Anda di halaman 1dari 2

Mohon bantuanya TS untuk translate ke Inggris data temanmu ini

Pendahuluan
Populasi lanjut usia (lansia) mencapai 617 juta (8,5 %) dari seluruh lansia di dunia, Asia Tenggara
prevalensi lansia mencapai 142 juta (8 %) di Indonesia mencapai 9,34 % dari seluruh penduduk
Indonesia. Diperkirakan populasi lansia akan terus mengalami peningkatan, ini merupakan keberhasilan
meningkatnya usia harapan hidup dan menjadi indikator dalam pembangunan bidang kesehatan.

Proses penuaan dikaitkan dengan penurunan fungsi fisiologis dan fungsi neuromuskular yang
membengaruhi terjadinya kelemahan dan penurunan aktivitas yang dapat menurunkan kualitas hidup
seseorang. Beberapa factor membengaruhi komposisi tubuh salah satunya adalah aktivitas fisik.
Penelitian yang dilakukan di tahun 2014 dengan subjek orang dewasa dan lansia, diukur komposisi
tubuh dengan menggunakan bioelectrical impedance analysis (BIA), dengan hasil dibandingkan orang
dewasa, lansia memiliki massa bebas lemak (otot) lebih rendah dan massa lemak yang lebih tinggi.

Seseorang yang aktif secara fisik memiliki massa lemak yang lebih rendah dibandingkan yang
tidak aktif. Untuk mengurangi terjadinnya penurunan massa bebas lemak dan peningkatan massa lemak
dapat melakukan aktivitas fisik atau olahraga dan nutrisi yang baik. Adanya pengaruh aktivitas fisik
dengan massa lemak, peneliti tertarik melakukuan penelitian mengenai hal tersebut di populasi lansia
suatu Panti Jompo di Jakarta.

Metode
Penelitian dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2. Kegiatan yang dilakukan meliputi
wawancara (identitas subjek, derajat aktivitas fisik, dan asupan makanan), pemeriksaan antropometri
(tinggi badan dan berat badan) dan pemeriksaan massa lemak. Pengukuran massa lemak dilakukan
menggunakan Bio-electric Impedance Analysis (BIA) merek Maltron Bioscan tipe 920 London-United
Kingdom.

Hasil dan Pembahasan


Sebaran Massa Lemak Berdasarkan Status Gizi
Hasil data yang didapatkan dari 50 subjek penelitian, memperlihatkan sebagian besar subjek penelitian
sebanyak 25 subjek memiliki massa lemak normal, 21 subjek memiliki massa lemak berlebih, dan 4
subjek memiliki massa lemak kurang. Status gizi pada penelitian ini menunjukan sebagian besar
mempunyai status gizi berlebih sebanyak 27 subjek, subjek lainnya memiliki status gizi normal sebanyak
17 subjek dan status gizi kurang sebanyak 6 subjek. Berdasarkan data ini dapat dilihat ketidaksesuaian
antara status gizi dan massa lemak pada subjek penelitian, di mana massa lemak dapat meningkat
ataupun normal walaupun status gizi normal.44 Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Zanovec M et
al dimana terdapatnya hubungan antara aktivitas fisik dengan massa lemak tetapi tidak mempunyai
hubungan yang bermakna dengan IMT.
Sebaran Massa Lemak Berdasarkan Asupan Kalori
Hasil yang didapatkan dari penelitian terhadap 50 subjek penelitian laki-laki dan perempuan
memperlihatkan rerata asupan makanan tertinggi pada subjek dengan massa lemak berlebih (1632,62 ;
419,92) dan asupan makanan terendah pada subjek dengan massa lemak kurang (1110,00 ; 419,92).
Simpanan lemak tidak hanya dipengaruhi oleh asupan makanan, tetapi juga dari pola makan seseorang,
dan komponen dari makananya. Faktor stress juga dapat mempengaruhi asupan makanan seseorang
menyebabkan menigkatnya penyimpanan lemak. Penelitian yang dilakukan oleh Bowen L et al,
memperlihatkan hasil dimana asupan makanan dan massa lemak bervariasi karena massa lemak bukan
hanya dipengaruhi oleh total asupan makanan itu sendiri tetapi juga dari komponen nutrisi makanan
tersebut

Hubungan Derajat Aktivitas Fisik Terhadap Massa Lemak


Sebanyak 50 subjek penelitian didapatkan data, 12 subjek penelitian dengan aktivitas fisik rendah
memiliki massa lemak berlebih. Sebanyak 24 subjek dengan aktivitas fisik aktif sampai sangat aktif
memiliki massa lemak kurang/normal. Hasil chi-square Hubungan Aktivitas Fisik Terhadap Komposisi
Tubuh (massa lemak) dalam penelitian ini didapatkan p-value 0,003 hal ini memperlihatkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik terhadap massa lemak. Selain itu prevlalence
risk didapatkan nilai sebesar 2,58, memperlihatkan subjek dengan aktivitas fisik rendah memiliki resiko
sebesar 2,58 kali lebih besar mengalami massa lemak berlebih dibandingkan dengan subjek dengan
aktivitas fisik aktif.

Kesimpulan
Terdapat hubungan antara aktivitas fisik terhadap massa lemak yang bermakna dengan p-value 0,003
(p-value < 0,005) dan prevlalence risk didapatkan nilai sebesar 2,58, memperlihatkan subjek dengan
aktivitas fisik rendah memiliki resiko sebesar 2,58 kali lebih besar mengalami massa lemak berlebih
dibandingkan dengan subjek dengan aktivitas fisik aktif.

Anda mungkin juga menyukai