Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

HUKUM KONSTITUSI
“NILAI PENTING HUKUM KONSTITUSI”

IAIN PALOPO
Disusun Oleh:
Kelompok 2
• Airul NurIbnu.L (2203020048)
• Muh. Alif (2203020037)
• Al-Mawaddat (2203020029)
• Annisa Nurul Qalbi (2203020035)
• Rusmi (2203020050)
• Veni Afifah Hasan (2203020053)

Dosen Pengampuh:
Amirullah, S.H., M.H.

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO (IAIN)
2024
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………

DAFTAR TABEL………………………………………………………………..

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….

BAB I : - LATAR BELAKANG……………………………………………….

- RUMUSAN MASALAH………………………………………….. -
TUJUAN…………………………………………………………..

BAB II: PEMBAHASAN…………………………………………………….

- A. PENGERTIAN KONSTITUSI………………………………….
- B. NILAI PENTING KONSTITUSI……………………………….
- C. NILAI PENTING KONSTITUSI BERPENGARUH TERHADAP
KEADILAN SOSIAL………………………………………………
- D. NILAI PENTING KONSTITUSI DI EMPLEMENTASIKAN
DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI…………………………..
- E. KONSTITUSI YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA….

BAB III: PENUTUP…………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..

DAFTAR TABEL

Tabel 2.2 nilai penting konstitusi

Tabel 2.5 konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 pengertian kontitusi

Gambar 2.5 Undang-undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara adalah suatu organisasi yang meliputi wilayah, sejumlah rakyat, dan
mempunyai kekuasaan berdaulat. Setiap negara memiliki sistem politik (political
system) yaitu pola mekanisme atau pelaksanaan kekuasaan. Sedang kekuasaan
adalah hak dan kewenangan serta tanggung jawab untuk mengelola tugas tertentu.
Pengelolaan suatu negara inilah yang disebut dengan sistem ketatanegaraan. Yang
mana sistem ketatanegaraan di setiap negara itu diatur di dalam Konstitusi. Untuk
itu, di suatu negara pada zaman moderen ini suatu konstitusi baik tertulis maupun
tidak tertulis sangat penting adanya, guna sebagai landasan umum suatu negara
untuk mengatur negara, pemerintahan, dan masyarakat. Berbicara mengenai negara
konstitusional, maka tidak terlepas dari sejarah panjang mengenai asal usul dari
negara itu sendiri. Masa yunani kuno adalah sebuah permulaan dimana sebuah
kerangka negara mulai ada dengan meletakan pondasi hukum. Seperti diketahui
bahwa hubungan konstitusi atau undang-undang dasar dan negara memiliki
keterkaitan yang sangat erat, seperti dalam pengertian yang lampau dan sudah ada
sejak dahulu bahwa konstitusi merupakan keseluruhan sistem yang mengatur
tentang hukum negara, yang kemudian hukum tersebut mengatur fungsi dan
kewenangan dari setiap kekuasaan yang ada, atau dalam pengertian lain ialah
kekuasaan pemerintahan, hak yang diperintah, dan hubungan keduanya yang
kemudian diatur. Dengan dasar tersebut, maka kami mengganggap bahwa
Konstitusi bagi suatu Negara itu sangat penting dipahami, karna adanya suatu
negara itu harus di atur dalm sebuah Konstitusi sehingga kami membuat makalah
tentang Arti Penting Konstitusi dalam Sebuah Negara.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian konstitusi?
2. Apa nilai penting konstitusi dalam sebuah Negara?
3. Bagaimana nilai penting konstitusi berpengaruh terhadap keadilan social?
4. Bagaiamana nilai penting konstitusi di emplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari?
5. Apa konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengertian konstitusi
2. Untuk mengetahui nilai penting konstitusi dalam sebuah Negara
3. Untuk mengetahui nilai penting konstitusi berpengaruh terhadap keadilan
social
4. Untuk mengetahui nilai penting konstitusi di emplementasikan dalam
kehipan sehari-hari
5. Untuk mengetahui konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konstitusi

Kata "konstitusi" pertama kali digunakan di Perancis dan berasal dari kata
Perancis "constituer", yang berarti "membangun". Kata "membangun" seperti yang
digunakan di sini berarti "membangun sesuatu". Negara. Dengan menggunakan
bahasa negara tertentu yang mendasari konstitusi. Ini adalah hasil dari konstitusi
yang berisi aturan di bawah setiap undang-undang yang relevan dengan negara
tertentu. Istilah itu muncul karena Prancis memproklamirkan teori ketatanegaraan
sebagai cabang ilmu dengan latar belakang fenomena sosial . (Mustanir, Abadi, and
A. 2017).

Konstitusi berasal dari bahasa Inggris constitution atau the Dutch constitution
yang berarti Undang-Undang Dasar. orang Jerman dan Belanda menggunakan kata
grondwet, yang terdiri dari suku kata grond = pondasi dan wet = hukum, keduanya
mengacu pada teks tertulis (Mustanir 2017).

Pengertian konstitusi dapat diartikan di satu sisi lebih luas dari konstitusi, karena
pengertian konstitusi meliputi konstitusi tertulis hanya dalam hal masih terdapat
konstitusi tidak tertulis yang tidak termasuk dalam Konstitusi. konstitusi adalah.
Keduanya sama pentingnya dengan UUD karena hanya memuat aturan tertulis
(Mustanir, Jermsittiparsert, et al. 2020).

Padap praktek ketatanegaraan Republik Indonesia, konstitusi sama dengan


Undang-Undang Dasar. Hal ini dibuktikan dengan penyebutan istilah Negara
Kesatuan Republik Indonesia dalam Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia (Ibrahim et al. 2020).

Konstitusi terbagi menjadi dua asas, yaitu konstitusi. Sebagai bantuan kepada
borjuis agar masyarakat memahami hak-hak, dan Konstitusi sebagai bentuk
konstitusi formal (konstitusi dapat ditulis) dan konstitusi formal konstitusi
(konstitusi dapat ditulis). pengertian material senso (konstitusi substantif) (Samad,
Mustanir, and Pratama 2019).

Konstitusi adalah hukum tertinggi bangsa dan tidak dapat ada tanpa Konstitusi.
Dengan demikian, ia duduk di puncak hierarki peraturan hukum (norma dasar) di
Segitiga, lebih dikenal sebagai teori hukum dan ketertiban bertingkat. (Mustanir,
Yasin, et al. 2018).

Konstitusi memuat aturan-aturan dan asas-asas politik dan hukum, istilah ini
secara khusus berarti penguatan konstitusi nasional sebagai asas politik dasar,
asasasas dasar hukum adalah struktur, prosedur, kekuasaan. . dan tugas
penyelenggaraan negara pada umumnya. Konstitusi biasanya merujuk pada
penjaminan hak-hak warga negaranya (Uceng, Erfina, et al. 2019).

Gambar 2.1 pengertian konstitusi

B. Nilai penting konstitusi dalam sebuah Negara

Menurut salah satu sarjana, Karl Loewenstein, pembahasan tentang


prinsipprinsip konstitusi bisa dilakukan. Loewenstein menawarkan penjelasan
singkat tentang apa yang dia yakini sebagai Konstitusi. Suatu konstitusi tertulis
(UndangUndang Dasar) pada suatu lingkungan nasional yang spesifik, terutama
fenomena bagi warga biasa sebagai akibatnya membawa Karl Loewenstein di 3
jenis penilaian konstitusi, yaitu konstitusi yang memiliki Nilai Normatif (Mustanir,
Justira, et al., 2018).
a. Nilai Normatif

Suatu konstitusi memiliki nilai normatif bila penerimaan penipuan warga menurut
suatu negara terhadap konstitusi ituj ditaati dan demikian dijunjung tinggi tanpa
adanya penyelewengan sedikitpun. Amandemen konstitusi dengan cara ini
didorong untuk warga negara, warga negara, & aktivitas-aktivitas yg efektif,
pedoman atau pegangan yg mutlak harus dilaksanakan adalah ketentuan-ketentuan
apa yg masih ada di dalamnya. Jika Ketika konstitusi dilaksanakan dengan baik, itu
disebut sebagai konstitusi normatif.

b. Nilai nominal

Ketika suatu fenomena terjadi sampai batas-batas berlakunya, nilai nominal


menurut konstitusi tertentu yang kita ikuti, dan pada batas-batas inilah nilai
nominal menurut konstitusi tertentu digunakan. Ada sejumlah pasaldalam
konstitusi tertentu yang sebagian besar tidak bias jika digunakan dengan penilaian
yang baik; selain itu, ada sejumlah pasal yang sama-sama tidak bias di beberapa
yurisdiksi lain. Beberapa bagian yang tidak dapat diselesaikan dengan
menggunakan bahasa yang valid atau tidak valid dapat diselesaikan jika mengalami
koreksi, modifikasi, atau penambahan (Kholifah R & Mustanir, 2019). Akibatnya,
undang-undang normatif atau yang inheren bermasalah dianggap sebagai pasal-
pasal saat ini, meskipun pasal-pasal jenis lain masih diperbolehkan dan dapat
dilakukan di mana pun di suatu negara, termasuk di daerah terpencil. Karl
Loewenstein menegaskan hal itu Jika konstitusi tidak dilaksanakan dan hanya
disebutkan namanya, maka yang dimaksud adalah nilai konstitusional nosional.
Dengan kata lain, konstitusi saat ini didasarkan pada hukum negara, tetapi
dilakukan seperti yang paling umum dilakukan, yaitu dengan fenomena yang jelas
(Mustanir & Jusman, 2016).
c. Nilai Semantik

Konstitusi yang berkekuatan hukum adalah konstitusi yang dilakukan dan


dilakukan dengan pena, tetapi hanya sesekali memberikan kerangka (formalisasi)
menurut loka yg sudah terdapat buat melaksanakan kekuasaan politik. Menurut
beberapa undang-undang, maksud esensial adalah jenis kekuasaan yang harus
dijunjung tinggi agar dapat berfungsi, tetapi dalam hal ini diungkapkan melalui
penggunaan penguasa penting atau kekuasaan penting yang dinyatakan secara
gamblang. Contoh Konstitusi Weimar (Jerman) Demokrat, namun sistem yang
diterapkan adalah sistem otorhinolaryngology (Mustanir, Hamid, et al., 2020).
Tabel 2.2 nilai penting konstitusi
Tabel 2.2 nilai penting konstitusi
Tabel 2.2 nilai penting konstitusi
C. Nilai penting konstitusi berpengaruh terhadap keadilan social

Kata keadilan itu sendiri digunakan berulang-ulang dalam konteks dan makna
yang berbeda-beda dalam UUD 1945. Sebagaimana disebutkan sebelumnya,
Pancasila menempatkan keadilan sosial sebagai prinsip kelima. Namun, esensi dari
prinsip ini dapat lebih dipahami ketika kita membaca langsung dari Alinea IV
Pembukaan UUD 1945. Dalam bagian ini, empat sila pertama disajikan sebagai
dasar statis dari negara. Namun, keadilan sosial dinyatakan dalam bentuk kalimat
yang aktif.

Dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945, tertulis, “…. Struktur Negara


Republik Indonesia yang berdaulat atas rakyat, berlandaskan pada Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan
yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan,
dan dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dari
pernyataan ini, kita dapat memahami bahwa pertama, keadilan sosial didefinisikan
sebagai “suatu” yang bersifat nyata, bukan hanya konsep filosofis abstrak yang
menjadi slogan politik tanpa makna; Kedua, keadilan sosial bukan hanya subjek
dasar negara yang bersifat final dan statis, tetapi merupakan sesuatu yang harus
direalisasikan secara dinamis dalam bentuk keadilan sosial bagi semua rakyat
Indonesia.

Pada Pembukaan UUD 1945, pesan tentang keadilan ini juga tercermin dalam
berbagai rumusan lainnya. Alinea 1 dinyatakan adanya prinsip "perikemanusiaan
dan perikeadilan" yang dijadikan alas an mengapa penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan. Alinea II menggambarkan bahwa bangsa kita telah berhasil mencapai
ambang pintu “Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan
makmur”. Selanjutnya, Pasal 28H ayat (2) UUD 1945 juga menetapkan bahwa
“Setiap individu berhak untuk mendapatkan fasilitas dan perlakuan khusus untuk
mencapai kesempatan dan manfaat yang sama demi mencapai kesetaraan dan
keadilan”.

Selain itu, dalam Bab IX yang berjudul Kekuasaan Kehakiman, istilah adil dan
keadilan disebutkan berkali-kali, tentunya dalam konteks keadilan hukum.
Misalnya, dalam Pasal 24 ayat (1) UUD 1945 disebutkan, “Kekuasaan kehakiman
adalah kekuasaan yang independen untuk menjalankan peradilan dalam rangka
menegakkan hukum dan keadilan”. Selain itu, istilah peradilan dan pengadilan juga
digunakan, pada Pasal 24A ayat 2 dan Pasal 24C ayat (5) dinyatakan bahwa untuk
menjadi hakim agung dan hakim konstitusi harus memenuhi syarat kemampuan
bersikap sebagai hakim agung dan hakim konstitusi yang adil.

Dari semua terminologi ini, kita dapat mengkategorikan beberapa konsep tentang
keadilan yang diwajibkan oleh UUD 1945.

D. Nilai penting konstitusi di emplementasikan dalam kehidupan sehari-hari


1. Implementasi norma-norma keagamaan:

Konstitusi Indonesia memastikan bahwa norma-norma keagamaan dapat diatur


dalam suatu konstitusi. Dengan demikian, nilai-nilai Ketuhanan dan agama dapat
diatur pada peraturan perundang-undangan. Hal ini mengacu kepada Pasal 29 ayat
(1) UUD NRI 1945 yang mengatur bahwa peraturan perundang-undangan yang
dibuat serta norma kesusilaan tidak boleh bertentangan dengan norma yang
ditentukan oleh Tuhan.

2. Implementasi nilai-nilai Pancasila:

Pancasila sebagai norma dasar atau grundnorm merupakan jiwa dari berbagai
norma yang terdapat dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks
ketatanegaraan, hubungan norma ini dapat diimplementasikan dalam bentuk
pelaksanaan sumpah jabatan bagi pejabat publik dan peradilan khusus penegakan
kode etik. Pada konteks tersebut, telah muncul berabagai lembaga penegak kode
etik dalam jabatan-jabatan publik seperti Komisi Yudisial, Majelis Kehormatan
Hakim MA maupun MK, Dewan Pers, Majelis Kehormatan Dewan untuk anggota
DPR dan DPD, Badan Kehormatan DPR atau DPD.

3. Implementasi nilai-nilai keadilan sosial:

Nilai-nilai keadilan sosial diimplementasikan dalam praktek hari-hari melalui


pengaturan kuota Haji setiap tahunnya, penentuan awal puasa Ramadhan, dan
sholat Ied bagi yang beragama Islam. Selain itu, dalam konstitusi Indonesia,
keadilan sosial merupakan kewajiban negara dan warga negara, yang harus
diwujudkan dalam setiap bidang kehidupan.
4. Implementasi nilai-nilai keseimbangan antara kepentingan individu dan
kepentingan bersama:

Nilai-nilai keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan bersama


diimplementasikan dalam praktek hari-hari melalui pengaturan yang memastikan
keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan bersama. Misalnya,
dalam konstitusi Indonesia, keadilan sosial haruslah melingkupi seluruh rakyat
Indonesia dan harus diwujudkan dalam setiap bidang kehidupan.

5. Implementasi nilai-nilai konstitusional:

Sebagai konstitusi tertinggi, semua produk hukum dan pelaksanaan penegakan


hukum haruslah berdasarkan pada pokok pikiran yang ada dalam UUD 1945.
Dalam konstitusi Indonesia, terdapat pasal-pasal dalam peraturan
perundangundangan yang berlaku berdasarkan konstitusi.

Dalam praktek hari-hari, nilai-nilai konstitusi diimplementasikan melalui berbagai


cara, seperti pengaturan norma-norma keagamaan, pengaturan nilai-nilai Pancasila,
pengaturan nilai-nilai keadilan sosial, pengaturan nilai-nilai keseimbangan antara
kepentingan individu dan kepentingan bersama, dan pengaturan nilai-nilai
konstitusional.

E. Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia

Dalam sejarahnya , sejak poklamasi 17 agustus 1945 hingga sekarang di


Indonesia telah berlaku 3(tiga) macam undang-undang dasar dalam 4(empat)
piriode yaitu;

1. UUD 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949)

Menurut bentuknya Konstitusi pertama Indonesia (UUD 1945) adalah konstitusi


tertulis, karena UUD 1945 merupakan hukum dasar Negara Indonesia pada waktu
itu yang dituangkan dalam suatu dokumen yang formal. Di pertegas dalam Risalah
Sidang Tahunan MPR Tahun 2002, diterbitkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah, Sebagai Naskah
Perbantuan dan Kompilasi Tanpa Ada Opini. Bukti bahwa UUD 1945 adalah
konstitusi tertulis yaitu bahwa pada naskah Piagam Jakarta menjadi naskah
Pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan
oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29
Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa Sidang
Kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK). Konstusi ini di
tuangkan dalam satu dokumen saja tanpa ada dokumen lainnya yang juga
merupakan konstitusi seperti yang ada di Negara Denmark( 2 dokumen) dan
Swedia (4 dokumen).

Menurut sifatnya UUD 1945 termasuk konstitusi yang Rigid (kaku) karena
UUD 1945 hanya dapat diubah dengan cara tertentu secara khusus dan istimewa
tidak seperti mengubah peraturan perundangan biasa. Hal ini dijelaskan dalam
BAB XVI PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR pasal 37 ayat 1” Untuk
mengubah UUD sekurang-kurangnya 2/3 dari pada jumlah anggota MPR harus
hadir” dan pasal 2 “Putusan Diambil dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3
dari pada jumlah anggota yang hadir”.

Menurut kedudukannya UUD 1945 merupan konstitusi derajat tinggi karena


UUD 1945 di jadikan dasar pembuatan suatu peraturan perundang-undangan yang
lain. Karena menjadi dasar bagi peratutan yang lain maka syarat untuk
mengubahnyapun lebih berat jika di bandingkan dengan yang lain. Mengakibatkan
adanya hierarki peraturan perundangan. Tata urutan peraturan perundangundangan
pertama kali diatur dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, yang kemudian
diperbaharui dengan Ketetapan MPR No. III/MPR/2000, dan terakhir diatur
dengan Undang-undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, dimana dalam Pasal 7 diatur mengenai jenis dan hierarki
Peraturan Perundang-undangan.

1. Menurut bentuk Negara, konstitusi (UUD 1945) mejelaskan bahwa bentuk


Negara Indonesia adalan Negara kesatuan. Buktinya terdapat pada BAB I
BENTUK DAN KEDAULATAN pasal 1 ayat 1 “ Negara Indonesia ialah Negara
Kesatuan, yang berbentuk Republik”.

2. Menurut system pemerintahan yang dianut, Indonesia menganut sistem


pemerintahan Presidensial. Salah satu ciri sistem pemerintahan Presidensial
adalah”Dalam melakukan kewajibannya Presiden di bantu oleh satu orang wakil
presiden” (Pasal 4 Ayat 2 UUD’45)

Gambar 2.5 Undang-undang Dasar 1945 Negara Repoblik Indonesia

2. UUD RIS 1949.(27 Desember 1949-17 Agustus 1950)

a. Menurut bentuknya Kosntitusi RIS merupakan kostitusi tertulis karena


dituangkan dalam suatu dokumen. Konstitusi RIS ini terbentuk atas usulan dari
PBB, dengan mempertemukan wakil-wakil dari Indonesia dengan Belanda , maka
terbentuklah suatu persetujuan dan persetujuan tersebut dituangkan dalam sebuah
dokumen pada tanggal 27 Desember 1949, maka terbentuklah konstitusi RIS.

b. Menurut sifatnya Konstitusi RIS merupakan konstitusi rigid karena


mempersyaratkan prosedur khusus untuk perubahan atau amandemennya. Tertuang
dalam BAB VI Perubahan, ketentuan-ketentuan peralihan dan ketentuan-ketentuan
penutup bagian satu perubahan, pasal 190 ayat (1), (2), pasal 191 Ayat (1), (2), (3),
bagian dua ketentuan-ketentuan peralihan pasal 192 Ayat (1), (2), pasal 193 Ayat
(1),(2).

c. Menurut kedudukannya konstitusi RIS merupakan konstitusi derajat tinggi


karena persyaratan untuk mengubah lebih berat jika dibandingkan merubah
peraturan perundangan yang lain.

d. Menurut bentuk negara konstitusi RIS serikat/federal karena negara


didalamnya terdiri dari negara-negara bagian yang masing masing negara bagian
memiliki kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam negerinya.Terdapat
BAB I negara Republik Indonesia Serikat bagian I bentuk negara dan kedaulatan
pasal 1, Ayat (1).

e. Menurut bentuk pemerintahannya konstitusi RIS, berbentuk parlementer


karena kepala negara dan kepala pemerintahan,di jabat oleh orang yang berbeda.
Kepala negaranya adalah presiden, dan kepala pemerintahannya perdana menteri.
Terdapat pada pasal 69 ayat 1, pasal 72 ayat 1.

3.UUDS 1950 (17 Agustus 1950-5 Juli 1959).

1. Menurut bentuknya UUDS’50 merupakan konstitusi tertulis karena


dituangkan dalam suatu dokumen yang formal. Dimana dengan berlakunya UUDS
1950 maka konstitusi RIS tidak berlaku.

2. Menurut sifatnya UUDS’50 merupakan konstitusi rigid karena dalam


perubahannya mempersyaratkan prosedur khusus sehingga tidak semudah seperti
merubah peraturan perundang-undangan biasa. Diatur dalam pasal 140 UUDS
1950 ayat 1-4.

3. Menurut kedudukannya UUDS’50 merupakan konstitusi derajat tinggi


karena persyaratan merubahnya tidak semudah peraturan perundangan biasa. Dan
kedudukan UUDS ’50 merupakan peraturan tertinggi dalam perundang-undangan
diatas UU dan UU Darurat.

4. Menurut bentuk negara UUDS’50, Indonesia berbentuk kesatuan karena


pada asasnya seluruh kekuasaan dalam negara berada ditangan pemerintah pusat.
5. Menurut sistem pemerintahannya UUDS’50, Indonesia menganut sistem
pemerintahan parlementer dimana kepala negara dijabat oleh seorang presiden dan
kepala pemerintah di jabat oleh perdana mentri.

4.UUD’45 setelah amandemen I-IV

1. Menurut bentuknya UUD ’45 amandemen termasuk konstitusi tertulis karena


dituangkan dalam satu bentuk dokumen formal.

2, Menurut sifatnya UUD ’45 merupakan konstitusi rigid karena dalam


perbahannya memperhatikan syarat-syarat tertentu seperti tertera dalam pasal 37
ayat 1-5 UUD ’45, bahwa pengajuan perubahan minimal dilakuakan oleh 1/3 dari
anggota MPR, dan dalam sidangnya dihadiri oleh 2/3 dari anggota MPR, dan
putusan disetujui oleh lima puluh persen ditambah satu dari seluruh jumlah anggota
MPR, dan syarat lain adalah dalam ayat 5 bahwa “Khusus mengenai bentuk negara
kesatuan Republik Indonesia tidak dapat dilakukan perubahan”.

3, Menurut kedudukannya UUD ’45 termasuk konstitusi derajat tinggi karena


UUD ’45 berkedudukan sebagai hukum dasar dan pedoman pembentukan
peraturan perundangan yang lain. Sehingga terdapat hierarki perundangan sebagai
konsekuensinya, di atur dalam UU No 10 tahun 2004 tentang pembentukan
peraturan perundangan.

4,Menurut bentuk negara UUD ’45, Indonesia menganut konstitusi dalam negara
kesatuan. Merujuk pada pasal 1 ayat 1 yang berbunyi “ Negara Indonesia ialah
negara kesatuan yang berbentuk Republik”.

5,Menurut sistem pemerintahannya, konstitusi yang dianut adalah konstitusi dalam


pemerintahan presidensial. Dimana kepala negara dan kepala pemerintahan berada
ditangan presiden.
Kategori UUD’45 Konstitusi UUD’50 UUD’45
Sebelum RIS Setelah
Amandem Amandem
en en 4

Bentuk Tertulis Tertulis Tertulis Tertulis

Sifatnya Rigid Rigid Rigid Rigid

Kedudukan Derajat Derajat Derajat Derajat


Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

Bentuk Kesatuan Serikat/Feder Kesatuan Kesatuan


Pemerintah al
an

Sistem Presidensia Parlementer Parlement Presidensia


Pemerintah l er l
an

Tabel 2.5 konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Konstitusi adalah landasan hukum dan normatif yang sangat penting dalam suatu
negara.Konstitusi pada umumnya bersifat kodifikasi yaitu sebuah dokumen yang
berisi Aturan-aturan untuk menjalankan suatu organisasi pemerintahan negara.
Konstitusi berfungsi sebagai aturan dasar yang mengatur hubungan antara organ-
organ negara, menjamin keseimbangan kekuasaan, menetapkan prinsipprinsip
dasar negara, dan mencerminkan identitas nasional. Nilai penting yang terkandung
dalam konstitusi meliputi nilai normatif , nominal dan semantik. Nilai normatif
menunjukkan bahwa konstitusi bukan hanya aturan tertulis yang berlaku secara
hukum, tetapi juga berlaku efektif dan dilaksanakan secara murni dan konsekuen
dalam masyarakat. Sementara nilai nominal menunjukkan bahwa konstitusi
berlaku dalam arti hukum, tetapi belum tentu dilaksanakan secara murni dan
konsekuen dalam masyarakat. Dan nilai semantik Konstitusi yang berkekuatan
hukum adalah konstitusi yang dilakukan dan Dilakukan dengan pena, tetapi hanya
sesekali memberikan kerangka (formalisasi).

DAFTAR PUSTAKA
Banna, Banna Nidham Ulhaq, and Isa Anshori. "Identitas Nasional Suatu Bangsa
Dan Negara Serta Peranan Penting Konstitusi Dalam Kehidupan Bernegara."
Jurnal Global Citizen: Jurnal Ilmiah Kajian Pendidikan Kewarganegaraan 11.2
(2022): 82-88.

Mu’allifin, M. Darin Arif. "Hubungan Konstitusi dengan Tugas dan Fungsi


Negara." Jurnal Ahkam 4.1 (2016).

APRILYA, Anggy. Nilai Konstitusi di Negara Republik Indonesia.

HARYANTI, Dewi. Tinjauan Singkat Konstitusi Tertulis yang Pernah Berlaku di


Indonesia. Jurnal Selat, 2014, 2.1: 212-225.

BAB, IV. "A. Pengertian Konstitusi dan Undang-Undang Dasar 1. Konstitusi."

Gajahmanik, S. E., Siregar, D. M. S., Manurung, R. G., Harahap, A., Sidebang, D.


D., & Nababan, R. (2023). Analisis Kesadaran Dan Kepatuhan Terhadap Norma
Hukum Di Lingkungan Masyarakat Untuk Mencapai Keadilan. JUPSHU: Jurnal
Pendidikan Sosiologi dan Hukum, 1(2), 150-160.

Rosyada, A., Warassih, E., & Herawati, R. (2018). Perlindungan konstitusional


terhadap kesatuan masyarakat hukum adat dalam mewujudkan keadilan sosial.
Kanun Jurnal Ilmu Hukum, 20(1), 1-22.

Anda mungkin juga menyukai