Anda di halaman 1dari 2

1.

Perkuliahan Hukum Keluarga pada pokoknya membahas:


a. Keluarga dan Kekeluargaan.
b. Sistem Kekeluargaan.
c. Perkawinan dan Perceraian Berdasarkan Hukum Nasional.
d. Perkawinan dan Perceraian Berdasarkan Hukum Adat Bali.
e. Keturunan Berdasarkan Hukum Nasional dan Hukum Adat Bali.
f. Harta Perkawinan Berdasarkan Berdasarkan Hukum Nasional dan Hukum Adat Bali.
g. Konsekwensi Perceraian terhadap Keturunan dan Harta Perkawinan Berdasarkan
Hukum Nasional dan Hukum Adat Bali.
2. Harta Perkawinan berdasar asal usulnya
a. Menurut BW
b. Menurut Undang-undang Perkawinan
- Harta Bersama> Harta yang diperoleh selama perkawinan berlangsung
disebut sebagai harta bersama yang ketika dilakukan suatu perbuatan
hukum terhadap harta bersama tersebut maka memutuhkan kesepakatan
dan/atau persetujuan dari pasangannya (suami atau istri).
- Harta Bawaan> Harta yang diperoleh sebelum berlangsungnya
perkawinan, warisan dan/atau hibah dimana masing-masing suami dan
istri memiliki hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum
terhadap hartanya masing-masing tanpa membutuhkan persetujuan dari
pihak lainnya.
c. Menurut Hukum adat
3. Syarat Perkawinan menurut hukum positif:1
1. Adanya persetujuan kedua calon mempelai (Pasal 6 ayat (1)).
2. Adanya izin kedua orang tua/wali bagi calon mempelai yang belum berusia 21 tahun
(Pasal 6 ayat (1), (2), (3), (4), (5) dan (6) ).
3. Usia calon mempelai sudah 19 tahun dan usia calon mempelai wanita sudah mencapai
16 tahun (Pasal 7 ayat (1)).
4. Antara calon mempelai pria dan calon mempelai wanita tdak dalam hubungan
darah/keluarga yang tidak boleh kawin (Pasal 8).
5. Tidak berada dalam ikatan perkawinan dengan pihak lain (Pasal 9).
6. Bagi suami isteri yang bercerai, lalu kawin lagi satu sama lain dan bercerai lagi untuk
kedua kalinya, agama dan kepercayaan mereka tidak melarang mereka untuk kawin
ketiga kalinya (Pasal 10).
7. .tidak berada dalam waktu tunggu bagi calon mempelai wanita yang janda.
4. - Perkawinan Menurut Adat Bali dikatakan sah bila melalui upacara perkawinan (wiwaha
samskara) yang dihadiri oleh tri upasaksi sebagai saksi yang hadir dan menyaksikan proses
pernikahan. Tri Upasaksi adalah;2
a. Dewa Saksi: Tuhan secara simbolis yang dihadirkan melaui upacara dan upakara
perkawinan
b. Bhuta Saksi: makhluk-makhluk bawah yang secara simbolis dihadirkan dengan
upacara mebyakaonan.

1
Akhmad Munawar, Sahnya Perkawinan Menurut Hukum Positif yang Berlaku di Indonesia, Jurnal AlÁdl,
Volume VII No. 13 (Januar-Juni 2015), hlm 25
2
I Wayan Artha Dipa, I Putu Gelgel dan Ida Bagus Dharmika, 2020, Dinamika Perkawinan Pada Gelahang
(Kajian Yuridis dan Sosiologis), Denpasar: UNHI Press, hlm 15
c. Manusa Saksi: Masyarakat (manusia) yang secara nyata menyaksikan proses
dilangsungkannya perkawinan.
-
5. adasf

Anda mungkin juga menyukai