Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

HUKUM KONSTITUSI
“NILAI PENTING HUKUM KONSTITUSI”

IAIN PALOPO
Disusun Oleh:
Kelompok 2
• Airul NurIbnu.L (2203020048)
• Muh. Alif (2203020037)
• Al-Mawaddat (2203020029)
• Annisa Nurul Qalbi (2203020035)
• Rusmi (2203020050)
• Veni Afifah Hasan (2203020053)

Dosen Pengampuh:
Amirullah, S.H., M.H.

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO (IAIN)
2024
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………

DAFTAR TABEL………………………………………………………………..

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….

BAB I : - LATAR BELAKANG……………………………………………….

- RUMUSAN MASALAH………………………………………….. -
TUJUAN…………………………………………………………..

BAB II: PEMBAHASAN…………………………………………………….

- A. PENGERTIAN KONSTITUSI………………………………….
- B. NILAI PENTING KONSTITUSI……………………………….
- C. NILAI PENTING KONSTITUSI BERPENGARUH TERHADAP
KEADILAN SOSIAL………………………………………………
- D. NILAI PENTING KONSTITUSI DI EMPLEMENTASIKAN
DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI…………………………..
- E. KONSTITUSI YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA….

BAB III: PENUTUP…………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..

DAFTAR TABEL

Tabel 2.2 nilai penting konstitusi

Tabel 2.5 konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 pengertian kontitusi

Gambar 2.5 Undang-undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara adalah suatu organisasi yang meliputi wilayah, sejumlah rakyat, dan
mempunyai kekuasaan berdaulat. Setiap negara memiliki sistem politik (political
system) yaitu pola mekanisme atau pelaksanaan kekuasaan. Sedang kekuasaan
adalah hak dan kewenangan serta tanggung jawab untuk mengelola tugas tertentu.
Pengelolaan suatu negara inilah yang disebut dengan sistem ketatanegaraan. Yang
mana sistem ketatanegaraan di setiap negara itu diatur di dalam Konstitusi. Untuk
itu, di suatu negara pada zaman moderen ini suatu konstitusi baik tertulis maupun
tidak tertulis sangat penting adanya, guna sebagai landasan umum suatu negara
untuk mengatur negara, pemerintahan, dan masyarakat. Berbicara mengenai negara
konstitusional, maka tidak terlepas dari sejarah panjang mengenai asal usul dari
negara itu sendiri. Masa yunani kuno adalah sebuah permulaan dimana sebuah
kerangka negara mulai ada dengan meletakan pondasi hukum. Seperti diketahui
bahwa hubungan konstitusi atau undang-undang dasar dan negara memiliki
keterkaitan yang sangat erat, seperti dalam pengertian yang lampau dan sudah ada
sejak dahulu bahwa konstitusi merupakan keseluruhan sistem yang mengatur
tentang hukum negara, yang kemudian hukum tersebut mengatur fungsi dan
kewenangan dari setiap kekuasaan yang ada, atau dalam pengertian lain ialah
kekuasaan pemerintahan, hak yang diperintah, dan hubungan keduanya yang
kemudian diatur. Dengan dasar tersebut, maka kami mengganggap bahwa
Konstitusi bagi suatu Negara itu sangat penting dipahami, karna adanya suatu
negara itu harus di atur dalm sebuah Konstitusi sehingga kami membuat makalah
tentang Nilai Penting Konstitusi dalam Sebuah Negara.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari konstitusi ?
2. Apa nilai penting konstitusi dalam sebuah Negara?
3. Bagaimana nilai penting konstitusi berpengaruh terhadap keadilan social?
4. Bagaiamana nilai penting konstitusi di emplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari?
5. Apa konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian konstitusi
2. Untuk mengetahui nilai penting konstitusi dalam sebuah Negara
3. Untuk mengetahui nilai penting konstitusi berpengaruh terhadap keadilan
social
4. Untuk mengetahui nilai penting konstitusi di emplementasikan dalam
kehipan sehari-hari
5. Untuk mengetahui apa saja konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konstitusi

Penggunaan pertama dari istilah “konstitusi” dapat ditelusuri kembali ke


Perancis, di mana kata tersebut berasal dari kata Perancis “constituer”, yang berarti
“untuk membangun”. Dalam konteks ini, “membangun” merujuk pada
pembentukan negara melalui bahasa tertentu yang mendasari konstitusi. Konstitusi
ini mengandung aturan-aturan yang relevan dengan negara tertentu, dan muncul
ketika Prancis mendeklarasikan teori ketatanegaraan sebagai cabang ilmu
pengetahuan yang berdasarkan fenomena sosial (Mustanir, Abadi, dan A. 2017).
Istilah konstitusi juga berasal dari kata Inggris “constitution” atau kata Belanda
“constitution”, keduanya berarti Undang-Undang Dasar. Orang Jerman dan
Belanda menggunakan kata “grondwet”, yang terdiri dari “grond” (pondasi) dan
“wet” (hukum), yang mengacu pada teks tertulis (Mustanir 2017).

Konstitusi menurut para ahli:

 Konstitusi dapat ditafsirkan dalam pengertian yang lebih luas, karena


konstitusi mencakup konstitusi tertulis dan juga konstitusi yang tidak
tertulis. Keduanya sama pentingnya dengan UUD karena hanya berisi
aturan tertulis (Mustanir, Jermsittiparsert, et al. 2020).
 Dalam praktik ketatanegaraan di Republik Indonesia, konstitusi dianggap
sama dengan Undang-Undang Dasar, seperti yang ditunjukkan oleh
referensi ke Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam Undang-Undang
Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (Ibrahim et al. 2020).
 Konstitusi dibagi menjadi dua prinsip, yaitu konstitusi sebagai alat bantu
bagi borjuis untuk memahami hak-hak mereka, dan konstitusi sebagai
bentuk konstitusi formal (konstitusi yang dapat ditulis) dan konstitusi
material (konstitusi substantif) (Samad, Mustanir, dan Pratama 2019).
 Konstitusi adalah hukum tertinggi suatu bangsa dan tidak mungkin ada
tanpa konstitusi. Oleh karena itu, konstitusi berada di puncak hierarki
hukum (norma dasar) dalam Segitiga, yang juga dikenal sebagai teori
hukum dan ketertiban bertingkat (Mustanir, Yasin, et al. 2018).
 Konstitusi berisi aturan dan prinsip-prinsip politik dan hukum, dan istilah
ini secara khusus merujuk pada penguatan konstitusi nasional sebagai
prinsip politik dasar, prinsip-prinsip hukum dasar adalah struktur, prosedur,
kekuasaan, dan tugas penyelenggaraan negara pada umumnya. Konstitusi
biasanya merujuk pada penjaminan hak-hak warga negaranya (Uceng,
Erfina, et al. 2019).

Gambar 2.1 pengertian konstitusi

B. Nilai penting konstitusi dalam sebuah Negara

Menurut salah satu sarjana, Karl Loewenstein, pembahasan tentang


prinsipprinsip konstitusi bisa dilakukan. Loewenstein menawarkan penjelasan
singkat tentang apa yang dia yakini sebagai Konstitusi.

a. Nilai Normatif

Suatu nilai normatif bila penerimaan penipuan warga menurut suatu negara
terhadap konstitusi itu ditaati dan dijunjung tinggi tanpa ada penyelewengan
sedikitpun. Amandemen konstitusi dengan cara ini didorong untuk warga negara,
warga negara, & aktivitas-aktivitas yg efektif, pedoman atau pegangan yg mutlak
harus dilaksanakan adalah ketentuan-ketentuan apa yg masih ada di dalamnya. Jika
konstitusi dilaksanakan dengan baik, disebut sebagai konstitusi normatif.

b. Nilai nominal

Ketika suatu peristiwa terjadi sampai batas-batas berlakunya, nilai nominal


menurut konstitusi tertentu yang kita ikuti, dan pada batas-batas inilah nilai
nominal menurut konstitusi tertentu digunakan. Ada sejumlah pasaldalam
konstitusi tertentu yang sebagian besar tidak bias jika digunakan dengan penilaian
yang baik; selain itu, terdapat beberapa pasal yang juga tidak dapat diubah dalam
beberapa sistem hukum lainnya. Bagian-bagian yang tidak dapat di selesaikan
dengan menggunakan bahasa yang sah atau tidak sah bisa dituntaskan jika
diberikan perbaikan, modifikasi, atau penambahan (Kholifah R & Mustanir, 2019).,
meskipun pasal-pasal jenis lain masih diperbolehkan dan dapat dilakukan di mana
pun di suatu negara, termasuk di daerah terpencil. Karl Loewenstein menegaskan
hal itu Jika konstitusi tidak dilaksanakan dan hanya disebutkan namanya, maka
yang dimaksud adalah nilai konstitusional nosional. Dengan kata lain, konstitusi
saat ini didasarkan pada hukum negara, tetapi dilakukan seperti yang paling umum
dilakukan, yaitu dengan fenomena yang jelas (Mustanir & Jusman, 2016).

c. Nilai Semantik

Konstitusi yang berkekuatan hukum adalah konstitusi yang dilakukan dengan pena,
namun hanya sesekali memberikan kerangka (formalisasi) menurut loka yg sudah
terdapat buat melaksanakan kekuasaan politik. Berdasarkan undang-undang,
maksud esensial adalah jenis kekuasaan yang harus dijunjung tinggi untuk bisa
beroperasi, tetapi dalam konteks ini disampaikan melalui penggunaan penguasa
penting atau kekuasaan penting yang dinyatakan secara gamblang. Contoh
Konstitusi Weimar (Jerman) Demokrat, tetapi sistem yang diterapkan adalah sistem
otorhinolaryngology (Mustanir, Hamid, et al., 2020).

Tabel 2.2 nilai penting konstitusi


Tabel 2.2 nilai penting konstitusi
Tabel 2.2 nilai penting konstitusi
C. Nilai penting konstitusi berpengaruh terhadap keadilan social

Kata keadilan itu sendiri digunakan berulang-ulang dalam konteks dan makna yang
berbeda-beda dalam UUD 1945. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, Pancasila
menempatkan keadilan sosial sebagai prinsip kelima. Namun, esensi dari prinsip
ini dapat lebih dipahami ketika kita membaca langsung dari Alinea IV Pembukaan
UUD 1945. Dalam bagian ini, empat sila pertama disajikan sebagai dasar statis dari
negara. Namun, keadilan sosial dinyatakan dalam bentuk kalimat yang aktif.

Dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945, tertulis, “…. Struktur Negara


Republik Indonesia yang berdaulat atas rakyat, berlandaskan pada Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan
yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan,
dan dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dari
pernyataan ini, kita dapat menginterpretasikan bahwa pertama, keadilan sosial
diartikan sebagai “sesuatu” yang konkret, bukan hanya konsep filosofis abstrak
yang menjadi slogan politik tanpa makna; Kedua, keadilan sosial bukan hanya
subjek dasar negara yang bersifat final dan statis, tetapi merupakan sesuatu yang
harus direalisasikan secara dinamis dalam bentuk keadilan sosial bagi semua rakyat
Indonesia.

Pada Pembukaan UUD 1945, pesan tentang keadilan ini juga tercermin dalam
berbagai rumusan lainnya. Alinea 1 menyatakan adanya prinsip “humanisme dan
keadilan” yang menjadi alasan mengapa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan.
Alinea II menggambarkan bahwa bangsa kita telah berhasil mencapai ambang
pintu “Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur”.
Selanjutnya, Pasal 28H ayat (2) UUD 1945 juga menetapkan bahwa “Setiap
individu berhak untuk mendapatkan fasilitas dan perlakuan khusus untuk mencapai
kesempatan dan manfaat yang sama demi mencapai kesetaraan dan keadilan”.

Selain itu, dalam Bab IX yang berjudul Kekuasaan Kehakiman, istilah adil dan
keadilan disebutkan berkali-kali, tentunya dalam konteks keadilan hukum.
Misalnya, dalam Pasal 24 ayat (1) UUD 1945 disebutkan, “Kekuasaan kehakiman
adalah kekuasaan yang independen untuk menjalankan peradilan dalam rangka
menegakkan hukum dan keadilan”. Selain itu, istilah peradilan dan pengadilan juga
digunakan, pada Pasal 24A ayat 2 dan Pasal 24C ayat (5) dinyatakan bahwa untuk
menjadi hakim agung dan hakim konstitusi harus memenuhi syarat kemampuan
bersikap sebagai hakim agung dan hakim konstitusi yang adil.

Dari semua terminologi ini, kita dapat mengkategorikan beberapa konsep tentang
keadilan yang diwajibkan oleh UUD 1945.

D. Nilai penting konstitusi di emplementasikan dalam kehidupan sehari-hari


1. Implementasi norma-norma keagamaan:

Konstitusi Indonesia memastikan bahwa norma-norma keagamaan dapat diatur


dalam suatu konstitusi. Dengan demikian, nilai-nilai Ketuhanan dan agama dapat
diatur pada peraturan perundang-undangan. Hal ini mengacu kepada Pasal 29 ayat
(2) UUD NRI 1945 yang mengatur Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu.

2. Implementasi nilai-nilai Pancasila:

Pancasila, sebagai norma dasar atau grundnorm, adalah esensi dari berbagai norma
yang ada dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks
konstitusional, hubungan norma ini dapat diwujudkan dalam bentuk pelaksanaan
sumpah jabatan oleh pejabat publik dan pengadilan khusus untuk penegakan kode
etik. Dalam konteks ini, berbagai lembaga penegak kode etik telah muncul dalam
jabatan-jabatan publik seperti Komisi Yudisial, Majelis Kehormatan Hakim MA
maupun MK, Dewan Pers, Majelis Kehormatan Dewan untuk anggota DPR dan
DPD, Badan Kehormatan DPR atau DPD.

3.Penerapan nilai-nilai keadilan sosial:

Nilai-nilai keadilan sosial diterapkan dalam praktik sehari-hari melalui


pengaturan kuota Haji setiap tahun, penentuan awal puasa Ramadhan, dan
sholat Idul Fitri bagi umat Islam. Selain itu, dalam konstitusi Indonesia,
keadilan sosial adalah tanggung jawab negara dan warga negara, yang harus
diwujudkan dalam setiap aspek kehidupan.

4. Implementasi nilai-nilai keseimbangan antara kepentingan individu dan


kepentingan bersama:

Nilai-nilai keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan bersama


diterapkan dalam praktik sehari-hari melalui pengaturan yang menjamin
keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan bersama. Misalnya,
dalam konstitusi Indonesia, keadilan sosial harus mencakup seluruh rakyat
Indonesia dan harus diwujudkan dalam setiap aspek kehidupan.

5.Implementasi nilai-nilai konstitusional:

Sebagai konstitusi tertinggi, semua produk hukum dan pelaksanaan penegakan


hukum harus berdasarkan pada prinsip-prinsip yang terdapat dalam UUD
1945.Dalam konstitusi Indonesia, terdapat pasal-pasal dalam peraturan
perundangundangan yang berlaku berdasarkan konstitusi.

Dalam praktek hari-hari, nilai-nilai konstitusi diimplementasikan melalui berbagai


cara, seperti pengaturan norma-norma keagamaan, pengaturan nilai dalam
Pancasila, pengaturan nilai keadilan sosial, dan pengaturan nilai konstitusional.

E. Undang-undang dasar yang telah diterapkan di Indonesia

Sejak proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 hingga saat ini, Indonesia
telah menerapkan tiga jenis undang-undang dasar dalam empat periode, yaitu:

1. Undang-undang Dasar 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949)

Konstitusi pertama Indonesia (UUD 1945) adalah konstitusi tertulis, karena UUD
1945 merupakan hukum dasar Negara Indonesia pada waktu itu yang dituangkan
dalam suatu dokumen yang formal. Hal ini diperkuat dalam Risalah Sidang
Tahunan MPR Tahun 2002, yang menerbitkan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah, Sebagai Naskah Perbantuan
dan Kompilasi Tanpa Ada Opini. Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD
1945 yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945.
Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK). Konstusi ini dituangkan
dalam satu dokumen saja tanpa ada dokumen lainnya yang juga merupakan
konstitusi seperti yang ada di Negara Denmark( 2 dokumen) dan Swedia (4
dokumen).

 Menurut sifatnya, UUD 1945 termasuk konstitusi yang Rigid (kaku) karena
UUD 1945 hanya dapat diubah dengan cara tertentu secara khusus dan
istimewa tidak seperti mengubah peraturan perundangan biasa. Hal ini
dijelaskan dalam BAB XVI PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR
pasal 37 ayat 1 dan pasal 2.
 Menurut kedudukannya, UUD 1945 merupakan konstitusi derajat tinggi
karena UUD 1945 dijadikan dasar pembuatan suatu peraturan perundang-
undangan yang lain. Karena menjadi dasar bagi peraturan yang lain, syarat
untuk mengubahnya pun lebih berat jika dibandingkan dengan yang lain. Hal
ini mengakibatkan adanya hierarki peraturan perundangan.
 Menurut bentuk Negara, konstitusi (UUD 1945) menjelaskan bahwa bentuk
Negara Indonesia adalah Negara kesatuan. Hal ini tertera pada BAB I
BENTUK DAN KEDAULATAN pasal 1 ayat 1.
 Menurut sistem pemerintahan yang dianut, Indonesia menganut sistem
pemerintahan Presidensial. Salah satu ciri sistem pemerintahan Presidensial
adalah”Dalam melakukan kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang
wakil presiden” (Pasal 4 Ayat 2 UUD’45).
Gambar 2.5 Undang-undang Dasar 1945 Negara Repoblik Indonesia

2. Undang -undang Dasar Republik Indonesia Serikat 1949.(27 Desember


1949-17 Agustus 1950)

a. Berdasarkan bentuknya, konstitusi Republik Indonesai Serikat adalah konstitusi


tertulis karena diabadikan dalam sebuah dokumen. Konstitusi Republik Indonesai
Serikat ini dibentuk berdasarkan usulan dari PBB, yang mengumpulkan
perwakilan dari Indonesia dan Belanda, sehingga terbentuklah kesepakatan yang
dituangkan dalam sebuah dokumen pada tanggal 27 Desember 1949, yang
kemudian menjadi konstitusi Republik Indonesai Serikat

b. Menurut sifatnya, konstitusi Republik Indonesai Serikat adalah konstitusi rigid


karena memerlukan prosedur khusus untuk perubahan atau amendemennya. Hal ini
tercantum dalam BAB VI Perubahan, ketentuan-ketentuan peralihan dan
ketentuan-ketentuan penutup bagian satu perubahan, pasal 190 ayat (1), (2), pasal
191 Ayat (1), (2), (3), bagian dua ketentuan-ketentuan peralihan pasal 192 Ayat (1),
(2), pasal 193 Ayat (1),(2).

c. Menurut kedudukannya, konstitusi Republik Indonesai Serikat adalah konstitusi


derajat tinggi karena persyaratan untuk mengubah lebih berat jika dibandingkan
merubah peraturan perundangan yang lain.

d. Menurut bentuk negara, konstitusi Republik Indonesai Serikat adalah federasi


karena negara di dalamnya terdiri dari negara-negara bagian yang masing-masing
negara bagian memiliki kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam
negerinya. Hal ini tercantum dalam BAB I negara Republik Indonesia Serikat
bagian I bentuk negara dan kedaulatan pasal 1, Ayat (1).

e. Menurut bentuk pemerintahannya, konstitusi Republik Indonesia Serikat


berbentuk parlementer karena kepala negara dan kepala pemerintahan dijabat oleh
orang yang berbeda. Kepala negaranya adalah presiden, dan kepala
pemerintahannya perdana menteri. Hal ini tercantum dalam pasal 69 ayat 1, pasal
72 ayat 1.

3. Undang-undang Dasar Sementara1950 (17 Agustus 1950-5 Juli 1959).

a. Menurut bentuknya, Undang-Undang Dasar Sementara 1950 merupakan


konstitusi tertulis karena dituangkan dalam suatu dokumen yang formal. Dengan
berlakunya Undang-Undang Dasar Sementara 1950, konstitusi RIS tidak berlaku
lagi.

b. Menurut sifatnya, Undang-Undang Dasar Sementara 1950 merupakan konstitusi


rigid karena dalam perubahannya mempersyaratkan prosedur khusus sehingga
tidak semudah seperti merubah peraturan perundang-undangan biasa. Hal ini diatur
dalam pasal 140 Undang-Undang Dasar Sementara 1950ayat 1-4.

c. Menurut kedudukannya, Undang-Undang Dasar Sementara 1950 merupakan


konstitusi derajat tinggi karena persyaratan merubahnya tidak semudah peraturan
perundangan biasa. Dan kedudukan Undang-Undang Dasar Sementara 1950
merupakan peraturan tertinggi dalam perundang-undangan diatas Undang-undang
dan Undang -undang Darurat.
d. Menurut bentuk negara, Undang-Undang Dasar Sementara 1950, Indonesia
berbentuk kesatuan karena pada asasnya seluruh kekuasaan dalam negara berada di
tangan pemerintah pusat.

e. Menurut sistem pemerintahannya, UUDS’50, Indonesia menganut sistem


pemerintahan parlementer dimana kepala negara dijabat oleh seorang presiden dan
kepala pemerintah di jabat oleh perdana mentri.

4. Undang-undang Dasar 1945 setelah amandemen I-IV

a. Menurut bentuknya, Undang-undang dasar 1945amandemen termasuk konstitusi


tertulis karena dituangkan dalam satu bentuk dokumen formal.

b. Menurut sifatnya, Undang-undang dasar 1945 merupakan konstitusi rigid karena


dalam perubahannya memperhatikan syarat-syarat tertentu seperti tertera dalam
pasal 37 ayat 1-5 Undang-undang dasar 1945

c. Menurut kedudukannya, Undang-undang dasar 1945termasuk konstitusi derajat


tinggi karena Undang-undang dasar 1945 berkedudukan sebagai hukum dasar dan
pedoman pembentukan peraturan perundang-undangan yang lain.

d. Menurut bentuk negara, Undang-undang dasar 1945, Indonesia menganut


konstitusi dalam negara kesatuan. Hal ini merujuk pada pasal 1 ayat 1 yang
berbunyi “ Negara Indonesia ialah negara kesatuan yang berbentuk Republik”.

e. Menurut sistem pemerintahannya, konstitusi yang dianut adalah konstitusi dalam


pemerintahan presidensial. Dimana kepala negara dan kepala pemerintahan berada
di tangan presiden..
Kategori UUD 1945 Konstitusi RIS UUDS UUD 1945
Sebelum 1949 1950 Setelah
Amandem Amandem
en en terkahir

Bentuk Tertulis Tertulis Tertulis Tertulis

Sifatnya Rigid Rigid Rigid Rigid

Kedudukan Derajat Tinggi Derajat Tinggi Derajat Derajat Tinggi


Tinggi

Bentuk Kesatuan Serikat/Federal Kesatuan Kesatuan


Pemerintahan

Sistem Presidensial Parlementer Parlementer Presidensial


Pemerintah
an

Tabel 2.5 konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Konstitusi adalah landasan hukum dan normatif yang sangat penting dalam suatu
negara.Konstitusi pada umumnya bersifat kodifikasi yaitu sebuah dokumen yang
berisi Aturan-aturan untuk menjalankan suatu organisasi pemerintahan negara.
Konstitusi berfungsi sebagai aturan dasar yang mengatur hubungan antara organ-
organ negara, menjamin keseimbangan kekuasaan, menetapkan prinsipprinsip
dasar negara, dan mencerminkan identitas nasional. Nilai penting yang terkandung
dalam konstitusi meliputi nilai normatif , nominal dan semantik. Nilai normatif
menunjukkan bahwa konstitusi bukan hanya aturan tertulis yang berlaku secara
hukum, tetapi juga berlaku efektif dan dilaksanakan secara murni dan konsekuen
dalam masyarakat. Sementara nilai nominal menunjukkan bahwa konstitusi
berlaku dalam arti hukum, tetapi belum tentu dilaksanakan secara murni dan
konsekuen dalam masyarakat. Dan nilai semantik Konstitusi yang berkekuatan
hukum adalah konstitusi yang dilakukan dan Dilakukan dengan pena, tetapi hanya
sesekali memberikan kerangka (formalisasi).
DAFTAR PUSTAKA

Banna, Banna Nidham Ulhaq, and Isa Anshori. "Identitas Nasional Suatu Bangsa
Dan Negara Serta Peranan Penting Konstitusi Dalam Kehidupan Bernegara."
Jurnal Global Citizen: Jurnal Ilmiah Kajian Pendidikan Kewarganegaraan 11.2
(2022): 82-88.

Mu’allifin, M. Darin Arif. "Hubungan Konstitusi dengan Tugas dan Fungsi


Negara." Jurnal Ahkam 4.1 (2016).

APRILYA, Anggy. Nilai Konstitusi di Negara Republik Indonesia.

HARYANTI, Dewi. Tinjauan Singkat Konstitusi Tertulis yang Pernah Berlaku di


Indonesia. Jurnal Selat, 2014, 2.1: 212-225.

BAB, IV. "A. Pengertian Konstitusi dan Undang-Undang Dasar 1. Konstitusi."

Gajahmanik, S. E., Siregar, D. M. S., Manurung, R. G., Harahap, A., Sidebang, D.


D., & Nababan, R. (2023). Analisis Kesadaran Dan Kepatuhan Terhadap Norma
Hukum Di Lingkungan Masyarakat Untuk Mencapai Keadilan. JUPSHU: Jurnal
Pendidikan Sosiologi dan Hukum, 1(2), 150-160.

Rosyada, A., Warassih, E., & Herawati, R. (2018). Perlindungan konstitusional


terhadap kesatuan masyarakat hukum adat dalam mewujudkan keadilan sosial.
Kanun Jurnal Ilmu Hukum, 20(1), 1-22.

Anda mungkin juga menyukai