugi?
Karena dengan disusunnya anggaran laporan laba rugi, sebuah
perusahaan akan mengetahui berapa besar keuntungan yang
diterima oleh perusahaan dan juga berapa besar kerugian yang
harus ditanggung oleh perusahaan sehingga perusahaan bisa
menyusun rencana (planning) dan program yang dapat membantu
perusahaan untuk mengelola keuangan secara baik dan juga benar.
Jika sebuah perusahaan tidak menyusun ataupun membuat
anggaran laporan dari laba rugi, maka tidak dapat dipungkiri
bahwa perusahaan tidak akan mampu memperoleh informasi dari
keuntungan maupun kerugian yang diterima, dan juga anggaran
selain laporan laba rugi yang telah disusun sebelum menyusun
anggaran laporan dari laba rugi akan menjadi sia-sia. Oleh sebab
itu, sangat penting bagi setiap perusahaan untuk menyusun
anggaran laporan laba rugi yang dapat memberikan bantuan
kepada perusahaan untuk mengelola keuangannya.
116
Bab 9. Anggaran Laporan Laba Rugi 117
No Anggaran Informasi
5. Anggaran Biaya Informasi produksi pada 1 periode
Produksi anggaran tertentu.
6. Anggaran Pajak Dibutuhkan dalam penentuan total beban
Penghasilan pajak penghasilan yang harus ditanggung
Badan perusahaan.
Membuat Format
lain-lain, dan juga EBIT (Earning Before Interest and Tax) atau
sebutan lainnya yaitu laba sebelum pajak penghasilan, perlu
diperhatikan komponen yang dijadikan sebagai penambah
ataupun pengurang dari informasi-informasi di atas.
6. Menghitung perkiraan dari beban pajak penghasilan di mana
komponen ini dapat diperoleh dengan perkalian antara EBIT
dengan tarif pajak penghasilan.
7. Langkah selanjutnya diakhiri dengan melakukan perhitungan
dari net profit atau yang lazim disebut sebagai laba bersih yang
dianggarkan yaitu dengan cara mengurangkan EBIT dengan
perkiraan beban pajak penghasilan.
9.7 Kesimpulan
Anggaran laporan laba rugi dapat dikatakan sebagai suatu
anggaran yang harus dibuat oleh setiap perusahaan. Anggaran
laporan laba rugi adalah rencana (planning) dari laba ataupun profit
dan juga rugi di mana akan didapatkan dari anggaran penjualan,
biaya produksi, beban operasional ataupun produksi di mana biaya
ini akan ditanggung oleh setiap perusahaan dalam satu periode
anggaran. Dari jenis perusahaan, laporan laba rugi dibagi menjadi
3 jenis yaitu: untuk perusahaan jasa, dagang, dan industri atau
manufaktur.
Bab 9. Anggaran Laporan Laba Rugi 133
Daftar Pustaka
Budiharti, Y. (2012). “Proses Penyusunan Anggaran Operasional
Studi Kasus Pada UMKM Marcello di Kota Mojokerto”. STIE
Perbanas Surabaya. https://eprints.perbanas.ac.id/3225/4/
ARTIKEL ILMIAH.pdf
Hidayat, Azza. (2017). Diperoleh dari. Anggaran Laba Rugi. http://
azzakihidayat.blogspot.com/2017/10/anggaran-laba-rugi.html
134 Bab 9. Anggaran Laporan Laba Rugi
10.1 Pendahuluan
Penganggaran perusahaan merupakan sebuah perencanaan
yang disusun dengan formal dan sistematis. Penganggaran terdiri
atas berbagai kegiatan usaha yang dinyatakan dalam satuan
moneter dan berlaku untuk jangka waktu tertentu (Haruman &
Rahayu, 2007; Munandar, 2015).
135
136 Bab 10. Penerapan Anggaran Operasional
a = ΣY / n = 163.250 / 9 = 18.139
b = ΣXY / ΣX2 = 24.250 / 60 = 404
sehingga diperoleh persamaan:
Y = 18.139 + 404X
Harga jual untuk tahun 2020 adalah:
Y2020 = 18.139 + 404(5) = 20.160 dibulatkan Rp 21.000 per unit
(asumsi pembulatan ribuan rupiah ke atas)
Dengan menggunakan unit penjualan yang telah direncanakan
oleh perusahaan untuk setiap bulan dan menggunakan harga
jual yang telah diramalkan dengan menggunakan metode least
square, maka dapat dibuat anggaran penjualan berdasarkan waktu
penjualan.
Tabel 10.3 Anggaran Penjualan berdasarkan Waktu Penjualan
Waktu Unit Harga Pendapatan Penjualan
Januari 27.000 21.000 567.000.000
Februari 30.000 21.000 630.000.000
Maret 31.000 21.000 651.000.000
April 38.000 21.000 798.000.000
138 Bab 10. Penerapan Anggaran Operasional
10.4 Kesimpulan
Anggaran operasional merupakan perencanaan kegiatan usaha
perusahaan yang terdiri atas rencana pendapatan dan rencana
biaya. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan terdiri atas harga
pokok penjualan, beban usaha, biaya bunga, dan pajak. Harga
pokok penjualan terdiri atas harga pokok bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik, dan nilai persediaan
awal serta akhir.
Bab 10. Penerapan Anggaran Operasional 151
Daftar Pustaka
Bragg, S. (2019). Costs of Goods Availabe for Sale. Accountingtools.
Com. https://www.accountingtools.com/articles/2017/5/5/cost-
of-goods-available-for-sale
Harahap, S. S. (2013). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. PT
Rajagrafindo Persada.
Haruman, T., & Rahayu, S. (2007). Penyusunan Anggaran Perusahaan
(Kedua). Graha Ilmu.
Herlianto, D. (2011). Teknik Penyusunan Anggaran Operasional
Perusahaan (Pertama). Gosyen Publishing.
Lasena, S. R. (2013). Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi pada
PT Dimembe Nyiur Agripro. Jurnal EMBA, 1(3), 585–592.
Lestari, D., Subagyo, & Limantara, A. D. (2019). Analisis Perhitungan
Persediaan Bahan Baku Dengan Metode Fifo dan Average
(Study Kasus Pada Umkm Aam Putra Kota Kediri) Tahun 2019.
Jurnal Cahaya Aktiva, 09(02), 25–47.
Macpal, B., Morasa, J., & Tirayoh, V. (2014). Analisis Perhitungan
Harga Pokok Penjualan Barang Produksi pada Jepara Meubel
di Kota Bitung. Jurnal EMBA, 2(3), 1495–1503.
Mulyadi. (2015). Akuntansi Biaya (Edisi Lima). Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN.
Munandar, D. M. (2015). Budgeting Perencanaan Kerja
Pengkoordinasian Kerja Pengawasan Kerja (Kedua). BPFE-
Yogyakarta.
Rambitan, B. F., Sumarauw, J. S. B., & Jan, A. H. (2018). Analisis
Penerapan Manajemen Persediaan Pada Cv. Indospice Manado
Analysis of Application of the Inventory Management on Cv.
Indospice. Analisis Penerapan, 6(3), 1448–1457.
Ruauw, E. (2011). Pengendalian Persediaan Bahan Baku (Contoh
Pengendalian pada usaha Grenda Bakery Lianli, Manado)
Eyverson Ruauw. Ase, 7(1), 1–11.
Santony;, G. J. J. N. (2018). Tingkat Prediksi Pendaftar Ujian
Kompetensi Laboratorium. 2(3), 746–752.
Sari, D. I. (2018). Analisis Perhitungan Persediaan dengan Metode
FIFO dan Average Pada PT. Harapan. XVI(1).
152 Bab 10. Penerapan Anggaran Operasional
153
154 Biodata Penulis