Anda di halaman 1dari 17

TUGAS 1

Analisis PT Bank Central Asia Tbk

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pemeriksaan Keuangan yang di
ampu oleh :

Dr. H. Atang Hermawan, SE., MSIE., Ak / Glen Lazuardi Qurba, S.E.

Disusun oleh kelompok 3 :

1. Tomi Susanto 204020007


2. Rezan Ahmad F. 204020019
3. Mutiara Septiani 204020020
4. Alya Nur S. 204020028
5. Deby Arti Noursyifa 204020034
6. Reyvika Purwayani P. 204020036
7. Arif Rizki J. 204020041
8. Zamil 204020044

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG

2022/2023
COMPANY OVERVIEW

PT Bank Central Asia Tbk adalah bank swasta terbesar di Indonesia. Bank ini didirikan
pada 21 Februari 1957 dan pernah menjadi bagian penting dari Salim Group. Sekarang bank
ini dimiliki oleh salah satu grup produsen rokok terbesar keempat di Indonesia, Djarum.

1. KONDISI MAKRO EKONOMI

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekonomi Indonesia tumbuh tinggi pada
triwulan II 2022, di tengah risiko pelemahan ekonomi global dan tekanan inflasi yang
meningkat. Perkembangan tersebut tercermin pada pertumbuhan ekonomi triwulan II 2022
yang mencapai 5,44% (yoy), jauh di atas capaian triwulan sebelumnya 5,01% (yoy). Akselerasi
kinerja ekonomi ditopang oleh permintaan domestik yang terus meningkat, terutama konsumsi
rumah tangga, dan kinerja ekspor yang tetap tinggi. Perbaikan ekonomi nasional juga tercermin
pada peningkatan pertumbuhan mayoritas lapangan usaha dan di seluruh wilayah. Ke depan,
perbaikan ekonomi Indonesia diprakirakan masih berlanjut, didukung oleh peningkatan
mobilitas, sumber pembiayaan, dan aktivitas dunia usaha. Namun demikian, dampak
perlambatan ekonomi global terhadap kinerja ekspor dan potensi tertahannya konsumsi rumah
tangga akibat kenaikan inflasi patut diwaspadai.

Publikasi Laporan Perekonomian Indonesia 2022 memberikan gambaran kinerja


perekonomian Indonesia tahun 2021 dan perkembangan terkini pada triwulan pertama dan ke
dua tahun 2022, yang dicerminkan melalui indikator makro terpilih seperti pertumbuhan
ekonomi, penerimaan dan pengeluaran negara, laju inflasi, perdagangan luar negeri, investasi,
pariwisata, dan ketenagakerjaan. Dengan prakiraan inflasi inti yang masih terjaga di tengah
risiko dampak perlambatan ekonomi global terhadap pertumbuhan ekonomi dalm negeri. Bank
Indonesia terus mewadai risiko kenaikan ekspektasi inflasi dan infkasi inti kedepan, serta
memperkuat respons bauran kebijakan moneter yang diperlakukan baik melalui stabilisasi nilai
tukar Rupiah, penguatan operasi moneter, dan suku bunga.

Pada pertengahan 2022, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjito membeberkan
kondisi perbankan Indonesia di tengah potensi tekanan ekonomi global. Yang mana
menyatakan ketahanan sistem keuangan tetap terjaga dan intermediasi perbankan terus
meningkat.
Dalam upaya mengakselerasi pemulihan intermediasi guna memperkuat momentum
pemulihan ekonomi, Bank Indonesia terus mendorong perbankan untuk meningkatkan
penyaluran kredit kepada sektor prioritas dan inklusif, serta memperkuat sinergi dengan
pemerintah, otoritas lainnya dan dunia usaha.

Dengan memperhatikan perkembangan dan upaya yang dilakukan di atas, pertumbuhan


kredit pada tahun 2022 diprakirakan lebih tinggi dibandingkan prakiraan sebelumnya, menjadi
dalam kisaran 9,0% hingga 11,0% yoy (year on year) dengan kecukupan likuiditas perbankan
yang tetap terjaga.

Kondisi di perbankan dan perekonomian tetap terjaga. Penyesuaian secara bertahap GWM
Rupiah dan pemberian insentif GWM sejak 1 Maret sampai 15 September 2022 telah menyerap
likuiditas perbankan sekitar Rp269,3 triliun. Penyerapan likuiditas tersebut tidak mengurangi
kemampuan perbankan dalam penyaluran kredit/pembiayaan kepada dunia usaha maupun
partisipasi dalam pembelian SBN untuk pembiayaan APBN. Pada Agustus 2022, rasio Alat
Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masih tinggi mencapai 26,52%.

Begitu pula pada emiten BBCA, yaitu PT Bank Central Asia Tbk merupakan perusahaan
yang utamanya bergerak dalam sektor perbankan. Perusahaan ini mengoperasikan bank dengan
nama Bank BCA atau BCA. Selain perbankan konvensional, Perusahaan juga menawarkan
layanan perbankan Syariah, PT Bank BCA Syariah. Anak perusahaan lainnya adalah PT BCA
Finance, yang bergerak dalam bisnis pembiayaan; PT BCA Sekuritas, yang menyediakan
layanan penjaminan dan perantara sekuritas, PT Asuransi Umum BCA, yang menyediakan
asuransi umum, dan BCA Finance Ltd, yang bergerak dalam bisnis peminjaman uang.

Saham PT Bank Central Asia Tbk pada saat pandemi yaitu tahun 2020 terpantau
mengalami koreksi tajam pada perdagangan dan juga menyentuh posisi terendah Rp30.700 per
saham atau sebelum jeda perdagangan. Lalu, saham dengan kode BBCA itu kembali bergerak
fluktuatif usai jeda perdagangan dan turun kembali 0,40 persen ke posisi Rp30.875 per saham.

Nilai kapitalisasi pasar saham PT Bank Central Asia TBK. Telah berhasil menembus Rp
1.000 triliun, menjadikannya emiten pertama yang sukses menembus level tersebut sekaligus
memantapkan posisi sebagai emiten dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek
Indonesia.

Naiknya market cap saham emiten berkode BBCA ini menjadi salah satu penopong bagi
gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHGS) yang akhir-akhir ini juga kembali memecahkan
rekor baru atau all time high. Kondisi ini membuktikan tingginya kepercayaan investor
terhadap prospek pasar modal Indonesia.

BBCA sejatinya telah menyentuh nilai market cap Rp1.000 triliun sejak harga sahamnya
menyentuh level Rp 8.112 level tersebut sudah berhasil ditembus perseroan sejak akhir
Agustus 2022 lalu, tepatnya pada Senin (29/8), saat saham perseroan ditutup di level Rp 8.150.

Ini juga bukan pertama kalinya saham BBCA menyentuh level tersebut, sebelumnya, pada
2 April 2022, saham BBCA juga menyentuh level Rp 8.125. saham perseroan bertahan selama
3 hari berturut-turut di atas level Rp 8.112 atau dengan market cap Rp 1.000 triliun, sebelum
akhirnya turun lagi.

Harga saham BBCA dari PT Bank Central Asia Tbk tahun 2022 sedang tidak bagus pada
beberapa bulan terakhir. Saat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berkali-kali mencetak
rekor tertinggi, harga saham BBCA malah dalam tren menurun.

Harga saham BBCA pada perdagangan April 2022 ditutup di level 7.700, stagnan atau
tidak bergerak dibandingkan perdagangan sebelumnya. Harga saham BBCA selama sebulan
terakhir tercatat turun 200 poin atau 2,53%.

2. PROSPEK KONDISI EMITEN


- Annual Report

Pada tahun 2019, BCA membukukan Laba Bersih sebesar Rp28,6 triliun atau tumbuh
10,5% didukung oleh kinerja pendapatan operasional yang solid, upaya efisiensi dan kualitas
aset yang terjaga. Pendapatan operasional naik 13,6% ditopang oleh pertumbuhan pendapatan
bunga bersih yang baik mencapai 11,5%, serta kenaikan pendapatan operasional selain bunga
sebesar 19,2% terutama dari pendapatan provisi dan komisi.

Pada tahun 2020, BCA membukukan Laba Bersih setelah pajak sebesar Rp27,1 triliun atau
turun 5,0% di tengah sejumlah tantangan ekonomi sebagai dampak dari pandemi. Penurunan
Laba Bersih terutama disebabkan oleh meningkatnya beban cadangan kredit untuk
mengantisipasi risiko penurunan kualitas kredit.

Pada tahun 2021, membukukan Laba Bersih sebesar Rp31,4 triliun atau naik 15,8%
didukung oleh pertumbuhan Pendapatan Operasional seiring dengan kondisi ekonomi yang
mulai pulih secara bertahap di tahun 2021. Pendapatan Operasional meningkat 4,4% ditopang
oleh Pendapatan Bunga Bersih yang naik sebesar 3,6%, serta kenaikan Pendapatan Operasional
selain Bunga sebesar 6,3%. Pemulihan juga tercermin melalui kualitas aset yang membaik,
ditandai dengan penurunan pada Beban Penyisihan Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan
sebesar Rp2,3 triliun atau turun 19,8%.

Didukung oleh pertumbuhan dana pihak ketiga dan laba bersih, total aset BCA meningkat
14,2% menjadi Rp1.228,3 triliun. BCA tetap menjadi bank swasta dengan total aset tertinggi
dengan pangsa pasar mencapai 12,5% naik dari tahun sebelumnya sebesar 11,7%. Liabilitas
tercatat sebesar Rp1.025,5 triliun pada tahun 2021, meningkat 15,1% dibandingkan tahun 2020
terutama didorong oleh pertumbuhan dana pihak ketiga yang kuat. Ekuitas tercatat meningkat
9,8% menjadi Rp202,8 triliun secara tahunan. Kenaikan tersebut sejalan dengan kenaikan saldo
Laba sebesar Rp19,0 triliun. Pertumbuhan laba bersih mendukung kenaikan ekuitas, serta
menopang ROE pada tahun 2021 yang berada pada level 18,3% dibandingkan tahun
sebelumnya yang sebesar 16,5%.

Dari segi rentabilitas, BCA membukukan kinerja keuangan dari aktivitas operasional yang
solid di tahun 2021, tercermin dari meningkatnya Laba Usaha Sebelum Beban Pencadangan
yang tercatat sebesar Rp48,2 triliun, naik 6,6% dibandingkan tahun sebelumnya. Kualitas aset
tetap terjaga dengan cadangan aset keuangan yang mencukupi. BCA senantiasa menjaga
prinsip kehati-hatian agar pemberian kredit sesuai dengan profil risiko yang ditetapkan oleh
manajemen. Kondisi keuangan tersebut mencerminkan kemampuan Bank dalam memenuhi
kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

- Sustainability Report

BCA senantiasa berada di sisi nasabah dalam menghadapi berbagai tantangan. Melalui
penyaluran kredit, kami berharap adanya pemulihan kondisi ekonomi masyarakat, pasca
pandemi. Total penyaluran kredit di 2021 mencapai Rp622,0 triliun naik 8,3% YoY dan
melebihi dari target yang telah ditetapkan yaitu sebesar 4%-6%.

Dalam mencapai target kinerja, BCA didukung oleh human capital yang unggul, yaitu
Insan BCA. Untuk senantiasa memberikan pelayanan optimal, BCA menjunjung tinggi asas
keseimbangan dan asas persamaan hak, melaksanakan protokol kesehatan dan prosedur
keselamatan kerja yang prima, mengupayakan work life balance, meningkatkan kemampuan
para pekerja, dan hal luar biasa lainnya..

Pada aspek lingkungan, BCA meneruskan upaya mengurangi emisi karbon melalui
upaya penerapan produk dan solusi perbankan digital, tempat kerja berbasis digital, gedung
ramah lingkungan serta pelestarian alam. Upaya ini diestimasikan akan mampu mengurangi
emisi karbon sebesar 887,8 t CO² eq.

Penerapan environmentally-friendly building features merupakan upaya lain


mengurangi emisi karbon. Kami terus melakukan upaya pelestarian lingkungan, hingga tahun
2021 terdapat 14.700 pohon mangrove yang mampu bertahan hidup di area seluas 12 hektar.
Selain itu kami melakukan rehabilitasi 10 hektar lahan kritis di area konservasi orangutan
dengan menanam 4.000 bibit pohon.

BCA terus berinovasi dalam mengembangkan produk dan layanan berbasis digital
dengan berbagai fitur kemudahan dan kenyamanan bertransaksi. Digitalisasi merupakan salah
satu inisiatif untuk mengurangi penggunaan kertas, dan berhasil mencatatkan volume transaksi
online tertinggi sepanjang masa pada tahun 2021. Digitalisasi juga membantu mengurangi
konsumsi bahan bakar fosil dari transportasi yang sebelumnya dilakukan oleh nasabah pada
saat mereka harus mendatangi lokasi bank. Secara umum, digitalisasi dapat memperkuat
ekosistem bisnis dan perekonomian masyarakat.

PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dalam Public Live Expo 2022 mengungkapkan
sederet rencana bisnis ke depan, mulai dari membidik penambahan jumlah nasabah hingga
rencana penawaran umum perdana dari anak usahanya, BCA Digital yang melantai di bursa
saham dengan melakukan penawaran umum perdana atau Initial Public Offfering (IPO). IPO
tersebut direncanakan digelar dalam satu sampai dua tahun ke depan. Namun, eksekusinya
bakal tergantung pada kondisi pasar ke depan. BCA tersebut berkeinginan memperbanyak
jumlah nasabahnya hingga 30 juta pada 2023. Jika itu tercapai maka dalam lima tahun BCA
berhasil menumbuhkan nasabah hingga double size. Adapun, jumlah nasabah BCA telah
menyentuh angka 24 juta per juni 2022.

Target ambisius itu rencananya akan dicapai dengan meningkatkan pembukaan rekening
secara daring, dengan target pertumbuhan nasabah hingga tahun depan. Penghimpunan dana
pihak ketiga (DPK) dari BCA juga dipastikan bakal terungkit. Pada paruh pertama tahun ini
saja, BCA telah membukukan DPK sebesar Rp1.000 triliun dan CASA naik 17,3 persen secara
tahunan (year-on-year/yoy). Pencapaian tersebut sejalan dengan pertumbuhan volume
transaksi yang naik 40 persen yoy atau mencapai 10 miliar transaksi per semester I/2022.
Mayoritas transaksi tersebut berasal dari mobile banking.

Selain itu, keberlanjutan dari BBCA ini pun ialah mengembangkan program pelatihan e-
learning, in-class training dan bekerja sama dengan lembaga pendidikan lain. Membuka
lapangan pekerjaan untuk mendukung digitalisasi BCA dan relationship dengan target
rekrutmen 1.487 orang. Dan juga mengembangkan inovasi digital, misalkan seperti pada Bank
Digital yang mana itu adalah anak perusahaan dari PT Bank Central Asia Tbk. Penerapan
ccDigital Banking dapat memberikan dampak positif pada lingkungan, seperti mengurangi
penggunaan kertas dan pengurangan mobilitas transportasi yang berpotensi mengurangi emisi
karbon, selain itu juga dapat mengoptimalkan BCA Digital yang sudah tersedia dan banyak
digunakan.

3. KONDISI MAKRO YANG MEMPENGARUHI EMITEN

Adanya tren kenaikan inflasi dan mempertimbangkan situasi global, suku bunga
berpeluang naik. Hal itu setidaknya tercermin dari kebijakan Bank Indonesia (BI) yang sudah
menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) sehingga berdampak pada berkurangnya likuiditas
di pasar.

Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, ceteris paribus.
Artinya jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun dan sebaliknya. Harga
saham yang turun ini akan menyebabkan return saham yang turun pula. Hal ini disebabkan
karena dalam menghadapi kenaikan suku bunga, para pemegang saham akan menahan
sahamnya sampai tingkat suku bunga kembali pada tingkat yang dianggap normal.

Sebaliknya, jika tingkat suku bunga jangka panjang meningkat maka pemegang saham
cenderung menjual sahamnya karena harga jualnya tinggi. Kenaikan suku bunga akan sangat
berpengaruh bagi pelaku pasar modal. Kondisi ini akan menarik minat investor yang
sebelumnya berinvestasi di saham untuk memindahkan dananya dari saham ke dalam deposito.
Jika banyak investor yang menjual sahamnya, maka harga saham akan turun. Sehingga investor
yang memilih berinvestasi di deposito karena bunga yang ditawarkan oleh bank lebih tinggi
dibandingkan berinvestasi dalam bentuk saham yang berisiko.

Founder finansialku yaitu Melvin M. menilai saham PT Bank Central Asia TBK (BBCA)
yang telah resmi diperdagangkan dengan harga baru menjadi kesempatan bagi investor meraih
saham tersebut dengan cocok untuk investasi jangka panjang. Menurutnya, BBCA lebih cocok
untuk jangka panjang karena BBCA masuk kedalam empat bank besar di Indonesia dengan
kondisi keuangan perusahaan yang sehat dan bertumbuh. Harga saham BBCA yang kini relatif
lebih terjangkau, juga menjadi kesempatan emas bagi investor.
BCA juga dinilai konsisten mencetak laba dan memberikan dividen kepada pemegang
saham. Pergerakan harga sahamnya pun dinilai sangat eksponensial di bursa saham yang
mengindikasikan prospek yang positif bagi investor.

Pemulihan ekonomi dan perbaikan aktivitas para debiturnya diyakini akan jadi faktor
utama pendorong kinerja PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) pada tahun ini. Hanya saja,
potensi kenaikan inflasi dan suku bunga acuan harus diwaspadai karena bisa menjadi sentimen
yang menghambat kinerja BBCA.

kinerja BBCA pada kuartal pertama 2022 ini masih akan solid dan tumbuh positif.
faktor relaksasi PPKM yang semakin luas serta semakin pulihnya aktivitas ekonomi akan ikut
mengangkat kinerja para debitur BBCA. Prospek BCA juga dianggap sangat baik ke depan
karena sangat siap beradaptasi dengan transformasi layanan digital perbankan yang saat ini
tengah terus dipersiapkan. BCA dinilai tidak pernah kehabisan amunisi dalam berinovasi untuk
menjadi terdepan di layanan perbankan digital.

Para Investor asing yang ingin memanfaatkan kenaikan harga komoditas cenderung akan
menempatkan dananya di Indonesia, jadi selama commodity rally masih terjadi, harusnya
Indonesia adalah negara tujuan investasi yang sangat baik. Valuasi IHSG yang murah juga
daya tarik tersendiri. Ke depannya, ia memprediksi arus dana asing masih akan deras masuk
ke pasar saham dalam negeri. Banyak para investor asing yang meburu saham di PT Bank
Central Asia TBK pada tahun 2022 dengan nilai net buy asing Rp 217,2 miliar.

- Sentiment Pasar

Seperti pada kondisi makro yang mempengaruhi BBCA potensi bunga naik, adanya
penyaluran kredit BBCA juga tumbuh 10% lebih tinggi dari realisasi 2021. Sementara net
interest margin (NIM) BBCA akan naik menjadi 5,2% pada akhir tahun.

Selain itu juga, menuju akhir tahun 2022 BBCA sudah siap menghadapi kenaikan suku
bunga. Ia melihat Bank Indonesia (BI) akan segera menaikkan bunga acuan merespons naiknya
inflasi domestik serta selisih antara bunga BI dengan The Fed yang semakin menyempit.

Pada berita terkini pun dijelaskan bahwa Era suku bunga rendah bakal segera berakhir
sejelan dengan kebijakan Bank Indonesia (BI). Bank sentral tersebut, diperkirakan kembali
mengerek suku bunga acuan guna meredam inflasi.
Tren kenaikan suku bunga acuan ini tentu akan ditransmisikan perbankan terhadap suku
bunganya, baik untuk bunga simpanan maupun bunga kredit. Sementara jika bunga kredit
dinaikkan maka bisa berdampak menekan pertumbuhan kredit. Sehingga kenaikan suku bunga
acuan BI ke depan akan menjadi sentimen yang akan mempengaruhi pergerakan saham
perbankan. Bank-bank besar yang punya modal yang kuat dan rasio dana murah atau Current
Account Saving Account (CASA) tinggi bisa diuntungkan dari tren kenaikan suku bunga ini.

Pada September 2022 Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga
acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,25%,
suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 3,5%, dan suku bunga Lending Facility
sebesar 50 bps menjadi 5,00%. Keputusan kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah front
loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan
memastikan inflasi inti kembali ke sasaran 3,0±1% pada paruh kedua 2023, serta memperkuat
kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah agar sejalan dengan nilai fundamentalnya akibat
tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah peningkatan permintaan ekonomi
domestik yang tetap kuat.

Bank Indonesia juga terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas
dan momentum pemulihan ekonomi. Pasalnya, suku bunga acuan BI adalah patokan bagi bank
dalam menetapkan bunga deposito dan kredit, termasuk kredit masyarakat, seperti kredit
pemilikan rumah (KPR), kredit kendaraan bermotor, dan lain sebagainya.

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) membukukan pertumbuhan kredit yang positif pada
tiga bulan pertama 2022. Secara keseluruhan, total kredit BCA naik 8,6% YoY menjadi
Rp637,1 triliun di Maret 2022. Pertumbuhan kredit BCA diikuti oleh perbaikan kualitas
pinjaman, sejalan dengan kredit yang direstrukturisasi berangsur kembali ke pembayaran
normal. kenaikan suku bunga kredit juga akan bergantung pada kebijakan masing-masing bank.
Meski demikian, kenaikannya tidak akan lebih tinggi dari apa yang dilakukan BI.

Saat pandemi daya beli masyarakat menggunakan kartu kredit semakin berkurang terjadi.
Fenomena ini dapat dilihat dari penurunan jumlah nilai transaksi dan volume transaksi
pengguna kartu kredit di Indonesia. Bank Indonesia (BI) berusaha memulihkan perekenomian
negara dengan menurunkan suku bunga kartu kredit dari 2% menjadi 1,75%. Bank Indonesia
juga kembali menurunkan suku bunga pinjaman bank sebesar 3,5%.

Bunga deposito akan naik mengikuti suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang sudah
dua kali naik di tahun ini menjadi 4,25%. Beberapa ekonom memperkirakan BI masih akan
menaikkan suku bunga acuannya di sampai akhir 2022. Dengan demikian peluang bank
menaikkan bunga deposito semakin tinggi. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
memperkirakan perbankan nasional baru akan menaikkan bunga deposito menjelang akhir
tahun ini sekitar 10-15 basis poin (bps).

Adapun Bunga deposito BCA rupiah mulai dari nominal kurang dari Rp 2 miliar sampai
lebih dari Rp 100 miliar. Pertengan September 2022 pada berita pun bahwa, BCA menyatakan
belum menaikkan suku bunga simpanan berjangka atau deposito maupun bunga kredit, di
tengah bank sentral menaikkan BI-7 Day Reverse Repo Rate. Dan PT Bank Central Asia Tbk.
(BBCA) sendiri menyampaikan hingga saat ini perseroan belum menaikkan suku bunga
simpanan berjangka atau deposito dan suku bunga kredit, di tengah bank sentral menaikkan
suku bunga acuan.

4. REKOMENDASI BUY, HOLD, SELLS

Pada emiten BBCA yaitu PT Bank Central Asia TBK. Ini direkomendasikan buy,
karena harga sahamnya turun. Namun, harga turun di bank masih menjanjikan karena
perbankan itu akan selalu digunakan oleh masyarakat sebagai alat transaksi, sekaligus
pemerintah membuat aturan baru terkait kenaikan suku bunga acuan yang diraba akan
berdampak pada saham sehingga dapat menguntungkan perbankan itu sendiri. Dan menurut
investor asing pun harga sahamnya murah sehingga dapat dibeli oleh para investor asing.

Saat ini kondisi ekonomi sedang mengalami pemulihan yang mana nantinya akan
menguntungkan bagi emiten BBCA dan diperkirakan IHSG akan naik sehingga dapat
menguntungkan juga bagi investor yang bersangkutan. Disaat kondisi seperti akan menjadi
peluang besar untuk investor-investor lain untuk ikut serta memiliki saham di BCA. Terlebih
lagi pemulihan ekonomi saat ini didukung dengan berkembangnya teknologi yan memudahkan
para pemilik rekening dalam melakukan transaksi. Hal tersebut bisa berdampak baik bagi nilai
saham BCA yang semakin hari akan terus meningkat.

Pada saat ini juga kenapa direkomendasikan buy untuk orang orang yang belum
memiliki saham di emiten BBCA, karena BCA sudah memiliki popularitas yang cukup besar
maka dari itu bisa sangat menguntungkan bagi orang yang memiliki saham disini.
ANALISIS GRAFIK COMMON SIZE & TREND ANALYSIS :

Line Graphs Pendapatan Bersih


83.000
81.000
79.000
77.000
Axis Title

75.000 2018
73.000 2019
71.000 2020
69.000
2021
67.000
65.000
2018 2019 2020 2021
Axis Title

(Dalam Miliar Rupiah)


2018 2019 (Rp ) (%)
Pendapatan Bersih 68.763 77.446 8.683 13%

Setelah melakukan common size & trend analysis, pendapatan pada PT Bank Central
Asia Tbk pada 4 tahun terakhir (2018 – 2021) mengalami kenaikan sebesar Rp 8.683 atau
sebesar 13%.
ANALISIS GRAFIK LABA BERSIH :

Jika dilihat dari data keuangan 4 tahun terakhir PT Bank Central Asia Tbk, bahwa
kondisi perusahaan saham BBCA pada 4 tahun terakhir mengalami naik turun.

LABA BERSIH
Rp80.000

Rp70.000

Rp60.000

Rp50.000 2018
Axis Title

Rp40.000 2019

Rp30.000 2020
2021
Rp20.000

Rp10.000

Rp-
2018 2019 2020 2021

Dalam Grafik Laba Bersih PT Bank Central Asia Tbk pada tahun 2018 mendapatkan
laba bersih mencapai Rp 36.796 (dalam Miliar Rupiah) dan mengalami kenaikan yang cukup
tinggi di tahun 2019 sebanyak Rp 55.990 (dalam Miliar Rupiah), lalu mengalami kenaikan
yang cukup signifikan di tahun 2020 mencapai Rp 68.573 (dalam Miliar Rupiah), lalu menurun
kembali di tahun 2021 sebesar 13% menjadi Rp 65.508 (dalam Miliar Rupiah). Dapat diketahui
laba bersih PT Bank Central Asia berpengaruh signifikan terhadap harga saham BBCA
tersebut. PT Bank Central Asia Tbk juga masih berusaha menahan peningkatan laba bersihnya
hingga tahun 2021 dengan mengurangi jumlah pengeluaran beban-beban.
ANALISIS GRAFIK BEBAN USAHA :

BEBAN USAHA

Rp40.000

Rp35.000

Rp30.000

Rp25.000

Rp20.000

Rp15.000

Rp10.000

Rp5.000

Rp-
2018 2019 2020 2021

Pada Grafik Beban Usaha PT Bank Central Asia Tbk di tahun 2018 beban usahanya
sebesar Rp 24.581 (dalam Miliar Rupiah) , di tahun 2019 beban usaha PT BBCA mengalami
peningkatan menjadi Rp 27.797 (dalam Miliar Rupiah), namun dapat dilihat dari tahun 2019
sampai 2020 beban usaha mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar Rp 33.753
(dalam Miliar Rupiah) karena adanya peningkatan pengeluaran pengeluaran operasional yang
tidak terkendalikan. Namun ditahun 2021 beban usaha BBCA mengalami penurunan sebesar
Rp 31.974 (dalam Miliar Rupiah) dengan jumlah beban usaha yang mengalami penurunan
tersebut terlihat bahwa BBCA berusaha mengurangi jumlah beban usaha yang meningkat
ditahun 2020.
ANALISIS GRAFIK KOMPOSISI AKTIVA LANCAR :

KOMPOSISI AKTIVA LANCAR

Rp600.000.000

Rp500.000.000

Rp400.000.000

Rp300.000.000

Rp200.000.000

Rp100.000.000

Rp-
2018 2019 2020 2021

Kas dan Setara Kas Investasi Jangka Pendek Piutang Usaha Aktiva Lancar Lain

KOMPOSISI AKTIVA LANCAR

100%
80%
Axis Title

60%
40%
20%
0%
2018
2019
2020
2021

2018 2019 2020 2021


Aktiva Lancar Lain 65% 67% 86% 80%
Persediaan 0 0 0 0
Piutang Usaha 4% 4% 2% 2%
Investasi Jangka Pendek 21% 19% 7% 14%
Kas dan Setara Kas 10% 10% 6% 5%

Dilihat dalam komposisi aktiva lancar PT Bank Central Asia Tbk, komponen terbesar
adalah pada aktiva lancar lain sebesar 86%, lalu komponen terkecil pada piutang usaha pada
tahun 2020 dan 2021. Sementara untuk komponen persediaan tidak ada dikarenakan BBCA
bergerak disektor perbankan yang mana masuk ke sektor jasa bukan dagang.

Pada tahun 2018, aktiva lancar lain lebih besar persenannya yaitu sebesar 65% yang
mana sebanyak Rp 135.717.456 dibanding komponen lain seperti persediaan, piutang usaha,
investasi jangka pendek dan juga kas dan setara kas. Dan yang lebih kecil justru terdapat pada
komponen piutang usaha hanya sebesar 4%. Lalu yang terkecil lagi yaitu kas dan setara kas
sebesar 10%. Sementara investasi jangka pendeknya mencapai 21% yang mana sebanyak Rp
43.548.309.
Pada tahun 2019 aktiva lancar lain pun lebih besar persenannya yaitu sebesar 67% yang
mana sebanyak Rp 167.961.171 dibanding komponen lain seperti persediaan, piutang usaha,
investasi jangka pendek dan juga kas dan setara kas. Dan yang lebih kecil justru terdapat pada
komponen piutang usahanya masih sebesar 4%. Lalu yang terkecil lain pun masih kas dan
setara kas sebesar 10%. Sementara investasi jangka pendeknya mencapai justru menurun
menjadi 19% yang mana sebanyak Rp 47.904.674.
Pada tahun 2020 aktiva lancar lain meningkat persenannya yaitu sebesar 86% yang
mana sebanyak Rp 350.453.438 dibanding komponen lain seperti persediaan, piutang usaha,
investasi jangka pendek dan juga kas dan setara kas. Sementara pada tahun ini justru piutang
usahanya mengecil daripada dua tahun sebelumnya yaitu 2%. Lalu kas dan setara kas nya pun
menjadi turun menjadi 6%. Sementara investasi jangka pendeknya mengalami penurunan yang
cukup jauh dari tahun sebelumnya yaitu 7% yang mana sebanyak Rp 27.482.178 .
Pada tahun 2021 justru aktiva lancar lain mengalami penurunan menjadi 80% yang mana
sebanyak Rp 384.685.470 dibanding komponen lain seperti persediaan, piutang usaha,
investasi jangka pendek dan juga kas dan setara kas. Sementara pada tahun ini justru piutang
usahanya tetap sama seperti pada tahun 2020 yaitu 2%. Lalu kas dan setara kas nya tetap
menurun menjadi 5%. Sementara investasi jangka pendeknya mengalami kenaikan persenan
setelah menurun pada tahu 2020 yaitu 14% yang mana sebanyak Rp 65.785.161.
ANALISIS GRAFIK AKTIVA TIDAK LANCAR :

KOMPOSISI AKTIVA TIDAK LANCAR


Rp25.000.000

Rp20.000.000

Rp15.000.000

Rp10.000.000

Rp5.000.000

Rp-
2018 2019 2020 2021

Aktiva Tetap Bersih Aset Tidak Lancar Lain

2018 2019 2020 2021


Aktiva Tetap
Bersih Rp 19.336.901 Rp 20.852.301 Rp 21.915.054 Rp 22.169.299
Aset Tidak
Lancar Lain Rp 3.147.666 Rp 3.184.290 Rp 4.880.722 Rp 5.525.516

Dalam grafik diatas yaitu komposisi aktiva tidak lancar bisa dilihat dari komponen aktiva tetap
bersih dan asset tidak lancar lain dimana pada grafik tersebut tiap tahunnya mengalami peningkatan.
Pada tahun 2018 aktiva tetap bersih sebesar Rp 19.336.901 dan di tahun berikutnya mengalami
kenaikan, pada tahun 2019 sebesar Rp 20.852.301, kemudian 2020 naik lagi menjadi Rp 21.915.054,
dan tahun 2021 mengalami kenaikan kembali menjadi Rp 22.162.299.
Begitu pun juga pada komponen asset tidak lancar lain yang mengalami kenaikan pada 4 tahun
yaitu di 2018-2021. Dan paling mengalami kenaikan di tahun 2019 menuju ke 2020 dimana pada tahun
2019 sebesar Rp 3.184.290 dan di tahun 2020 sebesar Rp 4.880.722.
ANALISIS KONDISI PT BANK CENTRAL ASIA TBK :
Setelah melihat kondisi grafik dari BBCA tersebut bahwa kondisi perusahannya itu
baik, dilihat dari pendapatan bersih BBCA sendiri yang mengalami keuntungan. Dapat dilihat
bahwa setiap tahun nilai asset PT Bank Central Asia Tbk terus bertambah nominalnya dengan
nilai hutang yang dibawah nilai pertumbuhan asset. Hal ini sangat baik bagi keberlanjutan
bisnis perusahaan. Laba bersih yang diperoleh PT Bank Central Asia Tbk setiap tahunnya juga
bertambah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan dapat beradaptasi dengan
menawarkan produk bisnis yang mampu disukai oleh pelanggan contohnya seperti BCA
Digital.
Dengan perolehan laba yang tiap tahunnya bertambah, BBCA tercatat sebagai bank
dengan kemampuan mencetak laba paling tinggi diantara yang lain. Yang mana BBCA ini akan
semakin memperluas ekosistem bisnis dan menjadikan layanan perbankan PT Bank Central
Asia Tbk menjadi lebih efektif dan efisien bagi nasabahnya.
Dan dilihat dari rata-rata industry sejenisnya seperti BMRI ataupun BBNI. Pada PT
Bank Nasional Indonesia Tbk sama seperti PT Bank Central Asia Tbk mengalami kenaikan
pada nilai asset dan juga laba bersihnya namun bedanya pertumbuhan BBNI ini dinilai cukup
lambat. Lalu pada emiten BMRI juga yang mengalami pertambahn di nilai asset juga laba
bersihnya yang mana sama seperti BBCA, dan BMRI ini pun sama seperti BBNI yang tidak
mengalami pertumbuhan secepat BBCA.
Berikut perbandingan dengan industry sejenisnya seperti pada analisis diatas yang dilihat dari
laba bersihnya :

ANALISIS PROSPEK USAHA DIMASA YANG AKAN DATANG :


Menurut kami, bahwa prospek usaha dimasa yang akan datang pada PT Bank Central
Asia Tbk ini lebih mengoptimalkan anak perusahaannya yaitu BCA Digital dengan
memberikan inovasi baru didalamnya yang mana nantinya BBCA akan tetap memperhatikan
tata kelola perusahaan dan manajemen risiko yang baik.

Anda mungkin juga menyukai