Anda di halaman 1dari 3

REVOLUSI DESA

TEMA:JIKA AKU MENJADI SEORANG PEMIMPIN

Wardani Agung adalah namaku, aku lahir di Takalar 16 Maret 2006. Sekarang aku
sudah umur 17 tahun dan duduk di bangku kelas 3 SMA, sekarang aku bisa sampai dititik ini
sangatlah tidak mudah. Banyak rintangan, cobaan, dan tantangan yang harus aku lewati.
Hidup didunia butuh perjuangan mental dan fisik yang kuat. Tetapi aku sebagai manusia
adalah Mahkluk Sosial, yang dimana makhluk sosial ini adalah manusia yang tidak bisa
hidup dengan sendirinya. Dalam Mahkluk Sosial ada yang namanya Komunitas atupun
Organisasi. Setiap forum pasti ada istilah atasan dan bawahan. Atasan yaitu ketua, wakil
ketua dan jajarannya, sedangkan Bawahan adalah anggota/bidang-bidang yang lain.

Ketua adalah seseorang yang diberikan tanggung jawab untuk menjalankan amanah
yang diberikan. Selain itu ketua juga mampu mengatasi konflik-konflik yang dialami oleh
bawahan(anggota) dan memberikan solusi yang terbaik. Ketua ketika sudah menjalankan
amanah dengan baik, itu sudah sama halnya dengan seorang Pemimpin. Menjadi seorang
pemimpin sangatlah tidak mudah dan tidak segampang dengan membalikkan telapak tangan.

Disekolah selain aku sebagai seorang pelajar aku juga diamanahkan sebagai Wakil
Ketua OSIS Periode 2022-2023. Menjabat dalam Organisasi itu butuh pertimbangan yang
maksimal (waktu, tenaga, & pikiran). Pemimpin jangan dilihat dari strukturnya, tetapi
pemimpin dilihat dari berapa besar pengaruhnya dan komunikasi yang baik. Walaupun hanya
menjabat sebagai Wakil Ketua OSIS, namun itu suatu tanggaung jawab yang besar selama 1
periode. Aku beruntung bisa berada diposisi ini, karena bisa menambah wawasan, relasi baru,
dan memperbanyak teman diluar sekolah.

Selain itu, ketika aku sudah dihadapkan dengan situasi ataupun kondisi yang bisa jadi
itu rumit menurut orang lain. Mungkin menurut aku itu hanyalah hal yang biasa dan sudah
untuk diselesaikan karena terlalu sering dihadapkan dengan situasi ataupun kondisi seperti
itu. Seiring berjalannya waktu semakin banyak cobaan dan rintangan yang harus aku lewati,
salah satunya waktu Pengurus OSIS angkatan aku semuanya ingin keluar dari OSIS karena
sesuatu dan lain hal. Akupun berfikir terus-menerus untuk menemukan solusinya dan bisa
mempertahankan teman-teman aku di OSIS sampai selesai. Beberapa minggu kemudian,
akhirnya bisa terselesaikan dengan cara membicarakannya dengan baik.

Sejak kejadiaan itu aku mengambil pelajaran bahwasanya menjadi seorang pemimpin
itu tidak mudah, mengarahkan dan mengatur anggota itu tidak mudah, dan mengambil
keputusan sendiri itu tidak bagus, apalagi mengabaikan anggota apabila ada konflik yang
terjadi. Tersadarlah aku bagaimana halnya jika tidak bergabung dalam organisasi.
Kemungkinan bisa saja aku stress untuk menghadapi situasi dan kondisi yang tidak pernah
aku dapatkan sebelumnya.
Jika kemudian hari aku menjadi seorang pemimpin yang diamanahkan dalam
forum, organisasi, maupun komunitas. Aku ingin menjadi seorang pemimpin yang lebih
bertangungjawab, adil, merakyat, dan lain-lain. Sesuai dengan Opening aku yang ada di atas,
bahwasanya aku lahir diTakalar,16 Maret 2006. Berbicara tentang Takalar, Takalar biasa
disebut dengan Butta Panrannuangku yang artinya Tanah Kelahiranku. DiTakalar banyak
hal dan peristiwa-peristiwa yang hebat dan bersejarah, salah satunya yaitu Seorang Maenstro
Musik atas nama Suhaemi Herman Daeng Tata. Beliau adalah seorang yang dikenal di
Takalar dengan keahlian bermain musik Langgam. Menjadi seperti beliau butuh kesabaran
untuk berproses, Beliau juga bisa membuktikan bahwasanya beliau punya bakat yang bisa di
kembangkan dan dilanjutkan oleh generasi selanjutnya. Selain beliau, masih banyak lagi hal
dan peristiwa-peristiwa yang lain.

Aku sebagai generasi penerus bangsa tepatnya di Kabupaten Takalar, ingin melihat
Takalar berkembang dan mengalami perubahan agar tidak ketinggalan. Dengan cara
membarantas sampah-sampah yang ada disekitar jalan Desa yang selalu diabaikan dan
membiarkan begitu saja tanpa adanya tindakan untuk pembuangan sampah. Melihat
perubahan sampah yang di Kota sudah meningkat dengan pengadaan tempat sampah yang
terpisah yaitu tempat sampah Organik dan Anorganik, tetapi yang ada di Desa masih banyak
yang mengabaikannya, akhirnya banyak sampah yang berhamburan dipojok jalan. Sampah
yang banyak di Desa dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Kurangnya kesadaran
masyarakat dan kurangnya dukungan dari pemerintah setempat. Untuk mencegah faktor-
faktor tersebut ada solusi yang aku sarankan, yaitu: Untuk menyadarkan masyarakat dan
dukungan dari pemerintah setempat perlu dibicarakan baik-baik dengan kepala dingin, baik
melalui seminar dengan Pemerintah pihak luar ataupun dengan rapat formal dari pemerintah
Desa.

Setelah pertemuan tersebut menyusun konsep sedemikian rupa untuk perkembangan


Desa, baik dengan cara memanfaatkan barang bekas menjadi barang yang berguna,
memisahkan tempat sampah Organik dan Anorganik agar tidak membusuk, mengelola
sampah dengan pabrik yang menghasilkan uang, membuat jadwal untuk melakukan gotong
royong yang rutin setiap minggu. Ataupun dengan berbagai konsep lainnya yang bisa
menyadarkan masyarakat dan pemerintah yang mendukung untuk perkembangan Desa
melalui sampah yang ingin dikikis.

Apabila salah satu konsep yang disusun oleh pihak pemerintah dan masyarkat bisa
terealisasikan dengan baik, perlahan di Desa tersebut akan menjadikan kebiasaan. Dengan
adanya kebiasaan itu akan mengubah suasana, dan apabila kebiasaan itu hilang akan terasa
kurang lengkap dalam hidpunya. Untuk mempertahankan kebiasaan ini mari mengajak,
mengarahkan, merangkul, dan saling bahu membahu agar semangat masyarakat dan
pemerintah tetap bertahan dan tidak pernah pudar. maka Desa akan perlahan mengalami
perkembangan dan akan setara dengan yang ada diperkotaan.

Anda mungkin juga menyukai