Anda di halaman 1dari 6

Nama: Tri Yuliani

Nim:PO7124123090

TK:1 B

1. Jelaskan beberapa teknik INDUKSI hypnosis Teknik Induksi

Saya mendefinisikan hipnoterapi sebagai terapi, boleh menggunakan teknik apa saja, yang
dilakukan dalam kondisi hipnosis (trance). Untuk bisa menuntun klien masuk ke kondisi
hipnosis, hipnoterapi menggunakan induksi. Induksi sejatinya adalah sugesti yang diberikan pada
klien, yang bila disetujui dan dijalankan oleh klien, akan membawa klien berpindah dari kondisi
kesadaran normal ke kondisi hipnosis.

Ada sangat banyak varian teknik induksi. Demikian pula varian teknik pendalaman kondisi
hipnosis. Hipnoterapis, dari pengalaman saya dulu saat baru belajar hipnoterapi, cenderung akan
melakukan salah satu dari dua hal berikut. Pertama, hipnoterapis memutuskan hanya
menggunakan satu teknik induksi untuk semua klien, dan biasanya yang digunakan adalah teknik
induksi relaksasi progresif. Kedua, hipnoterapis memelajari banyak teknik induksi, dan
menyesuaikan teknik yang digunakan seturut karakter dan tipe sugestibilitas klien. Menurut
pemahaman hipnoterapis pada umumnya, ada tiga tipe klien: mudah, moderat, dan sulit
dihipnosis karena sangat kritis.

Dari sekian banyak teknik induksi, mana yang paling efektif atau sesuai untuk kebutuhan terapi?
Ini pertanyaan yang sulit dijawab dengan lugas. Kunci keefektifan induksi bukan pada skrip
namun lebih pada rasa percaya diri terapis atas pengetahuan dan kompetensinya dalam
melakukan induksi dan terapi, rasa percaya klien pada terapis, dan motivasi klien untuk bisa
mengatasi masalahnya.

Terkait kedalaman hipnosis, di kelas Scientific EEG & Clinical Hypnotherapy (SECH) saya
mengajarkan satu hukum pikiran sangat penting, dan menjadi acuan semua hipnoterapis AWGI:
Klien akan masuk sedalam yang dibutuhkan untuk bisa mengatasi masalahnya, dan akan
bertahan sedangkal mungkin untuk bisa mempertahankan keselamatan dirinya.
Berdasar hukum pikiran ini, saat terapis tidak yakin pada kemampuan dirinya, dan ini pasti
dirasakan dan ditangkap oleh pikiran bawah sadar (PBS) klien, bisa melalui pilihan kata, bahasa
atau gerak tubuh, ekspresi mikro, dan terutama vibrasi terapis, klien pasti juga tidak percaya
pada terapis. Saat klien tidak percaya pada terapis, pada level PBS, sudah tentu proses induksi
dan terapi menjadi sesuatu yang dianggap berpotensi merugikan atau “membahayakan” diri
klien.

Dan sesuai fungsi utama PBS yaitu melindungi individu dari hal-hal yang ia, PBS, rasa, pikir,
yakini, simpulkan, persepsikan, atau asumsikan sebagai hal yang membayakan atau merugikan,
maka PBS tidak akan mengizinkan klien masuk kondisi hipnosis dalam, di mana kendali pikiran
sadar untuk sementara waktu diturunkan atau menjadi tidak aktif.

Saya sarankan para sahabat ini untuk memerhatikan dengan sungguh kunci keefektifan induksi
yang dijelaskan di atas. Setelahnya, barulah fokus pada teknik induksi yang digunakan.

2. Tuliskan cara melakukan teknik INDUKSI tersebut

Melakukan induksi adalah satu hal. Sementara mengukur dan memastikan kedalaman hipnosis
yang dicapai klien adalah hal lain. Di sinilah sebenarnya masalah utama yang dialami para
hipnoterapis, baik yang mengikuti mazhab pantai timur, yang menggunakan teknik terapi
berbasis sugesti, maupun mazhab pantai barat, yang menggunakan teknik hipnoanalisis.Sebagai
hipnoterapis profesional adalah wajib hukumnya untuk bisa mengetahui dengan tepat kedalaman
hipnosis yang dicapai klien. Bila terapis menggunakan sugesti verbal, sebagai sarana
terapeutiknya, maka kedalaman minimal yang harus berhasil dicapai klien adalah hipnosis dalam
atau profound somnambulism. Lebih baik lagi adalah kedalaman hipnosis ekstrim.Saat klien
mencapai minimal kondisi hipnosis dalam, faktor kritis pikiran sadar yang berfungsi menjaga
integritas data PBS menjadi sangat berkurang keaktifannya, dan bahkan bisa menjadi tidak aktif.
Dengan demikian, sugesti yang dibacakan terapis dapat leluasa masuk ke PBS klien. Yang perlu
diingat, selain faktor kritis PS, di PBS masih ada empat filter yang akan melakukan pemeriksaan
data yang masuk sebelum akhirnya data baru ini diterima dan dijalankan PBS.Kondisi hipnosis
dalam juga adalah syarat mutlak dalam proses hipnoterapi berbasis hipnoanalisis. Tanpa
kedalaman yang sesuai, berbagai teknik dalam hipnoanalisis tidak bisa berjalan dengan baik.
Teknik-teknik ini antara lain hipermnesia, revivifikasi, regresi, jembatan afek, teknik EP,
rekonstruksi kejadian paling awal, abreaksi secara aman dan terkendali, logika trance, dan yang
lain.Sekarang, pertanyaan yang sangat perlu dijawab adalah bagaimana terapis bisa sungguh
yakin dan pasti dalam

menentukan kedalaman hipnosis yang dicapai klien?Untuk bisa menjawab pertanyaan ini tentu
butuh acuan. Dan yang digunakan adalah skala hipnosis. Dari hasil penelusuran literatur
diketahui ada cukup banyak skala hipnosis:

1. Magnetic Scale (Liébeault, 1866, 1889)

2. Skala Bernheim scale (Bernheim, 1884)

3. Skala White scale (1930)

4. Skala Davis dan Husband (1931)

5. Skala Friedlander dan Sarbin (1938)

6. Skala LeCron dan Bordeaux (1947)

7. Stanford Scales of Hypnotic Susceptibility, Forms A and B, Stanford

Scales of Hypnotic Susceptibility, Form C, dan Stanford Profile Scales of Hypnotic


Susceptibility (Weitzenhoffer dan Hilgard, 1959, 1962, 1963, 1967) 8. Harvard Group Scales of
Hypnotic Susceptibility, Forms A dan B (Shor dan Orne, 1962)

9. Waterloo-Stanford Group C (WSGC) Scale of Hypnotic

Susceptibility (Bowers, 1993/1998)

10. London’s Children’s Hypnotic Susceptibility Scale, CHSS (London, 1963; Cooper dan
London, 1978,1979)

11. Stanford Clinical Scale for Adults (Morgan dan Hilgard, 1978,1979)

12. Stanford Clinical Scale for Children (Morgan dan Hilgard, 1978,1979)
13. Stanford Hypnotic Arm Levitation Induction and Test (SHALT) (Hilgard, Crawford, dan
Wert, 1979),

14. Aron’s Depth Scale (Aron, 1969)

15. Barber Suggestibility Scale (Barber dan Glass, 1962)

16. Barber Creative Imagination Scale (Barber dan Wilson, 1978, 1979).

17. Tart Scale (Tart, 1972, 1978/1979)

18. Field Inventory (Field, 1965; Field dan Palmer, 1969)

19. Pekala’s Phenomonology of Consciousness Inventory (Pekala dan Kumar, 1984, 1987;
Pekala 1991).

20. Hypnotic Induction Profile (Spiegel, 1978)

21. Indirect Trance Assessment Scale (ITAS) (Rossi, 1986)

22. Arizona Motor Scale of Hypnotizability (AMSH) (1994)

23. Eysenck & Furneaux Scale (Eysenck dan Furneaux,1945)

24. Gudjonsson Suggestibility Scale (Gudjonsson,1984)

25. Warmth Suggestibility Scale (Gheorghiou, Polczyk, dan Kappeller, 2003)

Dari 25 skala hipnosis yang dijelaskan di atas, dalam dunia hipnosis dan hipnoterapi, terutama di
Indonesia, yang paling dikenal adalah skala Davis dan Husband yang terdiri atas lima jenjang:
insusceptible, hypnoidal, light trance, medium trance, dan deep trance (profound
somnambulism).Pada skala ini ada penomoran dari angka 0 hingga 30 (tiga puluh), di mana 0
bermakna insusceptible atau sama sekali tidak terpengaruh, 2 – 5

adalah hypnoidal, 6-11 adalah light trance, 13-20 adalah medium trance, dan
21-30 adalah deep trance. Untuk setiap nomor, terdapat fenomena yang bisa muncul atau
dimunculkan.Kembali pertanyaannya adalah bagaimana hipnoterapis menentukan kedalaman
yang berhasil dicapai klien? Jawabannya sebenarnya sangat jelas yaitu dengan melakukan uji
kedalaman, baik secara terbuka (overt) maupun tersamar (covert).Di sini letak masalahnya.
Hipnoterapis biasanya tidak tahu cara melakukan uji kedalaman atau bahkan tidak berani
melakukan uji kedalaman hipnosis. Ini juga saya alami dulu di tiga tahun pertama saya praktik
sebagai hipnoterapis. Saat saya melakukan uji kedalaman dengan memberi sugesti klien tidak
bisa buka mata, ini adalah uji kedalaman hypnoidal, ternyata klien tetap bisa buka mata. Saat itu
saya sungguh kaget dan malu karena gagal. Saya akhirnya tidak lagi berani melakukan uji
kedalaman selama tiga tahun.Dari beberapa diskusi dengan para sahabat hipnoterapis, saya dapat
simpulkan bahwa hipnoterapis enggan atau tidak berani melakukan uji kedalaman karena pernah
gagal melakukannya, atau memang tidak diajarkan di pelatihan yang mereka ikuti. Apapun yang
menjadi alasan hipnoterapis tidak melakukan uji kedalaman membuat mereka sulit bisa efektif
menerapi klien.Di tahun 2010, setelah memelajari banyak skala hipnosis dan menggabungkannya
dengan hasil pengukuran gelombang otak, pengalaman dan temuan di ruang praktik, saya
menyusun Adi W. Gunawan Hypnotic Depth Scale, terdiri dari 40 jenjang kedalaman beserta
fenomena fisik dan mental pada setiap jenjang, yang digunakan sebagai acuan hipnoterapis klinis
AWGI.Satu kesalahan yang sangat sering terjadi adalah saat hipnoterapis menggunakan kondisi
tubuh rileks sebagai indikator klien telah berhasil masuk kondisi hipnosis dalam.Hipnoterapis
AWGI tidak menggunakan indikator fisik sebagai acuan dalam menentukan kedalaman hipnosis
dalam (profound somnambulism), melainkan acuan mental.

3. Buatlah script berdasarkan teknik INDUKSI

1. Tarik napas dalam-dalam dan tutup mata.

2. Meyakinkan beban lengan (menjatuhkan lengan untuk menguji & menyarankan relaksasi
otot).

2. Eye catalepsy surel (sugesti subjek tidak mampu membuka mata).

3. Pendalaman hipnotis dengan menutup mata berulang kali (induksi ulang berulang kali)
4. “Kehilangan angka”, pendalaman untuk relaksasi mental dan tes amnesia. 5. “Pendalam
elevator” (opsional).

Meskipun hal ini cenderung disebut “Induksi Elman”, hal ini sebenarnya merupakan serangkaian
tes (meyakinkan) dan pendalaman yang biasanya

digunakan Elman setelah induksi fiksasi mata, atau setelah sekadar meminta subjek untuk
menutup mata.

Keseluruhan induksi yang hanya memakan waktu 2-3 menit ini dilakukan cukup cepat.
Perubahan dan pengalaman cepat yang dialami klien selama 3 menit ini mungkin berkontribusi
pada peningkatan sugestibilitas yang cepat. Sangat membantu untuk membandingkan pendekatan
ini dengan “induksi relaksasi progresif” 10-15 menit yang biasa digunakan oleh banyak
hipnoterapis.

Ada kombinasi yang luar biasa dari sugesti otot (menjatuhkan lengan untuk mengisyaratkan
mengendurkan ketegangan dan melepaskan, membuka dan menutup mata secara berulang-ulang)
dan penggunaan tes tantangan yang elegan (alias “meyakinkan”) – tidak mampu membuka mata ,
tidak bisa menyebutkan angkanya; semua dilakukan dengan kelancaran yang dengan cepat
membawa klien ke dalam hipnosis (dan juga memenuhi harapan mereka tentang seperti apa
hipnosis – sebuah pengalaman luar biasa di mana Anda tidak dapat membuka mata atau
menyebutkan nama Anda!)

Anda mungkin juga menyukai