Hukum Konstitusi Kelompok 2 Terbaru
Hukum Konstitusi Kelompok 2 Terbaru
HUKUM KONSTITUSI
“NILAI PENTING HUKUM KONSTITUSI”
IAIN PALOPO
Disusun Oleh:
Kelompok 2
• Airul NurIbnu.L (2203020048)
• Muh. Alif (2203020037)
• Al-Mawaddat (2203020029)
• Annisa Nurul Qalbi (2203020035)
• Rusmi (2203020050)
• Veni Afifah Hasan (2203020053)
Dosen Pengampuh:
Amirullah, S.H., M.H.
DAFTAR TABEL………………………………………………………………..
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….
- RUMUSAN MASALAH………………………………………….. -
TUJUAN…………………………………………………………..
- A. PENGERTIAN KONSTITUSI………………………………….
- B. NILAI PENTING KONSTITUSI……………………………….
- C. NILAI PENTING KONSTITUSI BERPENGARUH TERHADAP
KEADILAN SOSIAL………………………………………………
- D. NILAI PENTING KONSTITUSI DI EMPLEMENTASIKAN
DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI…………………………..
- E. KONSTITUSI YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara adalah suatu organisasi yang meliputi wilayah, sejumlah rakyat, dan
mempunyai kekuasaan berdaulat. Setiap negara memiliki sistem politik (political
system) yaitu pola mekanisme atau pelaksanaan kekuasaan. Sedang kekuasaan
adalah hak dan kewenangan serta tanggung jawab untuk mengelola tugas tertentu.
Pengelolaan suatu negara inilah yang disebut dengan sistem ketatanegaraan. Yang
mana sistem ketatanegaraan di setiap negara itu diatur di dalam Konstitusi. Untuk
itu, di suatu negara pada zaman moderen ini suatu konstitusi baik tertulis maupun
tidak tertulis sangat penting adanya, guna sebagai landasan umum suatu negara
untuk mengatur negara, pemerintahan, dan masyarakat. Berbicara mengenai negara
konstitusional, maka tidak terlepas dari sejarah panjang mengenai asal usul dari
negara itu sendiri. Masa yunani kuno adalah sebuah permulaan dimana sebuah
kerangka negara mulai ada dengan meletakan pondasi hukum. Seperti diketahui
bahwa hubungan konstitusi atau undang-undang dasar dan negara memiliki
keterkaitan yang sangat erat, seperti dalam pengertian yang lampau dan sudah ada
sejak dahulu bahwa konstitusi merupakan keseluruhan sistem yang mengatur
tentang hukum negara, yang kemudian hukum tersebut mengatur fungsi dan
kewenangan dari setiap kekuasaan yang ada, atau dalam pengertian lain ialah
kekuasaan pemerintahan, hak yang diperintah, dan hubungan keduanya yang
kemudian diatur. Dengan dasar tersebut, maka kami mengganggap bahwa
Konstitusi bagi suatu Negara itu sangat penting dipahami, karna adanya suatu
negara itu harus di atur dalm sebuah Konstitusi sehingga kami membuat makalah
tentang Nilai Penting Konstitusi dalam Sebuah Negara.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari konstitusi ?
2. Apa nilai penting konstitusi dalam sebuah Negara?
3. Bagaimana nilai penting konstitusi berpengaruh terhadap keadilan social?
4. Bagaiamana nilai penting konstitusi di emplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari?
5. Apa konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian konstitusi
2. Untuk mengetahui nilai penting konstitusi dalam sebuah Negara
3. Untuk mengetahui nilai penting konstitusi berpengaruh terhadap keadilan
social
4. Untuk mengetahui nilai penting konstitusi di emplementasikan dalam
kehipan sehari-hari
5. Untuk mengetahui apa saja konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konstitusi
a. Nilai Normatif
Suatu nilai normatif bila penerimaan penipuan warga menurut suatu negara
terhadap konstitusi itu ditaati dan dijunjung tinggi tanpa ada penyelewengan
sedikitpun. Amandemen konstitusi dengan cara ini didorong untuk warga negara,
warga negara, & aktivitas-aktivitas yg efektif, pedoman atau pegangan yg mutlak
harus dilaksanakan adalah ketentuan-ketentuan apa yg masih ada di dalamnya. Jika
konstitusi dilaksanakan dengan baik, disebut sebagai konstitusi normatif.
b. Nilai nominal
c. Nilai Semantik
Konstitusi yang berkekuatan hukum adalah konstitusi yang dilakukan dengan pena,
namun hanya sesekali memberikan kerangka (formalisasi) menurut loka yg sudah
terdapat buat melaksanakan kekuasaan politik. Berdasarkan undang-undang,
maksud esensial adalah jenis kekuasaan yang harus dijunjung tinggi untuk bisa
beroperasi, tetapi dalam konteks ini disampaikan melalui penggunaan penguasa
penting atau kekuasaan penting yang dinyatakan secara gamblang. Contoh
Konstitusi Weimar (Jerman) Demokrat, tetapi sistem yang diterapkan adalah sistem
otorhinolaryngology (Mustanir, Hamid, et al., 2020).
Kata keadilan itu sendiri digunakan berulang-ulang dalam konteks dan makna yang
berbeda-beda dalam UUD 1945. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, Pancasila
menempatkan keadilan sosial sebagai prinsip kelima. Namun, esensi dari prinsip
ini dapat lebih dipahami ketika kita membaca langsung dari Alinea IV Pembukaan
UUD 1945. Dalam bagian ini, empat sila pertama disajikan sebagai dasar statis dari
negara. Namun, keadilan sosial dinyatakan dalam bentuk kalimat yang aktif.
Pada Pembukaan UUD 1945, pesan tentang keadilan ini juga tercermin dalam
berbagai rumusan lainnya. Alinea 1 menyatakan adanya prinsip “humanisme dan
keadilan” yang menjadi alasan mengapa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan.
Alinea II menggambarkan bahwa bangsa kita telah berhasil mencapai ambang
pintu “Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur”.
Selanjutnya, Pasal 28H ayat (2) UUD 1945 juga menetapkan bahwa “Setiap
individu berhak untuk mendapatkan fasilitas dan perlakuan khusus untuk mencapai
kesempatan dan manfaat yang sama demi mencapai kesetaraan dan keadilan”.
Selain itu, dalam Bab IX yang berjudul Kekuasaan Kehakiman, istilah adil dan
keadilan disebutkan berkali-kali, tentunya dalam konteks keadilan hukum.
Misalnya, dalam Pasal 24 ayat (1) UUD 1945 disebutkan, “Kekuasaan kehakiman
adalah kekuasaan yang independen untuk menjalankan peradilan dalam rangka
menegakkan hukum dan keadilan”. Selain itu, istilah peradilan dan pengadilan juga
digunakan, pada Pasal 24A ayat 2 dan Pasal 24C ayat (5) dinyatakan bahwa untuk
menjadi hakim agung dan hakim konstitusi harus memenuhi syarat kemampuan
bersikap sebagai hakim agung dan hakim konstitusi yang adil.
Dari semua terminologi ini, kita dapat mengkategorikan beberapa konsep tentang
keadilan yang diwajibkan oleh UUD 1945.
Pancasila, sebagai norma dasar atau grundnorm, adalah esensi dari berbagai norma
yang ada dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks
konstitusional, hubungan norma ini dapat diwujudkan dalam bentuk pelaksanaan
sumpah jabatan oleh pejabat publik dan pengadilan khusus untuk penegakan kode
etik. Dalam konteks ini, berbagai lembaga penegak kode etik telah muncul dalam
jabatan-jabatan publik seperti Komisi Yudisial, Majelis Kehormatan Hakim MA
maupun MK, Dewan Pers, Majelis Kehormatan Dewan untuk anggota DPR dan
DPD, Badan Kehormatan DPR atau DPD.
Sejak proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 hingga saat ini, Indonesia
telah menerapkan tiga jenis undang-undang dasar dalam empat periode, yaitu:
Konstitusi pertama Indonesia (UUD 1945) adalah konstitusi tertulis, karena UUD
1945 merupakan hukum dasar Negara Indonesia pada waktu itu yang dituangkan
dalam suatu dokumen yang formal. Hal ini diperkuat dalam Risalah Sidang
Tahunan MPR Tahun 2002, yang menerbitkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah, Sebagai Naskah Perbantuan
dan Kompilasi Tanpa Ada Opini. Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD
1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945.
Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK). Konstusi ini dituangkan
dalam satu dokumen saja tanpa ada dokumen lainnya yang juga merupakan
konstitusi seperti yang ada di Negara Denmark( 2 dokumen) dan Swedia (4
dokumen).
Menurut sifatnya, UUD 1945 termasuk konstitusi yang Rigid (kaku) karena
UUD 1945 hanya dapat diubah dengan cara tertentu secara khusus dan
istimewa tidak seperti mengubah peraturan perundangan biasa. Hal ini
dijelaskan dalam BAB XVI PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR
pasal 37 ayat 1 dan pasal 2.
Menurut kedudukannya, UUD 1945 merupakan konstitusi derajat tinggi
karena UUD 1945 dijadikan dasar pembuatan suatu peraturan perundang-
undangan yang lain. Karena menjadi dasar bagi peraturan yang lain, syarat
untuk mengubahnya pun lebih berat jika dibandingkan dengan yang lain. Hal
ini mengakibatkan adanya hierarki peraturan perundangan.
Menurut bentuk Negara, konstitusi (UUD 1945) menjelaskan bahwa bentuk
Negara Indonesia adalah Negara kesatuan. Hal ini tertera pada BAB I
BENTUK DAN KEDAULATAN pasal 1 ayat 1.
Menurut sistem pemerintahan yang dianut, Indonesia menganut sistem
pemerintahan Presidensial. Salah satu ciri sistem pemerintahan Presidensial
adalah”Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang
wakil presiden” (Pasal 4 Ayat 2 UUD’45).
Gambar 2.5 Undang-undang Dasar 1945 Negara Repoblik Indonesia
PENUTUP
Kesimpulan
Konstitusi adalah landasan hukum dan normatif yang sangat penting dalam suatu
negara.Konstitusi pada umumnya bersifat kodifikasi yaitu sebuah dokumen yang
berisi Aturan-aturan untuk menjalankan suatu organisasi pemerintahan negara.
Konstitusi berfungsi sebagai aturan dasar yang mengatur hubungan antara organ-
organ negara, menjamin keseimbangan kekuasaan, menetapkan prinsipprinsip
dasar negara, dan mencerminkan identitas nasional. Nilai penting yang terkandung
dalam konstitusi meliputi nilai normatif , nominal dan semantik. Nilai normatif
menunjukkan bahwa konstitusi bukan hanya aturan tertulis yang berlaku secara
hukum, tetapi juga berlaku efektif dan dilaksanakan secara murni dan konsekuen
dalam masyarakat. Sementara nilai nominal menunjukkan bahwa konstitusi
berlaku dalam arti hukum, tetapi belum tentu dilaksanakan secara murni dan
konsekuen dalam masyarakat. Dan nilai semantik Konstitusi yang berkekuatan
hukum adalah konstitusi yang dilakukan dan Dilakukan dengan pena, tetapi hanya
sesekali memberikan kerangka (formalisasi).
DAFTAR PUSTAKA
Banna, Banna Nidham Ulhaq, and Isa Anshori. "Identitas Nasional Suatu Bangsa
Dan Negara Serta Peranan Penting Konstitusi Dalam Kehidupan Bernegara."
Jurnal Global Citizen: Jurnal Ilmiah Kajian Pendidikan Kewarganegaraan 11.2
(2022): 82-88.