Anda di halaman 1dari 2

LEGAL OPINION

Kasus Posisi:
Ruth, Ave, Moza, Tyas dan Latif adalah seorang yang beragama Hindu, yang
berdomisili di DIY. Mereka berlima sebagai saudara kandung. Sebelum orang
tua mereka meninggal dunia orang tuanya berpesan untuk memberikan Latif
1/3 dari warisan yang dimilikinya. Berkaitan dengan hal tersebut Ave tidak
terima dengan pembagian itu, yang dinilai diskriminatif sehingga ia
memutuskan untuk menghindar jika ditanyakan mengenai pembagian
warisan, apalagi terhadap salah satu bagian dari warisan itu yang
merupakan sebidang tanah yang terletak di Ibu Kota Negara saat ini.
Sebelumnya, ada sebidang tanah yang luasnya 10 hektar yang terletak di
Ibu Kota Negara,
yang merupakan warisan dari orang tuanya, untuk mengurus pembuatan
sertifikat tanah tersebut, keempat saudaranya mengajak Ave untuk
pembuatan sertifikat, namun Ave memilih menolak untuk mengurusnya dan
tidak mau dihubungi oleh saudaranya hingga 2 (dua) tahun lamanya sebagai
bentuk penolakan.
Tanggal 05 November 2023 Latif mendatangi kantor hukum anda untuk
meminta pendampingan hukum terkait kejelasan Tanah 10 Hektar tersebut
yang surat-suratnya berada di bawah penguasaan Ave.

Pendapat Hukum:
Hak Ahli Waris:
Pasal 830 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) menyatakan
bahwa setiap ahli waris berhak mengetahui dan memeriksa harta warisan.
Hak ini meliputi informasi mengenai surat-surat tanah yang merupakan
bagian dari harta warisan.

Kewajiban Keterbukaan Ahli Waris:


Pasal 832 KUHPerdata menyatakan bahwa setiap ahli waris wajib
memberikan keterangan secara jujur kepada ahli waris lainnya mengenai
harta warisan. Ini mencakup memberikan informasi mengenai kepemilikan
dan surat-surat yang terkait.

Pengelolaan Bersama:
Pasal 827 KUHPerdata menyebutkan bahwa ahli waris dapat mengelola
bersama harta warisan dengan persetujuan bersama. Tindakan sepihak yang
menguasai surat tanah dan tidak memberikan kejelasan dapat dianggap
sebagai pelanggaran terhadap kewajiban berelasi baik.
Berdasarkan hal di atas, Latif bisa melakukan:

Upaya Mediasi dan Negosiasi:


Mediasi atau negosiasi antara ahli waris dapat diupayakan terlebih dahulu
untuk mencapai kesepakatan tanpa melibatkan proses hukum yang panjang.
Pasal 1365 KUHPerdata mengatur bahwa pihak yang menderita kerugian
dapat menuntut ganti rugi apabila terjadi pelanggaran hak.

Gugatan Perdata:
Apabila upaya damai tidak berhasil, ahli waris yang merasa dirugikan dapat
mengajukan gugatan perdata ke pengadilan untuk meminta kejelasan dan
pemulihan hak-haknya. Pasal 1365 dan 1366 KUHPerdata dapat digunakan
sebagai dasar untuk melakukan gugatan Perbuatan Melawan Hukum.

Demikanlah Legal Opinion yang kami buat,

Hormat kami,

Muhammad Tarmidzi

Anda mungkin juga menyukai